DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ....... ii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ...... iii
BAB I ..PENDAHULUAN 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Perumusan
Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan
Penelitian.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................. ....... 3
A. Pengertian
Disminorea................................................................................. 3
B. Klasifikasi..................................................................................................... 4
C. Manifestasi
Klinis......................................................................................... 5
D. Tanda
Tanda Klinik...................................................................................... 6
E. Faktor
Faktor Disminorea............................................................................ 6
F. Patofisiologi............................................................................................... 11
G. Perbedaan
Disminore Primer dan Sekunder............................................... 12
H. Pencegahan................................................................................................. 12
I. Pengangganan............................................................................................ 13
BAB III STUDI KASUS................................................................................ ..... 15
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. ..... 18
Pembahasan ............................................................................................... ..... 18
BAB V PENUTUP......................................................................................... ..... 20
A. Kesimpulan................................................................................................. 20
B. Saran..................................................................................................... ..... 20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ..... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dismenorea adalah nyeri saat haid,
biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo,2016).
Dismenorea dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan
keadaan patologi pada panggul atau alat kandungan dan organ lainnya, sedangkan
dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai keadaan
patologi di organ genitalia.
Derajat dismenorea atau nyeri
menstruasi ini dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat
(Manuaba, 2015). Hampir semua perempuan mengalami nyeri pada saat haid, nyeri
haid yang dialami biasanya terbatas pada bagian perut bagian bawah, tetapi
dapat pula menyebar ke bagian pinggang, paha atau kaki. Rasa nyeri tersebut
dapat disertai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala, sembelit, sering kencing
bahkan pingsan.Permasalahan nyeri haid merupakan permasalahan yang sering
terjadi pada seorang perempuan, nyeri hiad atau dismenore ini digunakan apabila
nyeri haid demikian hebatnya sehingga memaksa seorang perempuan datang ke
klinik atau dokter untuk memeriksakan dirinya bahkan memaksa seorang perempuan
meninggalkan semua aktivitas sehari-hari dan istirahat untuk beberapa jam atau
beberapa hari(Anurogo,2016 ).
Remaja yang mengalami dismenore
pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang
begitu baik di sekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore. Dampak
yang terjadi jika dismenore tidak ditangani maka patologi (kelainan atau
gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk
kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan dapat
memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Remaja putri
yang mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu dalam proses belajar
mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena
ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia
remaja dismenore harus ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk
(Nirwana, 2014).
Angka kejadian nyeri menstruasi di
dunia lebih dari 50 % perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi.
Sedangkan angka kejadian dismenore di Indonesia mencapai 55 % (manuaba, 2015).
Persentase dismenorea diseluruh dunia lebih dari 50 % perempuan disetiap dunia
mengalaminya, diantaranya 15,8 - 89,5% dengan tingkat prevelensi yang lebih
tinggi dilaporkan pada tingkat remaja. Dari remaja yang mengeluh nyeri, nyeri
berat 12 %, nyeri sedang 37 %, dan nyeri ringan 49 %.
Angka kejadian dismenore di
Indonesia sebesar 64,52% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenore sekunder. Angka kejadian dismenore pada remaja di provinsi Jawa
Tengah mencapai 56%.
B.
Rumusan
Masalah
Disminorea dapat memicu kenaikan
angka kematian, termasuk kemandulan. Selain itu konflik emosional, ketegangan
dan kegelisahan dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman. Remaja putri yang mengalami gangguan nyeri menstruasi sangat mengganggu
dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit
berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Maka
dari itu penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penanganan disminorea pada
remaja ?
C.
Tujuan
1. Tujuan
umum
Bertujuan untuk
mengetahui gambaran disminorea pada remaja
2. Tujuan
khusus
a. Mengindentifikasi
skala nyeri pada disminore yang dialami remaja putri.
b. Mengidentifikasi
gejala yang di rasakan pada disminore yang di alami remaja putri.
c.
Mengidentifikasi cara
penangganan disminore pada remaja putri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Disminorea
Nyeri menstruasi sering terjadi
selama periode menstruasi, biasanya terjadi setelah ovulasi sampai akhir
menstruasi.Nyeri menstruasi kebanyakan terjadi di wilayah perut bagian bawah
baik secara terpusat atau pada samping dan dapat menyebar ke paha atau punggung
bagian bawah.Rasa sakit, cenderung mereda secara bertahap sampai masa
menstruasi berakhir. Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita
secara bertahap mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan 18 proses
penebalan lapisan dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi,
lapisan dalam tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi.(Nirwana,
2014)
Selama proses ini jaringan akan
mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang
menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan
jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliran menstruasi. Namun
kontraksi ini cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit,
sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa seperti kram saat menstruasi.
Rasa nyeri saat menstruasi
cenderung berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan.Namun,
ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan dan menyakitkan atau
mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan
secara medis disebut secara dismenorea.
Dismenorea merupakan kekakuan atau
kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama
menstruasi.
B.
Klasifikasi
Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea terbagi
menjadi :
1.
Dismenorea spasmodic
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri
yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa menstruasi atau
segera setelah masa menstruasi mulai.Beberapa wanita yang mengalami dismenorea
spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita
dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula kalangan
wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya.
2. Dismenorea
kongestif
Dismenorea kongestif yaitu nyeri
menstruasi yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya
menstruasi.Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit
kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di
paha dan lengan atas.Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari
sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi. Secara klinis
dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea Primer dan dismenorea sekunder diterangkan
sebagai berikut:
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri
menstruasi yang terjadi tanpa kelainan anatomis alat kelamin.Terjadi pada usia
remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah pertama kali menstruasi (menarche) nyeri
sering timbul segera setelah mulai menstruasi teratur. Nyeri sering terasa
sebagai kejang uterus, spastik, dan sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan,
dan nyeri kepala.
Nyeri menstruasi primer timbul
sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu.
Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan bila
dipengaruhi oleh faktor psikis, dan fisik seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun.Gejala ini tidak membahayakan kesehatan (Manuaba, 2015).
b. Dismenorea
Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri
menstruasi yang berhubungan dengan kalainan anatomis ini kemungkinan adalah 22
menstruasi disertai infeksi, endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial,
polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR.Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru
muncul kemudian, jika ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi
rahim, kista/polip, tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim yang
dapat mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.
Dismenorea sekunder lebih sering
ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus
menstruasiteratur. Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah menstruasi.Sering diketemukan kelainan ginekologik atau organik
seperti endometriosis dan adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang
panggul dan polip endometrium.
C.
Manifestasi
klinis dismenorea primer dan sekunder adalah:
1. Dismenorea
Primer
a. Pada
usia muda
b. Terjadi
saat siklus ovulasi
c. Biasanya
muncul dalam setahun setelah menarche (mentruasi pertama)
d. Nyeri
dimulai bersamaan atau hanya sesaat sebelum menstruasi dan bertahan ataumenetap
selam 1-2 hari.
e. Nyeri
menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha
f. Pemeriksaan
pelvic normal
g. Sering
disertai sakit kepala,mual,muntah dan diare.
h. Nyeri
sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik.
i.
Cepat memberikan respon
terhadap pengobatan medikamentosa.
2. Dismenorea
sekunder
1) Lebih
sering ditemukan pada usia tua
2) Cenderung
mulai setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur
3) Nyeri
dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
menstruasi.
4) Nyeri
sering terasa terus – menerus
5) Sering
ditemukan kelainan pelvic.
6) Pengobatanya
sering kali memerlukan tindakan operatif
D.
Tanda-tanda
klinik
Tanda –tanda klinik dismenorea primer dan sekunder :
1. Tanda-tanda
dismenorea primer
Permulaan awal sembilan puluh
persen mengalami gejala didalam 2 tahun menarche. Lama berlangsungnya dan jenis
nyeri dismenorea dimulai beberapa jam sebelumnya atau segera setelah permulaan
menstruasi dan biasanya berlangsung setelah 48-72 jam, gejala yang menyertai
yakni mual, muntah, rasa lelah, diare, nyeri pinggang bawah ,nyeri kepala.
Nyerinya seperti kejang dan biasanya paling kuat pada perut bawah dan dapat
menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.
2. Tanda-tanda
dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder tidak terbatas
pada menstruasi, kurang berhubungan dengan hari pertama menstruasi, terjadi
pada wanita yang lebih tua dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia,
kemandulan, perdarahan yang abnormal).
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dismenorea
Faktor-faktor ini termasuk usia yang
lebih muda, massa tubuh rendah index (BMI), merokok, menarche awal, lama atau
menyimpang aliran menstruasi, keluhan somatik perimenstrual, panggul infeksi,
sterilisasi sebelumnya, somatisasi, gangguan psikologis, pengaruh 25 genetik,
dan sejarah kekerasan seksual yang mempengaruhi prevalensi dan beratnya
dismenorea. Masalah emosi dan perilaku juga dapat memperburuk siklus menstruasi
dan masalah dismenorea.Misalnya, depresi atau gejala kecemasan dapat berdampak
pada siklus menstruasi,fungsi dan dismenorea (Alaettin, 2015).
Beberapa faktor memegang peranan sebagai
penyebab dismenorea antara lain :
1. Faktor
kejiwaan
Faktor etiologi yang bertanggung
jawab untuk dismenorea primer diantaranya faktor psikogenik. Pada gadis-gadis
yang secara emosionalnya tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat
penanganan baik tentang proses menstruasi yangmudah menimbulkan dismenorea.
Kecemasan juga dapat terjadi saat menghadapi menstruasi sehingga mudah timbul
dismenorea.
Dismenorea sebagai salah satu
gangguan menstruasi sangat erat hubungannya dengan proses psikologis yang
terjadi dalam siklus menstruasi pada wanita, hal ini dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang wanita menyikapi datangnya menstruasi. Bagi remaja terutama yang baru
mengalami menstruasi, menganggap bahwa menstruasi merupakan suatu perubahan
yang luar biasa yang terjadi pada kehidupannya, sehingga menimbulkan kecemasan
yang luar biasa.
Dismenorea primer banyak dialami
oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis.Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan
pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya
menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan menstruasi seperti dismenorea.
Pengalaman tidak menyenangkan pada
seorang gadis terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah
laku patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan sebagai bentuk
penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya. Apabila keadaan ini terus berlanjut,
maka mengakibatkan gangguan menstruasi.Gangguan menstruasi yang banyak dialami
adalah kesakitan pada saat menstruasi yang bersifat khas, yaitu nyeri
menstruasi atau dismenorea.
2. Faktor
konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan
faktor diatas , dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri.
Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menurun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea.
a. Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit
atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut
oksigen berkurang.Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia
kekurangan zat besi.Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat menurunkan
daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.
b. Penyakit
menahun
Penyakit menahun yang diderita
seorang wanita akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau
terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini
adalah asma dan migraine.Faktor –faktor ini (anemia, penyakit menahun dan
sebagainya) dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea karena dapat menurunkan ketahanan
tubuh terhadap rasa nyeri.
c. Usia
menarche
Menarche adalah menstruasi yang
pertama kali datang. Gejala pemasakan seksual pada wanita lebih nyata, yaitu
datangnya menarche atau menstruasi pertama, meskipun masih 28 sangat sedikit
untuk mencapai kemasakan yang sempurna (untuk mencapai pembuahan) memakan waktu
sekitar 1-1,5 tahun. Menstruasiakan dirasakan sebagai beban berat atau
dirasakan sebagai tugas yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa enggan dan
dirasa sebagai aib bagi gadis tersebut sehingga mempengaruhi kondisi kejiwaan
dan akan mempengaruhi terjadinya dismenorea.
d. Faktor
genetic
Hampir 30 % wanita yang mengalami
dismenorea adalah anak gadis yang ibunya dulu juga mengalami dismenorea
sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal yang sama meskipun ibu wanita tersebut
dulunya tidak mengalami dismenorea.
3. Faktor
obstruksi kanalis servikalis
Terjadinya dismenorea primer adalah
stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi
mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang
tidak dianggap sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea
tanpa stenosis kanalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.Akan tetapi
banyakterdapat wanita juga dengan tanpa keluhan dismenorea, walaupun ada
stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau
hiperretrofleksi.Mioma submukosus bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenorea karena otot-otot
uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
4. Faktor
endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa
kejang yang terjadi pada dismenorea primer disebabkan oleh kontraksi uterus
yang berlebihan.Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tanus dan
kontraktilitas otot usus.Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada
uterus berkesimpulan bahwa hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedang progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi teori ini tidak dapat
menerangkan fakta mengapa timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional
anovulator, yang biasanya dengan bersamaan dengan kadar esterogen yang
berlebihan tanpa adanya progesteron.Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan
dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, muntah, flushing.
5. Faktor
alergi
Teori ini dikemukakan setelah
memperhatikan adanya asosiasi faktor dismenorea dengan urtikaria, migraine atau
asma brokhiale.Smith menduga bahwa sebab alergi adalah toksin
menstruasi.Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukan bahwa peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting 30 dalam etiologi dismenorea
primer.Satu jenis dismenorea yang jarang terdapat ialah yang pada waktu
menstruasi tidak mengeluarkan endometrium dalam fragmen-fragmen kecil,
melainkan dalam keseluruhannya.Pengeluaran tersebut disertai dengan rasa nyeri
kejang yang keras.
6. Faktor
pengetahuan
Dalam beberapa penelitian juga
disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada remaja putri merupakan dampak dari
kurang pengetahuannya mereka tentang dismenorea.Terlebih jika mereka tidak
mendapatkan informasi tersebut sejak dini.Mereka yang memiliki informasi kurang
menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan yang dapat menyulitkan
mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan segala hal yang akan
dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka dan mengakibatkan
penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat nyeri menstruasi
menjadi lebih berat.Penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu
mengalaminya setiap siklus menstruasinya.
7. Status
gizi dan Olah raga
Status gizi merupakan bagian
penting dari kesehatan seseorang.Gizi kurang selain akan mempengaruhi
pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi
reproduksi. Hal ini berdampak pada gangguanmenstruasi termasuk
dismenorea,tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik, semakin tinggi
status gizi maka semakin rendah keluhan dismenore. Tindakan terbaik untuk
mengatasi nyeri mesntruasi adalah menjaga pola hidup sehat dengan asupan
vitamin dan gizi seimbang, istirahat yang cukup, olahraga secara teratur serta
menjaga kondisi psikologis tetap baik. Untuk meningkatkan asupan vitamin dan
gizi misalnya, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi vitamin atau suplemen.
Konsumsi vitamin B sangat dianjurkan untuk mengatasi nyeri menstruasi. Vitamin
B6 membantu pembentukan sel darah merah serta mempertahankan kesehatan sistem
syaraf. Vitamin B12, berperan dalam pembentukan sel darah merah sehingga
mencegah anemia, selain itu vitamin B5 juga diketahui dapat mengurangi stres.
Menjaga pola makan yang sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi. Karena
beberapa dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat mengurangi atau
memperparah nyeri saat menstruasi terjadi. Perbanyaklah konsumsi sayur dan
buah-buahan, hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.
F.
Patofisiologi
1. Dismenorea
Primer
Selama menstruasi, sel-sel
endometrium yang terkelupas (Sloughing endometrial cells) melepaskan
prostaglandin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi miometrium dan
vasokonstriksi. Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan pada
cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan dismenorea berat (severe
dysmenorrhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama
menstruasi. Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru
menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin
F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor
(penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon pituitary
posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium, mengurangi
aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer.
2. Dismenorea
Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi
kapan saja setelah menstruasi pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia
20-30 tahun. Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder
disertai penyakit pelvis yang menyertai diantaranya 34 endometriosis ( kejadian
dimana jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri
menstruasi), adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip
endometrium (tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.
G.
Perbedaan
Dismenorea Primer dan Dismenorea Sekunder
Disminore primer |
Disminore sekunder |
Onset (serangan pertama) secara
mendadak terjadi setelah menarche (menstruasi pertama). |
Onset dapat terjadi di waktu apapun
setelah menarche (umumnya setelah usia 25 tahun). |
Nyeri perut atau panggul bawah
biasanya berhubungan dengan onset aliran menstruasi dan berlangsung selama 8-
72 jam. |
Wanita dapat mengeluh mengalami
perubahan waktu serangan pertama nyeri selama siklus |
H.
Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi, salah satu caranya dengan
memperhatikan pola dan siklus menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar
tidak mengalami nyeri menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:
1. Hindari
stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang menimbulkan
kecemasan.
2. Memiliki
pola makan yang teratur.
3. Istirahat
yang cukup.
4. Usahakan
tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara pencegahan tidak
mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi dokter untuk mengetahui
penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit
lainnya.
5. Hindari
mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu bertambahnya kadar
estrogen.
6. Gunakan
heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta minum-minuman yang
hangat.
I.
Penanganan
Penatalaksanaan
dismenorea menurut prawirohardjo (2016) :
1. Konseling
holistic
Holistik adalah pelayanan yang
diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh baik secara fisik, mental,
sosial, spiritual mendapat perhatian seimbang. Pelayanan holistik merupakan
pelayanan yang mencerminkan komitmen terhadap pelayanan kepada seluruh manusia
yaitu secara jasmani, sosial ekonomi, sosial hubungan, mental dan spiritual.
Perlu dijelaskan kepada penderita
bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan,
hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan dan lingkungan penderita. Nasehat-nasehat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.Kemudian diperlukan
psikoterapi.
2. Pemberian
obat analgesic
Pada saat ini banyak beredar
obat-obatan analgesic yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika
rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres hangat
pada perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering
diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein.Obat-obat
paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan
sebagainya.Penelitian menunjukan bahwa pemberian obat herbal dinilai lebih
efektif dan aman untuk pengobatan dismenorea primer, dibandingkan dengan obat
asam mefenamat atau placebo.Namun ini membutuhkan penelitian lebih lanjut.
3. Pola
hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat
membantu dalam upaya menangani gangguan menstruasi, khususnya dismenorea.Yang
termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur,
mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang
beragam.
4. Terapi
hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah
penekanan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu menstruasi
tanpa gangguan, tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
5. Terapi
obat steroid
Terapi dengan obat steroid
antiprostaglandin memegang peranan makin penting terhadap dismenorea
primer.Termasuk disini endometasin, ibuproven dan naproksen kurang lebih 70%
penderita 39 dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.Hendaknya
pengobatan diberikan sebelum menstruasi mulai, 1 sampai 3 hari.
BAB III
STUDI KASUS
Tanggal dan tempat Asuhan
Hari
dan tanggal : Sabtu, 20 November 2021
Tempat : Puskesmas Kuta Baro
Identitas
Nama
: Nn A
Umur
: 15 Tahun
Alamat
: Lamceu
Agama : Islam
Pendidikan
: Sma
Pekerjaan
: Siswi
Suku/Bangsa
: Aceh/Indonesia
S: Nn A umur 15 tahun datang bersama ibunya ke
Puskesmas Kuta Baro dan Nn A mengatakan saat ini sedang menstruasi dan sudah
berlangsung selama 3 hari, darahnya keluar banyak 3-4 kali ganti pembalut per
harinya, Nn A mengatakan nyeri pada bagian perut.
Riwayat
Menstruasi
HPHT
: 17 11 2021
Menarche
: 13 Tahun
Lama
: 6 Hari
Siklus
: 28
Hari
Warna
Darah : Merah
Kehitaman
Konsistensi
: Cair
Keluhan
: Nn A mengatakan nyeri pada bagian perut
O:
K/U : Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
TD :
100/70 mmHg
N : 70
x/m
RR : 18
x/m
T :
36,1 C
BB : 48
kg
TB : 145
cm
Pemeriksaan
Fisik
·
Kepala :
Bersih,tidak ada ketombe
·
Wajah :
Normal, tidak ada oedema
·
Mata :
Conjungtiva merah muda,sclera putih
·
Telinga :
Bersih, tidak ada serumen
·
Hidung :
Bersih,tidak ada polit
·
Mulut :
Bersih, tidak ada caries
·
Leher :
Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.
·
Payudara :
Simtris,tidak ada benjolan dan putting susu menonjol
·
Abdomen :
Bersih,tidak ada bekas luka operasi
·
Genetalia :
Tidak ada keputihan abnormal
A:
Nn A umur15 tahun dengan gangguan reproduksi Disminorea
primer
P:
1.
Memberitahu pasien
bahwa pasien dalam keadaan baik dan mengalami gangguan dalam menstruasi yaitu dismenorea
primer
2.
Menjelaskan kepada
pasien tentang nyeri yang di rasakan yaitu pasien mengalami nyeri menstruasi
yang disebut disminorea primer. Akan tetapi hal ini normal karena menstruasi
primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih dengan berjalannya waktu.
3.
Menjelaskan hal- hal yang akan menimbulkan
nyeri menstruasi atau dismenorea primer yang berlebih yaitu factor psikis dan fisik seperti stress, shock, kelelahan dan
kecemasan.
4.
Menjelaskan pencegahan
yang akan dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri menstruasi yaitu
menghindari stress yang menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang
teratur, istirahat cukup, tidak merokok, tidak minum minuman keras, olahraga
teratur, menguragi mengkonsumsi minuman dan makanan yang mengandung kafein,
meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging, ikan dan yang mengandung vitamin B6.
5.
Menjelaskan penangganan
pada nyeri menstruasi selain dengan terapi obat yaitu pola hidup sehat,
pengompresan pada bagian yang nyeri dengan air hangat, melakukan posisi knee
chest dan mandi dengan air hangat.
6.
Memberikan motivasi
pada pasien bahwa kondisinya sekarang akan baik baik saja.
7.
Memberikan terapi obat
peroral guna untuk mengurangi rasa nyeri menstruasi, terapi oral yang di
berikan adalah Asam Mefenamat 500 mg 3x1 dan vitamin C 2x1 selama menstruasi
berlangsung, Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung.
8.
Menganjurkan pasien
utuk datang kembali 2 hari kedepan atau jika ada keluhan dan nyeri semakin
hebat.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Pembahasan
Pada bab ini membahas mengenai proses
manajemen asuhan kebidanan menurut SOAP pada Nn.A dengan gangguan reproduksi
dismenorea primer secara terperinci mulai dari langkah pertamayaitu pengkajian
data sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pembahasan ini
akan menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses serta
kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di lapangan juga
alternative dari permasalahan yang ada.
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data pasien meliputi analisa melalui anamnesa sebagai langka awal
SOAP.Data subjektif pada pasien dengan dismenorea primer di dapatkan dari hasil
wawancara langsung yaitu pasien mengatakan nyeri perut pada bagian bawah saat
menstruasi yang mengganggu aktifitasnya. Pengkajian merupakan langkah awal dari
proses asuhan kebidanan yang penulis lakukan untuk mengumpulkan data
subjektif.Pada langkah ini penulis mengalami hambatan untuk mendapatkan data
tersebut dengan waktu yang terbatas.Menurut teori dan praktek di lapangan
terdapat kesenjangan dalam melakukan pengkajian.
Menggambarkan pendokumentasian dan
catatan medik pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa sebagai langkah awal
Pendokumentasian SOAP. Data objektif pada pasien dengan kasus dismenorea primer
adalah hasil pemeriksaan fisik, pada saat pemeriksaan abdomen terlihat nyeri
tekan pada perut bagian bawah.Pada langkah ini perlu pemaparan mengenai
kesenjangan yang ada antara teori dan praktek dalam pemeriksaan tedapat
kesenjangan karena penulis mendapatkan hambatan pada pemeriksaan fisik selain
ketidakleluasaan dalam memeriksa pasien juga menolak untuk diperiksa pada
bagian payudara dan genetalia.
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi
masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai pendokumentasian SOAP.Data subjektif
dan objektif yang penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung
ditegakkannya analisa kebidanan pada Nn. A umur 15 tahun dengan gangguan
reproduksi dismenorea primer.Analisa kebidanan yang ditegakkan tersebut
berdasarkan hasil pemeriksaan abdomen yang terdapat nyeri tekan.Berdasarkan
data yang berhasil dikumpulkan, maka analisa yang muncul adalah gangguan
reproduksi dengan dimenorea primer. Sehingga masalah muncul yaitu kecemasan
akan rasa nyeri menstruasi yang dirasakan pasien sehingga dibutuhkan informasi
pasien tentang rasa nyeri yang dirasa dan memberikan motivasi mental seperti menekankan untuk tetap tenang, berdoa kepada
Allah SWT, berdzikir dan yakin akan kesembuhan nyeri menstruasi yang
dirasakannya. Secara teori diagnosa potensial dari dismenore primer dapat
terjadi kista
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan
kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP
dengan pola fikir dan data perkembangan soap maka penulis dapat menyimpulkan
Pada pengkajian gangguan reproduksi dengan dismenorea primer didapatkan data
subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan
pasien dimana pasien mengeluh bahwa nyeri pada perut bagian bawahnya sehingga
mengganggu aktifitas pasien.Setelah diberikan asuhan dan di berikan terapi obat
peroral pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya berkurang dan pasien
dapat beraktifitas seperti biasanya.Dalam teori dan praktek terdapat
kesenjangan dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif karena pada
pengkajian data subjektif terdapat hambatan pada waktu yang terbatas
Dalam analisa data di dapatkan diagnosa
kebidanan pada Nn.A umur 15 tahun dengan gangguan reproduksi dismenorea
primer.Masalah yang timbul adalah pasien cemas dengan rasa nyeri yang
dirasakannya.
Pada Kasus Nn.A dengan gangguan
reproduksi dismenorea primer dengan tetap mengkonsumsi sayur-sayuran,
buah-buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya.Pasien di beri terapi peroral dan
konseling tentang pencegahan dan penanganan nyeri menstruasi ketika datang
serta menganjurkan untuk kunjungan ulang dua hari setelah pasien memeriksakan
dirinya.Dalam perencanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
praktek.
B.
Saran
Agar lebih meningkatkan dan
mengembangkan lagi pengetahuan tentang menstruasi terutama dismenorea sehingga
kedepannya dapat memberikan asuhan yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan
berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Alaettin, (2015) wanita dan Menometroragia.RSUD dr.Slamet kota Garut.
2016. Laporan Menometroragia 2014-2016.
2. Depkes, 2016. Penyebab Disminorea, Jakarta: Depkes
3. Nirwana (2014) Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Disminorea
yang diberi KIE dan tidak diberika n KIE.
7(61) Juli ,pp. 28-61
4. Elisa, Nunung, Uken, 2015, Penatalaksanaan
penangganan nyeri haid. Niaga Swadaya: Jakarta
5. Liewellyn, Jones, 2016, Dasar
Dasar Obstetri dan Ginekolog. Edisi VL. Jakarta: Hipokrates.
6. Prawirohardjo, 2016. Ilmu
Kebidanan.Ed.3 Cet8. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
7.
Manuaba 2015. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Rineka Cipta
8.
Anurogo 2016. Konsep dan Penulisan Resep Ke Perawatan.
Edisi Pertama Jakarta : Graha Ilmu.
No comments:
Post a Comment