Friday, 22 October 2021

MANAJEMEN PENYAKIT YANG LIFE LIMITING

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI                                                                                                                  ...... ii

 

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A.    Latar Belakang .......................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C.     Tujuan........................................................................................................ 2

 

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3

A.    Konsep Palliative care ................................................................................ 3

1.      Pengertian Palliative care ..................................................................... 3

2.      Tujuan Palliative Care........................................................................... 3

3.      Prinsip Palliative care ........................................................................... 4

4.      Peran dan Fungsi Perawat  Palliative Care........................................... 4

5.      Istilah-istilah dalam Palliative Care....................................................... 5

6.      Cakupan Palliative Care........................................................................ 6

7.      Model/Tempat Perawatan Paliatif Care................................................ 8

B.     Konsep Penyakit Life Limiting.................................................................. 8

1.      Definisi Penyakit Life Limiting............................................................ 8

2.      Askep pasien dengan penyakit yang life limiting............................... 20

 

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 31

A.    Kesimpulan............................................................................................... 31

B.     Saran......................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 32

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Life limiting illness merupakan penyakit yang membatasi hidup dan digambarkan sebagai penyakit yang memiliki konsekuensi kematian. Beberapa penyakit yang termasuk dalam life limiting illness diantaranya adalah kanker, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, dimensia, gagal jantung, penyakit neurodegeneratif, penyakit hati kronik, gagal ginjal serta orang lanjut usia yang memiliki keadaan lemah (Palliative Care Curriculum for Undergraduates (PCC4U), 2019).

Prevalensi life limiting illness di dunia serta di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan terjadi pada tahun 2000 hingga 2016 dimana penyakit jantung iskemik dan stroke merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan 15,2 juta kematian pada tahun 2016. Pada tahun 2000 penyakit jantung iskemik menyebabkan 7 juta kematian dan meningkat sebanyak 9,5 juta pada tahun 2016. Begitu pula dengan stroke meningkat sebanyak 5 juta kematian menjadi 5,9 juta kematian dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sebanyak 3 juta kematian (World Health Organization, 2019). 

Data kesehatan DIY pada tahun 2017 mengungkapkan data pasien dengan kelompok pasien jantung infark miokard sebanyak 1.650 orang, infark miokard subsequent sebanyak 645 orang, diabetes mellitus sebanyak 8.321 orang (Departemen Kesehatan DIY, 2017). Angka kejadian life limiting illness (LLI) pada pasien kanker sebanyak 4,5 kasus per 1.000 penduduk, pasien AIDS dengan 48 orang (Departemen Kesehatan DIY, 2018). 

Pasien dengan life limiting illness membutuhkan perawatan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, maupun spiritualnya (Ariyanti, Firmawati & Rochmawati, 2016). Kebutuhan ini pun menjadi kebutuhan yang terus meningkat di dunia maupun Indonesia. Berbagai gejala yang dapat dialami oleh pasien dengan kebutuhan perawatan paliatif diantaranya adalah meliputi gejala fisik yang berupa nyeri, sesak nafas, gangguan aktifitas, penurunan berat badan, gangguan psikososial serta spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien tersebut. Untuk itu perawatan paliatif perlu diterapkan dan diketahui oleh keluarga saat pasien berada dalam perawatan di rumah (Banjarnahor et al., 2017).  

Menurut Australian Government Department of Health (2019), perawatan paliatif ditujukan bagi individu yang memiliki penyakit pada tingkat tersebut atau biasa disebut dengan penyakit dengan life limiting illness. Perawatan ini membantu individu untuk hidup sebaik mungkin sehingga pada akhirnya sesuai tujuan yang ingin dicapai pada perawatan paliatif. Perawatan paliatif ini tidak tergantung pada diagnosa medis tertentu tetapi pada berbagai macam penyakit yang membatasi hidup secara progresif dan berkelanjutan.

 

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah konsep Paliatif Care ?

2.      Bagaimana manajemen penyakit yang life limiting ?

3.      Bagaimanakah Askep penyakit yang life limiting ?

 

C.      Tujuan

1.    Untuk mengetahui bagaimana konsep paliatif care dan manajemen pada penyakit yang life limiting

2.    Untuk mengetahui Askep pada penyakit yang life limiting

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Konsep Palliative care

1.      Pengertian Palliative care

Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan spiritual (WHO, 2017). Palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati penderitaan. Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik, kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015).

Berdasarkan penjelasan diatas Palliative care merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.

 

2.      Tujuan Palliative Care

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan supportkepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Tujuan Palliative Care meliputi :

a)      Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya

b)      Menegaskan hidup dan mempercepat atau menunda kematian

c)      Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien

d)     Tidak mempercepat atau memperlambat memperlambat kematian

e)      Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

f)       Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien menghadapi penyakit pasien dan kehilangan mereka.

 

3.      Prinsip Palliative care

Palliative care secara umum merupakan sebuah hal penting dan bagian yang tidak terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:

a)         Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat

b)        Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang

c)          Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang terdekatnya

d)        Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien

e)         Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada profesional kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)

 

4.      Peran dan Fungsi Perawat  Palliative Care

Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif

a)         Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatam, penddikan kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.

b)         Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi

c)         Pendidik : Di pendidikan / dipelayanan

d)        Peneliti

Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et al.,2014). Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar asuhan keperawatan yang profesional. Menurut American Nurse Associatiuon Scope And Standart Practice dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu berkomunikasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi dalam membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang lainnya. 

 

5.      Istilah-istilah dalam Palliative Care

a)         Life Limiting Illness

Di dalam praktek palliative care sering disebut istilah life-limiting illness, mengacu pada jenis-jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan sangat dapat menyebabkan kematian. Sering juga dikatakan sebagai life-threatening (penyakit mengancam jiwa), terminal illness (penyakit pamungkas), atau progressive dan advanced illness (penyakit yang semakin lama semakin buruk). Contoh dari life-limiting illness ini adalah seperti yang disebutkan di atas. Palliative care dapat dimulai pada setiap tahapan dari penyakit tersebut. Tapi bukan pula berarti pasien yang mendapatkan palliative care akan meninggal dengan segera. Beberapa penderita bisa mendapatkan palliative care sampai tahunan lamanya.

b)        End of Life Care

End of life care atau perawatan di akhir hayat merupakan bagian penting dari palliative care yang mencakup perawatan dan dukungan untuk orang yang sudah berada pada ujung dari hidupnya. Biasanya diberikan pada satu tahun terakhir kehidupannya. Tapi karena usia sulit untuk diprediksi, ada penderita yang hanya mendapatkan perawatan dalam hitungan minggu bahkan hari saja. End of life care memiliki tujuan menciptakan kenyamanan semaksimal mungkin bagi penderita. Juga mencakup penjelasan kepada keluarga dan teman apa yang akan dihadapi dan diharapkan pada saat-saat terakhir kehidupan penderita. Bahkan di luar negeri end of life care sampai mengurusi wasiat dan dukungan secara finansial.

c)         Palliative Care dan Hospice Care

Keduanya merupakan end of life care dan sama-sama bertujuan memberikan kenyamanan pada penderita. Perbedaannya adalah; palliative care dapat dimulai sejak diagnosis ditegakkan, dan diberikan bersamaan dengan terapi. Sementara hospice care biasanya diberikan pada sarana pelayanan kesehatan khusus, dimulai ketika pengobatan dihentikan, dan sudah jelas bahwa penderita tidak akan sembuh dari sakitnya. Hospice care diberikan ketika usia statistik penderita sudah dapat diprediksi dan harapan hidupnya sudah rendah. Paling sering diberikan untuk penderita yang secara statistik memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan.

 

6.      Cakupan Palliative Care

Penyakit serius memberikan efek dan masalah tidak saja pada fisik penderita, karena dapat berefek pada seluruh aspek dari kehidupan penderita, keluarga dan temannya.

a)      Aspek Fisik; untuk membantu meringankan atau mengatasi kondisi seperti:

1)   Nyeri

2)   Gangguan dan masalah tidur

3)   Sesak dan gangguan bernafas lainnya

4)   Hilang nafsu makan, mual dan muntah.

Untuk aspek fisik ini, pemberian palliative care mencakup:

1)   Bantuan pemberian obat

2)   Bantuan mengurus diri seperti mandi, memakai baju, makan, dll.

3)   Bimbingan gizi

4)   Terapi fisik

5)   Terapi okupasi (Terapi okupasi merupakan perawatan khusus untuk seseorang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu agar bisa mendapatkan harapan positif. Misalnya, mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya tak bisa dilakukannya seorang diri.)

 

b)        Aspek Emosi, sosial, dan adaptasi. Penderita dan keluarga sudah tentu menghadapi stres yang dapat mengarah kepada kecemasan, keputusasaan, rasa takut, sampai depresi. Karenanya, palliative care dapat mencakup:

1)   Konseling

2)   Diskusi keluarga

3)   Support group

4)   Konsultasi dengan ahli jiwa (psikiater)

c)      Aspek Spiritual. Ketika seseorang sedang dihadapi dan harus menjalani kondisi berpenyakit yang parah atau tidak dapat disembuhkan, tidak jarang ia dan keluarganya bisa kehilangan kepercayaan kepada Tuhan. Tim palliative care termasuk dapat memberikan bantuan kepada penderita dan keluarga agar kembali mendekatkan diri kepada agama, sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Agar mereka dapat menemukan kedamaian dan lebih ikhlas dalam menjalani cobaan yang sedang dihadapi.

d)     Aspek Lainnya; Beberapa masalah yang muncul akibat penyakit yang diderita terkadang sampai mencetus masalah lain seperti keuangan, gangguan bekerja, asuransi, bahkan masalah hukum. Tim yang tergabung di dalam palliative care dapat juga membantu:

1)   Menjelaskan dan memberikan saran penyelesaian masalah kepada penderita dan keluarganya

2)   Menjembatani penderita dan keluarga dengan pihak pemberi kerja, pihak asuransi, dan aparat hukum

3)   Memberikan atau merujuk penderita dan keluarga kepada ahli konseling keuangan

4)   Bahkan, sampai dapat memberikan saran dan bantuan mengenai masalah tempat tinggal.

 

 

 

 

7.      Model/Tempat Perawatan Paliatif Care

a)      Rumah sakit, (Hospice hospital care), Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap

b)      Rumah (Hospice home care)

c)      Hospis (Hospice care)

d)     Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan paliatif

 

B.       Konsep Penyakit Life Limiting

1.      Definisi Penyakit Life Limiting

Life limiting illness merupakan penyakit yang membatasi hidup dan digambarkan sebagai penyakit yang memiliki konsekuensi kematian. Beberapa penyakit yang termasuk dalam life limiting illness diantaranya adalah kanker, penyakit jantung, penyakit paru, gagal jantung, penyakit hati, gagal ginjal, multiple sclerosis dan diabetes. (Palliative Care Curriculum for Undergraduates (PCC4U), 2019)

a)      Gejala yang sering muncul pada pasien Life Limiting Illness

Gejala yang muncul pada pasien LLI biasanya bervariasi tergantung dengan penyakit yang dialaminya. Seseorang dengan penyakit life limiting Illness dapat mengalami berbagai macam gejala baik itu gejala fisik maupun gejala psikologi. Adapun beberapa gejala fisik yang sering dialami oleh pasien LLI sebagai adalah kelelahan,dispnea, anoreksia,sembelit dan mudah lelah. Sedangkan gejala psikologis yang sering muncul yaitu tekanan emosional, kegelisahan dan depresi (PCC4U, 2016). Perawatan yang sesuai untuk pasien LLI yang memiliki berbagai macam gejala seperti yang disebutkan adalah perawatan paliatif.

Perawatan ini tidak hanya berfokus pada aspek fisik tetapi juga aspek psikologis, dukungan sosial serta peran keluarga dalam meningkatkan kondisi kesehatan pasien (Arianti et al., 2016).

b)      Masalah yang sering timbul pada fase life limiting illness

1)        Kurang energi (kelemahan umum)

2)        Nyeri

3)        Mulut kering

4)        Gangguan nafas

5)        Susah tidur

6)        Merasa ngantuk

7)        Kecemasan

8)        Merasa gugup

9)        Batuk

10)    Berat badan menurun

11)    Kurang nafsu makan

12)    Mudah tersinggung

13)    Gangguan seksual

c)      Contoh-contoh penyakit yang Life Limiting

Jenis penyakit yang termasuk dalam life limiting illness adalah antara lain yaitu gagal jantung, diabetes, gagal hati, penyakit paru-paru, multiple sclerosis, HIV/AIDS, gagal ginjal yang memerlukan dialisis, dan kanker (PCC4U, 2019).

1)    Gagal Jantung

Gagal jantung adalah kondisi yang terjadi akibat adanya suatu penyakit kronis yang membuat jantung kaku, lemah, bekerja terlalu keras dalam jangka panjang, atau mengalami kerusakan struktural, misalnya pada otot atau katup jantung. Penyakit yang menyebabkan gagal jantung ini bisa berasal dari jantung maupun organ lain.

2)   Diabetes

Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.

(a)    Jenis-Jenis Diabetes

Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar 90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.

(b)   Gejala Diabetes

Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:

(1)     Sering merasa haus

(2)     Sering buang air kecil, terutama di malam hari

(3)     Sering merasa sangat lapar

(4)     Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas

(5)     Berkurangnya massa otot

(6)     Terdapat keton dalam urine. Keton adalah produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan gula sebagai sumber energi

(7)     Lemas

(8)     Pandangan kabur

(9)     Luka yang sulit sembuh

(10) Sering mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih

Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:

(1)     Mulut kering

(2)     Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki

(3)     Gatal-gatal

(4)     Disfungsi ereksi atau impotensi

(5)     Mudah tersinggung

(6)     Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan

(7)     Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya resistensi insulin

Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes, yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.

3)      Gagal Hati

Gagal hati adalah kondisi ketika sebagian besar organ hati mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi bertahap dalam waktu bertahun-tahun, atau terjadi seketika. Gagal hati harus segera ditangani karena berisiko menyebabkan kematian.

(a)    Tanda dan Gejala gagal hati

Gejala awal gagal hati cenderung ringan dan mirip dengan gejala pada kondisi lain, yaitu sakit perut bagian atas, diare, lelah, mual, dan hilang selera makan. Bila kondisi organ hati makin memburuk, gejala yang lebih serius akan muncul. Gejala pada gagal hati tingkat lanjut tersebut meliputi:

(1)     Mudah mengalami memar dan perdarahan

(2)     Kulit dan mata menguning

(3)     Penumpukan cairan di perut

(4)     Muntah darah atau BAB berdarah (berwarna hitam)

(5)     Kesadaran berkabut dan bicara kacau

(6)     Tidak sadarkan diri

4)      Penyakit paru-paru

Penyakit paru-paru adalah kondisi yang membuat paru-paru tidak dapat berfungsi secara normal. Beberapa yang paling umum, di antaranya asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, tuberkulosis, dan kanker paru.

5)      Multiple sklerosis

Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang. Multiple sclerosis akan menimbulkan gangguan pada penglihatan dan gerakan tubuh.

Saat terjadi multiple sclerosis, sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan lemak yang melindungi serabut saraf (mielin). Hal ini menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan seluruh tubuh. Jika tidak segera ditangani, sklerosis ganda dapat menyebabkan penurunan atau kerusakan saraf permanen.

Multiple sclerosis lebih sering terjadi pada wanita dibandindingkan pria. Tingkatan keparahan serangan penyakit ini bervariasi dan menimbulkan efek yang berbeda pada setiap penderitanya.

(a)    Gejala Multiple Sclerosis

Gejala multiple sclerosis dapat berbeda-beda, tergantung pada lokasi saraf yang terpengaruh. Multiple sclerosis dapat menyebabkan serangkaian gangguan gerak dan penglihatan, serta gejala-gejala lainnya.

(1)     Gangguan gerak

(2)     Multiple sclerosis dapat menyebabkan gangguan gerak berupa:

(3)     Kelemahan atau mati rasa pada sisi tubuh tertentu atau pada tungkai

(4)     Sulit berjalan

(5)     Sulit menjaga keseimbangan

(6)     Sensasi seperti tersengat listrik yang terjadi akibat gerakan leher tertentu, terutama ketika penderita menggerakan leher ke depan (Lhermitte’s sign)

(7)     Tremor atau gemetar

(8)     Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang dapat terjadi akibat multiple sclerosis meliputi:

-          Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan penglihatan. Hal ini biasanya diikuti rasa sakit saat menggerakkan mata.

-          Penglihatan ganda

-          Pandangan menjadi kabur

-          Selain gangguan bergerak dan gangguan melihat, penderita multiple sclerosis juga bisa merasakan beberapa gejala di bawah ini:

ü Pusing.

ü Lemas.

ü Sulit bicara.

ü Rasa sakit dan kesemutan pada berbagai bagian tubuh.

ü Gangguan pada kandung kemih, usus, atau organ seksual.

(b)   Penyebab Multiple Sclerosis

Belum diketahui penyebab pasti dari multiple sclerosis, tetapi diduga penyebabnya adalah autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Kombinasi dari faktor genetik dan faktor lingkungan juga diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya multiple sclerosis, di antaranya:

-       Wanita berusia antara 16-55 tahun

-       Terdapat anggota keluarga yang menderita multiple sclerosis

-       Pernah atau sedang menderita penyakit mononukleosis, penyakit tiroid, diabetes tipe 1, dan radang usus

-       Kurang mendapatkan paparan sinar matahari dan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh.

-       Kebiasaan merokok

6)      HIV/AIDS

HIV merupakan singkatan dari Human immonodeficiensy virus. Disebut human karena virus ini hanya dapat menginfeksi manusia, immune-deficiency karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan sistem kekebalan tubuh, dan termasuk golongan virus karena salah satu karakteristiknya adalah tidak mampu mereproduksi diri sendiri, melainkan memanfaatkan sel-sel tubuh . Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS (Desmawati, 2013). Menurut Abrori and Qurbaniah (2017) HIV dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang ditemukan pada cairan-cairan tubuh terutama semen, cairan vagina dan darah.

(a)    Penyebab HIV/AIDS

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.

Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:

(1)   Hubungan seks

Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.

(2)   Berbagi jarum suntik

Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV, adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat menggunakan NAPZA suntik.

(3)   Transfusi darah

Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.Selain melalui berbagai cara di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

(b)   Tanda dan gejala HIV/AIDS

(1)   Fase 1 : Terinfeksi HIV

Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang telah terinfeksi HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat saja, tanpa menunjukkan gejala apapun bahwa ia sudah tertular HIV akan tetapi orang ini juga sudah menularkan HIV pada orang lain (Katiandagho, 2015, p. 32)

(4) Fase 2 : Gejala-gejala mulai terlihat

Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak, seperti hilangnya selera makan, gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan, diare, pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit, demam serta keringat berlebihan di malam hari tetapi gejala diatas belum dapat di jadikan patokan bahwa itu adalah AIDS, karena itu masih gejala-gejala umum  dan harus di periksakan ke dokter untuk hasil yang lebih spesifik (Katiandagho, 2015, p. 33)

(5) Fase 3 : Penyakit AIDS

Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS. Sistem kekebalan tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan terhadap penyakit yang menyerang termasuk kanker dan infeksi. Perwujudan penyakit yang menyerang tubuh seseorang tergantung pada virus, bakteri, jamur atau  protozoa yang menyebabkan infeksi, sehingga orang tersebut akan menderita penyakit yang parah (Katiandagho, 2015, p. 33)

(6) Fase 4 : Penderita Meninggal karena salah satu Penyakit

Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa tanpa sistem kekebalan tubuh yang baik sulit bagi seseorang untuk mempertahankan hidupnya dari serangan penyakit. Seseorang bisa bertahan hidup terhadap berbagai penyakit pada tahapan AIDS, tetapi hanya berlangsung selama 1-2 tahaun saja, selanjutnya penderita akan meninggal dunia karena penyakt atau komplikasi dari beberapa penyakit yang ia derita (Nurarif & Kusuma, 2015)

7)      Gagal ginjal

Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena kerusakan ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih. 

(a)    Gejala Gagal Ginjal

Gejala gagal ginjal kronis disebabkan penurunan fungsi ginjal secara perlahan. Pada tahap awal, gejala belum dapat terasa dengan jelas karena penurunan fungsi ginjal masih dapat ditoleransi oleh tubuh. Gejala lebih parah mulai terasa jelas saat penununan fungsi ginjal sudah memasuki tahap lanjut. Gejala tersebut antara lain:

(1)     Mual

(2)     Muntah

(3)     Kehilangan nafsu makan

(4)     Kulit gatal yang berkepanjangan

(5)     Penurunan berat badan atau malah meningkat akibat penumpukan cairan

(6)     Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari atau bila tahap lebih lanjut lagi urine semakin sedikit

(7)     Terdapat darah dalam urine

(8)     Edema atau pembengkakan pada mata kaki, tungkai, atau tangan akibat penumpukan cairan

(9)     Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan pada jaringan jantung

(10) Sesak napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru

(11) Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan

(12) Gangguan tidur atau insomnia

(13) Kram dan kejang otot

(14) Pucat

(15) Pusing

(16) Disfungsi ereksi pada pria

(b)   Penyebab Gagal ginjal

Gagal Ginjal kronis umumnya terjadi saat suatu penyakit mengganggu fungsi ginjal hingga menyebabkan kerusakan yang terus memburuk dalam beberapa bulan atau tahun. Penyakit tersebut meliputi:

(1)   Diabetes

Kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak penyaring dalam ginjal.

 

 

(2)   Hipertensi atau tekanan darah tinggi

Kondisi ini seiring waktu menambah tekanan pada pembuluh darah kecil di ginjal, yang kemudian menghambat fungsi ginjal bekerja secara normal.

(3)   Glomerulonefritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.

(4)   Nefritis intersititial atau peradangan pada tubulus ginjal dan jaringan sekitarnya.

(5)   Infeksi ginjal yang berulang atau pielonefritis.

(6)   Penyakit ginjal polikistik, yang ditandai dengan pertumbuhan kista pada ginjal.

(7)   Gangguan saluran urine yang berkepanjangan, contohnya karena batu ginjal, pembesaran prostat, tumor, kelainan ginjal atau kandung kemih bawaan.

(8)   Cedera akut ginjal yang tidak sembuh.

(9)   Lupus nefritis.

(10)      Penyakit asam urat.

(11)      Penyakit pembuluh darah ginjal, seperti penyempitan pembuluh arteri ginjal (stenosis arteri ginjal) atau gumpalan darah di pembuluh vena ginjal (trombosis vena ginjal).

8)      Kanker

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh . Pertumbuhan sel abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh yang lain.

(a)    Penyebab Kanker

Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi) genetik pada sel. Mutasi genetik akan membuat sel menjadi abnormal. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme sendiri untuk menghancurkan sel abnormal ini. Bila mekanisme tersebut gagal, sel abnormal akan tumbuh secara tidak terkendali.

Faktor yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker berbeda-beda, tergantung pada jenis kankernya. Meskipun demikian, tidak ada jenis kanker yang spesifik hanya dipicu oleh 1 faktor.

Faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi genetik pada sel normal dan kegagalan tubuh untuk memperbaikinya antara lain:

(1)     Berusia di atas 65 tahun. Namun, sebagian jenis kanker lebih banyak terjadi pada anak-anak

(2)     Merokok

(3)     Terpapar radiasi, zat kimia (misalnya asbes atau benzene), atau sinar matahari.

(4)     Terinfeksi virus, seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HPV

(5)     Terpapar hormon dalam kadar tinggi atau jangka panjang

(6)     Menderita penyakit yang menyebabkan inflamasi kronis (peradangan jangka panjang), misalnya kolitis ulseratif

(7)     Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya akibat menderita HIV/AIDS

(b)   Gejala Kanker

Gejala yang timbul akibat kanker juga bervariasi, tergantung pada jenis kanker dan organ tubuh yang terkena kanker. Beberapa gejala yang sering dialami penderita kanker adalah:

-       Muncul benjolan

-       Nyeri di salah satu bagian tubuh

-       Pucat, lemas, dan cepat lelah

-       Penurunan berat badan secara drastis

-       Gangguan buang air besar atau buang air

-       Batuk kronis

-       Demam yang terus berulang

-       Memar dan mengalami perdarahan secara spontan

 

 

2.      Askep pasien dengan penyakit yang life limiting

Pengkajian pada klien dengan penyakit  yang life limiting, menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya terhadap penyakit danaspek  pengobatan  saja  tetapi  juga  aspek  psikososial  lainnya  .  Salah  satu  metode  untuk membantu perawat  dalam mengkaji  psikososial  pada klien penyakit life limiting  yaitu dengan metode:“PERSON “,  P ( Personal  Strength ) ,  yaitu kekuatan seseorang dilanjutkan dengan gayahidup,  kegiatan  atau  pekerjaan  .  E (  Emotional  Reaction  )  yaitu  reaksi  emosional  yang ditunjukkan  klien. R ( Respon to Stress ) yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau  di  masa  lalu.  S (  Support  Sistem yaitu  keluarga  atau  orang  lain  yang  berarti.  O ( Optimum Health Goal ) yaitu alasan untuk menjadi lebih baik , N ( Nexsus).

a)      Pengkajian

1)      Identitas

(a)      Nama – Tuan Anhar

(b)     Umur- 50 Tahun

(c)      Agama- Islam

(d)     Jenis kelamin- Laki-laki

2)      Riwayat kesehatan

a)        Riwayat kesehatan dahulu

Pasien pernah masuk ke rumah sakit karena tiba-tiba pingsan

b)        Riwayat kesehatan sekarang

Pasien memiliki penyakit life limiting yaitu gagal jantung

c)        Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti klie

3)      Pengkajian faktor predisposisi

(a)      Riwayat psikososial

Hilangnya harga diri  karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri , cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup

 

(b)     Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis

Klien mengalami distress spiritual karena sudah tidak lagi mengerjakan solat

(c)      Kemampuan koping

Tingkat perkembangan reaksi sedih dan kehilangan

Klien merasa sedih dan belum dapat menerima kenyataan tentang penyakitnya

(d)     Faktor sosio kultur

Klien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan , pola kultur terhadap kesehatan , penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal (Klien menyesal dengan kebiasaan merokok sebelum ini)

(e)      Faktor presipitasi

(1)   Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian Penyakit gagal jantung akan memburuk dari waktu ke waktu. Gejala yang dialami tidak langsung menyebabkan kematian tetapi sangat menurunkan kualitas hidup pasien. Walau demikian, ketika penyakit sudah berkembang ke tahap lanjut, kematian dapat terjadi.

(2)   Support dari keluarga dan orang terdekat Keluarga dan orang terdekat sering mengunjungi klien di rumah sakit, kadang-kadang membawa buah-buahan kepada klien

(f)    Faktor perilaku

(1)   Respon terhadap diagnosa

Klien belum bisa menerima penyakit yang dideritanya

(2)   Isolasi sosial Klien sering menyendiri

(3)   Mekanisme koping

-          Denial Adalah  mekanisme  koping  yang  berhubungan  dengan  penyakit  fisik  yang berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara bertahap.

Tahap awal ( Intial Stage )

Tahap  menghadapi  ancaman  terhadap  kehilangan    saya  harus meninggal karena penyakit ini”

(4)   Regresi

Keluarga klien sering memenuhi kebutuhan klien seperti mandi dan makan. Tetapi kadang-kadang klien menolak

(5)   Kompensasi

Suara  tindakan  dimana  klien  tidak  mampun  mengatasi  keterbatasan  karena penyakit yang dialami

(a)    Belum menyadari ( closed awereness )

 

b)     Pengkajian fisik

1)      Pemeriksaan fisik

(a)    Pemeriksaan Vital Sign

Tekanan darah : 140/90 mmhg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 16x/menit

Suhu : 36Oc

(b)     Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering BAK

(c)      Pemeriksaan Muskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

(d)     Pemeriksaan fisik lainnya meliputi pemeriksaan kulit, pemeriksaan leher, pemeriksaan dada (thoraks), pemeriksaaan jantung (cardiovaskular) , pemeriksaan abdomen, pemeriksaan ekstremitas dan pemeriksaan neurologi

2)      Pemeriksaan laboratorium

3)      Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

(a) Pemeriksaan darah

(b)Pemeriksaan laboratorium lain meliputi pemeriksaan fungsi tiroid, pemeriksaan urine dan pemeriksaan kultur pus

 

 

 

c)      Analisa Data

No

Data

Diagnosis

 

1.

 

 

Ds :

Klien mengatakan merasa takut akan kematian

Klien mengatakan akan mati jika berterusan dengan kondisi sekarang

Klien mengatakan tidak bisa menerima status kesehatan sekarang

 

Do :

Klien mengalami depresi

Klien sering berkeringat

Klien tampak cemas

Klien sering mengatakan hal yang sama berulang kali

 

 

Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidupnya.

 

 

2

 

Ds :

Klien merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya

Klien mengatakan tidak bisa menerima penyakitnya

Klien merasa malu karena tidak dapat membahagiakan keluarganya

Do :

Klien tampak sedih

Isolasi diri

Klien tidak banyak bicara

 

Berduka  yang  berhubungan  dengan  penyakit  life limiting  dan  kematian  yang  dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

 

 

3.

 

 

Ds :

Klien mengatakan merasa kawatir akan keluarganya jika dia meninggal

Klien mengatakan merasa terkurung di ruang perawatan

Klien mengatakan tidak senang berada di ruang perawatan

Do :

Klien tampak kurang senang

Klien tampak bingung

Klien tampak sedih

 

Perubahan  proses  keluarga  yang  berhubungan  dengan  gangguan  kehidupan keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan)

 

 

4.

 

Ds :

Klien mengatakan sudah lama tidak solat

Klien mengatakan tidak mampu menghadapi kematian

Klien mengatakan sudah lama tidak mengaji

Do :

Klien tampak menyesal

Klien tampak sedih

Klien tampak putus asa

Klien tampak tidak tenang

 

Resiko  terhadap  distres  spiritual  yang  berhubungan  dengan  perpisahan  dari  system pendukung keagamaan, kurang pripasi  atau ketidakmampuan diri  dalam menghadapi ancaman kematian

 

d)     Diagnosa Keperawatan

1)      Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidupnya.

2)      Berduka  yang  berhubungan  dengan  penyakit  terminal  dan  kematian  yang  dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

3)      Perubahan  proses  keluarga  yang  berhubungan  dengan  gangguan  kehidupan keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan)

4)       Resiko  terhadap  distres  spiritual  yang  berhubungan  dengan  perpisahan  dari  system pendukung keagamaan, kurang pripasi  atau ketidak mampuan diri  dalam menghadapi ancaman kematian

 

e)      Rencana Asuhan Keperawatan

No

Diagnosis

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

 

1.

 

Ansietas  atau ketakutan  yang berhubungan dengan  situasi yang  tidak dikenal,  sifat  dan kondisi  yang tidak  dapat diperkirakan, takut  akan kematian dan efek negative pada gaya hidupnya.

 

Setelah diberikan asuhan Keperawatan selama  2x24 jam,  klien tidak menunjukan ansietas  atau ketakutan dengan  kriteria hasil :

1.Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.

2. Menceritakan tentang  efek gangguan pada  fungsi normal,tanggungjawab, peran  dan gaya hidup

 

1.      Berikan  teknik menenangkan diri.

2.      Berikan dukungan emosi.

3.      Anjurkan keluarga  untuk selalu mendampingi pasien.

4.      Bantu  klien untuk mengurangi ansietasnya:

a.       Berikan kepastian dan kenyamanan.

b.      Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan.

c.       Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya.

d.      Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif.

e.       Kaji  tingkat ansietas  klien  : rencanakan pernyuluhan  bila tingkatnya rendah  atau  sedang

5.      Dorong  keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan  mereka

 

 

2.

 

Berduka  yang berhubungan dengan  penyakit life limiting  dan kematian  yang dihadapi, penurunan  fungsi perubahan konsep diri  dan  menarik diri  dari  orang lain

 

 

Setelah diberikan Asuhan keperawatan selama  2x24 jam,  klien sedikit menunjukan gejala  berduka dengan  kriteria hasil :

Klien akan :

1.      Mengungkapkan kan kehilangan dan perubahan

2.      Mengungkapkan  perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan

3.      Menyatakan kematian akan terjadi

Anggota keluarga  akan melakukan:

1.   Mempertahankan hubungan erat  yang efektif,  yang dibuktikan dengan  cara :

b.      Menghabiskan waktu bersama klien

c.       Memperhatikan  kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien

d.      Berpartisipasi dalam  Perawatan

 

Berikan kesempatan pada  klien  dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan/kekhawatiran didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali  makna pribadi  dari kehilangan.

a. Berikan dorongan penggunaan strategi  koping positif  yang terbukti  yang memberikan keberhasilan pada  masa  lalu masalah.

b. Berikan dorongan  pada klien  untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.

c. Bantu  klien mengatakan dan menerima kematian  yang akan  terjadi, jawab  semua pertanyaan dengan jujur.

d. Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan

 

3.

 

Perubahan  proses keluarga  yang berhubungan dengan  gangguan kehidupan keluarga,takut akan  hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh  dengan stres  (tempat perawatan)

 

Setelah diberikan asuhan Keperawatan selama  2x24 jam,  diharapkan klien  tidak menunjukan adanya perubahan  pada proses  keluarga dengan  kriteria hasil :

Anggota kelurga atau  kerabat

terdekat akan :

1.      Mengungkapkan  akan kekhawatirannya  mengenai prognosis klien.

2.      Mengungkapkan kekhawatiran nya  mengenai lingkungan tempat perawatan.

3.      Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontinu selama perawatan klien.

 

a.       Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati

b.      Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.

c.       Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU

d.      Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien

e.       Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan

f.       Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya

 

4.

 

Resiko  terhadap distres  spiritual yang berhubungan dengan perpisahan  dari system pendukung keagamaan, kurang  pripasi atau  ketidakmampuan  diri dalam menghadapi ancaman kematian

 

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama  2x24 jam,  klien tidak mengalami risiko  stres spiritual  dengan kriteria hasil :

1.      Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.

 

a.      Gali  apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek  atau ritual keagamaan atau spiritual  yang diinginkan  bila ada  yang memberi kesempatan pada  klien untuk melakukannya.

b.     Ekspesikan pengertian  dan penerimaan anda  tentang pentingnya keyakinan  dan praktik  religius atau  spiritual klien

c.      Berikan  privasidan  ketenanganuntuk   ritual spiritual  sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.

d.     Bila  anda menginginkan tawarkan  untuk berdoa  bersama klien  lainnya atau  membaca buku keagamaan

e.      Tawarkan untuk menghubungkan  pemimpin religius  atau rohaniawan rumah  sakit untuk  mengatur kunjungan.

 

No

Diagnosis

Implementasi

Evaluasi

 

1.

 

Ansietas  atau ketakutan  yang berhubungan dengan  situasi yang  tidak dikenal,  sifat  dan kondisi  yang tidak  dapat diperkirakan, takut  akan kematian dan efek negative pada gaya hidupnya.

 

1.      Memberikan  teknik menenangkan diri.

2.      Memberikan dukungan emosi.

3.      Menganjurkan keluarga  untuk selalu mendampingi pasien.

4.      Membantu  klien untuk mengurangi ansietasnya:

a.       Memberikan kepastian dan kenyamanan.

b.      Menunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan

c.       Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya.

d.      Mengidentifikasi dan dukung mekanisme koping efektif.

e.       Mengkaji  tingkat ansietas  klien  : rencanakan pernyuluhan  bila tingkatnya rendah  atau  sedang

f.       Mendorong  keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka

 

S : Klien mengatakan merasa takut akan kematian  Klien mengatakan akan mati jika berterusan dengan kondisi sekarang Klien mengatakan tidak bisa menerima status kesehatan sekarang

O: Klien mengalami depresi Klien sering berkeringat  Klien tampak cemas Klien sering mengatakan hal yang sama berulang kali

A : Ansietas

P : Intervensi dihentikan

 

2.

 

Berduka  yang berhubungan dengan  penyakit life limiting  dan kematian  yang dihadapi, penurunan  fungsi perubahan konsep diri  dan  menarik diri  dari  orang lain

 

Memberikan kesempatan pada  klien  dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan/kekhawatiran didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali  makna pribadi  dari kehilangan.

1.      Memberikan dorongan penggunaan strategi  koping positif  yang terbukti  yang memberikan keberhasilan pada  masa  lalu masalah.

2.      Memberikan dorongan  pada klien  untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.

3.      Membantu  klien mengatakan dan menerima kematian  yang akan  terjadi, jawab  semua pertanyaan dengan jujur.

4.      Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan

 

S : Klien merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya

Klien mengatakan tidak bisa menerima penyakitnya

Klien merasa malu karena tidak dapat membahagiakan keluarganya

O : Klien tampak sedih

Isolasi diri

Klien tidak banyak bicara

A : Berduka

P : Intervensi dihentikan

 

3.

 

Perubahan  proses keluarga  yang berhubungan dengan  gangguan kehidupan keluarga,takut akan  hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh  dengan stres  (tempat perawatan)

 

1.      Meluangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati

2.      Mengizinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran.

3.      Menjelaskan lingkungan dan peralatan ICU

4.      Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien

5.      Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan

6.      Berkonsultasi dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya

 

S :Klien mengatakan merasa kawatir akan keluarganya jika dia meninggal

Klien mengatakan merasa

terkurung di ruang perawatan

Klien mengatakan tidak senang berada di ruang perawatan

O: Klien tampak kurang senang

Klien tampak bingung

Klien tampak sedih

A : Perubahan proses keluarga

P : Intervensi dihentikan

 

 

4.

 

Resiko  terhadap distres  spiritual yang berhubungan dengan perpisahan  dari system pendukung keagamaan, kurang  pripasi atau  ketidakmampuan  diri dalam menghadapi ancaman kematian

 

1.      Menggali  apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek  atau ritual keagamaan atau spiritual  yang diinginkan  bila ada  yang memberi kesempatan pada  klien untuk melakukannya.

2.      Mengekspesikan pengertian  dan penerimaan anda  tentang pentingnya keyakinan  dan praktik  religius atau  spiritual klien

3.      Memberikan  privasi dan  ketenangan untuk  ritual spiritual  sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan.

4.      Menawarkan  untuk berdoa  bersama klien  lainnya atau  membaca buku keagamaan jika kita inginkan

5.      Menawarkan untuk menghubungkan  pemimpin religius  atau rohaniawan rumah  sakit untuk  mengatur kunjungan.

 

S : Klien mengatakan sudah lama tidak solat

Klien mengatakan tidak mampu menghadapi kematian

Klien mengatakan sudah lama tidak mengaji

O : Klien tampak menyesal

Klien tampak sedih

Klien tampak putus asa

Klien tampak tidak tenang

A : Resiko terhadap distress spiritual

P : Intervensi dihentikan

 


BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup  pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual. Life Limiting Illness adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.

 

B.       Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut.

1.      Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan pada pasien  paliatif dan menjelang ajal

2.      Mahasiswa mampu memahami konsep dan manajemen life limiting illness

3.      Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien penyakit yang life limiting

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Arianti, A. (2017) Identifikasi Gejala Pada Pasien dengan Life Limiting Illness

Artikel Dr Indramuhtadi tentang topik 355 palliative care, 2019

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

Jurnal Konsep Keperawatan Paliative dan Menjelang Ajal, Suci Agustin, 2017

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, UM Surabaya, Elyse Maria Rosa, 2020

Jurnal Tingkat Kesiapan keluarga dengan beban keluarga yang merawat pasien life limiting illness, Ariani dan Pujie Sukma, 2019

Maulida, M.N, 2018 Gambaran Pengetahuan dan sikap perawat mengenai perawatan paliatif

Palliative Care Curriculum for Undergraduates (PCC4U), 2019, Penyakit-penyakit life limiting

Potter&Perry.2010.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Wilkinson, Judith M 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc Edisi 9 Jakarta : EGC

World Health Organization. (2017) World Health Statistics

 

 

No comments:

Post a Comment