DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
Bab II
Pembahasan
2.1
Pengertian Sistem Saraf 2
2.2
Fungsi Sistem Saraf 2
2.3
Bagian-bagian Sel Saraf 3
2.3.1
Neuron 3
2.3.2
Sel Neuroglia 6
2.3.3
Selaput Myelin 7
2.4
Synaps 8
2.5
Impuls Saraf 9
2.6
Pembagian Sistem Saraf 14
2.7
Saraf Pusat Manusia 14
2.7.1
Otak 16
2.7.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang) 21
2.8 Saraf Tepi Manusia 23
Bab III Penutup
3.1
Simpulan 27
Daftar Pustaka
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu
kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbabagai
organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya
diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat tubuh yang satu
dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak
alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem
pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem
koordinasi (Lita, 2006).
Tubuh manusia dikendalikan oleh
sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni
dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang
merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem
saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan
saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan
rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut (Kus Irianto, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan sistem saraf ?
b. Bagaimana
pembagian sistem saraf ?
c. Bagaimana
penyusun sistem saraf ?
d. Bagiamana
mekanisme jalannya impuls pada sistem saraf?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
pengertian sistem saraf.
b. Mengetahui
pembagian sistem saraf.
c. Mengetahui
penyusun sistem saraf.
d. Mengetahui
mekanisme jalannya impuls pada sistem
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem
Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan
saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan
gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap
suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang
puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan
Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel
tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga
bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
2.2 Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali
alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai
Alat Komunikasi
Sebagai
alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat
indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya
alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang
terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai
Alat Pengendali
Sebagai
pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi
sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan
bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai
Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf
merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi
tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau
pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh
pada seluruh alat-alat tubuh kita.
2.3 Bagian – Bagian Sel
Saraf
Sel saraf terdiri dari
Neuron dan Sel Pendukung
2.3.1 Neuron
Adalah
unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu
neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen
berikut :
·
Satu nukleus tunggal,
nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks golgi dan
mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat
bereplikasi.
·
Badan nissi, terdiri
dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam
sintesis protein.
·
Neurofibril yaitu
neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika
diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan
sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar
impuls ke sel tubuh.
c) Akson
Suatu
prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini
menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau
kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Gambar 2.1 Stuktur Neuron
2.3.2 Sel Neuroglia
Neuroglia
(berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara keseluruhan
menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla
spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron
diluar sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron
dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang
berhasil diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk
bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar melekat pada
dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai
“sel pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel astroglia berbentuk
bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah
sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara
aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat
diantara keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan potensial
bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik. Dengan
cara ini pula sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang berbahaya yang
mungkin saja terlarut dalam darah, tetapi fungsinya sebagai sawar darah otak
tersebut masih memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah endothel
kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai
astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan
lebih pendek. Merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin
dalam susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak
mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung
myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron
dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran fagositik. Sel jenis ini
ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap berperan penting dalam
proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran
spitelial yang melapisi rongga serebral dan ronggal medulla spinalis. Merupakan
neuroglia yang membatasi system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah
yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.
2.3.3 Selaput Myelin
Merupakan
suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf.
Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal dengan
hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan
terdapat celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan
saraf pada sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin.
Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam
sistem saraf pusat dinamakan massa putih (substansia
Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin
ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang
serabut yang tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari
nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini
dinamakan konduksi saltatorik.
Hal
terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf dapat
terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin
disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang
mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang
tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya
menjadi tidak mampu sama sekali.
Gambar
2.4 Struktur Myelin dan Nodus Ranvier
2.4 Synaps
Synaps
merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan
organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat
lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu
neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft).
Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik
dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.
Gambar 2.5 Sinaps dari Neuron
Sinaps
sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :
1. Alkalosis
Diatas
PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat terjadi
karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
2. Asidosis
Dibawah
PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output neuronal.
Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
3. Anoksia
Atau
biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas
neuronal hanya dalam beberapa detik.
4. Obat-obatan
Dapat
meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
o Kafein
menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah aliran impuls.
o Anestetik
local (missal novokalin dan prokain) yang membekukan suatu area dapat
meningkatkan ambang membrane untuk eksitasi ujung saraf.
o Anastetik
umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.
2.5 Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh
reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya gerakan atau
perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak
sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor
> Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat
singkat dan tidak melewati otak..
Contoh
gerak refleks adalah sebagai berikut:
·
Terangkatnya kaki jika terinjak
sesuatu.
·
Gerakan menutup kelopak mata
dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
·
Menutup hidung pada waktu
mencium bau yang sangat busuk.
·
Gerakan tangan menangkap benda
yang tiba-tiba terjatuh.
·
Gerakan tangan melepaskan benda
yang bersuhu tinggi.
2.6 Pembagian Sistem Saraf
Sistem
saraf dibagi dua yakni :
o Saraf
Pusat berupa Otak dan Medulla Spinalis.
o Saraf
Tepi
2.7 Saraf Pusat Manusia
Sistem
saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak
sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang
tengkorak. Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh
suatu membran yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan
meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter,
arachnoid, dan durameter. Cairan ini berfungsi melindungi otak atau sumsum
tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang
menyelimuti sistem saraf pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh
darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang
berada di antara piamater dan duramater.
c)
Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal.
Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan
benturan dengan kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan
meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.
Gambar 2.9 Lapisan Otak
2.7.1 Otak
Otak
merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak
dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram
dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan
pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik.
Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron
yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak
lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan
yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum
tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan
bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai
bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang
mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman
(Campbell, et al, 2006: 578)
Gambar 2.10 Otak
a) Otak depan
Otak
depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
·
Otak besar
Merupakan
bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh bagian otak.
Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan informasi
yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian
otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri
dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang
berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer
otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian
kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan
seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian
kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa
atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat
jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.
Gambar 2.11 Belahan
pada Otak Besar
·
Talamus
Mengandung
badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus memilih
data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan.
Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah
itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.
·
Hipotalamus
Mengontrol
kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga
dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat
seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat
dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan
kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang
berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian,
seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat
bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon,
terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus
dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar
yang mudah kita amati dari model torso
Gambar
2.12 Pembagian Fungsi pada Otak Besar
Beberapa
bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi yang
masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls
cahaya dari penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari
kulit serta berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
d.
Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia.
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat
pengaturan refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah
otak besar (cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi
sebagai pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter
yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini,
orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak
tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula
oblongata, dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan
koordinasi gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang
diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan
tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem
keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di
telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri
dan bagian kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak
kecil melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil
terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang
yang dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur
pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak
menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang
tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum
lanjutan.
Gambar 2.13 Otak kecil, pons varoli, dan
medula oblongata
Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur
sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam
pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak,
ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal.
Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang
disebut batang otak (brainstem).
2.7.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla
spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya
dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras,
sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum
tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Bila
sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di
area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem
saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf
dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang
belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang
terdiri dari 7 pasang dari segmen servikal, 12
pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1
pasang dari segmen koxigeus
Gambar 2.14 Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
·
Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah
tengkuk.
·
Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian
belakang torax atau dada.
·
Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah
lumbal atau pinggang.
·
Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os
sakrum (tulang kelangkang).
·
Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang
koksigeus (tulang tungging)
2.8 Saraf Tepi Manusia
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf
sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari
otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas
tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau
otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi
terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf
menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua,
berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1)
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita.
Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya.
Saraf ini mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan
meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem
saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31
pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf
spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas
gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut,
antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori.
Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal,
hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan saraf motorik.
c)
Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
2)
Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak
di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung,
perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan
lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh
hipotalamus di otak. Coba Anda ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah
dijelaskan di depan. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh
terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil, antara lain
mempercepat denyut jantung, melebarkan pupil mata, dan menghambat kerja saluran
pencernaan.Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua.
·
Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini
terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah
menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak
jantung, memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang
menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi,
dan menghambat kontraksi kantung seni.
·
Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan
dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat
detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja
alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni.
Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang
normal.
Gambar 2.15 Saraf Parasimpatik dan Simpatik
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah
suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu
dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf terdiri atas
milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan fungsinya,
neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan
bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem
saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada sistem saraf yakni :
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang
menyelimuti sistem saraf pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh
darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang
berada di antara piamater dan duramater.
c)
Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Fungsi dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti
jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan
mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit
Sistem
saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak
sistem saraf pusat adalah otak dan
sumsum tulang belakang.
Saraf tepi terdiri atas
serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut
saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang
belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf
otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga,
dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Feriyawati,
Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan
Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. Medan: Fakultas Kedokteran USU.
Irianto,
Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia Untuk Paramedis. Bandung:
Yrama
Widya.
Nur,
Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia.
Bandung: Sekolah Tinggi Farmasi.
Sari,
Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor
Cerebrospinal. Medan: Fakultas
Kedokteran USU.
No comments:
Post a Comment