BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Makanan merupakan salah
satu faktor penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Makanan
penting baik untuk pertumbuhan maupun untuk mempertahankan kehidupan. Makanan
dapat memberikan energi yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan
serta memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Secara umum makanan
sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat hidrat arang,
protein, vitamin serta mineral. Makanan sehat bagi konsumen memiliki
persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara
penyimpanan yang benar dan pengangkutan yang sesuai ketentuan.
Sanitasi makanan
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan. Higiene
sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Bila
higiene sanitasi makanan tidak diperhatikan maka penyakit seperti disentri,
virus hepatitis, diare, gastro enteritis dan keracunan makanan akan mudah masuk
pada tubuh.
Sanitasi makanan
meliputi sanitasi tempat, peralatan, penjamah makanan dan bahan makanan. Faktor
yang mempengaruhi sanitasi makanan meliputi faktor makanan, faktor manusia dan
faktor peralatan. Faktor yang bersumber dari makanan memiliki kontribusi
sebesar 47,8% yaitu dari pemilihan bahan makanan, pengangkutan, penyimpanan,
tempat penjualan/ pasar, pengolahan makanan, penyajian dan penyimpanan makanan.
Hasil dari penelitian
tentang higiene sanitasi dan kualitas bakteriologis makanan pada rumah makan
bahwa ada hubungan bermakna antara persyaratan peralatan dengan kualitas
bakteriologis makanan, dalam penelitian ini membuktikan bahwa adanya
keterkaitan antara higiene sanitasi dan kualitas makanan. Tingkat pendidikan rendah akan menyebabkan kurangnya
kesadaran praktik higiene sanitasi makanan dibandingkan dengan tingkat
pendidikan tinggi penjamah makanan. Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang baik
harus memenuhi syarat layak dikonsumsi. Target Kementerian Kesehatan tahun 2015
TPM yang memenuhi syarat sebesar 8%. Data profil kesehatan 2015 menunjukkan
bahwa Jawa Tengah menempati urutan ke 8 terendah dengan persentase 4,96%. Hal
ini menunjukkan bahwa TPM yang memenuhi syarat di Jawa Tengah masih di bawah
target. Permasalahan yang berkaitan dengan sanitasi makanan sangat penting
terutama pada tempat-tempat umum yang berhubungan dengan pelayanan untuk orang
banyak. Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup
kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Warung tenda juga menyediakan makanan namun tidak memiliki bangunan permanen
seperti rumah makan. Penyelenggara atau penjamah makanan adalah orang yang
berhubungan langsung dengan pengolahan makanan. Penjamah makanan melakukan
upaya-upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu
seperti mencuci tangan, mencuci piring serta membuang bagian makanan yang telah
rusak.
B.
RUMUS MASALAH
Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Apakah ada hubungan praktek higiene sanitasi dan pengetahuan penjamah makanan
dengan keberadaan E. coli dan Peralatan Makan di warung tenda.
C.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan praktek higiene sanitasi dan
pengetahuan penjamah dengan keberadaan E. coli pada makanan dan Peralatan di
warung tenda Jalan Kedungmundu Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan praktek higiene sanitasi di
warung tenda
b. Mendeskripsikan pengetahuan penjamah makanan di
warung tenda
c. Mendeskripsikan keberadaan E. coli pada makanan
di warung tenda
d. Mendeskripsikan keberadaan E. coli peralatan di
warung tenda
e. Menganalisis hubungan praktek higiene sanitasi
dengan keberadaan E. coli pada makanan di warung tenda
f. Menganalisis hubungan praktek higiene sanitasi
dengan keberadaan E. coli pada peralatan di warung tenda
g. Mengalisis hubungan pengetahuan penjamah dengan
keberadaan E. coli pada makanan di warung tenda
h. Menganalisis hubungan pengetahuan penjamah dengan
keberadaan E. coli pada peralatan di warung tenda
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
HIGIENE SANITASI
1. Pengertian
Higiene dan Sanitasi
a. Higiene
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu, seperti mencuci tangan untuk kebersihan tangan,
mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang
telah rusak. Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara sebelum bekerja
mencuci tangan dan tidak mencuci tangan menggunakan sabun setelah dari kamar
kecil (wc) dengan kualitas bakteriologis.
b. Sanitasi
Sanitasi
sebagai bagian penting yang berkaitan dengan pengolahan makanan yang sesuai
dengan persyaratan yang ada. Sanitasi makanan adalah upaya untuk menjaga
kebersihan dan keamanan makanan agar tidak terjadi keracunan dan penyakit pada
manusia akibat makanan. Higiene sanitasi
makanan adalah upaya kesehatan dalam memelihara dan melindungi kebersihan makanan,
melalui pengendalian faktor lingkungan dari makanan yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan. Sanitasi yang baik dapat mencegah penyakit
yang terdapat di bahan makanan.
2. Pengertian
Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman
Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Agar pengolahan
makanan sesuai dengan standarnya maka diperlukan higiene dan sanitasi yang
baik.
Sanitasi makanan merupakan salah satu dalam
usaha menjaga kebersihan serta keamanan makanan untuk terhindar dari keracunan
dan penyakit-penyakit. Sanitasi pangan/makanan adalah upaya untuk mencegah
kemungkinan bertumbuhnya dan berkembang jasad renik pembusuk dan pathogen dalam
makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan
membahayakan manusia.
Definisi makanan adalah semua substansi
yang dibutuhkan olehtubuh tidak termasuk air, obat-obatan, dan
substansi-substansi lain yangdigunakan untuk pengobatan. Makanan sehat
merupakan kebutuhanpokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus
ditangani sertadikelola dengan baik dan benar. Makanan memiliki potensikontaminasi E. coli
mulai dari bahan makanan dan makanan yang barumatang. Sebagian besar penjamah
minuman dingin (es buah) belummemenuhi syarat kesehatan dengan ditemukannya
kandungan bakteri E. coli.
Makanan jajanan adalah makanan yang
diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan
siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran,
dan hotel.
3. Faktor
yang mempengaruhi Higiene dan Sanitasi Makanan
Faktor
yang mempengaruhi higiene dan sanitasi makanan merupakan hal yang dapat
berpengaruhi terhadap kualitas makanan. Faktor-faktor higiene sanitasi makanan
meliputi :
a. Pemilihan bahan makanan.
Bahan
makanan perlu dilakukan pemilihan yang baik dilihat dari segi kebersihan,
penampilan dan kesehatan. Bahan yang mengandung protein hewani (daging, ikan,
udang, telur) harus terjaga kesegarannya. Bahan makanan yang baik dan memenuhi syarat
dapat meminimalisir dan mencegah adanya kontaminasi. Kontaminasi yang berasal
dari bahan makanan hasilnya disebabkan oleh bakteri E. coli sebesar 40%.
b.
Pengangkutan Bahan Makanan
Pengangkutan bahan makanan harus sesuai
dengan syarat sanitasi yang baik, pengangkutan dilakukan setelah melakukan
pemilihan bahan makanan. Bahan makanan yang rentan terkena kontaminasi yaitu
daging.
c.
Penyimpanan bahan makanan.
Dalam penyimpanan bahan makanan
hal-hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Penyimpanan
harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yangbersih dan memenuhi syarat tidak
menjadi tempat bersarangnyaserangga dan tikus.
2) Ditempatkan
terpisah dengan makanan yang telah diolah
3) Sirkulasi
udara baik
4) Pencahayaan
yang baik dan cukup
5) Penyimpanan
bahan padat dengan syarat ketebalan maksimal 10cm
6) Kelembaban
ruangan dengan skala 80-90%
7) Setiap
bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapatdigunakan untuk riwayat keluar
masuk barang dengan sistemFIFO (First In First Out).
d.
Pengolahan Makanan.
Pengolahan
makanan menyangkut 4 (empat) aspek, yaitu :
1)
Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang bertugas untuk
memanen, menyembelih, mengangkut hingga mengolah makanan yang dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya kontaminasi terhadap makanan. Pengetahuan, sikap dan
perilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan.
Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi
melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular
dengankonsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah yang
membawa kuman. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penjamah dengan kualitas
sarana sanitasi sebesar (p=0,015).
2)
Cara Pengolahan Makanan
Berdasarkan Permenkes No 942/Menkes/SK/VII/2003 adalah semua
kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak
langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak langsung dengan
makanan jadi dilakukan menggunakan sarung tangan, penjepit makanan, sendok,
garpu dan sejenisnya. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus
memakai celemek, tutup rambut, tidak merokok dan menggaruk anggota tubuh.
3)
Tempat Pengolahan Makanan
Tempat
pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi makanan jadi
biasanya disebut dengan dapur, perlu diperhatikan kebersihan tempat pengolahan.
Tempat pengolahan (dapur) harus dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah
kegiatan.
4)
Peralatan dalam Pengolahan Makanan
Prinsip
dasar persyaratan perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan adalah aman
sebagai alat/perlengkapan pengolahan makanan. Aman ditinjau dari bahan yang
digunakan, peralatan juga tidak terbuat dari bahan yang berbahaya dan tidak
diperbolehkan mengandung E. coli per cm2 permukaan alat masak dan makan.
Kebersihan serta cara menyimpan alat masak dan makan dapat berpengaruh terhadap
kualitas makanan yang diolah. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 65,2%
responden memiliki peralatan dengan sanitasi yang tidak baik.
e. Penyimpanan Makanan
Penyimpanan
makanan sangat penting hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas makanan,
sebaiknya makanan ditempatkan pada tempat yang telah memenuhi syarat disimpan
di dalam lemari.
f. Pengangkutan Makanan
Makanan
yang telah selesai diolah memerlukan pengangkutan untuk selanjutnya disajikan
atau disimpan. Bila pengangkutan makanan kurang tepat dan alat angkutnya kurang
baik kualitasnya, cara pengangkutan harus terhindar dari pencemaran.
4. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan
Berdasarkan Permenkes Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004 persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan sebagai berikut:
a.
Angka kuman E. Coli pada makanan jadi
harus 0/gr sampelmakanan dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 mlsampel
minuman.
b.
Kebersihan peralatan ditentukan dengan
angka total kumansebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman
E.Coli.
c.
Makanan yang mudah membusuk disimpan
dalam suhu panas lebih dari 65,5oC atau dalam suhu dingin kurang dari 4oC,
untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5Oc sampai -
1oC.
d.
Makanan kemasan tertutup sebaiknya
disimpan dalam suhu 10oC
e.
Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam
suhu dapat dilihatpada tabel 2.1
f.
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan:
80-90
g.
Cara penyimpanan bahan makanan tidak
menempel pada lantai,
dinding,
atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jarak
bahan makanan dengan lantai 15 cm
2) Jarak
bahan makanan dengan dinding 5 cm
3) Jarak
bahan makanan dengan langit-langit 60 cm.
5. Persyaratan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Bahan
Makanan
1) Bahan
dalam kondisi baik (tidak rusak dan tidak busuk)
2) Bahan
berasal dari sumber resmi yang terawasi
3) Bahan
makanan kemasan, bahan tambahan makanan dan bahanpenolong makanan memenuhi
persyaratan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b.
Bahan Jadi
1) Makanan
jadi harus dalam keadaan baik, makanan dalam kaleng harus tidak dalam kondisi
kemasan mengembung, cekung bahkan ada kebocoran.
2) Angka
kuman E. coli pada makanan 0 per gram makanan.
3) Angka
kuman E. coli pada makanan 0 per 100 ml pada minuman
4) Buah-buahan
dicuci bersih dengan air yang memenuhipersyaratan, khusus untuk sayuran yang
dimakan mentah dicucidengan air yang mengandung larutan Kalium Permanganat0,02%
atau dimasukkan dalam air mendidih beberapa detik.
c. Penyimpanan
bahan makanan dan makanan jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus
selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia
berbahaya, serangga dan hewan lain.
1)
Bahan Makanan Kering
a)
Temperatur ruangan 10oC
b)
Bahan makanan tidak diletakkan dibawah
saluran/pipa air(air bersih maupun air limbah) untuk menghindari
terkenabocoran.
c)
Tidak ada pengairan di sekitar gudang
makanan
d)
Semua bahan makanan hedaknya disimpan
pada rak-rakdengan ketinggian rak terbawah 15 cm – 25 cm.
e)
Tempat harus dibuat anti tikus dan
serangga
f)
Penempatan bahan makanan harus rapi dan
ditata tidak padatuntuk menjaga sirkulasi udara
g)
Agar menggunakan jendela dan pintu kaca
berwarna hitamuntuk mengurangi intensitas cahaya
2)
Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman
Berdasarkan Kepmenkes No
1204/Menkes/SK/X/2004 persyaratan penyimpanan bahan makana basah sebagai
berikut:
a) Bahan
makanan seperti buah, sayuran dan minuman,disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling)
10oC-15oC.
b) Bahan
makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu
penyimpanan dingin (chilling) 4oC-10oC.
c) Bahan
makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangkawaktu sampai 24 jam disimpan
pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0oC-4oC.
d) Bahan
makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka pendek dari 24 jam disimpan
pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu <0oC.
e) Pintu
tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu
f) Makanan
yan berbau tajam (udang, ikan dan lain-lain) harus tertutup
g) Pengambilan
dengan cara first in first out (FIFO), yaitu yang disimpan lebih dahulu
digunakan dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.
3)
Makanan Jadi
a) Makanan
jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
b) Makanan
jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera
disajikan.
c. Pengolahan
Makanan
Unsur-unsur
yang berkaitan dengan pengolahan makanan
1)
Tempat Pengolahan Makanan
Persyaratan tempat pengolahan makanan
yaitu tersedia dapur khusus untuk mengolah makanan yang memiliki pencahayaan,
ventilasi, bangunan yang baik.
2)
Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan
yang diperlukan dalam proses pengolahan makanan. Peralatan masak tidak boleh
melepaskan zat beracun kepada makanan, peralatan yang digunakan tidak mencemari
makanan dengan mikroorganisme, peralatan dengan bahan yang kualitas baik.
3)
Penjamah Makanan
Penjamah makanan merupakan tenaga yang
berhubungan langsung mulai dari proses hingga makanan jadi. Penjamah makanan
juga dapat menjadi faktor utama pembawa penyakitakibat makanan sehingga
penjamah harus sehat dan bebas dari penyakit menular. Syarat kesehatan para
penjamah adalah pemeriksaan minimal 2 kali dalam satu tahun, agar menjaga
higiene makanan harus menggunakan perlengkapan bekerja. Hasil penelitian ada hubungan antara higiene
pekerja dengan kualitas makanan, sehingga penjamah makanan diharapkan
membiasakan mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.
4)
Penyajian Makanan
a) Cara
penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang dipakai
harus bersih
b) Makanan
jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup
c) Makanan
jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan
dengan suhu minimal 60oC dan 4oC untuk makanan dingin
d) Penyajian
dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih
e) Makanan
jadi harus segera disajikan
e.
Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
Pengawasan
dilakukan secara:
1)
Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas
sanitasi atau petugas penanggung jawab kesehatan lingkungan. Pemeriksaan
parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan meliputi makanan
dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap santap, air kadar air
dan protein tinggi (perishable food), alat makan dan masak.
Pengawasan dilakukan setiap hari dan
sedikitnya 1 (Satu) porsi makanan lengkap (meal) yang disimpan dalam lemari es
pada suhu dibawah 4oC selama 1x24 jam setelah itu bolehdibuang. Pengambilan
sampel untuk pemeriksaan laboratoriumdilakukan minimal 2 (dua) kali dalam
setahun.
2)
Eksternal
Dengan
melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidetil atau mendadak untuk menilai
kualitas.
B.
PenjamahMakanan
Penjamah
makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan
sampai dengan penyajian. Penjamah
makanan yang menyiapkan bahan makanan seperti memanen, mengangkut, melakukan
pengolahan bahkan mempersiapkan makanan berpotensi terkena kontaminasi
mikrobiologis.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi
oleh penjamah makanan adalah sebagai berikut:
1.
Kesehatan Penjamah Makanan
Penjamah makanan harus sehat dan bebas
dari penyakit menular, secara berkala penjamah makanan melakukan pemeriksaan
minimal 2 kali setahun oleh dokter yang berwenang. Pemeriksaan dilakukan oleh
penjamah sebelum menjadi tenaga kerja tetap.
2.
Kebersihan Penjamah Makanan
Penjamah makanan atau sebagai pekerja
pengolah makanan seharusnya tidak menjadi sumber pencemar terhadap makanan yang
diolah, oleh karena itu pekerja harus dapat memenuhi persyaratan kebersihan
antara lain:
a) Menjaga
kebersihan badan (Personal Hygiene)
b) Menggunakan
pakaian kerja atau alat pelindung diri seperti penutukepala, sarung tngan dan
sepatu kerja (sebaiknya sepatu dari karet). Pakaian dan perlengkapan kerja
tidak boleh dibawa keluar tempat pengolahan makanan.
c) Jika
terdapat luka kecil harus ditutup menggunakan plaster, sedangkan jika terdapat
luka cukup besar/parah karyawan tidak diperbolehkan bekerja.
d) Pengolah
makanan selalu mencuci tangan dengan sabun pada saat:
1)
Sebelum memulai kegiatan mengolah makanan
2)
Sesudah keluar dari toilet/ kamar kecil
3)
Sesudah menangani bahan mentah atau
bahan terkontaminasi lainnya karena dapat mencemari makanan lain atau yang
dapatmemicu kontaminasi silang.
3.
Kebiasaan Penjamah
Berdasarkan hasil sebanyak 76,7%
penjamah makanan berperilaku tidak baik. Selama melakukan pekerjaan mengolah makanan,
para pekerja/ penjamah makanan harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan sehari-
hari yang dapat menyebabkan pencemaran pada makanan, antara lain:
a) Tidak
merokok, makan atau mengunyah permen selama melakukanaktifitas mengolah makanan
b) Tidak
membuang ingus dan meludah di dalam area pengolahanmakanan / dapur
c) Selalu
menutup mulut dan hidung pada saat batuk maupun bersin.
Semampunya
tidak batuk dan bersin di dekat makanan.
d) Tidak
mencicipi maupun menyentuh makanan dengan tangan.
Seharusnya
menggunakan sendok bersih, spatula dan alat lainnya.
e) Tidak
menyentuh bagian tubuh misalnya mulut, hidung, telinga ataumenggaruk bagian
tubuh pada saat sedang mengolah makanan.
f) Seminimal
mungkin menyentuh makanan yang siap disajikan dengan tangan. Pada saat memegang
gelas tidak diperbolehkanmenyentuh bagian atas gelas (bibir gelas).
C.
Pengetahuan Penjamah
1.
Pengertian
Pengetahuan (Knowledge) diartikan
sebagai hasil dari penginderaan manusia, hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung), dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sehingga dapat menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan presespsi terhadap objek.
Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, tingkat pendidikan rendah akan menyebabkan kurangnya kesadaran
praktik higiene sanitasi makanan dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi
penjamah makanan. Hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Chusna menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan penjamah dengan kualitas sarana sanitasi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari
berbagai sumber antara lain media massa, media elektronik, buku, tenaga
kesehatan dan sebagainya. Pengetahuan dapat berupa keyakinan tertentu.
2.
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Penjamah
Pengetahuan yang dimiliki oleh penjamah
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
a. Tingkat
Pengetahuan
Pendidikan
merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan, apabila penjamah makanan memiliki
pendidikan baik maka perubahan yang dialami juga perubahan yang positif.
b. Informasi
Seseorang
yang memiliki informasi yang lebih akan memiiki pengetahuan yang luas,
informasi ini juga didapatkan dari berbagai sumber seperti tenaga kesehatan dan
media elektronik.
c. Budaya
Tingkah
laku seseorang atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi kepercayaan
serta sikap.
d. Pengalaman
Hal
yang telah dialami oleh seseorang akan menambah pengetahuan yang bersifat
informal. Masa kerja berhubungan dengan praktik higiene sanitasi.
e. Sosial
Ekonomi
Tingkat
kemampuan manusia sebagai pemenuhan kebutuhan.
3.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek
memiliki intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara umum dibagi dalam
6 tingkat pengetahuan:
a).Tahu
(know)
Tahu diartikan sebagai memanggil memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Tahu juga merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang kita pelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan.
b)
Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar
tahu terhadapobjek, tidak juga dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya.
c)
Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan apabila
seseorang yang telahmemahami objek yang dimaksud dapat menggunakan serta
mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang
berbeda.
d)
Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang
untuk menjabarkandan memisahkan, serta mencari hubungan antara komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi pengetahuan
bahwa seseorang telah sampai pada tingkat analisis.
adalah apabila orang tersebut telah
dapat membedakan /mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan
atas objek.
e)
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu
kemampuan seseoranguntuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang
logisdari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
f)
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian
ini dengan sendiri dapat didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri.
Mengukur pengetahuan dengan cara
wawancara yang berisi materi yang akan diukur dari subyek penelitian responden.
Kategori pengetahuan pada penelitian ini menganut Ali Khomsan yang
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1)
Kategori Baik jika skor ≥ 80%
2)
Kategori Sedang jika skor 60 – 80%
3)
Kategori Kurang jika skor < 60%
D.
Kualitas Makanan
Makanan untuk dikonsumsi adalah makanan
yang kualitasnya baik, ciri-ciri kualitas makanan baik yaitu bebas dari
kontaminasi fisik, bakteriologis, dan faktor kimiawi. Faktor bakteriologis
dapat menyebabkan cemaran makanan dan akan mengakibatkan penyakit bawaan
makanan. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada makanan adalah
Escherichia Coli. Penelitian yang dilakukan di Depok hampir sebagian makanan
terkontaminasi E. coli. Keberadaan
bakteri E. coli tidak hanya ada pada makanan namun terdapat pada peralatan
makan, hal ini dibuktikan dalam penelitian ada hubungan antara praktek penjamah
dengan kualitas bakteriologis pada peralatan makan.
1.
Escherichia Coli
Bakteri E. coli adalah bakteri
facultatively anaerobic gramnegative termasuk famili Enterobacteriaeae yang
berbentuk batang hidup normal di usus. Bakteri E. coli ini dapat berpotensi
menjadi patogen dan akan menimbulkan penyakit bagi manusia. Bakteri E. coli
terdiri dari beberapa kelas antara lain Escherichia coli enteropatogenik
(EPEC), Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC), Escherichia coli
enteroinvasif (EIEC) dan Escherichia coli enterohemoragik (EHEC). (30) Bakteri
E. coli ada dibagian pencernaan baik manusia dan hewan. Pertumbuhan E. coli
pada suhu 10-40oC dan 37oC suhu optimal. E. coli yang masuk ke tubuh akibat
mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar atau makanan yang mudah tercemar
antara lain olahan daging baik daging mentah atau daging setengah matang, susu,
ikan, sayuran, telur, dan peralatan masak atau makan yang bersumber dari air
yang digunakan untuk mencuci. Keracunan akibat bakteri EHEC akan menimbulkan
gejala keracunan seperti mual, muntah, kram perut, diare dan diare parah hingga
berdarah.
2.
Pemeriksaan Escherichia Coli
Keberadaan bakteri E. Coli pada peralatan
makan dapatmenimbulkan gangguan kesehatan, untuk dapat mengetahui apakah ada
kandungan bakteri E. Coli pada peralatan maka dapat dilakukan pemeriksaan
dengan teknik swab. Berikut prosedur pemeriksaan dengan teknik swab, antara
lain:
a.
Sampel diambil dari alat yang siap untuk
dipergunakan atau yang selesai dicuci
b.
Menggunakan sarung tangan steril sebelum
melakukan pengambilan sampel
c.
Setiap TPM diambil 1 usap alat yaitu
piring
d.
Gunakan 1 lidi kapas steril untuk setiap
alat
e.
Menggunakan NaCl 0,9% steril bervolume
10 ml sebagai cairanusap alat makan dan media tansport.
f.
Masukkan lidi kapas steril ke dalam NaCl
0,9%, lidi ditekan pada dinding agar cairan terbuang dan angkat untuk melakukan
usapan
g.
Usapan dilakukan pada bagian permukaan
dalam dengan cara melakukan 2 (dua) usapan yang satu dan lainnya saling
menyilang siku-siku ari bagian tepi piring, dilakukan sebanyak 3 (tiga)
kali.Keberadaan bakteri E. Coli pada makanan dapat menimbulkangangguan
kesehatan, untuk dapat mengetahui apakah ada kandungan bakteri E. Coli pada
makanan maka dapat dilakukan pemeriksaan dengan metode MPN (Most Probable
Number). Berikut prosedur pemeriksaan dengan metode MPN, antara lain:
A. ALAT:
1) Tabung
Duhram
2) Pipet
volume 1ml
3) Pipet
volume 10 ml
4) Erlermeyer
5) Tabung
reaksi
6) Spriritus
7) Korek
api
8) autoclave
B. BAHAN
1)
Sampel
makanan
2)
Mac
Konkey
3)
Kapas
C.
PROSEDUR:
1) Sterilkan
alat-alat yang akan digunakan dalam autoclave
2) Sampel
makanan ditimbang dengan berat 10 gr.
3) Sampel
makanan dihaluskan
4) Encerkan
sampel makanan tiga tingkat dan disetiap pemindahan selalu didekatkan dengan
api danditutup dengan kapas
5) Setelah
itu masukan tabungdurham yang sudah diisi Mac Konkey ke dalam tiap-tiap tabung
dengan posisi terbalik dan tanpa ada gelembung udara
6) Tutup
semua tabung dengan kapas dan lewatkan diatas api tap-tiap langkah
7) Inkubasi
selama 2x24 jam h. Lakukan pengamatan
Mengukur keberadaan E. Coli dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keberadaan bakteri E. Coli. Kategori
kualitas bakteriologi pada penelitian ini menganut Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 1096 tahun 2011 diklasifikasikan menjadi 2 (dua) sebagai berikut:
a.
Kategori memenuhi syarat (tidak terdapat bakteri E. Coli)
b.
Kategori tidak memenuhi syarat (terdapat bakteri E. Coli)
E.
HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara praktek higiene
sanitasi dengan keberadaan E. coli pada makanan
2. Ada hubungan antara praktek higiene
sanitasi dengan keberadaan E. coli pada peralatan
3. Ada hubungan pengetahuan penjamah dengan
keberadaan E. coli pada makanan
4. Ada hubungan pengetahuan penjamah
dengan keberadaan E. coli pada peralatan
DAFTAR
PUSTAKA
Chandra B. Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC Buku Kedokteran; 2012.
Mukono. Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press; 2006.
Slamet JS. Kesehatan
Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2007.
BPOM. Keracunan Makanan Akibat Bakteri Patogen
2016. Available from: http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/KERACUNAN%20PANGAN%20AKIBAT
%20BAKTERI%20PATOGEN%20BAG.II.pdf.
Suardana Iw, Swacita IBN. Higiene Makanan Kajian Teori
dan Prinsip Dasar. Denpasar: Udayana University Press; 2009.
Dinas Kesehatan. Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah
Makan dan Restoran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan 2006 Contract No.: 1098/Menkes/SK/VII/2003.
Fathonah S.
Higiene dan Sanitasi Makanan. Semarang: Unnes Press; 2009.
Tahaku N. Hygiene Sanitasi Pengolahan dan uji
Keberadaan Bakteri Escherichia Coli pada Es Buah yang dijajakan di Pasar Jajan
Kota Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo; 2012. Available
from: http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=255970
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUS MASALAH
C.
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.
Higiene Sanitasi
1. Pengertian
Higiene dan Sanitasi
a. Higiene
b. Sanitasi
2. Pengertian
Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman
3. Faktor yang mempengaruhi Higiene dan Sanitasi
Makanan
a. Pemilihan bahan
makan
b. Pengangkutan bahan makanan
c. Penyimpanan bahan makan
d. Pengolahan
makanan
e. Penyumpanan makanan
f. Pengakutan
makanan
4. Persyaratan Higiene
dan Sanitasi Makanan
5. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
a. Bahan makanan
b. Bahan jadi
c. Penyimpanan
bahan makanan dan makanan jadi
B.
Penhamah Makanan
1.
Kesehatan Penjamah Makanan
2.
Kebersihan Penjamah Makanan
3.
Kebiasaan
Penjamah
C.
Pengetahuan
Penhamah
1. Pengertian
2. Faktor yang mempengaruhi pengertian penjamah
3. Tingkat pengetahuan
D.
Kualitas Makanan
1. Escheruchia coli
2. Pemeriksaan
Escheruchia coli
E.
Hipotesis
BAB
II KESIMPULAN
Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu:
1. Perilaku higine
sanitasi ibu di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2 memiliki persentase sebesar
92,1% ibu dengan kategori baik.
2. Pengetahuan gizi
ibu di wilayah kerja Puskesmas Mranggen 2 memiliki persentase sebanyak 78,9%
ibu dengan kategori tidak baik.
3. Status gizi pada
anak usia 24-59 bulan di Puskesmas Mranggen 2 sebanyak 65,8% anak dengan
kategori stunting.
4. Tidak terdapat hubungan antara perilaku
higiene sanitasi terhadap stunting pada anak usia 24-59 bulan di Puskesmas
Mranggen 2 (p=0,538).
5. Terdapat
hubungan antara pengetahuan gizi ibu terhadap stunting pada anak usia 24-59
bulan di Puskesmas Mranggen 2 (p=0,000).
No comments:
Post a Comment