BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kebutuhan daging sapi yang setiap
tahun makin meningkat menjadikan pemenuhan kebutuhan akan daging sapi tersebut
selalu negatif yang artinya permintaan selalu lebih tinggi daripada penawaran
daging sapi tersebut. Oleh sebab itu, usaha peternakan sapi potong perlu
dikembangkan.
Daging sapi merupakan salah satu
bahan pangan sumber protein. Data Dirjen Peternakan (2005) menyebutkan bahwa
produksi daging sapi 463.800 ton dan daging sapi merupakan sumber daging yang
paling digemari masyarakat Indonesia setelah daging unggas. Peningkatan
produktivitas sapi bisa dilakukan dengan cara pemeliharaan dan budidaya yang
baik. Ukuran keberhasilan manajemen pemeliharaan sapi adalah dengan melihat
produktivitas sapi tersebut.
Bobot badan sapi merupakan salah
satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear
tubuh sapi meliputi lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan (Kadarsih,
2003). Peternak umumnya menggunakan bobot hidup sapi sebagai ukuran
keberhasilan pemeliharaan dan pertumbuhan sapi yang telah dipelihara apakah
sesuai dengan harapan. Bobot hidup juga merupakan salah satu penentu harga seekor
sapi dalam bidang pemasaran
Penilaian keadaan individual sapi
potong yang akan dipilih sebagai sapi potong bibit atau bakalan, pada
prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, daya pertumbuhan, dan
temperamen. Sejarah sapi yang berkaitan dengan penyakit sangat dianjurkan juga
apabila memungkinkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendugaan
Umur Ternak
Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri
sapi hanya terdapat di rahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah
tumbuh. Gigi secara bertahap pada umur tertentu akan tanggal sepasang demi
sepasang, berganti dengan gigi seri yang baru. Gigi seri yang pertama atau gigi
yang sudah tumbuh semenjak sapi lahir ini disebut gigi susu, sedangkan gigi
seri baru yang menggantikan gigi susu tadi disebut gigi tetap. Pemunculan
setiap pasang gigi berlangsung kira-kira pada waktu yang sama dari kehidupan
dan dengan demikian merupakan indikasi dari umur ternak yang mungkin dapat
diperiksa dari gigi-gigi mereka. Sepanjang mengenai sapi indikasi tersebut
merupakan perkiraan sebab perbedaan umur sebanyak 16 bulan mungkin didapat pada
sapi dengan melihat gigi pada tahap perkembangan yang sama. Perbedaan pada
tingkat ini adalah tidak biasa tetapi penilaian harus dibuat untuk variasi
sampai 6 bulan (Williamson and Payne, 1993). Gigi seri sapi mudah diperiksa dan
karena itu pada gigi tersebut perhatian dibatasi, tahapan perkembangan dari
gerakan dicatat, hanya bila fakta-fakta selanjutnya yang pasti diperlukan. Setiap
sisi dari rahang bawah terdapat 4 gigi seri atau gigi depan dan 6 gigi geraham
pada sapi dewasa. Gigi pada rahang atas terdapat jumlah yang sama dari geraham
tetapi tanpa gigi seri (Williamson and Payne, 1993).
Pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yakni fase gigi susu,
fase di mana gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan
gigi yang baru; fase pergantian gigi, yaitu dari awal pergantian sampai
selesai, dan fase keausan yaitu fase di mana gigi tetap mengalami keausan
(Murtidjo, 1992). Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah,
mempunyai usia sekitar kurang lebih 1,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap
sepasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 2 tahun. Sapi yang memiliki
gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 3 tahun. Sapi
yang memiliki gigi tetap tiga
pasang pada cormahmaintgtobuaswerah, mempunyai
usia sekitar 3,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap
empat pasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 4 tahun. Sapi yang
mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai
usia sekitar 6 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi
50% bagian telah aus, mempunyai usia sekitar 7 tahun. Sapi yang mempunyai gigi
tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah aus, mempunyai usia
2.2 Pendugaan Umur Melalui Gigi
Penafsiran umur dengan
melihat perkembangan dan pergantian gigi seri serta terasahnya gigi seri
(permanen). Pada pedet terasahnya gigin tidak seberapa karena makanannya hanya
diberi air susu, sedangkan pada sapi dewasa terasahnya lebih banyak karena
pakannya dalam bentuk keras (Herren, 2012).
Ternak ruminansia tidak mempunyai gigi
taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas
hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada
kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan
geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah.
Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini
kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri
susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok)
dan digantikan dengan gigi seri tetap.
Pergantian gigi seri susu dan gigi
seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak
tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi
pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal
atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan.
Menentukan umur ternak domba kurang
dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu.
Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai
dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur
tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika
ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5 tahun.
Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas
5 tahun.
Prinsip taksiran dari gigi adalah
memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan gigi ternak. Pertumbuhan
gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu, periode penggantian
gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi tetap.
Secara umum sejak umur 6 bulan,
tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap
pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi
betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan
tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah
banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat
dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat
adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada
sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.
· Pendugaan
umur
cara-cara penafsiran
umur ternak tersebut, yaitu :
1. Taksiran dengan Metode Gigi.
Penafsiran umur dengan melihat perkembangan dan pergantian
gigi seri serta terasahnya gigi seri (permanen). Pada pedet terasahnya gigin
tidak seberapa karena makanannya hanya diberi air susu, sedangkan pada sapi
dewasa terasahnya lebih banyak karena pakannya dalam bentuk keras (Poespo,
1986).
Ternak ruminansia tidak mempunyai gigi
taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas
hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada
kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan
geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah.
Gigi
seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan
agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini
sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan
digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri
tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir
berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak
yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari
pada tenrak yang dikandangkan. Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun
jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap
(sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua
pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga
pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan
ggigi tetap (8 buah) harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan
mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun.
Prinsip
taksiran dari gigi adalah memperhitungkan pertumbuhan, penggantian dan keausan
gigi ternak. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi
susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi
tetap.
2.
Taksiran dengan Metode Tanduk.
Poespo (1986) menyatakan bahwa keadaan cincin tanduk dapat
digunakan untuk menafsirkan umur sapi. Rumus yang digunakan yaitu :Y = X + 2
Dimana Y merupakan umur sapi, X merupakan jumlah cincin tanduk dan 2 merupakan
koefisien rata-rata sapi bunting pada umur 2 tahun.
Tiap cincin tanduk
berhubungan erat dengan kelahiran, periode laktasi dan jalannya pemeliharaan.
Sesudah selesai periode kebuntingan pertama, pangkal tanduknya timbul suatu
alur melingkar dan selanjutnya setiap kali bunting hal demikian akan terjadi
lagi. Pengaruh pencemaran, penyakit dan musim panas menyebabkan cincin tanduk
kelihatan dangkal dan tidak terang.
Secara umum sejak umur 6 bulan,
tanduk sapi normal akan tumbuh dan secara bertahap
pada dasar tanduk akan terlihat lingkaran-lingkaran yang mengelilingi.Pada sapi
betina yang secara teratur melahirkan , dapat dilihat jelas pertumbuhan
tanduknya. Maka pedoman memberikan taksiran umur sapi betina dewasa adalah
banyaknya lingkaran pada tanduk ditambah 4 tahun. Namun untuk sapi jantan dapat
dihitung jumlah lingkaran pada tanduk ditambah 5 tahun. Yang perlu diingat
adalah penaksiran dengan metode lingkar tanduk ini hanya dapat digunakan pada
sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan taksiran dengan metode gigi sapi.
Adapun untuk menentukan umur sapi
yang perlu diperhatikan adalah kondisi gigi yang meliputi pertukaran gigi seri
susu dengan gigi seri tetap, perecupan gigi seri, pergesekan, dan bintang gigi.
Jika gigi seri susu I1 sudah berganti dengan gigi seri tetap dan sudah merecup,
berarti umur sapi 2 tahun. Jika gigi seri susu I2 sudah berganti dan merecup,
berarti umur sapi 3 tahun. Jika gigi seri susu I3 sudah berganti dan merecup,
umur sapi 3,5 tahun. Jika semua gigi seri telah berganti (I4) dan merecup, umur
sapi 4 tahun. Jika I4 ada tanda pergesekan, berarti umur sapi 5 tahun. (Timan
2003).
Menurut Tabrany (2001) hewan yang cukup umur akan menghasilkan daging yang
berprotein tinggi dengan kadar asam amino yang lengkap, mudah dicerna, begitu
pula teksturnya empuk. Sedangkan ternak yang belum cukup umur akan menghasilkan
daging yang lembek dan menyebabkan rasa daging relatif tidak lezat.
·
Pendugaan Bobot Badan
Eksterior
adalah suatu cara untuk mengetahui
tingkat prestasi suatu ternak melalui pengamatan morfologi (secara visual)
untuk menentukan baik atau tidaknya ternak tersebut. Menurut Menurut Supiyono
(1995), eksterior atau tilik ternak adalah suatu ilmu yang mempelajari
bentuk-bentuk tubuh dari luar untuk menentukan atau meramalkan prestasi dari
suatu ternak.
eksterior
digunakan salah satunya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan
untuk menentukan pekiraan bobot (berat) badan suatu ternak tersebut. dalam hal
ini tilik ternak pada sapi dilakukan dengan cara mengukur bagian – bagian
tertentu pada tubuh sapi tersebut.( Anonimous, 2010)
Dalam
pengukuran, disarankan berdiri dengan jarak 2 meter dari sapi yang akan
diukur. Selanjutnya, memulai pengukuran dari depan kemudian
mengitari sisi sebelah kiri dan kanan mengelilingi seluruh tubuh hewan.
Pengukuran ternak sapi yang kami lakukan adalah pada daerah-daerah tertentu
saja seperti panjang badan, tinggi badan, lebar dada.( Kartasudjana Ruhyat, 2001) Pada
perhitungan selanjutnya dilakukan perhitungan bobot badan sapi dengan
menggunakan rumus Schoort.
Panjang
badan pada sapi jantan diukur dari awal kaki depan sapi sampai ke kaki belakang
sapi. Pada sapi jantan, memiliki panjang badan 102 cm. pada pengukuran tinggi gumba di ukur pada
bagian tertinggi pada tubuh sapi ini diukur pada bagian depan sapi. Tinggi
gumba sapi ini yaitu sapi jantan 107 cm. Lebar dada diukur dengan mengelilingi
pita ukur poada bagian dada sapi, yaitu sapi jantan 133 cm.
hal
ini sesuai dengan (Djagra, 2009) bahwa Lingkar dada, Lingkaran yang diukur pada
dada serta merta atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
Sedangkan berat (bobot) badan sapi dikur dengan perhitungan rumus Schoorl
dengan memanfaatkan pengukurn lingkar dada, dan didapat bahwa perkiraan bobot
badan sapi jantan ini yaitu
Faktor – faktor yang mempengaruhi bobot badan
ternak adalah genetic, lingkungan, jenis kelamin, pakan, manajemen dan
lingkungan. Sapi jantan pada keadaan normal akan tumbuh lebih besar daripada
sapi betina. Karena dilihat dari berbagai macam aspek seperti genetik, pakan,
manajemen dan lingkungan, sapi bali ini mendapatkan perlakuan yang sama.
Sehingga dapat dikatakan bahwa factor yang mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh
sapi ini adalah faktor jenis kelamin.
Hal
ini sama seperti yang duingkapkan (Santosa: 2008) bahwa Ternak jantan tumbuh lebih cepat dari
pada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh
dan daging yang lebih besar dari pada ternak betina.
BAB III
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan
metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan
pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya
cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.
·
Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode
gigi susu, periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan
gigi tetap.
·
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk
menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik,
kemudian kita menafsir berat sapi tersebut.
·
Eksterior adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan ternak. Dengan ilmu tilik ini juga dapat memperkirakan bobot
badan sapi. Bagian tubuh sapi yang diukur yaitu panjang badan, tinggi badan dan
lebar dada . Untuk memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl.
·
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ternak. Faktor – factor
tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis kelamin serta
manajemen pemeliharaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous, 2010. Penilaian
EksteriorTubuh. http://webcache.googleusercontent.
wordpress.com/2008/01/10/penilaian-eksterior-tubuh ternak.
Djagra, I.B. 2009. Diktat
Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas Udayana,
Denpasar..
Gafar, 2007. Rumus untuk menetukan bobot badan kambing, domba dan sapi sebagai hewan
ternak. Kanisius.
Yogyakarta.
Hasnudi, 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Medan: FP-USU.
Herren, 2012. Penafsiran Umur. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran.
Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Pendugaan bobot badan Ternak
Ruminansia. Jakarta: Modul Program Keahlian Budaya Ternak.
Kordi.H.M.Z.danYunus S,1999. Parameter
kualitas kandang yang baik dan pengaruhnya bagi ternak. penerbitkaryaanda,
Surabaya
Nguntoronadi, 2010. TilikTernak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak.
Poespo, 1986. Tafsiran Metode Gigi dan
Metode Tanduk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Santosa, U. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Supiyono, 1995. Ilmu yang mempelajari bentuk tubuh ternak dari luar. Yogyakarta:
Kanisius.
Tabrany, 2001. Pemilihan Dan
Penilaian Ternak Sapi Potong Calon Bibit.http://disnaksulsel.info. Sulawesi Selatan.
Timan, 2003. Pendugaan umur
melalui gigi dan tanduk pada hewan ruminasia. Penerbitkanisius,Yogyakarta.
Untung, 1996. Sanitasi ternak yang sehat. Puspa swara. jakarta
No comments:
Post a Comment