DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang...................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Demografi............................................................................................. 3
B. Sejarah................................................................................................... 5
C. Seni....................................................................................................... 7
D. Wisata
Nagan Raya............................................................................. 11
E. Budaya................................................................................................ 16
F. Permainan
Masyarakat........................................................................ 20
G. Makanan.............................................................................................. 23
H. Kue
Khas Nagan Raya:....................................................................... 29
I. Kegiatan
Masyarakat.......................................................................... 32
J. Budaya
dalam Kesehatan................................................................... 32
BAB III
PENUTUP............................................................................................. 35
A. Kesimpulan......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 36
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kabupaten Nagan Raya adalah
sebuah kabupaten di
Aceh, Indonesia.[1][4] Ibu
kotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 6
jam perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 2002, tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat.
Kata Nagan memiliki
kemiripan dengan nama 5 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, namun secara
arti bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak ada dalam kosakata Aceh. Pun,
belum terketemukan landasan historis, maupun hasil penelitian yang jelas
terkait dari mana penyebutan nama tersebut muncul. Sedangkan Raya berarti
besar, menunjuk semua kecamatan yang ada di Nagan, kendati di dalam nama
kecamatan tersebut tidak tercantum kata "Nagan", misalnya: Beutoeng,
salah satu kecamatan.
Kabupaten
Nagan Raya memiliki 10 kecamatan dan 222 gampong dengan kode pos 23661-23672
(dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010
jumlah penduduk di wilayah ini adalah 138.670 ( dari penduduk seluruh provinsi
Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 70.039 pria dan 68.631 wanita
(rasio 102,05). Dengan luas daerah 354.491 ha (dibanding luas seluruh provinsi
Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 42
jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, Kabupaten
Nagan Raya memiliki luas 3.363,72 km² dengan jumlah penduduk 167.672 jiwa.
Kabupaten Nagan Raya berada
di pantai barat Sumatra yang subur dan sangat cocok bagi pertanian,
khususnya padi yang
terpusat di Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan Beutong karena ditunjang
oleh Sungai Krueng Beutong dan Sungai Krueng Nagan yang mengalir di wilayah
tersebut. Potensi lainnya adalah usaha peternakan dan perkebunan terutama kelapa
sawit. Karena sumber daya pertaniannya yang melimpah, maka Nagan Raya
dikenal sebagai salah satu lumbung beras utama di
Aceh. Bahkan Soeharto, mantan presiden RI pernah berkunjung ke Nagan Raya,
sebagai apresiasinya terhadap pertumbuhan hasil pertanian di daerah tersebut
(tahun 1987).
Sebelum adanya gangguan
keamanan pada masa konflik Aceh, Nagan Raya menjadi pusat bagi transmigran yang
menghidupkan sektor pertanian di kawasan ini. Namun setelah tahun 2001 banyak
transmigran yang meninggalkan unit-unit permukimannya karena gangguan dan
ancaman dari kelompok sipil bersenjata. Diharapkan setelah kondisi keamanan membaik,
para transmigran kembali untuk menyemarakkan perekenomian Nagan Raya, dari
sejak kabupaten tersebut belum genap berusia 2 tahun ini.
PEMBAHASAN
A. Demografi
1.
Profil
Kota Nagan Raya
Kabupaten Nagan Raya adalah
sebuah kabupaten di
Provinsi Aceh, Indonesia.
Ibu kotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 6
jam perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 2002, tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat.
Kata Nagan memiliki kemiripan
dengan nama 5 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, namun secara arti
bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak ada dalam kosakata Aceh. Pun, belum
terketemukan landasan historis, maupun hasil penelitian yang jelas terkait dari
mana penyebutan nama tersebut muncul. Sedangkan Raya berarti besar,
menunjuk semua kecamatan yang ada di Nagan, kendati di dalam nama kecamatan
tersebut tidak tercantum kata "Nagan", misalnya: Beutoeng, salah satu
kecamatan.
Negara |
Indonesia |
Provinsi |
Aceh |
Tanggal Peresmian |
10 apri 2002 |
Dasar Hukum |
UU. No.4 Tahun 2002 |
Ibu Kota |
Suka Makmue |
Pemerintahan ·
Bupati ·
Wakil Bupati |
M.H Jamin Idham , SE Chalidin Oesman ,SE |
Luas ·
Total |
3,363,72 km2
(1,298,74 sq mi) |
Populasi (2017) |
167,672 jiwa |
Zona Waktu |
WIB (UTC+07:00) |
Kode Telepon |
0655 |
Kode Kemendagri |
11.15 |
Jumlah Kecamatan |
10 |
Jumlah Kelurahan |
- |
Jumlah Desa |
222 gampong |
DAU |
Rp.570.763.544.000,-(2018) |
PAD |
Rp.164.140.534.232,- |
APBD |
Rp.1.251.178.454.853,- |
IPM |
69,26 (2016) |
2.
Peta
3.
Daftar kecamatan dan
jumlah gampong di nagan raya
Kecamatan |
Jumlah Gampong |
Beutong, Nagan Raya |
24 |
Beutong Ateuh Banggalang ,Nagan Raya |
4 |
Darul
Makmur,Nagan Raya |
40 |
Kuala, Nagan Raya |
17 |
Seunagan,Nagan Raya |
35 |
Seunagan Timur,Nagan Raya |
34 |
Suka Makmue,Nagan Raya |
19 |
Tadu Raya,Nagan Raya |
22 |
Tripa Makmur,Nagan Raya |
11 |
Kuala Pesisir,Nagan Raya |
16 |
4. Daftar
bupati nagan raya
No |
Foto
|
Bupati
|
Mulai
jabatan |
Akhir
jabatan |
Wakil
bupati |
1 |
|
Drs.
H .Teuku Zulkarnaini |
2002 |
2006 |
- |
2 |
|
Drs.
H .Teuku Zulkarnaini |
2007 |
2012 |
- |
3 |
|
Azwir,
S.Sos |
2012 |
2012 |
- |
4 |
|
Drs.
H .Teuku Zulkarnaini |
2012 |
2017 |
- |
5 |
|
H.
M. Jamin Idham , SE |
2017 |
2022 |
Chailidin
Oesman, SE |
B. Sejarah
Kabupaten Nagan Raya adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Aceh, Indonesia. Ibu kotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km
atau 6 jam perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU
Nomor 4 Tahun 2002,tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh
Barat. Kata Naganmemiliki kemiripan dengan nama 5 kecamatan yang ada di
kabupaten tersebut,namun secara arti bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak
ada dalam kosakata Aceh. Pun, belum terketemukan landasan historis, maupun
hasil penelitian yang jelas terkait dari mana penyebutan nama tersebut
muncul.Sedangkan Raya berarti besar, menunjuk semua kecamatan yang ada di
Nagan,kendati di dalam nama kecamatan tersebut tidak tercantum kata
“Nagan”,misalnya: Beutoeng, salah satu kecamatan.
Kabupaten Nagan Raya berada di pantai barat Sumatra
yang subur dan sangat cocok bagi pertanian, khususnya padi yang terpusat di
Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan Beutong karena ditunjang oleh Sungai
Krueng Beutong dan Sungai Krueng Nagan yang mengalir di wilayah tersebut.
Potensi lainnya adalah usaha peternakan dan perkebunan terutama kelapa sawit.
Karena sumber daya pertaniannya yang melimpah, maka Nagan Raya dikenal sebagai
salah satu lumbung beras utama di Aceh. Bahkan Soeharto, mantan presiden RI
pernah berkunjung ke Nagan Raya, sebagai apresiasinya terhadap pertumbuhan
hasil pertanian di daerah tersebut (tahun 1987).
Sebelum adanya gangguan keamanan pada masa konflik
Aceh, Nagan Raya menjadi pusat bagi transmigran yang menghidupkan sektor
pertanian di kawasan ini. Namun setelah tahun 2001 banyak transmigran yang
meninggalkan unit-unit permukimannya karena gangguan dan ancaman dari kelompok
sipil bersenjata. Diharapkan setelah kondisi keamanan membaik, para transmigran
kembali untuk menyemarakkan perekenomian Nagan Raya.
C. Seni
Kesenian tradisional khas
Aceh yang satu ini sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia maupun dunia.
Sayangnya, arti Tari Saman yang sebenarnya kerap disamakan dengan tarian lain.
seperti Ratoh Jaroe maupun Ratoh Duek.
Sebenarnya, Tari Saman adalah tari yang dibawakan oleh penari laki-laki
secara berkelompok. Jumlah penari dalam kelompok Tari Saman berjumlah ganjil,
minimal 9 orang. Tarian ini adalah tarian khas Suku Gayo, yakni suku tertua di
Aceh.
Tari Saman dibawakan dengan gerakan menepuk dada dan lantai, diiringi
gendangan rebana oleh seorang syeh yang juga menyanyikan lagu dalam bahasa
Gayo. Kostum yang digunakan pun adalah pakaian adat suku Gayo.
Ini dia tarian yang kerap
dimaksud sebagai Tari Saman. Ratoh berarti alat musik pukul atau yang biasanya
dikenal dengan rebana. Penampil Ratoh Jaroe adalah para wanita yang tidak
ditentukan jumlah penarinya.
Kostum
yang digunakan memang hampir sama dengan penari Saman. Yakni pakaian adat khas
Aceh dengan warna cerah dan kontras, serta memakai ciput yang dihiasi oleh
berbagai aksesoris dan tata rias.
Pada
tahun 2018 lalu, Ratoh Jaroe ditampilkan dalam pembukaan Asian Games di
Jakarta. Ribuan pelajar berpartisipasi sebagai penampil Ratoh Jaroe.
Pertunjukan kesenian tradisional khas Aceh ini sontak mendapat apresiasi baik
dari warga dunia yang menonton.
- Tari
Likok Pulo
Ini
adalah salah satu kesenian tradisional khas Aceh yang populer. Sebab Tari Likok
Pulo sering ditampilkan di acara kebudayaan dalam negeri maupun luar negeri.
Rupanya, tarian ini sudah ada sejak tahun 1849.
Tari
Likok Pulo dahulu ditampilkan setelah masa tanam maupun panen padi. Gerakannya
sangat khas, yakni tangan dan kepala yang bergerak dinamis seolah menyerupai
gerakan kincir air. Suara instrumen rapai atau alat musik pukul rebana
mengiringi tari ini.
- Rapai Geleng
Kesenian tradisional khas Aceh ini sudah ada sejak 1952 di daerah
Gampong Seuneulop. Umumnya, Rapai Geleng ditampilkan oleh penari laki-laki
berjumlah 10 orang.
Sesuai namanya, tarian ini memiliki gerakan kepala yang menggeleng, dan
rapai atau rebana yang berpindah dari tangan penari yang satu dengan yang
lainnya. Nilai yang terkandung dalam syair lagu dan tarian ini adalah nilai
moral masyarakat, serta nilai dakwah Islam.
Formasi penari Rapai geurimpheng hampir sama dengan formasi penari Rapai
Geleng. Hal yang membedakan adalah gerakan Rapai Geurimpheng lebih beragam.
Mulai dari penari yang memukul rapai sambil ikut bernyanyi, serta gerakan badan
dan kepala yang lebih dinamis.
Ada sekitar delapan sampai 12 penari dalam sekali pertunjukan Rapai
Geurimpheng. Syair lagu yang dibawakan pun beragam, seperti shalawat maupun
kisah teladan para Nabi. Nilai tariannya pun masih sama, yakni seputar dakwah
dan nilai-nilai Islam lainnya. Tarian ini pun menjadi salah satu kesenian
tradisional khas Aceh yang masih dilestarikan.
Kesenian
tradisional khas Aceh memang identik dengan wadah dakwah Islam yang diiringi
doa dan pujian pada Tuhan Yang Maha Esa. Tari Laweut sendiri dibawakan dengan
menyanyikan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW.
Sebanyak
delapan penari wanita dan satu penyanyi tampil dalam pertunjukkan tarian asal
daerah Pidie ini yang juga dikenal dengan nama Tari Seudati. Gerakannya hampir
sama seperti Tari Saman, tetapi dibawakan dalam posisi berdiri, dan tanpa
iringan musik.
- Tari Tarek Pukat
Kesenian tradisional khas
Aceh juga kerap mengambil nilai-nilai keseharian masyarakatnya. Tari Tarek
Pukat mengandung nilai sejarah tradisi nelayan saat menangkap ikan dengan
jaring.
Sekitar tujuh orang penari wanita menari dengan menggunakan kostum khas
pakaian Aceh. Tarian dibawakan dengan ekspresi ceria, dengan menonjolkan sikap
gotong royong, rasa kebersamaan dan kerja keras. Terdapat pula seutas tali yang
dibentuk menyerupai jaring nelayan.
D. Wisata
Nagan Raya
1.
Krueng
Isep
Sungai
krueng isep merupakan wisata alam berupa sungai di kabupaten Nagan Raya, Aceh.
Sungai ini memiliki air yang berasal dari pegunungan leuser yang segar dan
jernih, serta menawarkan pemandangan sekitar berupa pepohonan rindang,
pebukitan dan pegunungan. Gemercik air yg jernih plus barisan batu
besar yang ada disekitar sungai menambah keindahan alam.
2. Alue
Bate Puteh
Alue
bate puteh juga merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Nagan Raya dan
banyak di kunjungi oleh wisatawan, tempat yang indah dengan danau biru agak
kehijau-hijauan yang sangat memukau siapa pun yang melihat nya di tambah dengan
pasir dan batu yang berwarna putih menambah keindahan alam wisata Alue Bate
Puteh sekaligus menyajikan panorama alam yang sejuk. Sesuai dengan namanya,
Alue dalam bahasa Aceh artinya rawa sedangkan Bate puteh artinya batu putih
jadi dapat disimpulkan bahwa tempat ini memiliki danau indah plus batu putih
yang menarik.
3. Pantai
Indah Naga Permai
Pantai
yang berlokasi di Desa Suak Puntoeng, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan
Raya, Aceh. Pantai Indah Naga Permai merupakan salah satu distinasi wisata yang
ada di Nagan Raya pantai ini menawarkan ke indahan pasir pantai yang berwarna
kecoklatan serta pepohonan cemara yang tumbuh tinggi menjulang disekitar tepi
pantai. Keberadaan pohon cemara menjadi tempat bersuah foto bagi wisatawan dan
membuat suasana di Pantai Indah Naga Permai menjadi rindang dan tidak terlalu
panas. Di Pantai Indah Naga Permai para wisatawan juga akan disuguhkan dengan
fenomena keindahan matahari terbenam di sore hari.
4. Taman
Ratu Balqis
Taman
Ratu Balqis atau yang populer dengan sebutan Taman Buah Naga yang terletak di
Suka Makmue, kabupaten Nagan Raya, Aceh. Menjadi salah satu icon wisata di
Nagan Raya khusunya daerah Suka Makmue, dengan ukiran tugu yang menyerupai buah naga karena itulah masyarakat
setempat lebih suka menyebutnya dengan sebutan “ Taman Boh Naga “. Tugu
tersebut menjadi salah satu spot favorit wisatawan untuk berswafoto, pada waktu
menjelang matahari terbenam tempat ini ramai dikunjungi oleh pengunjung
dikarenakan suasana di Taman Ratu Balqis yang terasa sejuk dan menjadi tempat
bersantai yang sangat asik.
5. Danau
Laut Tadu
Danau
Laut Tadu yang terletak di Desa Alue Gajah,Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya
merupakan destinasi wisata yang baru di buka di kabupaten Nagan Raya, Danau
Laut Tadu menyajikan pemandangan alam yang mengagumkan. Sebuah danau air tawar
yang cukup luas dan diapit oleh pegunungan hijau yang menjulang tinggi suasana
sejuk dan damai pun akan sangat terasa bila berada di lokasi wisata yang satu
ini, tidak hannya itu para wisatawan pun bisa mengelilingi sungai dengan
mengunakan perahu atau bot yang telah disediakan oleh pengelola.
6. Gunung
Singgah Mata
Gunung
singgah mata merupakan sebuah gunung yang terletak di dua kabupaten yaitu Nagan
Raya dan Aceh Tengah pegunungan singgah mata merupakan bagian dari ekosistem
pegunungan leuser yang memiliki wilayah sangat luas, salah satu daya tarik yang
ditawar kan oleh tempat wisata ini adalah pemandangan yang indah dari atas atas
puncak gunung yang sangat mempesona. Dengan adanya kabut berwarna putih serta
udara dingin berpadu dengan keindahan alam yang dihiasi dengan pepohonan hijau
menjadi pemandangan yang sangat sayang apabila di lewatkan. Berbeda dengan
gunung lainnya di Aceh, Gunung Singgah Mata ini terbilang unik. Di
lereng-lereng gunung telah dilakukan pembukaan lahan guna dibangunnya jalan
yang menghubungkan antara Nagan Raya-Aceh Tengah dan sebaliknya. Jarak yang
harus ditempuh wisatawan untuk mencapai kaki gunung yang berada di Kecamatan
Beutong sekitar 44 kilometer dengan perjalanan selama kurang lebih satu jam.
Gunung Singgah Mata memang menjadi tempat populer yang tak pernah sepi dari
pengunjung terutama wisatawan yang menyukai tantangan. Gunung ini memiliki ciri
khas tersendiri, serta daya tarik pada keindahan pemandangan alam yang
ditawarkan ketika berada di puncak. Disaat cuaca cerah dan tak tertutup kabut,
wisatawan bisa melihat keindahan Kota Nagan Raya bahkan Meulaboh.
7. Bendungan
Irigasi Ule Jalan
Bendungan Irigasi Ulee Jalan di
Kecamatan Beutong, Nagan Raya menjadi objek wisata yang kini ramai didatangi
wisatawan. Tempat wisata yang satu ini merupakan sebuah bendungan irigasi yang
cukup besar yang dibangun pada tahun 1991-1993, bendungan irigasi ini berfungsi
untuk mengairi daerah persawahan di Nagan Raya sehingga kebutuhan beras
dikawasan Nagan Raya dan Aceh Barat terpenuh dengan baik. Bendungan Irigasi ini
menyajikan pemandangan alam yang indah terdapat pula air terjun yang tidak
terlalu tinggi yang lebarnya sekitar 50 meter.
Dan juga dihiasi oleh pegunungan bukit barisan.
8. Pantai
Suak Dama
Pantai Suak Dama
yang berlokasi di Desa Babah Lueng, kecamatan Tripa Makmurr Kabupaten Nagan
Raya. Dimana pantai yang satu ini menawarkan keindahan pantai dengan rindangnya
pohon-pohon yang ada dipinggir pantai.
E. Budaya
1.
Upacara adat Perkawinan Di Nagan Raya
Secara umum acara
perkawinan di Nagan Raya dibagi menjadi 4 proses besar, yang kemudian disetiap
proses tersebut dibagi lagi acara-acara kecil sehingga jika disebutkan semua
maka jumlah acara untuk acara perkawinan ada 8 acara. Yang
pertama yaitu duek pakat pada prosesi ini linto atau mempelai pria akan
mengutarakan niat nya untuk melamar mempelai wanita, kedua melamar Ketika hari
melamar telah ditentukan dan disepakati oleh keluarga kedua calon mempelai maka
selanjutnya adalah melamar sang calon mempelai wanita. Biasanya yang pergi
adalah keluarga besar calon suami dengan juru bicara adalah selangke yang telah
dipilih di acara duk pakat pertama. Ketiga duek pakat kedua di prosesi ini
penentuan besar kecil nya acara yg akan di buat nanti dan banyak nya tamu yg
akan di undang. Ke empat pajoh bu tuha, Pajoh bu tuha adalah acara yang
diadakan pihak keluarga untuk membentuk panitia yang akan diisi oleh masyarakat
desa dimana akan diadakan acara tersebut, pada malam pajoh bu tuha pihak keluarga
menyediakan makanan berupa blukat (nasi ketan). Kelima malam boh gaca yaitu
malam melukis inai di tangan dan kaki linto dan dara baroe. Ke enam uroe
seumano atau hari dimandikan secara adat dengan adanya tarian -tarian yg di
sebut dengan grop seumano atau grop phoe, ke tujuh uroe acara Ketika hari
acara, tidak jauh berbeda dengan perayaan ditempat lain, akan tetapi dalam adat
Nagan Raya pada pagi hari ada acara preh dara baroe (menuggu mempelai wanita),
ketika dara telah datang maka wali dari linto (mempelai laki-laki akan
menjemput dan menggendongnyya untuk dibawa masuk kedalam rumah. Tapi sebelum
itu biasanya ketika dara baronya datang akan disambut dengan tarian ranup
lampuan serta kaki si dara baroe akan dicuci diair yang telah dicampur dengan bunga
sebagi tanda sudah diterima dirumah linto sebagi anggota kelaurga baru dengan
senang hati. Ke delapan acara penutup yaitu setelah selasai acara maka dilanjut
dengan membuka kado yang dihadiri oleh seluruh keluarga besar dan masyarakat
sekitar.
2. Upacara Peusijuek
Upacara peusijeuk
yang merupakan tradisi memercikkan air yang dicampur dengan tepung tawar kepada
seseorang yang sedang mempunyai hajat tertentu. Juga termasuk Budaya atau Adat
di Nagan Raya yang masih dilakukan sampe sekarang dan akan terus dilaksanakan
hingga turun temurun.
3. Upacara Adat
Peucicap (Turun Tanah )
Peucicap merupkan
salah satu serangkaian uapacara adat Orang Aceh,pasca ibu melahirkan. Dan juga
di iringi dengan sholawat-sholawat nabi
dan Lantunan Ayat suci Al-qur’an. Salah satu yang menarik adalah ketika selesai
acara bayi akan di gendong oleh ibu nya atau ayah nya kemudian di payungi
dengan payung khas daerah aceh yang identik dengan aksesoris aceh, kemudian
setelah orang tua dari bayi duduk didepan pintu rumahnya kemudian ustadz akan
memecahkan kelapa di atas payung tersebut. Itu adalah salah satu tradisi budaya
di Nagan Raya.
4. Tradisi Madeung
Atau Duk Dhapu
Tradisi madeung atau duk dhapu merupakan
tradisi penyembuhan secara tradisional pada ibu pacsa bersalin, tradisi ini
telah turun temurun pada masyarakat aceh secara umum.madeung ini berlangsung
selama 44 hari dan banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan saat sedang
madeung
5. Tradisi tolak bala
Tradisi tolak bala di Nagan Raya masih
dilakukan sampai sekarang, yang dilakukan setiap tahun (setahun sekali ) pada
akhir bulan safar atau yang sering disebut oleh masyarakat dengan sebutan uroe
rabu abeh ( tulak bala ). Uroe rabu abeh biasanya dilaksanakan pada hari rabu
terakhir dalam bulan safar yaitu salah satu bulan di dalam kalender hijriah
Yang identik dengan cuaca nya yang tdak menentu atau beraura kurang baik. Yang
dilakukan dengan melakukan doa bersama di masjid, meunasah, sungai, laut atau di dayah dengan membacakan doa-doa agar
di jauhkan dari segala marabahaya.
F. Permainan
Masyarakat
1.
Geulayang Tunang
Geulayang tunang
terdiri atas dua kata yaitu geulayang yang berarti layang-layang dan tunang
yang berarti pertandingan, dari namanya sudah
jelas bahwa galayang tunang merupakan pertandingan layang-layang atau
adu layang-layang yang di selenggarakan pada waktu tertentu yang dimainkan
dilapangan yang luas seperti di lapangan sepak bola, persawahan dan sebagainya.
Permainan ini sangat di gemari oleh masyarakat diberbagai daerah di Aceh,
termasuk masyarakat Nagan Raya.
2. Patok Lele
Patok lele
merupakan permainan tradisional khas daerah aceh terutama dj daerah Nagan Raya
meski sekarang sudah sangat jarang kita melihat permainan ini dimainkan namun
permainan ini masih bisa kita jumpai di desa-desa atau di kampung-kampung,
Permainan patok lele dimainkan oleh 2 kelompok yang anggota kelompoknya
berjumlah sama. Cara memainkan Patok Lele yaitu pertama kita harus menggali
lobang tidak terlalu dalam kemudian meletakkan kayu yg sudah disesuaikan dengan
lobang yang digali tadi sedangkan kayu yang panjang digunakan untuk melempar
kan kayu kecil yang berada di lobang tadi.Lalu di lemparkan ke arah lawan jika
bisa tertangkap oleh lawan maka permainan akan digantikan oleh lawan yang
berjaga tadi.Dan jika tidak bisa tertangkap maka permainan akan terus
dilanjutakn oleh pemain tersebut.
3. Teut Beudee Trieng
Teut beudee trieng
merupakan tradisi turun temurun yang dimainkan masyarakat Aceh, terutama
masyarakat Nagan Raya, teut beudee trieng merupakan permainan yang dimainkan pada
waktu atau acara tertentu sperti pada malam takbiran kita akan melihat suansana
seperti ini, teut beude trieng yaitu menyalakan meriam bambu yang bermodalkan
minyak tanah, bambu (trieng), dan mancis. Khas teut beudee trieng ini yaitu
suaranya yang begitu besar tak heran jika kita mendengarnya se olah-olah kita
sedang berada pada situasi perperangan.
4. Meuen Kelereng
Kelereng merupakan
salah satu mainan anak-anak yang paling populer khususnya bagi anak
laki-laki.Kelereng di beberapa daerah disebut juga dengan nama gundu,
neker, gotri, atau guli.permainan yang satu ini memang sudah tidak asing lagi
yang hampir semua daerah memainkan nya termasuk di daerah Nagan Raya, Aceh.
Permainan yang dapat menghibur anak-anak cara memainkan kelereng yaitu kelereng
dimainkan oleh 2 orang atau lebih kemudian mengumpulkan kelereng masing-masing
lalu meletakkannya di atas tanah dan melingkari dengan bentuk bundar (mekingkar
bulat ) lalu pemain akan melemparkan atau. Menyentil kelereng nya ke arah
kelereng yang berada dalam lingakaran tadi, jika kelereng itu kena dan keluar
dari garis lingkaran tersebut maka kelereng yang keluar itu akan menjadi milik
sj pemain.
- Makanan
1. Gulee Reubong
Gulai kuah reubong juga termasuk dalam
kategori sayur. Karena diolah dari rebung bambu atau tunas bambu. Tunas bambu
akan muncul di sekitar batang induk. Tunas inilah yang dipotong lalu dibuang
kulit luarnya. Setelah diiris tipis-tipis tunas bambu itu di rendam beberapa
hari. Kemudian baru dimasak. Rebung bambu ini dimasak dengan santan atau asam
pedas. Kuah Reubong sering dijumpai di daerah pendesaan. Dan sering
dihidang untuk pelengkap menu pada acara perkawinan.
2.
Gulee On Paku.
3.
Keureuling
Asam Keueng.
Gulai eungkot
kerling (ikan jurung) Juga salah satu kuliner Nagan
Raya yang diincar
oleh para pendatang. Bahkan ikan kerling menjadi menu istimewa bagi masyarakat
Nagan Raya. Ikan kerling (ikan jurung) hidup di air tawar yang
dalam.
4.
Gulee Plik U.
Pliek-u" atau patarana adalah
sisa atau ampas kopra (kelapa) yang minyaknya sudah diperas dengan alat
tradisional yaitu dua bilah papan yang dipress dengan baut besar. Masyarakat di
pedesaan Aceh, sejak masa jayanya Kerajaan Aceh sampai kini masih terus
mengolah kelapa secara tradisional. Olahan kelapa ini menghasilkan minyak
goreng yang disebut dengan "minyeuk reutik." Ampasnya tidak
dibuang, tetapi dijemur kembali sehingga
menjadi "pliek-u" yang berwarna
hitam. Pliek-u memancarkan aroma minyak kelapa yang khas. Dalam
tradisi masyarakat Aceh, "pliek-u" menjadi salah satu bumbu
penyedap untuk mengolah sayuran menjadi gulai (kuah) pliek-u. Gulai
ini sangat digemari oleh warga Aceh, baik yang masih tinggal di Aceh apalagi
yang sudah lama di perantauan. Kuah pliek-u bagaikan sebuah wadah
perekat warga Aceh yang tinggal di perantauan. Bila ada acara kangen-kangenan
warga Aceh di rantau, dapat dipastikan bahwa hidangan utamanya adalah
kuah pliek-u.
5.
Sambai On Kaye ( sambal daun-daunan)
6.
Ungkot to ( ikan
kering)
7.
Gulai Ungkout Yee (Ikan
Hiu).
8.
Anyang Petek (Daun
Kates/Pepaya).
9.
Ungkout Sembam.
10.
Gulee Jruk Drien.
Gulai ini
terbuat dari durian yang dipermentasi. Kemudian dimasak dengan sayur atau
ikan dan udang. Di lengkapi dengan serai, kunyit, bawang dan daun jeruk
purut.Kuah jruek drien enak disantap dengan nasi yang masih panas.
Apalagi ditambah dengan sambal lado. Banyak orang yang belum mencobanya.
Merasa jijik dengan makanan ini. Namun, setelah mencicipinya akan ketagihan .
11.
Gulee Puteh. (Sayur masak santan putih)
12.
Krueng Sambai Sunti (lokan sambal Sunti)
13.
Bu Kulah (nasi yang
dibungkus menggunakan daun pisang)
Inilah nasi yang
dibungkus dengan daun pisang. Ini nasi biasa. Daun pisang pun mudah didapat di
sekitar. Membungkus nasi dalam daun pisang bisa berbentuk piramida maupun
berbentuk persegi empat, di Aceh disebut bungkus mie goreng. Ukuran bungkus
daun pisang ini disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi, satu bungkus nasi dalam
daun pisang ini cukup untuk mengenyangkan perut orang dewasa.
14.
Gulai Boh Panah (gulai
nangka)
Boh panah atau
nangka yang masih muda juga dijadikan masakan lezat. Nangka muda itu dipotong-potong
kecil-kecil lalu dicampur dengan bumbu khusus. Jika di acara pesta (kenduri),
tambahan lain bisa berupa daging kambing maupun kerbau. Daging kambing dan
kerbau yang dicampur dengan nangka ini biasanya sisa daging yang telah dimasak
dengan menu lain. Gulai ini tak semua orang bisa menyantapnya.
H. Kue Khas Nagan Raya:
1.
Kue karah.
Kue Karah merupakan salah satu pengganan
tradisional khas Nagan Raya. Kue yang sangat terkenal dari masa ke masa ini
terbuat dari campuran tepung beras dan santan kelapa yang menghasilkan citarasa
manis, renyah dan gurih. Dibuat dalam berbagai macam bentuk yang unik, seperti
bundar, lemping, dan segi tiga, kue karah juga biasa disebut kue sarang burung
karena teksturnya menyerupai serabut. Setiap wisatawan yang berkunjung ke Nagan
Raya, tidak sah rasanya jika belum mencoba renyahnya karah yang dijadikan
sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut. Resep olahan turun temurun ini tak
pernah pudar karena sering kali disajikan pada saat pesta pernikahan sebagai
hantaran dari pihak pengantin laki-laki (linto baro) kepada pihak pengantin
perempuan (dara baro dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran biasanya.Tidak
hanya sebagai hantaran pernikahan, karah juga disajikan pada saat menjelang
hari raya atau acara adat dan kenduri Aceh.
Alat pembuatan kue Karah masih
sangat tradisional yaitu menggunakan tempurung kelapa yang memiliki 6 lubang
kecil sebagai acuan adonan tepung beras, serta sepasang kayu sebagai spatula
untuk membentuk kue karah sesuai keinginan, dan terakhir tempurung yang di
lubangi satu titik untuk meniriskan minyak dari kue karah yang sudah matang.
Dalam proses penggorengan kue karah langkah pertama, adonan tepung beras di
masukkan ke tempurung yang akan diputar pelahan hingga membentuk lingkaran
kecil di atas minyak, langkah kedua menunggu hingga warna kekuningan setelah
itu membentuk kue sesuai keinginan menggunakan spatula, dan langkah terakhir
kue di angkat dan tiriskan di dalam tempurung.
2.
Aneuk Reuteuk
3.
Kue Bolu
4.
Wajeb
5.
Lepek Sage (Legok)
6.
Putro Mano
Putro
Mano adalah makanan ringan yang biasanya disajikan ketika ada acara pernikahan,
ataupun Duk Pakat (rapat keluarga). Putro Mano ini adalah suatu makanan yang
terbuat dari tepung beras ketan yang diberi warna dan dibulat-bulatkan kemudian
direbus menggunakan santan dan daun pandan sebagai pewanginya.
I. Kegiatan
Masyarakat
a.
Perkantoran
b.
Bangunan
c.
Bercocok tanam (tani)
d.
Melaut
e.
Berdagang
J. Budaya
dalam Kesehatan
Dalam usaha untuk melawan penyebaran
virus COVID-19 selain tetap mengikuti
protokol kesehatan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Masyarakat Aceh
memiliki cara tersendiri dalam menghadapi ancaman pandemi COVID-19 yang mereka
dapatkan dari khazanah kebudayaan berupa kisah dan pengalaman para nenek moyang
mereka terdahulu.
Apabila kita melihat dari sejarah
panjang bangsa Aceh dijelaskan bahwa masyarakat Aceh telah lama dan cukup
familiar dalam menghadapi wabah penyakit yang mematikan dan juga menular
seperti pandemi COVID-19 ini. Mereka mengenalnya dengan istilah “tha’eun”,
istilah ini sendiri diambil dari kata serapan bahasa Arab “at-tha’un” yang
berarti wabah penyakit. wabah penyakit ini memiliki gejala seperti demam dengan
suhu tubuh tinggi, flu, batuk, sesak napas, muntah-muntah, dan sakit-sakit
diseluruh tubuh.
Masyarakat Aceh memiliki kepercayaan
yang tinggi terhadap kuasa Tuhan sehingga mereka beranggapan segala penyakit
pasti ada obatnya kecuali kematian. Diyakini juga bahwa setiap penyakit berasal
dari Tuhan dan dengan memperbanyak ibadah dan doa diyakini penyakit tersebut
akan segera diangkat serta dijauhkan dari kita hambanya.
Berbagai usaha penyembuhan dari
penyakit berupa pandemi virus juga telah dipraktekkan oleh masyarakat Aceh pada
zaman dahulu dan telah ditulis dalam manuskrip-manuskrip kuno seperti pada
naskah Mujarhabat yang berisikan tentang pengobatan-pengobatan
tradisional.
Pada naskah manuskrip tersebut
disebutkan bahwa jika ada virus yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang manusia
cara penyembuhannya adalah dengan menyiapkan dua ruas bawang putih dan 5 sendok
makan madu hutan, caranya adalah bawang putih tersebut digiling hingga menjadi
halus lalu dicampurkan dengan madu dan diminum setiap harinya per satu sendok
teh. Dalam catatan sejarah dalam buku The Achehnese yang ditulis oleh Snouck
Hurgronje dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indoensia menjadi buku
“Aceh di Mata Kolonial”, disebutkan bahwa dalam tradisi masyarakat Aceh pada
zaman dahulu untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan mencegah penularan virus
Tha’eun adalah dengan menyeburkan diri kedalam air laut karena air laut
diyakini dapat menghilang virus dan berbagai penyakit lainnya.
Pada sebagian masyarakat Aceh juga
terdapat tradisi unik untuk mengusir penyebaan wabah virus corona ini yaitu
tradisi “Meujalateh” yang merupakan ritual yang dilakukan masyarakat berupa pawai
mengelilingi kampung sambil membacakan nazam isim “Ya Latif”. Selain itu sambil
melakukan pawai secara bersama-sama, setiap masyarakat membawa satu tongkat
yang terbuat dari pohon bambu yang telah diisi dengan sejumlah batu kerikil dan
dibagian atas tongkat dipasangkan serat ijuk pohon aren. Suara nazam ya latif
dan hentakan tongkat ini diyakini bisa untuk mengusir wabah dan setan yang
mengganggu kampung tersebut. Tradisi meujalateh ini bisa dan banyak kita jumpai
di daerah pesisir Barat-selatan Aceh.
Tradisi serupa juga banyak dilakukan
oleh masyakat Aceh khususnya pada akhir bulan safar atau “Rabu Habeh” dengan
ritual keliling kampung pada malam hari menggunakan Suwa atau obor sambil
membaca doa-doa tertentu agar dijauhkan dari seluruh wabah penyakit termasuk
pandemi COVID-19. Selanjutnya pada masyarakat Aceh juga terdapat tradisi
yasinan dan samadiah secara berjama’ah yang dilakukan setelah pelaksaan shalat
magrib di Masjid atapun Meunasah di kampung masing-masing. Beberapa tradisi
tersebut masih dipraktekkan oleh masyarakat Aceh hingga sekarang dan digunakan
sebagai salah satu rujukan atau acuan dalam usaha untuk memerangi serta
menjauhkan diri dari ancaman penularan pandemi COVID-19 yang telah sangat
meresahkan ini.
Berkaca dari sejarah berupa khazanah
kebudayaan para nenek moyang kita dahulu dalam menghadapi wabah tha’eun ini,
kita semua seharusnya bisa belajar dan mengambil hikmah dari tradisi terdahulu.
Adalah bahwa untuk memutus mata rantai penyebaran pandemi virus corona pertama
kita harus selalu senantiasa mendekatkan diri pada Sang Pencipta dengan
beribadah seraya berdoa memohon kepada-Nya agar dijauhkan dari pandemi ini.
Kemudian bagi kita masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kesehatan tubuh
serta apabila sakit bisa mencoba melakukan pengobatan dengan cara-cara yang
telah diuraikan diatas dan tetap yang terpenting selalu mengikuti protokol
kesehatan.
Selanjutnya juga sangat diperlukan
kerjasama yang baik antara pemerintah Aceh dan masyarakat, karena dari
pengalaman dan sejarah masa lalu dapat kita cermati bahwa masyarakat Aceh
merupakan masyarakat yang solid dan patuh terhadap pemimpin mereka yang amat
jujur dan amanah yaitu para ulama dan Raja/ratu, kesolidan ini terlihat
ketika daerah mereka terserang wabah maka semua kalangan saling bekerja sama
untuk menghadapinya.
Hal ini seharusnya menjadi acuan
bagi Pemerintah Aceh dan masyarakat masa sekarang untuk saling bahu-membahu
dalam menghadapi serangan pandemi ini. Pemerintah dituntut agar selalu jujur
dan amanah dalam mengeluarkan setiap kebijakan agar berdampak positif bagi
masyarakat serta harus menjamin kehidupan masyakarakat tetap membaik selama
masa masa Pandemi. Begitu pula bagi kita masyarakat harus bisa patuh dengan
menjaga diri sendiri agar penularan pandemi COVID-19 bisa segera berhenti dan
kembali menikmati kehidupan tanpa pandemi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten Nagan Raya adalah
sebuah kabupaten di
Provinsi Aceh, Indonesia.[1][4] Ibu
kotanya Suka Makmue, yang berjarak sekitar 287 km atau 6
jam perjalanan dari Banda Aceh. Kabupaten ini berdiri berdasarkan UU Nomor 4
Tahun 2002, tanggal 2 Juli 2002 sebagai hasil pemekaran Kabupaten Aceh Barat.
Kata Nagan memiliki
kemiripan dengan nama 5 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, namun secara
arti bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak ada dalam kosakata Aceh. Pun,
belum terketemukan landasan historis, maupun hasil penelitian yang jelas
terkait dari mana penyebutan nama tersebut muncul. Sedangkan Raya berarti
besar, menunjuk semua kecamatan yang ada di Nagan, kendati di dalam nama
kecamatan tersebut tidak tercantum kata "Nagan", misalnya: Beutoeng,
salah satu kecamatan.
Kabupaten Nagan Raya
memiliki 10 kecamatan dan 222 gampong dengan kode pos 23661-23672 (dari total
243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010 jumlah penduduk
di wilayah ini adalah 138.670 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang
berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 70.039 pria dan 68.631 wanita (rasio
102,05). Dengan luas daerah 354.491 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh
5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 42 jiwa/km²
(dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, Kabupaten Nagan
Raya memiliki luas 3.363,72 km² dengan jumlah penduduk 167.672 jiwa.
Kata Nagan memiliki kemiripan
dengan nama 5 kecamatan yang ada di kabupaten tersebut, namun secara arti
bahasa sampai sejauh ini sama sekali tidak ada dalam kosakata Aceh. Pun, belum
terketemukan landasan historis, maupun hasil penelitian yang jelas terkait dari
mana penyebutan nama tersebut muncul. Sedangkan Raya berarti besar,
menunjuk semua kecamatan yang ada di Nagan, kendati di dalam nama kecamatan
tersebut tidak tercantum kata "Nagan", misalnya: Beutoeng, salah satu
kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://chaerolriezal.blogspot.com/2014/02/kebudayaan-masyarakat-nagan-raya.html
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gesture/article/view/870
https://id.wikipedia.org ›
wiki › Kabupaten_Nagan_Raya
No comments:
Post a Comment