DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFATAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian
Akidah........................................................................................ 3
B. Ruang
Lingkup akidah................................................................................. 4
C. Tauhid dan Magrifatullah............................................................................. 4
D. Syarat Sah dan Batalnya Syahadat.............................................................. 8
BAB III
PENUTUP............................................................................................. 11
A. Kesimpulan................................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Beragama adalah suatau bentuk
keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang diajarkan oleh agama yang
dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat terhadap pokok-pokok ajaran
dan keyakinan sebuah agama, oleh karena itu tidak ada manusia yang mengaku
beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan oleh agama tersebut.
Dalam agama islam terdapat
pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun iman,terdiri dari enam pilar,
keenam pilar tersebut adalah keyakinan islam terhadap hal-hal ghaib yang hanya
diyakini secara trasendental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar
daya nalar manusia. Rukun iman ini terdiri dari: 1. Iman kepada Allah, 2. Iman
kepada Malaikat, 3. Iman kepada Kitab, 4. Iman kepada Rasul, 5. Iman kepada
Hari Akhir, 6. Iman kepada Qadha dan Qadar.
Segala sesuatu yang ALLAH SWT ciptakan
bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya,
menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas.
Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah
SWT tidak sia-sia, manusia dicptakan sebagai khalifah dimuka bumi untuk
mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang
ada.
Disamping kita sebagai manusia harus
pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai manusia juga tidak boleh
lupa akan kodratnya yakni menyembah sang pencipta , Allah SWT, Oleh karena itu,
manusia harus mempunyai akidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang
diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna Akidah yang lurus kepada
Allah SWT tidak luput dari akidah yang benar kepada malaikat-malaikat Allah,
kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasul Allah untuk
disampaikan kepada kita, umat manusia.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa hal yang
akan kami bahas, yaitu :
- Apa
pengertian Aqidah dan ruang lingkup
Aqidah?
- Apa pengertian Tauhid dan
Magrifatullah
- Apa saja Syarat Sah dan Batalnya
Syahadat
C.
Tujuan
Penulisan
Makalah ini ditulis agar kita lebih
memahami apa itu akidah, apa saja yang termasuk ruang lingkup akidah
- Mengetahui pengertian Aqidah dan ruang lingkup
Aqidah?
- Mengetahui pengertian Tauhid dan Magrifatullah?
- Mengetahui Apa saja Syarat
Sah dan Batalnya Syahadat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Akidah
1.
Secara Etimologi
kata “akidah” diambil dari kata dasar
“al-aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al-ibraam (pengesahan), al-ihkam
(penguatan), at-tawatstuq (menjadi kokoh,kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan
dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Diantaranya
juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Akidah artinya ketetapan yang tidak ada
keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian akidah dalam
agama maksudnya adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti akidah dengan adanya Allah dan utusan-Nya
para Rasul. Bentuk jamak dalam akidah adalah aqa-id.
Akidah Islam itu sendiri bersumber dari
Al-Quran dan As-Sunnah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu
hanya dikenakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber akidah
tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
2.
Secara Terminology
Akidah menurut istilah adalah perkara
yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa akan menjadi tentram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak dicampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
3.
Menurut Hasan Al-Banna
“aqa-id” bentuk jamak dari akidah adalah
beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, dan mendatangkan
ketentraman jiwa yang tidak dicampuri sedikit dengan keragua-raguan.
4.
Menurut Abu Bakar Jabir
Al-Jazairy
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini
kesakhikhannya dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
B.
Ruang
Lingkup akidah
Menurut Hasan Al-Banna, sistematika
ruang lingkup pembahasan akidah adalah sebagai berikut.
- Ilahiyyat
: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilahi seperti
wujud Allah dan sifat-sifat Allah
- Nubuwat
: pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul,
termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat dan sebagainya
- Ruhaniyat
: pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain-lain
- Sam’iyyat
: pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’I
(dalil naqli berupa al-quran dan sunnah) seperti alam barzah, akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraka.
C.
Tauhid dan Magrifatullah
1. Makna Tauhid dan Ma'rifatullah
Ma'rifatullah bukanlah
mengenali dzat Allah, karena hal itu tidak mungkin terjangkau oleh akal manusia
yang terbatas. Ma'rifatullah menurut Ibnul Qoyyim, sebagaimana di definisikan
oleh ahli ma'rifah adalah : "ilmu yang membuat seseorang melakukan apa
yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.
Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun
dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia semakin
dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan tantangan yang ada dalam
perjalanan mendekatkan diri pada Allah.
Figur teladan dalam
ma'rifatullah adalah Rasulullah, Dialah sosok yang paling mengenal Allah,
paling dekat denganNya, dan paling taat kepada perintah-perintahNya.
Rasulullah SAW bersabda :
"Sayalah orang yang paling mengenal Allah dan paling takut
kepadaNya".(HR. Bukhari dan Muslim). Tingkatan berikutnya yang paling
mengenal Allah adalah : ( اَلْعُلَمَاءُ العَامِلُونَ ). Ulama' yang mengamalkan ilmunya.
قال تعالى :....إِنَّمَا يَخْشَى اللّهَ مِنْ عِبَادِهِ العُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang takut
pada Allah di antara hamba-hambanya hanyalah 'ulama'”. (QS,35:28 )
Orang yang mengenali Allah,
dengan benar adalah orang yang mampu mewarnai dirinya dengan segala macam
bentuk ibadah. Kita akan mendapatinya sebagai orang yang rajin sholat, pada
saat yang lain kita dapati ia senantiasa berzikir, tilawah, pengajar, mujahid,
pelayan masyarakat, dermawan, dll. Tidak ada ruang dan waktu ibadah kepada
Allah, kecuali dia ada di sana. Dan tidak ada ruang dan waktu yang di benci
Allah, melainkan ia menjauhinya.
2.
Urgensi
Ma'rifatullah
Ma'rifatullah adalah puncak kesadaran
yang akan menentukan perjalanan hidup selanjutnya. Dengan ma'rifatullah manusia
bisa mengetahui tujuan hidup yang sesungguhnya. Ketiadaan ma'rifatullah membuat
orang hidup tanpa arah dan tujuan yang jelas, bahkan orang yang tidak mengenal
Allah dengan benar akan menjalani hidupnya seperti binatang. (QS,47:12).
Ma'rifatullah adalah asas
perjalanan ruhiyah manusia secara keseluruhan. Orang yang mengenal Allah akan
merasakan hidupnya tenang, lapang, dan dia hidup dalam rentangan panjang antara
sabar dan syukur.
Dari ma'rifatullah ini manusia
akan mengenali kehidupan di luar alam
materi, seperti malaikat, jin dan ruh.
Dengan ma'rifatullah seorang
muslim akan senantiasa menjaga dirinya dari melanggar aturan-aturan Allah SWT
sehingga hidupnya di penuhi dengan rahmat dan ridho Allah.
3.
Buah Ma'rifatullah
Puncak ilmu adalah mengenal
Allah. seseorang dikatakan sukses dalam belajar atau menuntut ilmu apabila dia
semakin mengenal Allah dan semakin Dekat pada Allah. Jadi, percuma sekolah
tinggi, gelar prestisius segudang, harta melimpah dan jabatan melangit bila itu
semua tidak menjadikannya semakin dekat, semakin kenal dan semakin taat pada
Allah.
Ma'rifatullah adalah ni'mat
yang sangat besar. Mengenal Allah akan membuahkan ahklaq mulia. Betapa tidak,
dengan mengenal Allah kita akan merasa di tatap, di dengar dan di perhatikan
oleh Allah, sehingga langkah dan gerak kita terarah pada jalan yang dikehendaki
Allah. inilah keni'matan hidup yang sebenarnya.
Dengan ma'rifatullah hidup
menjadi tenang, terarah, ringan dan bahagia. Sebaliknya jika kita jauh dari
Allah, hidup akan terasa berat, sempit, sengsara, tenggelam dalam lumpur dosa,
dan terus menerus hidup dalam rentang waktu dan ruang kehinaan.
قال تعالى :وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَا مَةِ أَعْمَى
"Barang siapa yang
berpaling dari peringatanku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan
akan kami bangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS.
Thaahaa,124 ).
4.
Ciri-ciri Orang
yang Mengenal Allah (Al-arif billah)
Berikut adalah ciri-ciri Orang yang ma'rifah : tidak takut dan tidak bersedih hati (لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَاهُمْ يَحْزَنُونَ) dengan urusan duniawi. Karena itulah kualitas ma'rifah
kita bisa diukur, bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, berarti
kita belum mengenal Allah dengan baik. Sebab orang yang ma'rifah, susah
senangnya tidak diukur oleh ada tidaknya dunia, tetapi diukur oleh dekat
tidaknya dirinya dengan Allah.
Orang yang ma'rifah akan
senantiasa menjaga kualitas ibadahnya. Karena dengan terjaganya ibadah akan
mendatangkan banyak manfaat dan
keuntungan dalam hidup, diantaranya :
a.
Hidup selalu berada
di jalan yang benar.
b.
Memiliki kekuatan
dalam menghadapi cobaan hidup.
c.
Allah akan selalu
mengaruniakan dalam hidupnya.
d.
Akan selalu optimis
dalam menghadapi kehidupan.
e.
Memiliki kendali
dan kontrol dalam hidup, sehingga tidak selalu terjerumus kedalam jurang
kema'siatan.
f.
Selalu berada dalam
bimbingan dan pertolongan Allah.
g.
Memiliki Ruhiyah
imaniah yang kuat.
5.
Sarana Ma'rifatullah
Diantara sarana yang dapat mengantarkan kita pada
ma'rifatullah adalah :
a.
Akal sehat ( العَقْلُ السَّلِيمُ )
Akal sehat manusia jika
digunakan untuk memikirkan dan merenungkan apa yamg ada di sekelilingnya dari
ciptaan Allah dapat menjadikan pemiliknya sampai pada ma'rifatullah yang
sempurna. Alqur-an menjelaskan dalam berbagai ayatnya pengaruh perenungan
makhluk terhadap pengenalan kepada sang khaliq. Allahberfirman: ”sesunggunya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda – tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang – orang yang
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ) "
Ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia – sia. Maha suci
engkau maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.(QS. 03: 190-191).
Rasulullah Sha. Bersabda :
تَفَكَّرُوا فِيْ خَلْقِ اللَّهِ وَلَا تَفَكَّرُوا فِي ذَاتِ اللَّهِ
"berfikirlah kalian
tentang ciptaan Allah dan janganlah berfikir tentang dzat Allah" (HR. Abu
Nu'aim).
b.
Para Nabi dan Rasul
( الأَنْبِيَاءُ وَ الرُّسُلُ )
Kita dapat mengenal Allah dengan baik melalui dakwah dan
penjelasan dari para rasul. Karena mereka memang di utus untuk mengenalkan dan
mengajak manusia kepada Allah. Allah SWT berfirman :"Sesungguhnya kami
telah mengutus rasul – rasul kami dengan membawa bukti – bukti nyata dan telah
telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan".(QS,57:25)
c.
Nama dan sifat
Allah ( الأَسْمَاءُ وَ الصِّفَاتُ )
Mengenali nama dan sifat Allah disertai dengan perenungan
makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah.
cara inilah yang Allah gunakan untuk memperkenalkan dirinya kepada makhluk-Nya.
Dengan asma dan sifat ini terbukalah jendela bagi manusia untuk mengenali Allah
lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati
manusia untuk menyajikan pancaran cahaya Allah. Allah berfirman:
"katakanlah: serulah Allah atau Ar- Rahman. Dengan nama yang mana saja
kamu seru, dia memiliki nama–nama yang baik .(الأسماء الحسنى )" Qs,17:110.
D.
Syarat Sah dan Batalnya Syahadat
1.
Pengertian Syahadat
Syahadat berasal dari kata
bahasa arab yaitu syahida yang artinya “ia telah menyaksikan”. Kalimat itu
dalam syariat islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan
akan keesaan Tuhan (Allah) dan Muhammad sebagai rasulNya.
Syahadat juga biasa disebut
syahdatain karena terdiri dari dua kalimat syahadat. Yang pertama syahadat
tauhid dan yang kedua syahadat rasul.
- Syahadat Tauhid
اشهد ا ن لا ا له ا لا ا لله
Artinya: “Saya bersaksi tiada tuhan selain
Allah”
- Syahadat Rasul
و ا شهد ا ن محمدا رسول الله
Artinya: “Saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad utusan Allah”
Keduanya ialah merupakan
kalimat tauhid, kalimat yang mesti diucapkan dengan lisan, dibenarkan dengan
hati dan diamalkannya dalam kehidupan sehai-hari. Tauhid adalah merupakan inti
dan ruhnya Dienul Islam. ia merupakan kunci diterimanya amal baik disisi Allah
selama tidak tercemar oleh syirik. Bila tercemar dengan syirik maka semua amal
baiknya sia-sia tidak diterima oleh Allah SWT.
2.
Syarat Sah Syahadat
Syarat ialah sesuatu yang mesti
dilakukan atau dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan suatu
pekerjaan atau ibadah. Dan syarat merupakan diluar dari pekerjaan atau ibadah
tersebut. Dengan mengetahui syarat sah syahadat kita mendapat pelajaran.
Pelajaran itu merupakan kebutuhan pokok. Sebab pada diri manusia terdapat
dorongan-dorongan yang secara fitrah memerlukan petunjuk kepada yang benar
serta membawanya kepada akhlak yang mulia, baik pada anak kecil maupun dewasa.
Syarat sah syahadat ada 4:
a.
Mengetahui lafad
syahadat
b.
Mengucapkan lafad
syahadat
c.
Meyakini di dalam
hati
d.
Mengamalkan isi
syahadat.
3.
Rukun Syahadat
Rukun ialah sesuatu yang mesti
dilakukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Dan merupakan bagian dalam suatu
pekerjaan atau ibadah tersebut. Rukun berarti percaya, percaya terhadap
kehendak allah swt. Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan tuhan adalah
keberadaan tuhan sebagai pencipta alam semesta. Sebagai pencipta alam, tuhan
harus mengatasi segala yang ada, bahkan harus melampaui segala aspek yang ada.
Rukun syahadat ada 4:
a.
Menetapkan dzat
Allah SWT
b.
Menetapkan sifat
Allah SWT
c.
Menetapkan kehendak
(pekerjaan) Allah SWT
d.
Menetapkan akan
kebenaran Nabi Muhammad SAW.
4.
Hal yang
Membatalkan Syahadat
Membatalkan ialah tidak sahnya
suatu pekerjaan. Artinya syarat dan rukunnya belum terpenuhi seluruhnya atau
belum terlaksana secara benar. Hal yang membatalkan syahadat disini berarti
saat kita melakukan hal tersebut syahadat kita tidak sah atau kita sudah keluar
dari islam. Dan batalnya syahadat akan berakibat fatal bagi batalnya keislaman
seseorang.
Namun ini jarang disadari oleh
banyak orang. Hal ini sangat penting dan baik, dan tidak sepatut nya diabaikan.
Segala sesuatu yang baik atau maslahat dijadikan syariat, dan segala sesuatu
yang buruk atau merusak dibuang dan dilarang mendekatinya. Sesuatu yang hanya
perlu diperbaiki, ditambah atau dikurangi, diperbaikinya sehingga menjadi baik dan berfaedah untuk
manusia.
Hal yang membatalkan syahadat:
a.
Menyekutukan Allah
SWT
b.
Ragu didalam
hatinya terhadap Allah SWT
c.
Tidak bersyukur
terhadap apa yang dilakukan oleh Allah SWT
d.
Tidak meyakini
Allah SWT didalam hatinya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita lihat
bahwa akidah dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Akidah yang memeperkuat
iman kita. Akidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah
SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/
satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah.
Aqidah dalam kehidupan umat muslim perlu
kita pelajari dan amalkan. Akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati,dapat mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi
keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-keraguan. Sedangkan iman menerut
pengertian sesungguhnya ia lah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan
penuh keyakinan,tidak bercampur syak dan ragu serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup.
B.
Saran
Demikianlah makalah
tentang pokok aqidah. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka
dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberi
pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Afdil.
“Aliran-aliran dalam akidah” . 8 oktober 2014.
http://mufdil.wordpress.com/2009/08/03/aliaran-aliran-dalam-ilmu-kalam/
Almustaghrak,
Ilham. “Arti dan Ruang Lingkup Akidah”. 8 Oktober 2014.
http://digitalreferensi.blogspot.com/2012/11/arti-dan-ruang-lingkup-aqidah.html
Ardhi.
“Makalah Akidah Islam”. 8 Oktober 2014
http://ardhi21.blogspot.com/2012/10/makalah-aqidah-islam_260.html
Ba’asyir, Abu Bakar. 2012. Hakikat Tauhid dan Syirik. Solo: JAT Media
Center.
Dr.
Nashir bin Abdul Karim Al-Aql.” Dirasat fil Ahwaa' wal Firaq wal Bida' wa
Mauqifus Salaf minhaa” diakses dari
http://koepas.org/index.php/2013-07-30-03-42-10/akidah/310-ppas 8 Oktober 2014
Fathan,
Mulia. “Akidah dan Ruang lingkupnya”. 8 oktober 2014.
http://makalahruanglingkuppembahasanaqidah.blogspot.com/
Fauzi, Anis, dkk. 2016. Pengantar Metodologi Islam. Serang: FTK Banten
Press.
Hadhiri
SP, Choiruddin. 20005. Klasifikasi Kandugan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani/
Mubarok,
Amin. 2015. Himpunan Putusan Tarjih. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar. 2012.Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.
Sa’aduddin, Imam Abdul Mukmin. 2006. Meneladani Akhlak Nabi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment