DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFATAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Macam-Macam
Kitab Hadis........................................................................ 3
1.
Kitab
Hadis Al-Ajzā’.............................................................................. 3
2.
Kitab
Hadis Al-Atrāf.............................................................................. 4
3.
Kitab
Hadis Al-Mustadrakāt................................................................... 6
4.
Kitab
Hadis Al-Mustakhrajāt.................................................................. 3
5.
Kitab
Hadis Al-Jawāmi’ / Jami’.............................................................. 8
6.
Kitab
Hadis Musnad............................................................................. 10
7.
Kitab
Hadis Al-Ma‘ājim / Mu’jam........................................................ 11
8.
Kitab
Hadis Al-Sunan........................................................................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 13
A.
Kesimpulan................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keberadaan hadis sebagai salah satu sumber ajaran
islam memiliki perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak dari masa
prakodifikasi, zaman Nabi, sahabat, dan tabiin hingga setelah pembukuan.
Sebelum sampai masa pembukuan, penulisan hadis seringkali menjadi bahan
kontroversi di kalangan sebagian kaum muslim maupun non muslim. Ada sebagian
yang menolak untuk menerima otentisitas Hadis Nabi lantaran mereka berargumen
bahwa Hadis Nabi ditulis dan dibukukan dua abad sesudah wafatnya Rasulullah
Muhammad, suatu rentang waktu yang agak lama berlalu sehingga dapat menyebabkan
timbulnya perubahan dan pergeseran lafaz serta makna hadis yang bersangkutan.
Dalam sejarah perkembangannya, hadis pernah
mengalami masa transisi, yakni dari tradisi oral ke tradisi tulisan, dan penulisannya
membutuhkan waktu yang lebih panjang ketimbang pengkompilasian Alquran. Lama
setelah Nabi saw. wafat, ungkapan-ungkapan dan segala hal yang berkaitan dengan
diri beliau menjadi objek penelitian intensif para ulama hadis untuk dikoleksi
dalam bentuk tulisan. Para ulama hadis hampir sepakat mengatakan bahwa
kodifikasi hadis secara resmi dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz yang
memerintah pada tahun 99-101 H. [1]
Fokus tulisan ini adalah membahas macam-macam kitab
hadis yang pernah muncul dan beredar di dunia pengkajian hadis. Pembahasannya
diupayakan untuk selalu disandarkan ke latar sejarah (historical setting)
perkembangan hadis. Pembahasan peringkat (martabat atau ranking) kitab-kitab
hadis yang dianalisis secara kualitatif hanya pada kitab-kitab kanonik dan
ensiklopedik yang paling sering diapresiasi mayoritas muslim. Sebelumnya akan
dibahas juga peringkat dari macam-macam koleksi kitab hadis ala prinsip
generalisasi. Analisis kualitas menyangkut kajian seluruh aspek koleksi (kitab)
hadis yang meliputi nilai hadis (syarat-syarat yang ditetapkan), sistematika
penulisan, ketelitiannya, dll. Masing-masing kitab yang menempati tingkat
tertentu akan dibahas juga kekurangan-kelebihannya, pujian, dan kritikan
terhadapnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam
Kitab Hadis
Sebagaimana halnya dengan ilmu hadis, penulisan
kitab-kitab hadis juga selalu berkembang. Para penulis kitab-kitab hadis
tersebut mempunyai cara dan corak yang berbeda-beda, terutama dalam
sistematikanya. Para Muhaddisin telah menulis berbagai jenis kitab hadis dalam
berbagai bidang bahasanya. Para pengkaji dan peneliti hadis yang datang
kemudian telah mengelompokkan kitab-kitab hadis yang bervariasi tersebut ke
dalam beberapa kelompok. Jika dikelompokkan macam-macam kitab hadis secara garis
besar adalah sebagai berikut:
- Kitab
Hadis Al-Ajzā’
Al-Juz’ merupakan kitab yang disusun untuk
menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan dari seorang perawi, baik dari
kalangan sahabat maupun generasi setelahnya. seperti Juz’ Hadis Abi Bakar dan
Juz’ Hadis Malik. Pengertian lain menjelaskan bahwa al-Juz’ adalah kitab hadis
yang membahas sanad-sanad sebuah kalimat seperti Ikhtiyar al-Aulani Hadis
Ikhtisham al-Mala’I al-A’la karya al-Hafiz Ibnu Rajab.
Hadis-hadis yang dikumpulkan berdasarkan suatu
perkara tertentu atau tema tertentu seperti Raf` al-Yadaian oleh al-Bukhari.
Dalam kitab ini beliau mengemukakan Hadis-hadis tentang mengangkat tangan tanpa
membahaskan kedudukan Hadis-hadis tersebut apakah ada yang mansukh, syaz, atau mujmal dan sebagainya.
Contoh-contoh lain seperti Juz al-Niyyah oleh Ibn Abi al-Dunya, Juz al-Qira’ah
Khalf al-Imam oleh al-Baihaqi, Juz
Fadhail Ahl al-Bait oleh Abu al-Husin al-Bazzar, Juz al-Munziri Fi Man Ghufira
Lah Ma Taqaddama Min Zanbih, Juz Asma al-Mudallisin dan Juz `Amal al-Yaum wa
al-Lail.
Tujuan kitab Rasail ini ditulis adalah:
1. Untuk
membuktikan sesuatu perkara itu sabit (mendapat ketetapan) daripada Rasulullah
s.a.w dengan mengumpulkan pelbagai riwayat tanpa mengira kedudukan Hadis-hadis
tersebut.
2. Supaya
lebih mudah untuk membuat kajian terhadap sesuatu perkara.
- Kitab
Hadis Al-Atrāf
Kata Atrāf adalah jama’ dari tharf yang berarti
bagian dari sesuatu.[ Tharf hadis adalah bagian hadis yang dapat menunjukkan
hadis itu sendiri, atau pernyataan yang dapat menunjukkan hadis, seperti hadis
innama al-a’mālu bi An-niyyāt.
Kitab al-Atrāf adalah kitab-kitab yang disusun untuk
menyabutkan bagian hadis yang menunjukkan keseluruhannya, biasanya di dalamnya
dituliskan pangkal-pangkal hadis saja. lalu disebutkan sanad-sanadnya pada kitab-kitab
sumbernya. Sebagian penyusun menyebutkan sanadnya dengan lengkap, dan sebagian
lainnya hanya menyebutkan sebagiannya. Kitab-kitab ini tidak memuat matan hadis
secara lengkap, dan bagian hadats yang dimuat pun tidak pasti bagian dalam arti
tekstual.
Sebuah Kitab yang menyebut sebagian dari Hadis dari
sisi permulaannya saja, di tengah-tengahnya, atau diakhir saja. Hal ini banyak
dilakukan terutama oleh Bukhari untuk mengeluarkan sesuatu hukum dari sebuah
Hadis. Ada juga Atraf Sunan Abi Daud, Jami’ al-Tirmizi dan Sunan al-Nasa’i dan
sebagainya. Ibn Hajar al-Asqalani juga ada mengarang kitab yang berjudul Ithaf
al-Mahara Bi Atraf al-`Asyarah yang mengumpulkan 10 buah kitab Hadis di
dalamnya berserta sanadnya yaitu:
a. al-Muwatta’
b. Musnad
Ahmad
c. Musnad
al-Syafi`e
d. Sahih
Ibn Khuzaimah
e. Mustadrak
al-Hakim
f. Sunan
al-Daruqutni
g. Jami’
al-Darimi
h. Muntaqa
Ibn al-Jarud
i.
Sahih Ibn Hibban
j.
Mustakhraj Abi Awanah
Pada dasarnya, penulisan hadis itu baru dimulai pada
abad ke 2 Hijriyah. Pada masa Nabi masih hidup, penulisan Hadis dilarang keras
oleh Nabi karena khawatir akan bercampur dengan al-Qur’an dan berpotensi
dipalsukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan islam saat itu. Nabi pernah
bersabda “Jangan kamu tuliskan sesuatu yang telah kamu terima dariku selain
al-Qur’an. Barang siapa menuliskan yang ia terima dariku selain al-Qur’an
hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kamu terima dariku, tidak apa-apa.
Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menduduki
tempat duduknya di neraka”. (HR.Muslim). Hadis di atas jelas sekali melarang
siapapun untuk menuliskan sesuatu yang keluar dari mulut Rasul kecuali
al-Qur’an.
Akan tetapi zaman terus berjalan dan jumlah kaum
muslim semakin banyak dan banyak pula yang sudah mengenal al-Qur’an. Dengan demikian hukum menulis Hadis akhirnya
diperbolehkan dengan pertimbangan perlunya mendokumentasikan sabda-sabda Nabi
yang bisa dijadikan pegangan bagi umat islam dalam menjalankan agamanya. Sejak
saat itu, maka dikenallah dua orang sahabat Nabi yang selalu menulis apa-apa
yang dikatakan atau disampaikan oleh Nabi, dua orang sahabat itu Abdullah bin
Amr bin Ash dan Jabir bin Abdullah al-Anshary.
Tulisan-tulisan Abdullah dikenal dengan “Ashahifah As-Shadiqah” dan
tulisan-tulisan Jabir dikenal dengan “Shahifah Jabir”.
Setelah umat islam semakin tersebar ke sejumlah
penjuru dan tidak sedikit di anatara para sahabat penghafal hadis yang
meninggal, maka dilakukanlah sebuah proyek pembukuan Hadis pada abad ke 2
Hijriyah, yaitu tepatnya pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Di antara
kitab-kitab yang mashur pada abad ke 2 Hijriyah ini adalah Kitab al-Muwatta’
yang disusun oleh Imam Malik pada tahun 144 H. Selain itu, Musnad Assyafi’I dan
Mukhtaliful Hadis karya Imam Syafi’I juga menjadi kitab yang masyhur pada abad
ini. sedangkan pada abad ke 3 Hijriyah kita mengenal kitab-kitab Hadis karya
Muhammad bin Isma’il al-bukhary dengan nama kitabnya yang terkenal “Shahih
Bukhary” atau Jami’us Shahih dan Imam Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy
dengan karya terkenalnya “Shahih Muslim”. Selain kedua kitab tersebut, pada
abad ke 3 Hijriyah ini juga lahir kitab-kitab Hadis terkenal lainnya seperti
Sunan Abi Daud, Sunan At-Turmudzy, Sunan an-Nasa’I, dan Sunan Ibnu Majah.
- Kitab
Hadis Al-Mustadrakāt
Kata Al-Mustadrakāt bentuk jamak dari mustadrak.
Al-Mustadrakāt merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang tidak dimuat
dalam kitab-kitab tertentu yang sebenarnya hadis-hadis tersebut memenuhi syarat
yang dipegangi oleh penulis kitab tersebut. Kitab al-Mustadrak yang terkenal
adalah kitab al-Mustadrak ‘alā As-Sahīhaini karya Al-Hakim Al-Naisaburi
(321-405 H) dan Kitab Al-Ilzamāt karya Al-Dar Quthni (306-385 H).
- Kitab
Hadis Al-Mustakhrajāt
Kata Al-Mustakhrajāt merupakan bentuk jama dari kata
al-Mustakhraj. Al-Mustakhrajāt merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis
yang diambil dari kitab hadis lain yang oleh penulisnya diriwayatkan dengan
sanad sendiri, bukan dengan sanad yang serupa dengan sanad kitab semula. Kitab
Al-Mustakhraj yang masyhur adalah kitab Mustakhraj atas sahihain atau salah
satunya.Kitab yang paling banyak dibuat kitab mustkharajnya ialah sahīh bukhārī
dan sahīhmuslim.
Mengumpulkan Hadis-hadis yang sama dalam satu kitab
tetapi sanadnya berlainan di mana sanadnya bertemu dengan syeikh kitab asalnya
(gurunya) seperti Hadis tentang niat.
Contoh kitab Mustakhraj ialah Mustakhraj Abu ‘Awanah
`Ala Sahih Muslim.
Ada juga yang hanya membawa Hadis-hadis tersebut
tetapi tidak membawa sanadnya. Beliau cuma menyebut kitab-kitab yang menyebut
tentang perawinya. Tujuannya adalah: Supaya Hadis-hadis tersebut akan lebih
meyakinkan dengan banyaknya para perawi yang meriwayatkan Hadis tersebut.
Contoh lain juga ialah Mustakhraj ala Sahihain:
a. Mustakhraj
atas kitab Sahih Muslim oleh Abu Ja`far bin Hamdan, Abu Bakar al-Jauzaqi, Abi
Imran Musa bin Abbas, Abi Said bin Utsman dan sebagainya.
b. Mustkhraj
ke atas Bukhari saja seperti karangan al-Ismaili, Abu Abdillah dan lain-lain.
c. Mustakhraj
ke atas Bukhari dan Muslim pula seperti Mustakhraj oleh Abi Abdillah, Abi
Muhammad al-Khallan, Abi Bakar al-Siraji, dan sebagainya.
Ada juga Mustakhraj atas al-Tirmizi oleh Abi Ali
al-Tusi, Mustakhraj atas Abu Daud, Kitab al-Tauhid karangan Ibn Khuzaimah.
Bagaimanapun mereka tidak beriltizam tentang kesahihannya.
Ada juga yang mentakrifkan Mustakhraj yang mana
sanadnya bertemu dengan tabi`in tetapi ada iktilaf mengenainya. Faedah
penyusunan kitab Mustakhraj:
a. Ketinggian
sanad- ia ditulis untuk menunjukkan sanadnya lebih tinggi dari kitab asal
seperti Muslim. Contoh Abu `Awanah dalam kitabnya Mustakhraj Abu ‘Awanah yang
mengambil sanad Hadis tersebut atas lagi daripada guru Muslim.
b. Menunjukkan
kekuatan Hadis itu. Contohnya jika Hadis itu hanya disebutkan di dalam Sunan
Abu Daud saja, tetapi tidak diriwayatkan oleh orang lain. Sekiranya Hadis
tersebut terdapat dalam Sunan Abu Daud itu pula bertentangan dengan Hadis yang
lain, maka ia perlukan penguat. Dengan adanya kitab Mustakhraj, kita dapat
mencari penguat-penguatnya yang lain supaya proses pentarjihan dapat dilakukan
dengan baik. Oleh karena itu, kitab Mustakhraj penting sebagai penguat apabila
riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat.
c. Menerangkan
sanad yang tidak jelas. Contohnya pada peringkat permulaan seseorang perawi itu
masih kuat ingatannya tetapi semasa menghampiri akhir hayatnya ia menjadi seorang
yang mukhtalit (nyanyuk). Dengan itu dapat dipastikan bilakah sebuah Hadis itu
diambil sama dengan ketika ingatannya masih kuat atau selepas menjadi nyanyuk.
Contohnya perawi Bukhari dan Muslim, Hisyam bin Urwah bin Zubair yang nyanyuk
selepas berhijrah ke Iraq.
d. Kitab
asal riwayat dari mudallis yang dikira daif sekiranya menggunakan lafaz ‘an. tetapi dengan adanya Mustakhraj, adanya
sanad lain yang mengunakan lafaz yang menunjukkan dengan jelas yang dia
mendengar Hadis.
e. Riwayat
secara mubham– yaitu perawi yang tidak dijelaskan namanya seperti ‘haddatsana rajulun min ahli bait’. Tidak
diketahui siapa ‘rajulun’ itu? Nama perawi mubham akan diketahui apabila
memeriksa kitab Mustakhraj.
f. Mengetahui
siapakah orang yang disebut namanya secara muhmal tanpa kunyahnya-contoh
Muhammad. Muhammad yang mana?
g. Isnad
asal ada `illah yang sukar untuk diselesaikan tanpa berpandukan kepada riwayat
yang bebas `illah. Contohnya perawi tersebut dituduh sebagai Syiah, Irja’dan
sebagainya.
- Kitab
Hadis Al-Jawāmi’ / Jami’
Kata Kitāb al-Jawāmi’ adalah bentuk dari jamak dari
kata al-Jāmi’.Kitab Jāmi’ menurut istilah para Muhaddisin adalah kitab hadis
yang disusun berdasarkan bab dan mencakup hadis-hadis berbagai sendi ajaran
Islam dan sub-subnya. Secara garis besar bab-babnya mencakup tentang aqidah,
ibadah muamalah, perjalanan hidup Nabi saw, perbudakan, fitnah, dan berita hari
kiamat.
Kitab Jāmi’ itu sangat banyak, yang termahsyur
diantaranya adalah: al-Jāmi’ as-Sahīh karya al-Bukhari, al-Jāmi’ as-Sahīh karya
Imam Muslim. . Dan al-Jāmi’ karya Imam at-Turmudzi atau yang dikenal dengan
Sunan at-Turmudzi. kitab ini disebut Sunan karena ia lebih menonjolkan
hadis-hadis hukum.
Penulisan kitab Jami` bermaksud menghimpunkan
Hadis-hadis berkenaan dengan bidang aqidah, ahkam, riqaq, adab, tafsir, tarikh
dan sirah, fitan dan manaqib.
Kitab Hadis
Sahih Bukhari merupakan salah satu kitab yang digelar kitab Jami’ (atau
Jawami’) . Untuk disebut sebuah kitab Hadis
sebagai Jami’ sebuah kitab
hendaklah mengandungi sekurang-kurangnya delapan bidang .
Aqaid
(akidah): Contohnya: Kitab al-Tauhid
karangan Abu Bakar Ibn Abi Khuzaimah,
Kitab al-Asma wa al-Sifat oleh al-Baihaqi
Ahkam: Kitab Hadis hukum yang disusun seperti dalam kitab-kitab fiqh seperti
Bulugh maram dan Umdatul ahkam.
Riqaq (
raqaaiq) : dinamakan juga sebagai Ilmu al-Suluk wa al-Zuhd iaitu menyebut tentang peringatan di hari akhirat
dan azab kubur yang akan melembutkan
hati sesiapa yang mendengarnya dan menjadikannya seorang yang zuhud.
Contohnya:
Kitab Zuhud oleh Abdullah Ibn Mubarak, Imam Ahmad.
Adab: Adab
sopan, adab tidur, adab solat, adab makan dan sebagainya. Contohnya kitab
al-Adab al-Mufrad oleh al-Bukhari dan Kitab Syamail oleh Tirmizi
Tafsir:
Hadis-hadis yang mentafsirkan al-Quran.
Contohnya
kitab Tafsir ibn Mardawaih, ibn Jarir at-Tabari, Tafsir al-Dailami dan Tafsir
Jailani.
Tarikh:
Sejarah terbagi kepada dua jenis:
a. Sejarah
tentang kejadian alam ( bada’ al-khalq) seperti kejadian langit dan bumi,
syurga, neraka, jin, syaitan, malaikat dan sebagainya
b. Sejarah
tentang kehidupan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat seperti Sirah Ibn Hisyam,
Sirah Mulla Umar,dan sebagainya.
al-Fitan yaitu fitnah-fitnah yang muncul di akhir
zaman bermula selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Contohnya, kitab Muin bin Hammad (guru
al-Bukhari) tentang Dajjal, turunnya nabi Isa as, kemunculan Imam Mahdi, dan
sebagainya. Beliau telah mencampuradukkan antara yang sahih dan tidak sahih.
Manaqib (tentang kelebihan seseorang seperti Abu
Bakar,Umar,Uthman,dan Ali, tabi’in, ahlul bait, isteri-isteri Rasulullah
s.a.w., Nawasib dan sebagainya) contohnya, al-Riyadh al-Nadhirah Fi Manaqib
al-`Asyarah oleh Muhib al-Tabari, Zakhair al-`Uqba Fi Manaqib Zawi al-Qurba dan
lain-lain.
Antara kitab-kitab Hadis yang termasuk dalam
kategori ini ialah Sahih al-Bukhari Jami’ al-Tirmizi, Sahih Muslim, Misykat
al-Masabih, Jami` Suyfan al-Thauri, Jami` Abdul Razzaq bin Hammam al-San`ani,
Jami’ al-Darimi, dan lain-lain.
- Kitab
Hadis Musnad
Kitab musnad adalah kitab hadis yang disusun
berdasarkan urutan nama sahabat. Urutan sahabat itu ada kalanya disusun
berdasarkan urutan huruf hija’iyah, ada kalanya berdasarkan urutan waktu masuk
islamnya, dan ada kalanya berdasarkan keluhuran nasabnya.
Jumlah kitab Musnad ini sangat banyak, yang paling
masyhur dan paling tinggi martabatnya adalah Al-Musnad karya Al-Imam Ahmad bin
Hanbal, kemudian Musnad karya Abi Ya’la Al-Mushili.
Kitab Hadis yang disusun berdasarkan nama-nama
sahabat yang meriwayatkan Hadis. Biasanya dimulai dengan nama shabat yang
pertama kali masuk Islam atau menyesuaikan dengan urutan abjad.
Imam Ahmad yang menulis musnad telah mendahulukan
Hadis-hadis Abu Bakar daripada Hadis-hadis sahabat yang lain.
Di antara cara penyusunan musnad adalah:
a. memuat
Hadis-hadis tentang 10 orang sahabat yang dijamin masuk syurga, atau tentang
khalifah yang empat.
b. mengurutkan
siapa yang lebih dahulu yang memeluk Islam.
c. dengan
melihat siapakah ahli Badar/ Hudaibiah dahulu.
d. dengan
melihat siapakah yang memeluk Islam terlebih dahulu ketika Pembukaan Mekah.
e. dengan
melihat lelaki dahulu perlu diutamakan. Tetapi dari kalangan wanita pula
isteri-isteri nabi diutamakan terlebih dahulu.
f. atau
dengan melihat jenis qabilah (qabilah bani Hasyim didahulukan).
Di dalam musnad jumlah Hadis tidak dibatasi jumlahnya.
Ia cuma mengumpulkan sebanyak mungkin Hadis-hadis yang menerangkan tentang
sesuatu perkara. Namun begitu musnad yang paling sahih adalah Musnad Ahmad
kerana beliau telah menyaring Hadis-hadisnya. Kebanyakan ulama salaf menulis
Hadis-hadis dalam bentuk musnad.
- Kitab
Hadis Al-Ma‘ājim / Mu’jam
Kata al-Ma‘ājim adalah bentuk jamak dari kata
al-mu’jam. Kitab mu’jam menurut istilah para muhaddisin adalah kitab hadis yang
disusun berdasarkan susunan guru-guru penulisnya yang kebanyakan disusun
berdasarkan urutan huruf hija’iyah (alfabetis). Beberapa kitab mu’jam yang
terkenal adalah tiga buah kitab mu’jam karya Al-Muhaddis al-Hafizh al-Kabir Abu
Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani (W.360 H). Ketiga kitab mu’jam itu
adalah: al-Mu’jam al-Sagīr, al-Mu’jam al-Ausat, dan al-Mu’jam Al-Kabīr. Dua
mu’jam yang pertama disusun berdasarkan urutan nama guru-gurunya, sedangkan
mu’jam yang terakhir disusun berdasarkan urutan nama para sahabat menurut
urutan huruf mu’jam.
Mu’jam disusun mengikut tertib huruf ejaan, atau mengikut
susunan nama guru-guru mereka. Nama guru-guru mereka juga disusun mengikut
ejaan nama atau laqob mereka.
Mu’jam juga hanya mengumpulkan Hadis-hadis nabi
s.a.w tanpa melihat kwalitas Hadis-hadisnya.
Contoh kitab-kitab mu’jam ialah Mu’jam Tabrani, Mu’jam
kabir, Mu’jam as-Sayuti, dan Mu’jam as-Saghrir, Mu’jam Abi Bakr, ibn Mubarak,
dan sebagainya.
Kitab rijal yang mengumpulkan orang-orang yang
tersebut dalam meriwayatkan Hadis-hadis nabi s.a.w. mengikiut ejaan bersama
dengan kuniyyahnya. Ini semua adalah untuk memastikan kesahihan sesebuah Hadis
- Kitab
Hadis Al-Sunan
Kitab Sunan adalah kitab-kitab yang menghimpun
hadis-hadis hukum yang marfu’ dan disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab jenis
ini hanya memuat hadis-hadis tertentu bukan semua aspek ajaran Islam. Kitab
sunan memuat hadis sahih, hasan dan daif. Kitab-kitab sunan yang masyhur adalah
sunan Abi Dāwud, Sunan At-Turmudzi, Sunan An-Nasā’i, dan Sunan Ibnu Mājah.
Kitab Hadis yang disusun mengikuti tertib fiqh yang
bermula dengan bab Taharah, sembahyang dan
seterusnya. Walaubagaimanapun di dalam kitab sunan sendiri tidak hanya
memuat tentang hukum-hukum normative, tetapi ada juga perkara-perkara lain yang
dibincangkan.
Contoh kitab-kitab yang termasuk dalam kategori ini
ialah: Sunan al-Nasai’e, Jami` al-Tarmizi, Sunan Ibn Majah, Sunan Abi Dawud,
Sunan al-Daruqutni, Sunan Abi Ali bin al-Sakan dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara kuantitas kitab hadis dari berbagai macam
(tipe) sangatlah berlimpah dan sulit dipastikan. M. Azami berani menaksir ada
ratusan booklet (kitab mini, brosur hadis) yang beredar pada abad pertama H.
Kemudian bila ditambah seratus tahun berikutnya (abad ke-2 H) akan lebih sulit
lagi memerkirakan jumlah booklet dengan (ditambah) kitab hadis yang muncul.
Bahkan, katanya, para ulama hadis mengestimasi jumlahnya mencapai ribuan. Dari
ribuan koleksi itu, hanya sejumlah kecil yang masih bisa dijumpai.
Penetapan peringkat kitab-kitab hadis memang penting
bagi masa-masa lampau. Namun, bagi para pengapresiasi hadis kontemporer, kedudukan
peringkat suatu kitab hadis tampaknya tidak begitu penting. Sembari menawarkan
berbagai metode pemahaman dan pemaknaan hadis secara tepat, mereka
mengapresiasi tinggi setiap hadis dari manapun asal kitabnya (Sunni dan Syi‘ah)
atau apapun nilainya. Yang lebih penting adalah kritisisme, di antaranya dengan
memaskai pisau analisis sejarah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramli Abdul
Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2011).
Nasuruddin ‘Itr,
‘Ulum Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995).
Ramli Abdul
Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis, (Medan: Perdana
Publising, 2011).
Mahmud Thahhan,
Taisir Musthalah al-Hadis, edisi terjemahan bahasa Indonesia: Intisari Ilmu
Hadis oleh Muhtadi Ridwan, (Malang: UIN Malang Press, 2007).
Nuruddin ‘Itr,
Manhaj an-Naqd fii ‘Ulum al-Hadis (Damaskus: Daar al-Fikr,1997).
Nawir Yuslem,
Sembilan Kitab Induk Hadis, Biografi Penulisnya dan Sistematika Penulisannya,
(Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006).
Hasbi
Ash-Shiddieqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,
1991).
Munjid, (Beirut:
Dar al-Masyriq, 2005).
Azami, Muhammad
Mustafa, Studies in Hadith Methodology and Literature. Indianapolis, (Indiana:
American Trust Publications, 1977).
M. ‘Ajaj
Al-Khatib, Ushul Hadis, (Jakarta: Gaya Media, 2007).
No comments:
Post a Comment