BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh
darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus). Tromboflebitis
berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit.
Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat
di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena
superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha.
Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan
orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi
inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah
dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena
superfisial tidak memiliki otototot sekitarnya untuk menekan dan mengusir
trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli.
Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut
bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin
menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ internal.
Tromboflebitis adalah
invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat
terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas. Nifas
atau puerperium adalah periode waktu atau masa
dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa nifas
atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada
masa nifas adalah Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah, Tromboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah.
1.2 Tujuan
1.
Mampu menjelaskan
pengertian tromboflebitis
2.
Mampu menjelaskan
etiologi tromboflebitis
3.
Mampu menjelaskan
epidemiologi tromboflebitis
4.
Mampu menjelaskan
klasifikasi tromboflebitis
5.
Mampu menjelaskan
patofisiologi tromboflebitis
6.
Mampu menjelaskan tanda dan
gejala tromboflebitis
7.
Mampu menjelaskan
pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada
klien dengan tromboflebitis
8.
Mampu menjelaskan
penatalaksanaan tromboflebitis
9.
Mampu menjelaskan
pencegahan tromboflebitis
10.
Mampu menjelaskan
komplikasi tromboflebitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena
dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi
bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai
peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis, dapat terjadi pada wanita
hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas.
2.2 Etiologi
Menurut Adele Pillitteri, etiologi
tromboflebitis adalah:
a.
Perluasan infeksi endometrium
Invasi/perluasan
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan
cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke
endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.
b.
Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang
sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi
darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang
terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian
karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang.
Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses
keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena
dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
c.
Obesitas
Pada penderita
obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta kemungkinan
terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada
obesitas pula kemungkinan terjadi
tromboflebitis.
d.
Pernah mengalami
tromboflebitis
Seseorang dengan
riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan
terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.
e.
Berusia 30 tahun lebih dan
pada saat persalinan berada pada posisi litotomi
untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya
tromboflebitis
f.
Trauma
Beberapa sebab
khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan ini.
Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih
dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian
obat yang iritan secara intra vena.
g.
Adanya malignitas (karsinoma)
yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor
intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas
bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen
vena tungkai.
h.
Memiliki insidens tinggi untuk
mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Kelainan jantung
yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena
2.3 Epidemiologi
Kejadian tromboflebitis selama kehamilan
kejadiannya relatif rendah, risiko terjadinya tromboflebitis vena kaki atau
pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi. Insiden tromboflebitis superfisial
sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien
postpartum. Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum
dan 1 dalam 700 pasien postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis
vena (tromboflebitis) antar lain stasis (perlambatan aliran darah), luka pada
dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi), dan perubahan fisika atau
kimia pada konstituen darah.
2.4 Klasifikasi
a.
Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis yang paling sering
meradang mengenai vena-vena didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena
ovarika, karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus
uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis
dan dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior. Biasanya terjadi sekitar
hari ke-14 atau ke-15 pasca partum. Trombosis yang terjadi setelah peradangan
bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini,
infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi
nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis
dan karena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini
biasanya tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat
menimbulkan infark.
b.
Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang
mengenai vena safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya
trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah,
atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai
vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena.
Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran
darah lambat didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh
liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi.
2.5
Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan
trombus yang merupakan akibat dari stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan
koagulabilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena
sering dialami oleh orang-orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur
dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis
vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan
lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
Stasis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada
istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga
dapat berpengaruh pada pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan
penggumpalan darah pada ekstremitas sehingga ektremitas mengalami edema.
Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan myocardial
infret juga mempermudah terjadinya pembentukan trombus.
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada
permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak
trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat saling
melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.
Faktor
yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis
aliran darah dan hiperkoagulasi.
1. Statis
Vena
Aliran
darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis
vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan
darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.
2. Kerusakan
pembuluh darah
Kerusakan
pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena, melalui :
a. Trauma
langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktifitasi
sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan
dan proses peradangan.
Permukaan
vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh
bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi
seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin,
yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami kerusakan,
maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem
pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub
endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikrofibril. Trombosit yang
melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan yang akan
merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling
melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan
darah.
3. Perubahan
daya beku darah
Dalam
keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem
fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan
darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun. Trombosis vena banyak
terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti
pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C,
defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.
2.6 Tanda dan Gejala
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan
terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan,
kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa
hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas,
nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga
pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba
pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat
katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan
aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula
terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita
ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
Secara Khusus:
1.
Pelvio Tromboflebitis
a.
Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah
dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.
b.
Penderita tampak sakit
berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1)
Mengigil berulang
kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita
hampir tidak panas.
2)
Suhu badan naik turun
secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam
(biasanya subfebris seperti pada endometritis.
3)
Penyakit dapat
langsung selama 1-3 bulan
4)
Cenderung terbentuk
pus, yang menjalar kemana-mana, terutamake paru-paru
c.
Gambaran darah
1)
Terdapat leukositosis
(meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi
leukopenia)
2)
Untuk membuat kultur
darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah
sangat sukar dibuatkarena bakterinya adalah anaerob.
2.
Tromboflebitis
femoralis
a.
Keadaan umum tetap
baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik
kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b.
Pada salah satu kaki
yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kaki
sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh
bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian
atas
3) Nyeri
hebat pada lipat paha dan daerah paha
4) Reflektorik
akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih,
nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema
kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.
6) Nyeri
pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.
2.7 Pemeriksaan penunjang
1.Ultrasonograf
Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif
terhadap kemampuan katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang
mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan
probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih
kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative
murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan
ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar
ekstremitas.
2.Pemeriksaan
hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya
peningkatan hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan
berpotensial terjadinya pembentukan trombus.
3.Pemeriksaan
Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan
koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin,
uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar
fibrinogen.
4.Biakan
darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat
membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus
aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus, Eschercia coli ,dan Bakteriodes.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.
5.Pemindai
ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub
dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung
yang tidak kompeten.
6.Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk
memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan
venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
2.8 Penatalaksanaan
1. Pelvio
tromboflebitis
a. Lakukan
pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik.
b. Rawat
inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum.
c. Terapi
medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum.
d. Terapi
operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan
hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
2. Tromboflebitis
femoralis
a. Terapi
medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan
ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk
mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan
daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak
berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan
untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang
kuat pada betis.
d. Sediakan
stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e. Instruksikan
kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f. Anjurkan
tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan
nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h. Berikan
anti koagulan, analgesik, dan antibiotik sesuai dengan resep.
i.
Berikan alat pamanas seperti lampu atau
kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas
tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
j.
Sediakan bed cradle untuk mencegah
selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur
diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau
penurunan ukuran.
l.
Dapatkan laporan mengenai lokea dan
timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika pasien dalam
terapi antikoagulan.
m. Adanya
kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n. Yakinkan
Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui
karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan
pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p. Jelaskan
pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub
kutan Jelaskan kepada pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa
pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.
3.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis
superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat
penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan
pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa
hari.
Jika
terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan
terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat
guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi
tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat
analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah
pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada,
non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi
rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).
2.9 Pencegahan
Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1.
Jika dalam kehamilan mengalami anemia
perlu segera diobati karena anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya
pengobatan anemia kehamilan ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi
penderita juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan
kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
2.
Selama persalinan, pada saat seorang
bidan menolong persalinan, ada 4 usaha penting harus dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya
kuman-kuman kedalam jalan lahir
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya
persalinan
3. Untuk
menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh lakukan proses
dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar dan wajib
dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.
4. Membatasi
perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan sangat penting, jika
terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini hendaknya segera diganti (segera
melakukan transfusi).
5. Dalam
nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman karena adanya
perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-kuman karena vulva
tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah membuka vulva atau memasukan jari ke
dalam vulva misalnya waktu membersihkan perineum.
2.10 Komplikasi dan Prognosi
1. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pelvio
Tromboflebitis
Komplikasi
potensial dari tromboflebitis pelvio antara lain adalah:
1) Emboli
paru septik
Pada tromboflebitis
trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti
dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi
untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru
yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut
tidak mendapat pasokan oksigen.
2) Septikemia
Suatu keadaan ketika
terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk septikemia adalah
biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia
merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk.
b. Tromboflebitis
femoralis
Komplikasi
potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru
yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada
sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli
trombus atau emboli yang lain, Trombus tersebut bisa berasal dari vena di
bagian tubuh yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau
jantung. Trombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai
akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak
memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah
ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena
bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.
2. Prognosis
Yang
dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan tromboflebitis ialah
dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya
dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai
suhu tinggi maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu
dapat lebih memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam
menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda
kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat
tinggi juga dapat memperburuk prognosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh
darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi
pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio
tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium,
mempunyai varises pada vena, obesitas, Pernah
mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan
berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adanya malignitas
(karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki insidens
tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu
biasanya Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di
daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya
kemerahan, edema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada
tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi,
sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah
katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat
terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham,
F. Gary. dkk. 2016.
Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
2. Djojosugito,
Ahmad. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
3. de Almeida, Marcelo José et al.
“Guidelines for superficial venous thrombosis.” Jornal vascular
brasileiro vol. 18 e20180105. 20 Nov. 2019,
doi:10.1590/1677-5449.180105
4. Di Nisio M, Wichers IM, Middeldorp
S. Treatment for superficial thrombophlebitis of the leg. Cochrane Database
Syst Rev. 2018 Feb 25.
No comments:
Post a Comment