Saturday, 16 October 2021

MAKALAH TROMBOPLEBITIS

 


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus). Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.

Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otototot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker dari organ internal.

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah, Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.

1.2 Tujuan

1.      Mampu menjelaskan pengertian tromboflebitis

2.      Mampu menjelaskan etiologi tromboflebitis

3.      Mampu menjelaskan epidemiologi tromboflebitis

4.      Mampu menjelaskan klasifikasi tromboflebitis

5.      Mampu menjelaskan patofisiologi tromboflebitis

6.      Mampu menjelaskan tanda dan gejala tromboflebitis

7.      Mampu menjelaskan pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan tromboflebitis

8.      Mampu menjelaskan penatalaksanaan tromboflebitis

9.      Mampu menjelaskan pencegahan tromboflebitis

10.  Mampu menjelaskan komplikasi tromboflebitis

 

 

 

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tromboflebitis

Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis, dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas.

2.2 Etiologi

Menurut Adele Pillitteri, etiologi tromboflebitis adalah:

a.       Perluasan infeksi endometrium

Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.

b.      Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.

c.       Obesitas

Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula kemungkinan terjadi tromboflebitis.

d.      Pernah mengalami tromboflebitis

Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.

e.       Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis

f.       Trauma

Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.

g.      Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.

Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.

h.      Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.

Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena

2.3 Epidemiologi

Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi. Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena (tromboflebitis) antar lain stasis (perlambatan aliran darah), luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi), dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

2.4 Klasifikasi

a.    Pelvio Tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah ke vena renalis dan dari vena ovarika kanan ke vena kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum. Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.

b.    Tromboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi.

2.5 Patofisiologi

Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang-orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas sehingga ektremitas mengalami edema. Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan trombus.

Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.

Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.

1.      Statis Vena

Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.

2.      Kerusakan pembuluh darah

Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena, melalui :

a.       Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.

b.      Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan proses peradangan.

Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikrofibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah.

3.      Perubahan daya beku darah

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun. Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.

2.6 Tanda dan Gejala

Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

Secara Khusus:

1.      Pelvio Tromboflebitis

a.        Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.

b.      Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:

1)      Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

2)      Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis.

3)      Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan

4)      Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutamake paru-paru

c.        Gambaran darah

1)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)

2)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuatkarena bakterinya adalah anaerob.

 

 

 

2.      Tromboflebitis femoralis

a.       Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

b.      Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut:

1)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

2)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas

3)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

4)      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

5)      Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.

6)      Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

2.7 Pemeriksaan penunjang

1.Ultrasonograf Doppler

Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena profunda, vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar ekstremitas.

 

2.Pemeriksaan hematokrit

Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya pembentukan trombus.

3.Pemeriksaan Koagulasi

Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.

4.Biakan darah

Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus, Eschercia coli ,dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah.

5.Pemindai ultrasuond dupleks

Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten.

6.Venografi

Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

2.8 Penatalaksanaan

1.      Pelvio tromboflebitis

a.       Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik.

b.      Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.

c.       Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.

d.      Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.

2.      Tromboflebitis femoralis

a.       Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.

b.      Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.

c.       Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.

d.      Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.

e.       Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.

f.       Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.

g.      Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.

h.      Berikan anti koagulan, analgesik, dan antibiotik sesuai dengan resep.

i.        Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.

j.        Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.

k.      Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.

l.        Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika pasien dalam terapi antikoagulan.

m.    Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.

n.      Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.

o.      Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

p.      Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dilakukan.

3.    Pola Pengobatan Tromboflebitis

Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.

Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

2.9 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1.            Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.

2.            Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4 usaha penting harus dilaksanakan yaitu:

a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir

b. Membatasi perlukaan

c. Membatasi perdarahan

d. Membatasi lamanya persalinan

3.      Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh lakukan proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.

4.      Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi).

5.      Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-kuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu membersihkan perineum.

2.10 Komplikasi dan Prognosi

1.      Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:

a.     Pelvio Tromboflebitis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvio antara lain adalah:

1)      Emboli paru septik

Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.

2)      Septikemia

Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan cepat memburuk.

b.    Tromboflebitis femoralis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli yang lain, Trombus tersebut bisa berasal dari vena di bagian tubuh yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.

2.      Prognosis

Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium, mempunyai varises pada vena, obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama, trauma, adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena, dan memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.

Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Cunningham, F. Gary. dkk. 2016. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

2.      Djojosugito, Ahmad. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

3.      de Almeida, Marcelo José et al. “Guidelines for superficial venous thrombosis.” Jornal vascular brasileiro vol. 18 e20180105. 20 Nov. 2019, doi:10.1590/1677-5449.180105

4.      Di Nisio M, Wichers IM, Middeldorp S. Treatment for superficial thrombophlebitis of the leg. Cochrane Database Syst Rev. 2018 Feb 25.

 

 

No comments:

Post a Comment