PENDAHULUAN
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan kondisi
lingkungan yang baik untuk dapat tumbuh dengan sempurna, kondisi lingkungan ini
dapat dihasilkan melalui pengolahan tanah yang tepat, pengolahan tanah
bertujuan untuk menciptakan kondisi daerah perakaran yang memungkinkan akar
tanaman tumbuh baik, pada prinsipnya pengolahan tanah memperbaiki struktur
tanah dan erosi tanah (Rachman, 2002).
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif, minimum ataupun
tanpa olah tanah. Pengolahan tanah intensif membutuhkan biaya yang tinggi dan
mempercepat kerusakan tanah. Pada umunya pada saat dilakukan pengolahan tanah,
lahan dalam keadaan terbuka, tanah dihancurkan oleh alat pengolah,sehingga
agragat tanah mempunyai kemantapan rendah. (Novizar, 2002). Kegiatan pengolahan
tanah akan mengubah lingkungan mikro sehingga akan memunculkan jenis gulma yang
selanjutnya akan berkompetisi dengan tanaman kedelai. Kehadiran gulma ini
menyebabkan usaha
pengendalian gulma mutlak
dilakukan untuk mencegah kehilangan hasil panen kedelai yang besar.
Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menekan hasil kedelai
yang ditanam lahan kering. Penurunan hasil yang diakibatkan persaingan antara
gulma dengan tanaman kedelai sangat bervariasi, antara 18-76%. Kedelai yang
gulmanya tidak disaingi produksinya dapat menurun hingga 15%. Pengendalian
gulma pada saat pembukaan lahan umumnya dilakukan dengan cara pengolahan tanah,
namun demukian herbisida merupakan alternative lain yang dapat digunakan untuk
membuka lahan (Facruddin dan Lisdiana,2000).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk rnengendalikan gulma, baik secara
mekanis maupun menggunakan herbisida. Pengendalian dengan menggunakan
herbisida efisien dalam cukup menekan ongkos tenaga kerja ciibandingkan secara
mekanik. Untuk mendapatkan hasil pengendalian gulnia yang efektif dan efisien
maka penetapan (Oktariza,2002).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengolahan tanah
dan
pengendalian gulma terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hipotesa dari penelitian ini adalah:
1.
Tingkat
pengolahan tanah berpenga;:ah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai.
2.
Teknik pengendalian gulma
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
3.
Terdapat
interaksi antara tingkat pengolahan tanah dan pengendalian gulma dengan
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
Teknik Pengendalian Gulma
a.
Tinggi
tananan
Tabel. 3. Rata-Rata Tinggi
tanaman kedelai pada Umur 20, 40 dan 60 Hari setelah tanam terhadap Teknik Pengendalian
Gulma.
Teknik
Pengendalian Gulma. |
Tinggi
Tanaman (cm) |
20 HST 40HTS 60 HTS |
|
Kontrol
(G1) 22,86 41,96 66,64 |
|
Mekanis
(G2) 22,89 43,33 68,71a |
|
Kimia
(G3) 24,09 24,78
71,26 |
|
BNJ0.05 2,20 3,22 5,51 |
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf peluang 5% (Uji BNJ).
Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai pada umur 60 hari
setelah tanam (HST) dengan nilai tertinggi dijumpai pada teknik pengendalian
gulma secara kimia (G3), yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan yang lain.
Hal ini dikarenakan terjadirrya kompotensi atau persaingan antara
tanaman kedelai dengan gulma sehingga pada pengendalian secara
kimia_pertumbuhan gulma dapat ditekan dalam penyerapan unsure hara terutaman
unsur hara nitrogen yang sangat dibutuhkan untuk masa vegetatif tanaman dan
jika dibiarkan secara nyatakan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang diusahakan.
Persaingan atau kompetisi ditimbul oleh kebutuhan yang sama antara
tanaman yang dibudidaya dengan gulma. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan,
tidak akan saling bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan.
Kehadiran gulma di sekitar tanaman
budidaya tidak dapat di hindarkan,
terutama bila lahan pertanaman tersebut dikendalikan sebagai tumbuhan, gulma
juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya tanaman lain, membutuhkan
cahaya,nutrisi, air, gas CO2 dan gas lainnya (yuliani, 2005).
Persyaratan tumbuh yang sama atau hampir sama bagi gulma dan
tanaman dapat mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di sekitar tanaman
budidaya. Gulma yang berasosjasi akan saling memperebutkan bahan-bahan yang
dibutuhkannya, bila jumlahnya sangat terbatas bagi kedua tanaman. Gulma dan tanaman
saling bersaing dalam menyerap unsur hara terutama nitrogen karena nitrogen
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka unsur ini lebih cepat habis terpakai.
Gulma menyerap lebih banyak unsur hara daripada pertanian.
Hal ini diduga pada kombinasi perlakuan tersebut antara tingkat
pengolahan tanah dan Teknik pengendalian gulma tepat mampu mendukung
pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman kedelai. Hal ini terungkap
bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman cukup tersedia dengan pengolahan
tanah yang sempurna (intens) ditambah dengan teknik pengendalian gulma sehingga
pembentukan polong dan pengisian biji kedelai bisa lebih maksimal.
Ruchmiati dan Salim (2002), sistem tanpa olah tanah merupakan salah
satu sistem olah tanah konservasi yang efisien terhadap pemupukan N serta dapat
meningkatkan aktivitas cacing tanah dan mikro organisme tanah yang dapat
menyebabkan aerase tanah semakin baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi secara optimal. Sistem tanpa olah tanah ini juga akan memberi
keuntungan pada tanaman karena suhu dan kelembaban sangat kondusif untuk
Selaniutnya dijelaskan pula bahrva penerapan teknoloqi tanpa olah
tanah akan memberikan keuntungan pada tanaman kacang dibandingkan dengan olah
tanah mininum dan olah tanah intensif karena suhu dan kelembaban tanah yang
kondusif untuk pertumbuhan tanaman sebagai akibat tidak rusaknya partikel
tanah. Pengolahan tanah mempunyai pengantar terhadap pengawetan tanah, bahkan
dapat merugikan karena tanah yang telah diolah akan menjadi gembur sehingga
lebih mudah tererosi sehingga produktivitas tanah semakin menurun padahal tanah
yang produktif harus mampu menyediakan lingkungan sepertj udara dan air bagi
pertumbuhan akar tanaman disamping mampu menyediakan unsur hara (Soepardi,2007).
Selanjuntnya dengan teknik pengendalian
secara kimia cukup dapat rnenekan pertumbuhan gulma terutama pada peqtumbuban tanaman kedelai.
pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian yang menggurakan bahan
kimia yung menghambat dan mematikan gulma. Dalam hal ini, hal yang perlu
diperhatikan adalah kemanjuran (efikasi:. kermanan bagi aplikator maupun
lingkungan serta aspek ekonominya (Soejono, Kastanto dan Sasongko, 2005).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman umur 40 dan 60 berat biji per plot dan berat 100 butir biji kering
dengan tingkat pengolahan tanah yang terbaik didapat pada tingkat pengolahan
tanah maksimum.
2. Teknik pengendalian gulma berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi
tanaman umur 60 hari setelah tanam, jumlah polong per rumpun, berat biji per
plot dan berat 100 butir biji kering. Teknik pengendalian gulma yang terbaik
didapat pada teknik pengendalian gulma secara kimia.
3.
Terdapat
interaksi yang sangat nyata antara tingkat pengolahan tanah dengan teknik
pengendalian gulma terhadap berat
biji kering per plot dan berat 100 butir biji kering serta berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong per rumpun dengan kombinasi perlakuan terbaik dijumpai
pada teknik pengendalian gulma secara kimia.
Saran
Dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi dianjurkan kepada petani kedelai dalam
usaha tani agar mengolah tanah maksimal dengan penggunaan bahan kimia yang
minimum jika diperlukan sehingga proses fotosistesjs menjadi optimal guna
mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T.
2005. Budidaya dengan Pernupukan Optrmal dan Peran Bintil Akar. Penebar
Swadaya. Jakata.
Fachruddin,
Lisdiana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Manurrung, J.
P. dan E. Syam'un. (2003). Hubungan Komponen Had dengan Hasil Kedelai (Glydne
mar (L.) Merr) yang Ditanam pada Lahan Diolah Berbeda Sistem dan Berasosiasi
dengan Gulma. J. Agrivigor.
Novizar, Ir.
2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Oktariza, S.
2002. Kajian interval waktu penyiangan gulma dan dosis campuran herbisida
glisofat + 2,4- D terhadap pergeseran gulma dan komponen hasil kedelai pada
system TOT. Universitas Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).
Rachman. 2002.
Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Terhadap Sifat Kimia Tanah Kering.
Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No.3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Pusat Penelitian, Bogor
No comments:
Post a Comment