BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa
nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan
mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi
ini disebut involusi (Maritalia, 2014: 11).
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada
duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang
unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung
dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui
tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh
seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran
ASI tidak lancar atau pengisapan oleh bayi . Pembengkakan ini akan
mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh
karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak
terjadi komplikasi seperti bendungan ASI (Heryani, 2015 ).
Kejadian
bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi
lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan
menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus
laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
Menurut
data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat
persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak
8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015
terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu
nifas ( WHO, 2017).
Menurut
data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2015 disimpulkan
bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654
ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%). Hal
ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
pemberian ASI masih relative rendah. (Depkes RI, 2016).
Menurut
Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami
Bendungan ASI sebanyak 35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu
nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas (SDKI,
2017).
Dampak
yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu akan terjadi
mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau infeksi payudara
dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri, dapat disertai demam
>380C (Kemenkes RI, 2015: 223) sedangkan abses payudara merupakan komplikasi
lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi penimbunan nanah didalam
payudara (Rukiyah, Yulianti, 2014: 27). Selain berdampak pada ibu, bendungan ASI juga
berdampak pada bayi dimana kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya
asupan yang didapatkan oleh bayi.
Upaya
yang yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI yaitu pada saat
antenatal, dimana ibu diberikan penyuluhan
tentang perawatan payudara pada saat trimester II dan III, perawatan
payudara pada ibu hamil sampai dengan saat menyusui perlu dilakukan. Hal ini
dikarenakan payudara adalah penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk bayi
yang baru lahir dan jika tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan
hanya melakukan perawatan payudara saat akan melahirkan atau setelah melahirkan
sering dijumpai kasus yang merugikan ibu dan bayi seperti terjadinya bendungan
ASI. Selain itu penyuluhan tentang personal hygiene juga perlu diberikan karena
mengingat terjadinya mastitis disebabkan oleh bakteri stapylococus aerus.
Peran
yang sangat penting bagi bidan yaitu memberi tahu ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya karena ASI bisa memberi kekebalan tubuh, serta sangat baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi karena dalam penelitian dijumpai kenyataan
bahwa terjadi banyak penyulit pada bayi yang sejak awal mempergunakan susu
formula yaitu terjadinya penyakit diare dan tumbuh-kembang yang kurang
memuaskan. Dan peran ibu maupun masyarakat bisa mencegah terjadinya infeksi
payudara, karena yang selama ini terjadi masyarakat masih menganggap bahwa
perawatan payudara itu kurang penting.Masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI
ini perlu di teliti karena selama ini masyarakat menganggap bahwa bendungan ASI
hanya masalah biasa pada ibu yang sedang menyusui (Manuaba, 2015).
B.
Rumusan Masalah
Ditinjau dari latar
belakang diatas, maka Rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Dasar Pada Ibu Nifas Ny. E dengan Bendungan ASI Di BPM. Suriati,SST Aceh Besar Tahun 2022”.
C.
Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan Dasar
Pada Ibu Nifas Ny E dengan Bendungan ASI Di BPM. Suriati,SST Aceh Besar Tahun 2022
serta mendokumentasikan dalam asuhan kebidanan SOAP.
1. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian data subyektif melalui anamnesis.
b. Mahasiswa
mampu mengumpulkan data obyektif melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
c. Mahasiswa
mampu menetapkan analisis berupa diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan,
diagnosis potensial serta antisipasi tindakan segera.
d. Mahasiswa
mampu membuat perencanaan, memberikan
penatalaksanaan berupa asuhan kebidanan yang
sesuai keadaan pasien, serta mampu melakukan evaluasi.
D.
Manfaat
1.
Bagi Klien
Hasil dari
penerapan studi kasus ini dapat memberikan pengetahuan kepada pasien tentang bendungan
ASI pada ibu nifas.
2.
Bagi Tempat
Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penerapan studi kasus ini dapat meningkatkan
sistem pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Serta sebagai bahan evaluasi
terhadap usaha pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan
yang komprehensif secara sistematis sesuai prosedur pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
3.
Bagi Penulis
Hasil dari
penerapan studi kasus ini dapat mengetahuiteori dan wawasan tentang kehamilan
serta dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI secara komprehensif.
4.
Bagi Institusi
Dapat bermanfaat sebagai tolak ukur sejauh mana mahasiswa telah memahami
dan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif secara sistematis sesuai
prosedur.
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Tinjauan
Teori Medis
1.
Nifas
a.
Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhirketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifasberlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah, dkk, 2012).
Masa nifas atau masa puerperium atau masa postpartum
adalah mulai setelahpartus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi, seluruh ototgenitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan(Astutik, 2015).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah
kelahiran plasenta danberakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masanifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Roito
H, dkk, 2016).
b. Tahapan masa nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah proses
persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harusdipahami
oleh seorang bidan antara lain:
a. Puerperium dini yaitu pemulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri danberjalan-jalan.
b. Puerperium
intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yanglamanya 6-8
minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehatterutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi.
(Yanti, S 2015).
c. Perubahan-perubahan
dalam masa nifas
1) Perubahan uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil. Uterusbiasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah persalinan.
Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Penurunan ukuran uterus dipengaruhi
oleh proses autolisprotein dan sitoplasma miometrium. Hasil dari menurunkan
ukuran uterus haruskehilangan sel-sel dalam jumlah besar.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan
endometrium danmiometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa
sehingga selaputbasal endometrium kembali dibentuk (Heryani, 2016).
Tabel 2.1
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi
Involusi |
TFU |
Berat Uterus |
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
gr
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan pusat-simpisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
6 minggu Normal 50
gr
Sumber: Astutik, 2015: 58
2)
Pengeluaran lokia
Lokia adalah cairan
atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan vaginaselama masa nifas.
Macam-macam lokia:
a) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi
darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa,
lanugo, danmekoneum selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yangkeluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.
c) Lokia serosa: Locha ini bebrbentuk serum dan berwarna
merah jambukemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada
harike-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih
sertaterdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.
Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal,
yaitu:
a) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbaubusuk.
b) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya
(Astutik, 2015)
3) Serviks
Serviks mengalami
involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostiumuteri eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinanserviks akan
menutup (Astutik, 2015)
4) Vulva dan vagina
a) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besarselama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudahproses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.
b) Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
c)`Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara
berangsur-angsur akan munculkembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
(Astutik,2015).
5) Perineum
a) Segera setelah
melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnyateregang oleh tekanan
kepala bayi yang bergerak maju.
b) Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah
kembali seperti keadaansebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelummelahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masanifas
perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015)
6) Payudara/Laktasi
Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak
dibawah kulit, diatasotot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri
dari korpus (badan), areoladan papilla atau puting. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi bayi.Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae
sudah dipersiapkan baukuntuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi
pada kelenjar mammaeselama kehamilan adalah:
a) Proliferasi
jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama
hamil, merangsang duktus
dan alveoli kelenjar mammae untuk persiapan produksi ASI.
b) Terdapat cairan
yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus laktiferus.Cairan ini
kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar sendiri melalui putting
susu saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga.
c) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam kelenjar
mammae. (Maritalia, 2014)
Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun
drastis sehingga dikeluarkan
prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan
oleh sel \ otot halus disekitar kelenjar payudara yang
mengkerut dan memeras ASIkeluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu
mengkerut (Heryani, 2012).
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
Kadar estrogen dan progesteron
akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,sehingga terjadi
sekresi ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak
kolostrum, yaitu cairan agak berwarna kuning dan sedikit
lebih kental dari ASI yangdisekresi setelah hari ketiga postpartum (Maritalia,
2014).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksisampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan
bagian integraldari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
mempunyai tujuanmeningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian
ASI sampai anakumur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan
kekebalan tubuh secaraalami (Mulyani, 2013)
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi danpengeluara ASI.
a) Produksi ASI
(Prolaktin)
Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19
minggu. Pembentukantersebut delesai ketika mulai menstruasi dengan terbentuknya
hormon estrogen danprogesteron yang berfungsi untuk maturasi alveolus.
Sementara itu, hormon prolaktinberfungsi untuk produksi ASI selain hormon lain
seperti insulin, tiroksin, dan lain -lain.
Selama hamil hormon prolaktin dari plasenta meningkat,
tetapi ASI biasanyabelum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang
tinggi. Pada harikedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan
progesteron turun drastis,sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan saat
itu sekresi ASI semakin lancar.
Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi, yaitu refleksprolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapanbayi (Yanti, Sundawati, 2014).
Refleks prolaktin, sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
puting susu berisibanyak ujung saraf sensoris. Bila saraf tersebut dirangsang,
timbul impuls yangmenuju hipotalamus, yaitu selanjutnya ke kelenjar hipofisis
anterior sehingga kelenjarini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon tersebut
yang berperan dalam produksiASI di tingkat alveoli. Refleks prolaktin muncul
setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses menyusui berikutnya. Prolaktin lebih
banyak dihasilkan padamalam hari dan dipahami bahwa makin sering rangsangan
penyusuan, makin banyak ASI
yang dihasilkan Refleks
aliran (let down reflex) bersamaan dengan pembentuka prolaktinoleh hipofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis
posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli
dan masuk ke sistem duktusdan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah dengan
melihat bayi,mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui
bayi. Faktor faktor yang
menghambat refleks let down adalah stress, seperti keadaan
bingung/pikiran kacau, taku dan cemas (Yanti, Sundawati,
2014).
b) Pengeluaran ASI
(Oksitosin)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke
kelenjar
hipofisis posterior yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Hormon itu berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus
dan dinding saluran,sehingga ASI di pompa keluar. Refleks oksitosin bekerja
sebelum atau setelahmenyusui untuk menghasilkan aliran air susu dan menyebabkan
kontraksi uterus.Semakin sering menyusui, semakin baik pengosongan alveolus dan
saluran sehingga semakin
kecil kemungkinan terjadi bendungan susu sehingga proses menyusui makinlancar.
Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan,tetapi
menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.Oksitosin juga memacu kontraksi otot
rahim sehingga involusi rahimsemakin cepat dan baik. Tidak jarang, perut ibu
terasa sangat mules pada hari-hari pertama menyusui dan hal ini merupakan mekanisme alamiah
untuk rahim kembalike bentuk semula (Roito H, dkk, 2013).
7) Perubahan lain
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37,50C sesudah
partus dapat naik 0,50C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C,
sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan
>38 0C mungkin adainfeksi.
Mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus
kadang-kadang sangat menggangu
selama 2-3 hari post partum,
perasaan ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit pun timbul masih terdapat
sisa-sisa plasenta atau gumpalan
darah dalam kavum uteri. Nadi berkisar umumnya 60-80 kali/menit,setelah
melahirkan akan terjadi bradikardi. Bila terdapat takikardi sedangkan badan
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut
nadi lebih labil dibanding suhu badan (Heryani, 2012).
a.
Tanda-tanda bahaya masa nifas
Tanda-tanda bahaya
masa
nifas adalah suatu tanda
yang abnormal yang mengindikasikan adanyabahaya/komplikasiyang dapat
terjadiselama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi
bisa menyebabkan kematian
ibu
(Prawirohardjo,2009).
Tanda-tanda bahaya
masa
nifas,sebagai berikut:
1) PerdarahanPostPartum.
Perdarahan
post
partum adalah
perdarahan lebihdari 500-600
ml dalam masa 24
jam setelah anakl
ahir(Prawirohardjo,2009).Menurut waktu terjadinya di
bagi atas2bagian:
a)
Perdarahan
Post Partum
Primer (EarlyPostPartumHemorrhage) yang terjadi dalam 24
jam setelah anakl ahir.Penyebab
utama
adalah
atonia uteri,retensio
placenta,sisa
placenta
danrobekan jalanlahir.Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b)
Perdarahan
post
partumsekunder
(Late
PostPartumHemorrhage) yang terjadi
setelah 24jam ,biasanya
terjadi antara
hari ke 5 sampai
15post partum.Penyebab
utama
adalah
robekan jalan
lahir atau selaput plasenta(Prawirohardjo,2009).
2) Lochea
yang berbau busuk
(baudarivagina)
3) Sub-Involusi Uterus
(Pengecilan Rahim yang
Terganggu)
Involusi adalah
keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat
rahim
dari 1000gram saat
setelah bersalin,
menjadi 40-60mg 6 minggu
kemudian.Bila pengecilan ini kurang baik
atau
terganggu
di sebut
sub-involusi. Faktor penyebab sub-involusi, antaralain:
sisaplasenta dalam
uterus,
endometritis, adanyamiomauteri(Prawirohardjo,2009).
4) Tromboflebitis
(pembengkakan pada
vena)
Tromboflebitis merupakan inflamasi
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan
darah. Bekuan
darah dapat terjadi
di permukaan
atau
di dalam vena.Tromflebitis
cenderung
terjadi pada periode
pacsapartum pada
saat
kemampuan
pengumpulan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen.
5) Nyeripadaperutdan pelvis
Tanda-tanda nyeri
perutdan
pelvis dapat
menyebabkan komplikasi
nifas
seperti:
Peritonitis.
Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium,
peritonitis umum
dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi.
6) Depresi
setelahpersalinan
Depresi setelah
melahirkan merupakan
kejadianyang
sering terjadi
akan
tetapi
ibu tidak menyadarinya.Penyebab utamadari
depresi setelah melahirkan tidak diketahui,
diduga karena
ibu
belum
siap beradaptasi dengan kondisi setelah
melahirkanatau
kebingungan
merawat
bayi.
7) Pusingdanlemas yangberlebihan
8)
Sakit kepala,penglihatkaburdan pembengkakan di
wajah
9) SuhuTubuhIbu>380C
10) Penyulit dalamMenyusui
Beberapa keadaan
Abnormal pada
masa menyusui
yang
mungkin
terjadi:
a) BendunganASI
b) Mastitis
c) AbsesPayudara
e. Tujuan asuhan masa nifas
Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui
apa tujuandari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikannya asuhan
pada ibuselama masa nifas antara lain untuk:
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis dimana dalam asuhan
pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian
nutrisi,dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus melakukan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
yaitu mulai pengkajian data subyektif, obyektif, maupun
penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan
harus menganilisa data tersebut
sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yangterjadi pada
ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya, yakni setelah
masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah
berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksanakan.
5) Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya danperawatan bayi
sehat.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masakritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibatkehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24jam
pertama.
(Rukiyah, dkk, 2015).
f. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan
tanggung jawab seorang bidan
terhenti karean asuhan kepada ibu harus dilakukan secara
komprehensif dan terus menerus, artinya selama masa kurun
reproduksi seorang wanita
harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar, salah satu asuhan
berkesinambungan adalah asuhan ibu selama masa nifas,
bidan mempunyai peran dantanggung jawab antara lain:
1) Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa
saat untuk memastikan keduanya
dalam kondisi yang stabil.
2) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, 20-30
menit pada jam kedua,jika kontraksi tidak kuat. Massase uterus sampai keras
karena otot akan menjepitpembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan.
3) Periksa tekanan darah, kandung kemih, nadi, perdarahan
tiap 15 menit pada jampertama dan tiap 30 menit pada jam kedua.
4) Anjurkan ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan
perineum, dankenakan pakaian bersih, biarkan ibu istirahat beri posisi yang
nyaman, dukungprogram bounding attachmant dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan
keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,
perawatanpayudara, kebersihan diri.
5) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuaidengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selamamasa nifas.
6) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga.
7) Mendorong ibu untuk menyusu bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
8) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anakdan mampu melakukan kegiatan administrasi.
9) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
10) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegahperdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,
serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
11) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan, mencegah kom plikasi dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayiselama periode nifas.
12) Memberikan asuhan secara profesional
(Rukiyah, dkk, 2015).
a.
Kebijakan Program Nasional Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali
bidan harus melakukan
kunjungan. Dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, danuntuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.Seorang bidan
pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa nifas,ada beberapa hal yang
harus dilakukan, akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada
ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan
tahapan perkembangannyaantara lain dalam literatur Saifuddin (2010):
1) Kunjungan ke-1
(6-8 jam setelah persalinan)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan
berlanjut, memberikankonseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegahperdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian asi
awal, melakukan hubungan
antara ibu dab bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi. jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harustinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran,atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
2) Kunjungan ke-2
(6 hari setelah persalinan)
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal,
memastikan ibumendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu
menyusuidengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat
dan merawat bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke-3
(2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti
kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
4)
Kunjungan ke-4 (6
minggu setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu
atau bayinya alami,memberikan konseling untuk kb secara dini (Rukiyah,dkk, 2014)
2.
Bendungan ASI
a.
Pengertian
Bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe,bendungan
yang terjadi pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari
produksi dan penampungan ASI sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri.
(Sarwono, 2015)
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu
karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. (Sarwono,
2015)
Pada hari-hari pertama, payudara sering
terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya
aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi di dalam jumlah
banyak. (Ambarwati, 2015)
b.
Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
bendungan ASI menurut Ibnu Pranoto (2015), yaitu:
1)
Pengosongan mamae yang
tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu
yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan
ASI).
2)
Faktor hisapan bayi
yang tidak aktif (Pada masa laktasi,
bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3)
Faktor posisi menyusui
bayi yang tidak benar (Teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan
rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan
terjadi bendungan ASI).
4)
Puting susu terbenam
(Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi
tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya
terjadi bendungan ASI.
5)
Puting susu terlalu
panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI).
6)
Membatasi waktu bayi
dengan payudara.
7)
Memberikan suplemen
susu formula pada bayi.
8)
Menggunakan pompa
payudara tanpa indikasi sehingga menyebabkan suplai berlebihan.
9)
Implan payudara
c. Tanda dan Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila
terjadi bendungan ASI menurut Manuaba (2015) adalah :
1)
Rasa berat pada payudara
2)
Payudara terasa panas
3)
Badan terasa panas sampai meningkat
4)
Payudara bengkak dan keras
5)
Puting susu kencang
6)
Payudara terasa nyeri
7)
ASI tidak keluar
d. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar,
kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi
oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi,
dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk
mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks
ini timbul bila bayi menyusui.
Apabila bayi tidak menyusu dengan baik,
atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu.
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya
mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri, putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir
dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi
demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam. (wiknjosastro, 2005)
e. Pencegahan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1)
Menyusui dini, susui
bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.
2)
Susui bayi tanpa
jadwal atau ondemand.
3)
Keluarkan ASI dengan
tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4)
Perawatan payudara
pasca persalinan.
f. Pengobatan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1)
Sangga payudara dengan bra yang pas.
2)
Kompres payudara
dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5menit
3)
Urut payudara dari arah pangkal
menuju putting.
4)
Keluarkan ASI dari bagian depan
payudara sehingga putting menjadi lunak.
5)
Susukan bayi sesering mungkin 2 jam
sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan
bayi dan payudara ibu sudah benar
6)
Pada masa-masa awal atau bila bayi
yang menyusu tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual (memerah)
dari payudara.
7)
Letakkan kain dingin/kompres dingin
pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa.
8)
Bila perlu berikan paracetamol 3x
500 mg per oral untuk mengurangi nyeri.
9)
Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
(Sastrawinata, 2005)
B.
Tinjauan
Teori Asuhan Dasar Kebidanan
1.
Pengertian
manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah
pendekatan yang di gunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Manajemen kebidanan merupakan suatu
metode atau bentuk yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuahn kebidanan.
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola
berfikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi
masalah. Menurut Helen Varney, proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat
digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan 31
berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosa atau masalah potensial
kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi atau kerja sama.
Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya.
Proses manajemen terdiri dari 7
(tujuh) langkah berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan
dalam situasi apapun.Akan tetapi langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah
yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai dengan kondisi klien.
2.
Tahapan
dalam manajemen kebidanan
Adapun dalam tahapan Manajemen
Kebidanan yaitu :
a. Langkah I.
Identifikasi data dasar
Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara:
1)
Pertama yaitu
anamnesis, dimana akan didapatkan data subjektif dari pasien seperti ibu akan
mengeluhkan payudara bengkak, terasa keras, ibu meresa demam dan dirasakan pada
hari ketiga setelah persalinan.
2)
Kedua, yaitu akan
didapatkan data objektif dengan melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhannya , pada pemeriksaan fisik ini akan dilakukan inspeksi dan palpasi
pada payudara dan akan didapatkan hasil pemeriksaan payudara warnanya
kemerahan, payudara bengkak, keras dan nyeri bila ditekan.
3)
Ketiga yaitu
pemeriksaan tanda-tanda vital, pada kasus ini memungkinkan akan didapatkan
hasil pemeriksaan dimana suhu tubuh bisa mencapai 38.
b. Langkah II.
Identifikasi diagnosa/Masalah aktual
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
tehadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien beradarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulakan.Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.Diagnosa bendungan ASI ditegakkan berdasarkan data subjektif dari
pasien dan data objektif yang telah didapatkan, serta pada pemeriksaan fisik
yang telah dilakukan.Bendungan ASI ditegakkan jika didapatkan payudara warnanya
kemerahan, payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, suhu tubuh bisa
mencapai 380C dan terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan. Jika ibu
mengalami bendungan ASI, ASI nya tidak keluar atau belum lancar, maka
kemungkinan disebabkan oleh pengosongan mammae yang tidak sempurna, hisapan
bayi yang tidak aktif, posisi menyusui bayi yang tidak benar, puting susu
terbenam, dan puting susu terlalu panjang.
c. Langkah III. Antisipasi
diagnosa/Masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah
ini sangat penting dalam melakukan asuhan yang aman. Pada kasus bendungan ASI, maka perlu
dilakukan antisipasi terjadinya mastitis karena pada kasus ini, bendungan ASI
merupakan gejala awal akan terjadinya mastitis dan jika tidak ditangani dengan
baik kemungkinan akan terjadi mastitis, sehingga perlu untuk dilakukan
antisipasi.
d. Langkah IV.
Tindakan segera/Kolaborasi
Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari
proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain
berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan
tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu, yang mampu dilakukan secara mandiri
dan bersifat rujukan.
e. Langkah V.
Rencana asuhan kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diadaptasi. Setiap
rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat melaksanakan
dengan efektif (Jannah, 2012).
Rencana asuhan yang akan dilakukan
yaitu lakukan perawatan payudara, ajarkan teknik menyusui yang baik dan benar,
sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan
menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal
menuju putting, keluarkan ASI dari bagian 34 depan payudara sehingga putting
menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar, pada
masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan payudara,
mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara manual dari payudara,
kompres dingin dengan es pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara
dipompa, bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk mengurangi
nyeri., lakukan evaluasi setelah 3 hari.
f. Langkah VI.
Implementasi asuhan kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan
menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan
ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi
yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan klien (Jannah, 2012).
g. Langkah VII.
Evaluasi kebidanan
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
yang diberikan kepada klien.Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan
pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah
diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah
baru.Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien
untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan.
3.
Pendokumentasian asuhan
kebidanan
Pendokumentasian adalah catatan
tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, dan tim
kesehatan yang mencatat tentang hasil pemeriksaan, prosedur pengobatan pada
pasien dan pendidikan kepada pasien, serta respon pasien tehadap semua kegiatan
yang dilakukan. Alur berfikir bidan
dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah.
Untuk mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
S:
Subjektif
Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.
O:
Objektif
Menggambarkan
dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan uji
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai
langkah I Varney.
A: Assesment
Menggambarkan
dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
suatu identifikasi:
1) Diagnosis/Masalah
2) Antisipasi diagnosis/ Kemungkinan
Masalah
3) Perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi, dan atau perujukan
sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney
P:
Planning
Menggambarkan
dokumentasi tingkatan (I) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan pengakjian
langkah 5, 6, dan 7 Varney.Soap ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan
atau pada evaluasi hari berikutnya.Karena pada kasus ini memerlukan asuhan yang
diberikan setiap harinya sampai ibu benar-benar sembuh.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Waktu dan Tempat Pengkajian
Hari/ Tanggal : Rabu/ 26 Januari 2022
Pukul : 17. 00 WIB
Tempat : PMB. Suriati.SST
B. Identitas/ Biodata
Nama :
Ny.
E Nama Suami : Tn. H
Umur :
31 Tahun Umur :
29 Tahun
Suku/ Bangsa : Aceh/
Indonesia Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat :
Lambareh Alamat : Lambareh
C.
Pengkajian Data Subjektif
- Alasan datang ke BPM
Ibu datang untuk kontrol ulang masa nifas.
- Keluhan utama
Ibu mengeluh payudara bengkak, terasa nyeri.
- Riwayat Persalinan
a.
Ibu (P1A0)
- Tempat melahirkan : BPM.SURIATI,SST
- Tanggal melahirkan : 23
Januari 2022
- Jenis Persalinan :
SC
- Komplikasi/kelainan
dalam persalinan :
Partus
lama :
tidak ada , jam..................menit
Plasenta :
√□ spontan □ dilahirkan
dengan tangan
□ lengkap □
sisa plasenta :..... cm,......kg
□ kelainan................................................................
- Tali
pusat panjang : 35 cm
- Kelainan :
tidak ada
- Perineum : √□ utuh □ episiotomi
□ anastesi □
jahitandengan........
□
robekan tingkat........................
b. Bayi
- Lahir
:
spontan
- BB :
3.200 gram
- PB :
48 cm
- Nilai
apgar :
Normal
- Cacat
bawaan :
tidak ada
- Masa
gestasi :
39 minggu
- Frekuensi
menyusu :10 kalii/hari
- Durasi : 5 menit
- Keluhan
:
rewel
- Komplikasi : tidak ada
4. Riwayat
Kehamilan, nifas dan persalinan
No |
Tgl Lahir |
Usia Kehami lan |
Jenis partus |
Tempat Persalinan |
Peno Long |
Kompli Kasi |
Bayi |
Nifas |
|||
Umur |
Ibu |
Bayi |
JK BB PB |
Keada an |
Lak tasi |
Komplikasi |
|||||
I. |
23/1/2022 |
39 Mg |
Normal |
BPM |
Bidan |
- |
- |
PR |
Baik |
Baik |
Bendungan ASI |
5.
Pola
Nutrisi
-
Makan : 3X/hari teratur (porsi
sedang terdiri dari nasi, sayur dan lauk)
-
Perubahan makan
yang dialami : nafsu makan meningkat,
sering ngemil.
6.
Pola
Eliminasi : BAB : teratur.
BAK
: 6-7
X/hari
-Aktivitas sehari – hari : memasak, membersihkan rumah,
dan kegiatan rumah tangga lainnya.
7.
Pola Tidur : Malam :
3-4Jam
Siang : Tidak tentu
8.
Kebiasaan Menyusui
-
Posisi : duduk
-
Durasi :15-20
menit
-
Perawatan Payudara :Tidak pernah dilakukan
- Riwayat Penyakit Sistemik yang pernah diderita
-
Jantung :
Tidak ada
-
Ginjal : Tidak ada
-
Asma :
Tidak ada
-
TBC :
Tidak ada
-
Hepatitis :
Tidak ada
-
DM :
Tidak ada
-
Hipertensi :
Tidak ada
-
Epilepsi : Tidak ada
-
Lain- lain :
Tidak ada
- Riwayat Penyakit keluarga
-
DM : Tidak ada
-
Hipertensi : Tidak ada
-
Jantung : Tidak ada
- Riwayat sosial
- Kehamilan
ini : ˅ Direncanakan □ Tidak direncanakan
˅
Diterima □ Tidak
diterima
- Perasaan
tentang kelahiran ini : Senang
- Status Perkawinan : sah
Kawin I : Umur 29 Tahun,
Lamanya : 2 Tahun
Kawin
II : -
D.
Pengkajian Data Objektif
- Status Emosional :
Stabil
- Tanda-tanda Vital
- Tekanan
Darah : 120/70 mmHg - Nadi : 82
X/mnt
- Respirasi : 20 X/mnt - Suhu : 37,4oC
- BB : 62 kg -TB : 156 cm
- Kepala
- Rambut : Bersih
- Muka :
Tidak oedema
- Mata : Konjungtiva : Tidak
anemis
Sclera :
Tidak ikterik
Pengelihatan : Normal
Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : tidak
ada karies, tidak ada gigi berlubang
Leher : tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid
- Dada :
Bentuk simetri : Ya (_˅_) Tidak (__)
Payudara : Teraba
keras, bengkak, dan panas
Bentuk simetris :
Ya (_˅_) Tidak (__)
Benjolan :
Ya (__) Tidak
(_˅ _)
Puting Susu :
Menonjol
Areola : Hiperpigmentasi (menghitam)
Pengeluaran :
Kolostrum
- Pinggang
Nyeri :(˅) Ada
( )Tidak ada
- Ekstremitas
Oedema tangan dan jari :
( ) Ada
(˅)Tidak ada
Oedema tibia/kaki :
( ) Ada
( ˅ )Tidak ada
Betis merah/lembek/keras :
( ) Ada
(˅ )Tidak ada
Varices tungkai :
( ) Ada
( ˅)Tidak
ada
Refleks patella Kanan : (˅ )
Ada ( )Tidak ada
Kiri : (˅ ) Ada
( )Tidak ada
- Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : Simetris
TFU : 3 jari dibaewah Pusat
Kontraksi :
Baik
Striae : ( ) Ada ( )Tidak ada
Bekas luka
Operasi : ( v ) Ada (˅ )Tidak ada
- Genetalia
Vulva dan vagina:
Varices :
( ) Ada (˅ )Tidak ada
Luka :
( ) Ada
(˅ )Tidak ada
Oedema :
( ) Ada
(˅ )Tidak ada
Lochea :
Sanguilenta
Perineum :
Bekas Luka/jaringan parut :
() Ada (˅ )Tidak ada
Lain-lain : ( ) Ada
(˅ )Tidak ada
9.
Anus
Haemorroid : Tidak tampak haemorroid
- Kulit
Warna :
Kuning langsat
Turgor :
baik
E.
Data Penunjang
Tidak ada
F.
Analisa Data Menggunakan Metode SOAP
1.
Kunjungan
1
Tanggal 26 Januari 2022
Pukul 17.00 wib
S : Ibu
mengeluh pada payudara terasa bengkak, teraba keras, nyeri dan panas. Ibu
mengatakan bayinya menyusu. Tapi sebentar, dan sering rewel.
O : TD : 120/ 70 mmHg Nadi : 82 x/ menit
RR : 20 x/ menit Suhu
: 37,4oC
BB:
62 kg TB :156 cm
Skala nyeri : 3
Payudara tampak bengkak, teraba keras dan panas
ASI : ada
Abdomen: TFU :
3 jari dibawah pusat Kontraksi
: Baik
Lochea :
Sanguilenta
A : Ny. E ibu nifas hari ke 3 dengan bendungan ASI
k/u ibu baik
P :
1.
Memberitahukan ibu
hasil pemeriksaan.
2.
Menjelaskan pada ibu bahwa
kedua payudara ibu mengalami bendungan ASI disebabkan oleh bayi tidak menyusui
dengan benar pada payudara.
3.
Melakukan perawatan
payudara dengan cara :
a) Melakukan
kompres kedua payudara dengan handuk hangat untuk memperlancar keluarnya ASI.
b) Melakukan dan mengajarkan kepada ibu cara memerah ASI yang benar dengan teknik dr.
Marmet, yaitu dengan cara memegang payudara dengan tangan membentuk huruf C,
kemudian ajarkan ibu untuk meletakkan jempol dan jari telunjuk 2 cm di samping aerola, tarik payudara
kebelakang kemudian tekan lalu lepas.
c) Melakukan dan mengajarkan pijat Oksitosin, sebaiknya dilakukan oleh suami dengan
cara melakukan pijatan di sepanjang sisi tulang belakang dengan menggunakan
kedua jempol atau kepalan kedua tangan, pijatan dilakukan sampai sebatas tali
bra saja.
4.
Menganjurkan ibu untuk
sering memerah untuk mengurangi pembengkakan ASI.
5.
Menjelaskan kepada ibu
seputar pemberian ASI:
a. Mengajarkan
ibu posisi menyusui yang benar kepada bayi.
b. Mengajarkan
ibu cara menyusui yang nyaman bagi ibu dan bayi.
c. Menganjurkan
ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya selama 6 bulan
d. Mengajurkan
ibu untuk memberikan ASI pada bayinya 2 jam sekali, jika payudara masih terasa penuh
dapat melakukan perah ASI/pompa ASI.
6.
Menganjurkan ibu untuk
banyak minum air putih minimal 8 gelas sehari.
7.
Memberikan ibu
paracetamol 3x1 dengan dosis 500 mg per oral untuk mengurangi rasa nyeri.Vit C
1x1
8.
Ibu mengerti dengan
penjelasan bidan dan akan melaksanakan anjuran yang telah diberikan.
2.
Kunjungan
II
Hari
dan Tanggal: 29 januari 2022
Tempat
: BPM suriati,SST
S
Ibu mengatakan payudara tidak panas lagi dan
payudara sudah tidak terlalu nyeri ,ibu mengatkan sudah aktif menyusui
bayinya,dan ibu mengatakan ASInya sudah lancar keluar.
O
K/U : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda
vitas(TTV)
TD : 110/70 mmHg
N : 82x/m
RR : 22x/m
T : 36,5 c
Pemeriksaan fisik
•
Payudara : putting susu menonjol
- Payudara
kiri : normal,putting susu menonjol
- Payudara
kanan : bengkak dan merah sudah berkurang,nyeri tekan baik,pengeluaran ASI
lancar.
• Abdomen : bersih,tidak ada strie
- TFU
: tidak teraba
- Kandung
kemih : kosong
- Kelainan tidak ada
• Genetalia :
- Pengeluaran pervaginam : lhokea serosa
- Bau
: amis
A
Ibu E PI A0 usia 29 tahun dengan
bendungan ASI
Keadaan umum baik
P
1.
Memberitahukan ibu tentang hasil
pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara
3. Menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya sesring
mungkin dengan kedua payudara secara
bergantian
4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkomsumsi makana bergizi dan banyak minum air putih
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
6. Mengajurkan ibu untuk melanjutkan mengkomsumsi
obat yg sudah diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan jika
ada keluhan
8. ibu tela mengerti apa yang di sampaikan oleh
bidan,dan ibu mau melakukanya
BAB IV
PEMBAHASAN
Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Di masyarakat masih banyak ibu yang
mengalami Bendungan ASI. Persentase perempuan yang mengalami Bendungan Asi
rata-rata mencapai 87,5% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada
tahun 2014 ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 7.198 orang dari 10.764
orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak
6.543 orang dari 9.862 orang. (WHO, 2015).
Kemudian Pembengkakan yang terjadi akibat Bendungan
ASI ini akan mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu
merasakan demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan
payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti Bendungan ASI (Heryani, 2015).
Manajemen kebidanan yang dilakukan dalam
penatalaksanaan yang diberikan yaitu dengan 7 langkah varney yang
didokumentasikan dengan SOAP. Tehnik pengumpulan data dengan cara primer yaitu
pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, dan pengumpulan data secara sekunder
yaitu dokumentasi dan studi kepustakaan.
Setelah dilakukan penatalaksanaan menggunakan Tehnik
Breastcare (Perawatan Payudara) pada Ny. S yang
dilakukan untuk membantu mengatasi Bendungan ASI, berjalan dengan baik dan
didapatkan hasil pada Ny.S bahwa bahwa keluhannya
tentang Bendungan ASI sudah mulai berkurang seperti tidak terasa nyeri saat di
palpasi, suhu badan mulai normal. Kemudian pada kunjungan selanjutmya ibu
mengatakan sudah tidak ada keluhan-keluhan mengenai Bendungan ASI dan bayi
sudah mulai pintar menyusu pada ibu. Dari uraian materi serta pembahasan kasus
pada Ny. S dapat diambil kesimpulan bahwa penatalaksanaan pada studi kasus
Bendungan Asi terhadap Ny. S dengan menggunakan metode Breastcare (Perawatan
Payudara) untuk mengurangi resiko Bendungan Asi, dan dapat diatasi dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP. Kemudian Penulis mengharapkan bagi ibu nifas untuk menggunakan
Perawatan payudara ini secara baik dan benar, guna untuk membantu mengurangi
keluhan – keluhan yang dirasakan pada ibu nifas, dan penulis berharap ilmu yang
telah diberikan dapat diterapkan dengan baik.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpuan
Masa
nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masanifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Terdapat beberapa penyulit atau tanda – tanda bahaya yang dialami oleh ibu masa
nifas, diantaranya yaitu bendungan ASI.
Kejadian
bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi
lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka akan
menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus
laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
Pada
Kasus ini pasien Ny. E mengalami bendungan ASI karena suplai ASI yang berlimpah
dan tidak melakukan pengosongan payudara setelah bayi menyusui, sehingga
terjadi bendungan. Setelah dilakukan asuhan kepada ibu, ibu sudah mengerti apa
yang harus dilakukan untuk menghindari terjadinya bendungan ASI.
B.
Saran
1.
Bagi Klien
Diharapkan kepada
klien untuk dapat memeriksakan diri pada tenaga kesehatan terutama bidan pada
masa nifas dengan bendungan ASI.
2.
Bagi Tempat
Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada tempat pelayanan kesehatan dapat lebih
meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dalam memberikan asuhan kebidanan
yang komprehensif secara sistematis sesuai prosedur pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
3.
Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menerapkan teori yang didapat
dalam perkuliahan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan bendungan ASI.
4.
Bagi Institusi
Diharapkan agar dapat menjadi
tolak ukur sejauh mana mahasiswa telah memahami dan melaksanakan asuhan
kebidanan komprehensif secara sistematis sesuai prosedur.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati.
2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendika Press
Astuti, K. 2016. Analisa Hubungan Pengaruh Cara
Menyusui Dengan Kejadian Payudara Bengkak Pada Ibu Post Partum. Vol.3 No.
4. Diakses tanggal 13 oktober 2017
Astutik R, Y. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.
Departemen
Kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Laporan Nasional 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Heryani Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.
Jannah Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Kemenkes RI. 2015.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. Jakarta: Kemenkes RI
Mangkuji, dkk. 2015. Asuhan Kebidananan 7 Langkah Soap.
Jakarta: EGC.
Manuaba,
I.B.G. 2009.Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: EGC
_____________.2015.Ilmu Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC
Maritalia Dewi. 2014.Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. 2009 Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas
(postpartum). Jakarta: TIM.
Mulyani N,S. 2015. ASI dan Panduan Ibu Menyusui.
Yogyakarta:Nuha Medika.
Nurhayati, dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Pranoto,
Ibnu.2015.Patologi Kebidanan.Yogyakarta:
Fitramaya
Prawirohardjo,Sarwono.2009.BukuPanduanPraktisPelayananKesehatan MaternaldanNeonatal.Jakarta:YBPSP
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi
keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Roito H, dkk. 2013 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas &
Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta:
Rosita, E. 2017. Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas
Dengan Bendungan Asi(Studi Di Desa Jolotundo Dan Desa Kupang Kecamatan Jetis
Kabupaten Mojokerto)Tahun 2016. Midwifery Journal Of STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang Volume 13 No.1
Rukiyah, Y. 2012. Asuhan
Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Rukiyah, dkk.
2012. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Sari M,S. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum
Tentang Breast Care Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum.
Vol.6 No 1. Diakses tanggal 13 oktober 2017.
SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia). 2015.
Jakarta.
Sastrawinata,
S.2005. Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC
Winkjosastro.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
WHO (Word Health Organization). 2015. Word Health
Statistics. (diakses tanggal 02 mei 2021).
Yanti P, D. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu
Dengan Bendungan Asi Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Akademi Kebidanan
Helvetia Pekanbaru
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/1675 (diakses tanggal 02 mei 2017)
Yanti, S. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Bandung: PT Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment