Thursday, 10 March 2022

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN DASAR MASA NIFAS PADA IBU I DENGAN MASTITIS

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014)

Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna (Sarwono Prawirohardjo, 2014)

Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33% dan prevalensi global adalah sekitar 10%. Presentasi ibu post partum yang menyusui melaporkan dirinya mengalami tanda gejala mastitis di Amerika Serikat adalah 9,5% dari 1000 wanita. Data masalah menyusui pada bulan april hingga juni 2012 di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalami putting susu lecet, 42% ibu mengalami bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat, 11% mengalami mastitis dan 6,5% ibu mengalami abses payudara yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam menyusui bayinya. (Hasana, 2017)

Menurut data WHO terbaru pada tahun 2014 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2017).

Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di 10 negara yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2016 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) dengan angka tertinggi terjadi di Indonesia (37, 12 %) (Depkes RI, 2017). Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada tahun 2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak 16% dari ibu menyusui (Kemenkes, 2019).

Terjadinya mastitis berawal dari kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat payudara, cara menyusui yang benar dan bagaimana pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kuman bersarang dan pada akhirnya akan menjadi infeksi pada payudara. Dengan kurangnya pengetahuan ibu maka ibu mudah terkena mastitis contohnya banyak ibu sekarang tidak mau memberikan ASI pada bayinya di karenakan takut payudaranya menjadi kendor terutama pada ibu primigravida, pada ibu multigravida juga dapat terjadi mastitis karena ibu malas memberikan ASI pada bayi. Jika ibu tidak memberikan ASI pada bayi akibatnya ASI akan mengumpul di dalam payudara lama-kelamaan produksi ASI bertambah banyak dan akan menjadi beku sehingga menjadi sumbatan di payudara jika ASI tidak di keluarkan. (Norma dan Mustika, 2016).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan Mastitis di BPM Suriati, S.ST”

1.2         Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana Asuhan Kebidanan Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan Mastitis di BPM Suriati, S.ST?”

1.3         Tujuan Penelitian

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan Mastitis di BPM Suriati, S.ST dengan pendekatan manajemen SOAP

1.4         Manfaat Penelitian

1.      Manfaat bagi penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari lahan praktek tentang asuhan kebidanan ibu Nifas dan Menyusui.

2.      Bagi Institusi pendidikan

Dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan wawasan yang luas bagi mahasiwa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiwa sehingga dapat mengahasilkan bidan yang berkualitas.

3.      Bagi lahan praktek

Dapat menjadi bahan kajian sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori khususnya penanganan terhadap kasus ibu nifas dam menyusui dengan mastitis.

4.      Bagi Pasien

Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan melakukan pemeriksaan rutin dipelayanan kesehatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1         Tinjauan Teoritis Medis

A.      Masa Nifas

1.    Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous artinya melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rini & Kumala, 2017)

2.    Tujuan Asuhan masa Nifas

Menurut Rini & Kumala (2017) tujuan asuhan masa nifas adalah :

a.       Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas

Tujuannya untuk mendeteksi adanya kemungkinan pendarahan postpartum dan infeksi diwaspadai sekurang-kurangnya 1 jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

b.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

Menjaga kesehatan baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan badan terutama membersihkan bagian kelamin.

c.       Melaksanakan skrining secara komprehensif

Yaitu dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Pengawasan yang dilakukan adalah pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV, konsistensi rahim dan pengawan KU ibu.

d.      Memberikan pendidikan kesehatan diri

Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat.

e.       Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara

1)      Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2)      Menggunakan BH yang menyokong payudara

3)      Apabila puting susu lecet, oleskan colestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

4)      Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan ASI

f.       Konseling tentang KB         

3.    Tahapan masa nifas

Menurut Rini & Kumala (2017) yaitu:

a.       Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal (40 hari)

b.      Puerperium intermidiate

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c.       Puerperium remote

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

 

4.    Tanda bahaya masa nifas

Menurut Pitriani & Andriyani (2015) berikut adalah tanda-tanda bahaya dimasa nifas :

a.         Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba, perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan bisa disebabkan kontraksi uterus yang tidak baik serta adanya laserasi jalan lahir.

b.         Ibu demam tinggi, suhu tubuh > 38°C. Jika ibu memiliki suhu tubuh yang tinggi, kita harus mewaspadai adanya kemungkinan infeksi pada ibu tersebut atau ibu mengalami dehidrasi.

c.         Kontraksi uterus tidak baik, disebabkan oleh peregangan uterus yang tidak maksimal, keadaan umum ibu lemah.

d.        Lochea yang berbau tidak enak, bau yang normal adalah seperti bau darah menstruasi biasa

e.         Sakit kepala yang terus menerus, nyeri apigastric, atau masalah penglihatan

f.          Pembengkakan pada wajah dan tangan, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan,

g.         Payudara yang memerah, panas, atau sakit, adanya bendungan ASI bisa disebabkan karena ibu tidak mau menyusui bayinya atau ibu memiliki masalah dengan putting susu sehingga ASI tidak lancar keluar.

 

5.    Perubahan fisik yang terjadi pada masa nifas

Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Masa Nifas menurut Sriwahyu Ningsih (2019) :

a.       Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan retraksi otot-otot. Uterus berangsur-angsur akan mengecil sampai keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Diameter Uterus

Plasenta lahir

Setinggi pusat

1000 gram

12,5 cm

7 hari (minggu 1)

Pertengahan pusat dan simpisis

500 gram

7,5 cm

14 hari (minggu 2)

Tidak teraba

350 gram

5cm

6 mingu

Normal

60 gram

2,5 cm

 

b.   Lochea

           Lochea adalah cairan yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama post partum. Berikut adalah macam-mcam lochea :

                            Tabel 2.3 Macam-Macam Lochea

Lochea

Waktu

Warna

Ciri-ciri

Rubra

1-3 hari

Merah kehitaman

Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta

3-7 hari

Putih bercampur merah

Sisa darah bercampur lendir

Serosa

7-14 hari

Kekuningan/ kecoklatan

Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit, eritrosit dan robekan laserasi plasenta.

Alba

>14 hari

Putih

Mengandung leukosit, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati.

 

c.       Serviks

Setelah persalianan serviks terbuka lebar, setelah 7 hari hanya dapat dilalui 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup kembali.

d.      Perinium dan vagina

Vagina secara berangsur-angsur mulai berkurang luasnya, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran nullipara, minggu ke 3 ruggae vagina mulai kembali seperti keadaan tidak hamil. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan

e.       Payudara

Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ke 3 setelah persalinan efek prolaktin pada payudara mulai dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, oksitosin merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI.

f.       Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini dikarenakan kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasil kan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2017).

g.      Perubahan pada sistem pencernaan

Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi sering terjadi karena psikis ibu yang takut BAB karena ada luka jahitan perenium.

h.        Perubahan pada sistem Endokrin

Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan, membantu uterus kembali normal. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam nifas. Progesteron meningkat dan turun pada hari ke tiga nifas. Kadar prolactin dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI. Jika ibu post partum tidak menyusui dalam 14-21 hari akan timbul menstruasi

i.          Perubahan pada sistem Muskuloskletal

Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan, berangsur-angsur mengecil seperti semula. Ambulasi pada umumnya dimulia 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

j.          Perubahan TTV pada Masa Nifas

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas diantaranya adalah :

1)      Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5˚C setelah 2 jam post partum normal. Sekitar hari ke empat setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, kemungkinan disebabkan karena aktifitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38 pada hari ke dua sampai hari-hari berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi sepsis masa nifas.

2)      Denyut nadi setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh, denyut nadi sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu pertama masa nifas. Frekuensi nadi normal yaitu 60-80x/menit. Denyut nadi masa nifas umum nya lebih stabil di bandingkan suhu badan.

3)      Tekanan darah bisa meningkat dari sebelum persalinan 1-3 hari masa nifas. Pada masa nifas tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang meneyertai.

4)      Respirasi / pernafasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam keadaan pemulihan atau keadaan istirahat. Pernafasan yang normal setelah persalinan adalah 16-24 x/menit atau rata- ratanya 18 x/menit

 

B.       Mastitis

1.    Pengertian Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna. Tindakan yang perlu di lakukan adalah:

a.       Kompres hangat

b.      Masase pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI dapat menetes keluar

c.       Pemberian antibiotika d. Istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit jikalau perlu (Sarwono, 2014)

Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh kuman,terutana staphylococcus aerus melalui luka pada putting susu, atau melalui peredaran darah. Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah staphylococcus aerus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri local pada mamae, terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae. (Norma dan Mustika, 2016)

 

2.      Jenis-jenis Mastitis

Mastitis terbagi atas 3 yaitu mastitis periductal, mastitis pueperalis, dan mastitis supurativa.Ketiga jenis mastitis ini terjadi akibat penyebab yang berbeda dan kondisi yang juga berbeda. Berikut adalah penyebab tentang jenis–jenis mastitis tersebut :

1)      Mastitis Periductal

Biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause (wanita diatas 45 tahun), penyebab utamanya diduga akibat perubahan hormonal dan aktivitas menyususi dimasa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunan hormone estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak di belakang putting payudara. Reaksi peradangan disebabkan mastitis periductal dan jenis mastitis ini jarang terjadi.

2)      Mastitis Puerperalis

Mastitis ini terjadi pada wanita yang sedang menyusui karena adanya perpindahan kuman dari mulut bayi atau dari mulut suaminya. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah staphylococcusaureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik silicon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Mastitis puerperalis kuman berasal dari mulut luar yang masuk ke dalam payudara.

3)      Mastitis Supurativa

Mastitis jenis ini disebabkan kuman staphylococcus. Selain itu juga di sebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Mastitis jenis ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat agar tidak terjadi abses atau luka bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari mastitis supurative berasal dari dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan payudara lewat aliran darah. (Rukiah dan Yulianti, 2017).

 

3.      Patofisiologis Mastitis

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%. (Alasiry, 2010).

Mastitis adalah suatu inflamasi atau infeksi jaringan pada payudara wanita yang menyusui, meskipun hal ini dapat terjadi pada wanita yang tidak menyusui. Infeksi dapat terjadi akibat perpindahan mikroorganisme kepayudara oleh tangan pasien atau tangan pemberi perawatan atau dari bayi menyususi yang mengalami infeksi oral,mata atau kulit. Mastitis dapat juga di sebabkan oleh organisme yang ditularkan melalui darah. Sejalan berkembangnya inflamantasi, terjadi infeksi pada duktus, sehingga menyebabkan stagnasi ASI pada satu lobus atau lebih. Tekstus payudara menjadi keras atau memadat, dan nyeri pekak padaregio yang terkena. (Rukiah dan Yulianti, 2017)

 

4.      Penyebab Mastitis

Penyebab terjadinya mastitis menurut Soetjiningsih (2014) adalah sebagai berikut :

1)      Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.

2)      Putting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.

3)      Bra yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement, kalau tidak disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.

4)      Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.

5.      Tanda dan Gejala Mastitis

Menurut Rukiyah (2013) tanda mastitis adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita sangat lesu, tidak nafsu makan, penyebab staphylococcus aureus, bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local, kemerahan pada seluruh payudara, payudara keras dan berbenjol–benjol (merongkol), infeksi terjadi1–3 minggu pasca persalinan.

Gejala mastitis non-infeksius : ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut, ibu tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja. (Rukiyah, 2013).

Gejala mastitis infeksius : ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu, sakit kepala, demam dengan susu di atas 38 derajat celcius, kulit pada payudara tampak kemerahan, kedua payudara terasa keras dan tegang pembengkakan. (Rukiyah, 2013).

6.      Penatalaksanaan Mastitis

Mastitis yang parah dengan gejala seperi demam yang tak kunjung reda atau malah meninggi dan bahkan mencapai 40°C, serta payudara semakin terasa nyeri dan terjadi perubahan warna dari kecoklatan menjadi kemerahana,perlu di konsultasikan pada dokter atau klinik lakatsi. Infeksi yang tidak di tangani bisa memperburuk kondisi ibu karena kuman pada kelenjar susu akan menyebar keseluruh tubuh, kemudian timbul abses (luka bernanah) berikut penanganan mastitis yaitu :

1)      Menyususi diteruskan pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kososng kemudian pada payudara yang normal.

2)      Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lab basah panas pada payudara yang terkena

3)       Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola.

4)      Memakai BH yang menyokong

5)      Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.

6)      Banyak minum sekitar 2 liter/hari.

7)      Beri antibiotic dan analgesic, anti biotik jenis penisilin dengan dosis tinggi dapat membantu sambil menunggu pembiyakan dan kepekaan air susu, fllucloxacilin dan eriktronisin selama 7–10 hari. (Soetjiningshi, 2012)

 

BAB III

STUDI KASUS

 

3.1 Kunjungan I

 

Hari dan tanggal         : Senin, 25 Januari 2022

Tempat                        : BPM Suriati, S.ST

Identitas

Nama                                       : Ny. I

Umur                                       : 28 Tahun

Alamat                                    : Sabang

Agama                                     : Islam

Pendidikan                              : SMA

Pekerjaan                                 : IRT

Suku/Bangsa                           : Aceh/Indonesia

 

Nama Suami                            : Tn. I

Umur                                       : 30 Tahun

Alamat                                    : Sabang

Agama                                     : Islam

Pendidikan                              : SMA

Pekerjaan                                 : Wiraswasta

Suku/Bangsa                           : Aceh/Indonesia

 

S:

Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya 7 hari yang lalu. Ibu mengeluh payudara sebelah kanan nyeri, merah, panas dingin dan bengkak sejak 2 hari yang lalu

A.    Riwayat Obstetri

1.      Riwayat Menstruasi

Menarche                             : 13 Tahun

Lama                                    : 5-6 Hari

Siklus                                   : 28 Hari, teratur.

Warna Darah                        : Merah Kehitaman

Dismenore/ Tidak                 : Tidak

2.      Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit pernah diderita      : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga                : Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit ginekologi              : Tidak ada

3.      Riwayat Persalinan

Riwayat persalinan Tanggal/Jam persalinan : 20-03-2018/03.05 wib

Tempat persalinan                               : Klinik Penolong persalinan : Bidan Jenis persalinan                                                 : Spontan

Komplikasi persalinan                         : Tidak ada

Keadaan plasenta                                : Baik/Utuh

Tali pusat                                             : Baik

Lama persalinan                                  : Kala I : 8 jam, Kala II : 30 menit,

Kala III : 15 menit, Kala IV : 2 Jam

Jumlah perdarahan                              : Kala I : 50 cc, Kala II : 50 cc,

Kala III : 50 cc Kala IV: 50 cc

Perineum Ruptur/Tidak                       : Ruptur Derajat II

BB Bayi          : 3.300 gram

PB                   : 52 cm

LK                   : 34 cm

LD                   : 35 cm

Jenis Klamin    : Laki - laki

Nilai Apgar     : 9/10

Cacat bawaan : Tidak ada

Masa gestasi    : 38 minggu

B.     Pola Kehidupan Sehari – hari

1.    Pola diet/nutrisi dan cairan:

·         Nutrisi : 2-3x/hari porsi sedikit

·         Cairan : Minum air putih 7 gelas sehari

2.    Pola Eliminasi:

·         BAB   : 1x dalam sehari, konsistensi lembek dan berwarna kuning

·         BAK   : 4-5x dalam sehari, warna kuning jernih

3.    Pola Aktivitas

·         Pekerjaan sehari-hari : Ibu Rumah Tangga

·         Keluhan      : Tidak ada

·         Menyusui    : Ya

·         Keluhan      : ASI keluar sediki

                 

4.    Pola Istirahat:

·         Tidur malam            : 7-8 jam

·         Tidur siang               : + 1 jam

5.    Pola Personal Hygiene:

 Mandi 2x sehari, ganti baju/pakaian dalam 3x sehari, gosok gigi 2x sehari keramas 3x seminggu

O:

 K/U : Baik

Kesadaran: composmentis

Tanda-tanda vital (TTV)

TD       : 120/70 mmHg

N         : 80 x/m

RR       : 20 x/m

T          : 38,1 C

            HPHT  : 16-04-2021

HPL    : 23-01-2022

            GOL Darah     : O

Pemeriksaan Fisik

·         Kepala       : Bersih,tidak ada ketombe

·         Wajah        : Normal, tidak ada oedema

·         Mata          : Conjungtiva merah muda, sclera putih

·         Telinga       : Bersih, tidak ada serumen

·         Hidung      : Bersih, tidak ada polit

·         Mulut         : Bersih, tidak ada caries

·         Leher         : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

·         Payudara   : Tidak simetris, puting susu menonjol, payudara kiri normal, payudara kanan terlihat membesar, memerah dan terdapat luka atau lecet pada putting susu

·         Abdomen  : Bersih, tidak ada striae, tidak ada bekas luka operasi

-          TFU                       : Tidak Teraba

-          Kontraksi Uterus   : Baik

-          Kandung kemih     : Kosong

-          Kelainan                : Tidak ada

·         Genetalia   :

-          Varises             : Tidak ada

-          Oedema           : Tidak ada

-          Pembesaran kelenjar bartolini : Tidak ada

-          Pengeluaran pervaginam : Lochea : Serosa

-           Bau                 : Amis

-          Bekas luka/jahitan perineum : Ada

-          Anus                : Tidak ada Haemoroid

·         Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak oedema, Reflek patella +

 

A:

Ibu I P1A0 usia 28 tahun postoartum hari ke 7 dengan Mastitis

Keadaan umum lemah

 

P:

1.    Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2.    Menjelaskan tentang mastitis yang ibu alami yaitu peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan, adanya sumbatan saluran ASI sehingga menyebabkan nyeri tekan, kemerahan pada payudara ibu.

3.    Ajarkan ibu tentang perawatan payudara untuk mempercepat penyembuhan

4.    Beritahu ibu kompres air hangat sebelum menyusui dan air dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara

5.    Beritahu ibu cara menyusui yang benar

6.    Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua payudara secara bergantian Agar nutrisi bayi terpenuhi dan dapat memperlancar pengeluaran ASI

7.    Anjurkan ibu menggunakan bra yang menyokong payudara agara payudara tetap sehat

8.    Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak minum air putih agar mempercepat penyembuhan dan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi misalnya daun katuk, bayam, tempe, dan tahu

9.    Berikan therapy kepada ibu untuk mengurangi rasa sakit yang ibu alami Cefadroxil 2x1, PCT, 3X1, Vit C 2x1

10.     Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau jika ada keluhan

11.     Ibu telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan ibu bisa menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh bidan.

12.     Melakukan pendokumentasian.

 

 

 

 

 

 

 

 

3.2 Kunjungan II

Hari dan tanggal         : Senin, 28 Januari 2022

Tempat                        : BPM Suriati, S.ST

 

S:

Ibu mengatakan payudara sudah tidak panas lagi dan payudara sudah tidak terlalu nyeri. Ibu mengatakan sudah aktif menyusui bayinya, Ibu mengatakan ASI nya sudah lancar keluar

O:

 K/U : Baik

Kesadaran: composmentis

Tanda-tanda vital (TTV)

TD       : 120/80 mmHg

N         : 82 x/m

RR       : 22 x/m

T          : 36,5 C

           

Pemeriksaan Fisik

·         Payudara : Puting susu menonjol

-          Payudara kiri       : Normal, Puting susu menonjol

-          Payudara Kanan  : Bengkak dan merah sudah berkurang, nyeri tekan membaik, luka pada puting membaik, pengeluaran ASI lancar

·         Abdomen  : Bersih, tidak ada striae, tidak ada bekas luka operasi

-          TFU                       : Tidak Teraba

-          Kandung kemih     : Kosong

-          Kelainan                : Tidak ada

·         Genetalia   :

-          Pengeluaran pervaginam : Lochea Serosa

-           Bau                 : Amis

-          Bekas luka/jahitan perineum : Ada, luka membaik

 

A:

Ibu I P1A0 usia 28 tahun postoartum hari ke 10 dengan Mastitis teratasi

Keadaan umum baik

 

P:

1.      Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2.      Anjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara.

3.      Anjurkan ibu tetap menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua payudara secara bergantian.

4.      Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan banyak minum air putih.

5.      Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup, tidur siang 1-2 jam dan malam 7-8 jam.

6.      Ajarkan ibu melakukan personal hygiene,dengan cara mencuci tangan sebelum atau sesudah BAK/BAB dan mengganti celana dalam bila sudah dalam keadaan lembab atau basah

7.      Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang sudah diberikan

8.      Menganjurkan untuk melakukan kunjungan jika ada keluhan

9.      Ibu telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan ibu bisa menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh bidan.

10.  Melakukan pendokumentasian

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

4.1         Penjelasan

 

Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan menurut SOAP pada Ny.I dengan Mastitis secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pada kasus ini Ny.I  ibu mengeluh payudaranya nyeri, bengkak, merah dan panas dingin sudah sejak 2 hari yang lalu.

Data objektif pada pasien dengan kasus ini adalah hasil pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Diagnosa masalah potensial pada kasus ibu nifas pada ibu I dengan mastitis akan terjadi abses payudara, namun tidak terjadi karena pasien cepat mendapatkan penanganan yang tepat. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan rencana tindakan terhadap ibu I dengan mastitis adalah sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu melakukan kompres air hangat dan dingin, ajarkan teknik menyusui yang baik, anjurkan perawatan payudara, penkes tentang pola nutrisi, penkes tentang pola istirahat dan memberikan therapy

Pelaksanaan pada ibu nifas umur 28 tahun dengan perawatan payudara adalah dilaksanakan sesuai dengan recana tindakan yaitu kompres air hangat dan dingin pada payudara secara bergantian, penkes cara perawatan payudara, teknik menyusui bayi dengan baik dan pemberian therapy.

Evaluasi pada ibu nifas 28 tahun dengan mastitis didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TTV : TD : 120/80 mmHg, RR : 20x/menit, P : 82x/menit, T : 36,3 C, ASI lancar, luka puting membaik, bayi dapat menyusui dengan lancar dan mastitis sudah teratasi.

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.           Kesimpulan

 

Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP dan data perkembangan soap maka penulis dapat menyimpulkan Pada pengkajian Ibu I usia 28 tahun dengan Mastitis didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara dengan pasien dimana saat bidan melakukan kunjungan nifas hari ke 7. Dan Setelah dilakukan pengkajian, menunjukkan adanya temuan diagnosis kebidanan yaitu ibu dengan mastitis.

Ibu I dianjurkan untuk melakukan kompres air hangat dan dingin, ajarkan teknik menyusui yang baik, anjurkan perawatan payudara, penkes tentang pola nutrisi, penkes tentang pola istirahat dan memberikan therapy.

Intervensi dilakukan mulai dari kunjungan pertama dan dilanjutkan kunjungan ke dua. Evaluasi yang dilakukan pada kunjungan ke dua didapatkan hasil yaitu keluhan yang dirasakan ibu telah berkurang, ASI nya sudah mulai lancar keluar dan bayi telah aktif menyusui.

 

B.       Saran

 

  1. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan konseling, informasi dan edukasi(KIE) tentang ibu nifas dan menyusui.

  1. Bagi Penulis

Diharapkan lebih memperdalam ilmu dan teori tentang bahaya pada masa nifas, sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat menunjang analisa dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan managemen langkah varney.

 

 

  1. Bagi pasien

Diharapkan kepada klien untuk lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan pemeriksaan pada saat masa nifas atau kunjungan ulang kepada bidan atau tenaga kesehatan dan kesadaran akan pentingnya melakukan perawatan payudara (breast care) selama kehamilan sampai pada masa nifas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alasiry, E. (2010). Buku Indonesia Menyusui. Terdapat pada: www.idai.or.id

Hasanah, A. I  (2017). Hubungan Teknik Menyusui dengan Resiko terjadinya Mastitis pada Ibu Menyusui di Desa Kemuning Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Jember : Jember.

Kemenkes RI. (2019). Profil Dinas Kesehatan Indonesia. Jakarta

Maritalia Dewi. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Norma, Nita D, Mustika Dwi S. (2016). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha medika

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Purwoastuti & Walyani. (2015).Ilmu Obstetri dan ginekologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rini, Susilo & Kumala, Feti. D. (2017). Panduan Asuhan Nifas. Yogyakarta: Deepublish.

Risa Pitriani, Rika Andriyani. (2015) Panduan Lengkap Asuhan Kebidan Ibu Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta: Depublish CV Budi Utama

Rukiyah, Yulianti. (2017). Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media.

Rukiyah, dkk. (2013).  Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.

Sri Wahyuningsih. (2019). Asuhan Keperawatan Postpartum. Yogyakarta: Deepublish

WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2015.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment