LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A.
Definisi
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah di atas 130/80 mmHg atau
lebih. Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan munculnya
penyakit-penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit
ginjal, dan stroke (dr.Rizki Tamin 2020).
B.
Etiologi
Berdasarkan penyebab
hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1.
Hipertensi
Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiapotik karena tidak
diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,
alkohol dan polisitemia.
2.
Hipertensi
Sekunder
Penyebabnya yaitu: penggunaan esterogen, penyakit ginjal sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
a.
Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas:
·
Hipertensi
dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
·
Hipertensi
sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg Dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
b. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
·
Elastisitas
dinding aorta menurun
·
Katub
jantung menebal dan menjadi kaku
·
Kemampuan
jantung memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun menyebabkan turunnya kontaksi dan volume
·
Kehilangan
elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
·
Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajar hipertensi dapat
dapat dikelompokan yaitu:
No |
Kategori |
Sistolik
(mmHg) |
Diastolik
(mmHg) |
1 |
Optimal |
<120 |
<80 |
2 |
Normal |
120-129 |
80-84 |
3 |
Higt Normal |
130-139 |
85-89 |
4 |
Hipertensi |
|
|
5 |
Grade 1 (ringan) |
140-159 |
90-99 |
6 |
Grade 2 (sedang) |
160-179 |
100-109 |
7 |
Grade 3 (berat) |
180-209 |
110-119 |
8 |
Grade 4 (sangat Berat ) |
>210 |
>120 |
C.
Pathway
Umur KETIDAKPATUHAN Defisit Pengetahuan Perubahan Status Kesehatan HIPERTENSI Obesitas Gaya Hidup Jenis Kelamin
D.
Manifestasi
Klinis
Tanda dan gejalah pada hipertensi dibedakan menjadi 2:
a.
Tidak ada
gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa.
Hal ini hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Gejala
terlazim pada penderita hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan,adapun
beberapa pasien yang menderita hipertensi juga mengalami gejala seperti :
·
Mengeluh sakit kepala
·
Lemas
·
Kelelahan
·
Sesak nafas
·
Gelisa
·
Mual
·
Muntah
·
Epitakis
·
Kesadaran menurun
E.
Pencegahan
Hipertensi
1. Berhenti
merokok
2. Pertahankan
gaya hidup sehat
3. Belajar
untuk rileks dan mengendalikan stress
4. Batasi
mengkomsumsi alkohol
5. Penjelasan
mengenai hipertensi
6. Jika
sudah menggunakaan obat hipertensi lanjutkan penggunaan secara rutin
7. Diet
rendah garam serta pengendalian berat badan
8. Periksa
tekanan darah secara rutin
F.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul
Madjid (2004), meliputi:
·
Pemeriksaan
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan
adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
·
Pemeriksaan EKG. EKG
(pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi
hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
·
Pemeriksaan diagnostik
meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat
menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus
hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab
hipertensi)
·
Pemeriksaan radiologi :
Foto dada dan CT scan
G.
Penatalaksanaan
Pengobatan
non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan
farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurangkurangnya ditunda. Sedangkan
pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1.
Diet rendah
garam/kolesterol/lemak jenuh
2.
Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
Nasehat
pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan
asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis
3. Ciptakan
keadaan rileks
Berbagai cara
relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf
yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan
olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5.
Berhenti merokok dan
mengurangi konsumsi alcohol.
Pengobatan
dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan
antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1.
Diuretik
Obat-obatan
jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid
2.
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
3.
Betabloker Mekanisme
kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung.
Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol,
Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4.
Vasodilator Obat
golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
5.
Penghambat ensim
konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas
6.
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat
Reseptor Angiotensin II Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi
penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya
daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala,
pusing, lemas dan mual.
Dengan
pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan
H.
Diagnosa
Keperawatan
Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan
: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard
Intervensi
keperawatan :
1.
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5.
Catat edema umum
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi
aktivitas.
7.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
8.
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan
punggung dan leher
10.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11.
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12.
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13.
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Hasil
yang diharapkan :
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan
TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan
irama dan frekuensi jantung stabil
1. Nyeri
( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan
: Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi
keperawatan :
1.
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2.
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3.
Batasi aktivitas
4.
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5.
Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
6.
Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
1. Potensial
perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
Tujuan
: sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi
:
1.
Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2.
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau
tekanan arteri jika tersedia
3.
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4.
Amati adanya hipotensi mendadak
5.
Ukur masukan dan pengeluaran
6.
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7.
Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing,
nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran
urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda
vital stabil
1. Kurangnya
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
Tujuan
;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
1.
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2.
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3.
Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan
efek samping atau efek toksik
4.
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5.
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :
sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
6.
Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7.
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8.
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
9.
Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta
alcohol
10.
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil
yang diharapkan :
Pasien
mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan
No comments:
Post a Comment