Thursday, 10 March 2022

ASUHAN KEBIDANAN DEMAM PADA BAYI UMUR 9 BULAN

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi dan anak. Dikatakan demam bila suhu tubuh anak mencapai kenaikan suhu sekitar 0,8˚C sampai 1,1˚C yaitu lebih dari suhu 38˚C (diatas suhu tubuh normal seseorang). Demam yaitu respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi merupakan keadaan dimana mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dan jamur) masuk kedalam tubuh. Demam pada anak dapat disebabkan karena infeksi virus, paparan panas yang berlebihan (overheating), kekurangan cairan (dehidrasi), alergi dan gangguan sistem imun.

Demam secara umum tidak berbahaya namun dapat membahayakan anak jika demamnya tinggi. Demam dapat memberikan dampak yang negatif yang bisa membahayakan anak seperti dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis dan kejang demam (febrile convulsions). Untuk meminimalisir dampak negatif maka demam harus ditangani dengan benar (Cahyaningrum & Siwi, 2018).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia yang kematian tiap tahunnya mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu. Di dapatkan data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam.

Jika demam tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka demam dapat membahayakan keselamatan anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi lain (kejang dan penurunan kesadaran). Kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit dapat mengakibatkan apnea, hipoksia, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat, hipotensi, menyebabkan kelainan anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy dan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (Wardiyah et al., 2016). Anak yang mudah terkena infeksi yang akhirnya menimbulkan demam adalah anak yang berusia dibawah lima tahun.

Tingginya suhu tubuh anak juga tidak bisa menjadi indikasi tingkat keparahan penyakit pada anak karena merupakan reaksi yang terjadi pada tubuh anak saat melakukan perlawanan terhadap infeksi. Demam dapat turun dengan sendirinya dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak selalu membutuhkan pengobatan (Doloksaribu & Siburian, 2016). Anak dibawah lima tahun atau anak balita adalah anak yang memasuki usia diatas satu tahun dan dibawah usia lima tahun (12 -59 bulan).

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun (12-36 bulan) (batita) dan anak usia prasekolah (37-59 bulan), pada usia ini disebut dengan masa yang sangat aktif dan seiring dengan perkembangan 3 pertumbuhan otot dan peningkatan aktivitas bermainnya. Para ahli menggolongkan usia prasekolah sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang seringkali di jumpai adalah penyakit infeksi (Eka, 2016).

Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap penanganan demam pada anak. Orang tua yang memiliki perbedaan pengetahuan dapat mengakibatkan penanganan demam yang berbeda pula pada anak. Banyak orang tua yang mengira jika tidak diobati demam pada anak akan semakin tinggi. Karena konsep yang salah ini, banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Orang tua mempunyai berbagai kekhawatiran ketika anak mereka demam (Kelly et al, 2016). Kekhawatiran ini adalah sebagai hasil dari tingkat kepercayaan, sikap dan pengetahuan orang tua mengenai demam dan penyakit demam.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini, bagaimana gambaran penatalaksanaan orang tua terhadap anak yang mengalami demam?

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan Umum Menggambarkan penatalaksanaan orang tua terhadap anak yang mengalami demam.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Demam

1.      Pengertian

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan.

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus dengan gejala demam 9 satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya.

2.      Etiologi

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, 10 pyelonephritis, meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis.

Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya :

a.       Suhu lingkungan

b.      Adanya infeksi

c.       Pneumonia

d.      Malaria

e.       Otitis media

f.       Imunisasi

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan antigen VI

 

3.      Patofisiologi

Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor.

Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella. Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi masuk ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah.

4.      Klasifikasi

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:

a.       Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

b.      Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

c.       Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

d.      Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

e.       Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

5.      Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

a.       Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)

b.      Kulit kemerahan

c.       Hangat pada sentuhan

d.      Peningkatan frekuensi pernapasan

e.       Menggigil

f.       Dehidrasi

g.      Kehilangan nafsu makan

Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :

a.       Demam 

b.      Gangguan saluran pencernaan

c.       Gangguan kesadaran

d.      Relaps (kambuh)

6.      Komplikasi

Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:

a.       Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh

b.      Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).

Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam thypoid yaitu :

a.       Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik

b.      Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi

c.       Anemia hemolitik

d.      Pneumoni, empyema dan pleuritis

e.       Hepatitis, koleolitis

7.      Penatalaksanaan

Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :

a.       Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:

 

1)      Paracetamol

Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.

Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.

Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.

Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).

2)      Ibuprofen

Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. 

Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

 

b.      Tindakan non farmakologis

Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti (Nurarif, 2015): 

1)      Memberikan minuman yang banyak

2)      Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal

3)      Menggunakan pakaian yang tidak tebal

4)      Memberikan kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.

Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.

Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

B.     Asuhan Kebidanan

Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris adalah sebagai berikut :

1.      Pengkajian

a.       Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan

b.      Riwayat kesehatan

c.       Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.

d.      Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.

e.       Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).

f.       Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)

2.      Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi

3.      Pemeriksaan persistem

a.       Sistem persepsi sensori

1)      Sistem persyarafan: kesadaran

2)      Sistem pernafasan

3)      Sistem kardiovaskuler

4)      Sistem gastrointestinal

5)      Sistem integument

6)      Sistem perkemihan

b.      Pada fungsi kesehatan

1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

2)      Pola nutrisi dan metabolism

3)      Pola eliminasi

4)      Pola aktivitas dan latihan

5)      Pola tidur dan istirahat

6)      Pola kognitif dan perseptual

7)      Pola toleransi dan koping stress

8)      Pola nilai dan keyakinan

9)      Pola hubungan dan peran

4.      Pemeriksaan penunjang

a.       Laboratorium

b.      Foto rontgent

c.       USG, endoskopi atau scanning

5.      Diagnosa Keperawatan

a.       Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

b.      Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit, fluktuasi suhu lingkungan

c.       Resiko cidera berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.

d.      Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.

B.     SARAN

Memberikan Asuhan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik anatara tim kesehatan dan klien yang diajukan untuk meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang optimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://eprints.ums.ac.id/83780/3/Bab%20I.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf

http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%20M%20AZMI%20YAHYA.pdf

 

 

 

No comments:

Post a Comment