BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Demam merupakan suatu gangguan yang sering terjadi pada bayi dan
anak. Dikatakan demam bila suhu tubuh anak mencapai kenaikan suhu sekitar 0,8˚C
sampai 1,1˚C yaitu lebih dari suhu 38˚C (diatas suhu tubuh normal seseorang).
Demam yaitu respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi merupakan
keadaan dimana mikroorganisme (bakteri, virus, parasit dan jamur) masuk kedalam
tubuh. Demam pada anak dapat disebabkan karena infeksi virus, paparan panas
yang berlebihan (overheating), kekurangan cairan (dehidrasi), alergi dan
gangguan sistem imun.
Demam secara umum tidak berbahaya namun dapat membahayakan anak jika
demamnya tinggi. Demam dapat memberikan dampak yang negatif yang bisa
membahayakan anak seperti dehidrasi, kekurangan oksigen, kerusakan neurologis
dan kejang demam (febrile convulsions). Untuk meminimalisir dampak negatif maka
demam harus ditangani dengan benar (Cahyaningrum & Siwi, 2018).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan jumlah kasus
demam di seluruh dunia yang kematian tiap tahunnya mencapai 16 – 33 juta dengan
500 – 600 ribu. Di dapatkan data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di
Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam.
Jika demam tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka demam dapat
membahayakan keselamatan anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi lain
(kejang dan penurunan kesadaran). Kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
dapat mengakibatkan apnea, hipoksia, hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat,
hipotensi, menyebabkan kelainan anatomis diotak sehinggga terjadi epilepsy dan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (Wardiyah et al.,
2016). Anak yang mudah terkena infeksi yang akhirnya menimbulkan demam adalah
anak yang berusia dibawah lima tahun.
Tingginya suhu tubuh anak juga tidak bisa menjadi indikasi tingkat
keparahan penyakit pada anak karena merupakan reaksi yang terjadi pada tubuh
anak saat melakukan perlawanan terhadap infeksi. Demam dapat turun dengan
sendirinya dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak selalu membutuhkan pengobatan
(Doloksaribu & Siburian, 2016). Anak dibawah lima tahun atau anak balita
adalah anak yang memasuki usia diatas satu tahun dan dibawah usia lima tahun
(12 -59 bulan).
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak
usia 1 – 3 tahun (12-36 bulan) (batita) dan anak usia prasekolah (37-59 bulan),
pada usia ini disebut dengan masa yang sangat aktif dan seiring dengan
perkembangan 3 pertumbuhan otot dan peningkatan aktivitas bermainnya. Para ahli
menggolongkan usia prasekolah sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup
rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit yang seringkali di
jumpai adalah penyakit infeksi (Eka, 2016).
Peran orang tua sangat berpengaruh terhadap penanganan demam pada
anak. Orang tua yang memiliki perbedaan pengetahuan dapat mengakibatkan
penanganan demam yang berbeda pula pada anak. Banyak orang tua yang mengira
jika tidak diobati demam pada anak akan semakin tinggi. Karena konsep yang
salah ini, banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu
diobati. Orang tua mempunyai berbagai kekhawatiran ketika anak mereka demam
(Kelly et al, 2016). Kekhawatiran ini adalah sebagai hasil dari tingkat
kepercayaan, sikap dan pengetahuan orang tua mengenai demam dan penyakit demam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini,
bagaimana gambaran penatalaksanaan orang tua terhadap anak yang mengalami
demam?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Menggambarkan penatalaksanaan orang tua terhadap anak
yang mengalami demam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Demam
1.
Pengertian
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun
obat – obatan.
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam
pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi.
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi
usus halus dengan gejala demam 9 satu minggu atau lebih disertai gangguan
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya
suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya.
2.
Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
holistic.
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani,
2015). Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, 10 pyelonephritis,
meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis.
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni
(2015) bahwa etiologi febris,diantaranya :
a.
Suhu lingkungan
b.
Adanya infeksi
c.
Pneumonia
d.
Malaria
e.
Otitis media
f.
Imunisasi
Penyebab utama
demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri salmonella thypi
adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan antigen
VI
3.
Patofisiologi
Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks
antigen-antibodi) akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel
PMN) yang memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai
prototypical eR Eps menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan
prostaglandin dan neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di
hipotalamus anterior dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme
tubuh secara fisiologis mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku
ingn berpakaian yang tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat.
Demam seringkali dikaitkan dengan adanya penggunaan pada “set-point”
hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau tumor.
Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke
dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella.
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi masuk
ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah.
4.
Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a.
Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b.
Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c.
Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d.
Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.
Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam
praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit
virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap infeksi bakterial.
5.
Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a.
Anak rewel (suhu lebih tinggi
dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b.
Kulit kemerahan
c.
Hangat pada sentuhan
d.
Peningkatan frekuensi
pernapasan
e.
Menggigil
f.
Dehidrasi
g.
Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a.
Demam
b.
Gangguan saluran pencernaan
c.
Gangguan kesadaran
d.
Relaps (kambuh)
6.
Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
a.
Dehidrasi : demam meningkatkan
penguapan cairan tubuh
b.
Kejang demam : jarang sekali
terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam
24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayakan otak.
Menurut Lestari
(2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam thypoid yaitu :
a.
Perdarahan usus, perporasi usus
dan illius paralitik
b.
Miokarditis, thrombosis,
kegagalan sirkulasi
c.
Anemia hemolitik
d.
Pneumoni, empyema dan pleuritis
e.
Hepatitis, koleolitis
7.
Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak :
a.
Tindakan farmakologis
Tindakan
farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:
1)
Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa
pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan
hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa
resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi,
alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik
dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang
masa sakit).
2)
Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam.
Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek
samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna,
rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan
kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b.
Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1)
Memberikan minuman yang banyak
2)
Tempatkan dalam ruangan bersuhu
normal
3)
Menggunakan pakaian yang tidak
tebal
4)
Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2
jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini
Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di
lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature
air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan
memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.
B.
Asuhan Kebidanan
Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris
adalah sebagai berikut :
1.
Pengkajian
a.
Identitas: umur untuk
menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b.
Riwayat kesehatan
c.
Keluhan utama (keluhan yang
dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d.
Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,
muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e.
Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
f.
Riwayat kesehatan keluarga
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
2.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3.
Pemeriksaan persistem
a.
Sistem persepsi sensori
1)
Sistem persyarafan: kesadaran
2)
Sistem pernafasan
3)
Sistem kardiovaskuler
4)
Sistem gastrointestinal
5)
Sistem integument
6)
Sistem perkemihan
b.
Pada fungsi kesehatan
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
2)
Pola nutrisi dan metabolism
3)
Pola eliminasi
4)
Pola aktivitas dan latihan
5)
Pola tidur dan istirahat
6)
Pola kognitif dan perseptual
7)
Pola toleransi dan koping
stress
8)
Pola nilai dan keyakinan
9)
Pola hubungan dan peran
4.
Pemeriksaan penunjang
a.
Laboratorium
b.
Foto rontgent
c.
USG, endoskopi atau scanning
5.
Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit.
b.
Ketidakefektifan termoregulasi
berhubungan dengan proses penyakit, fluktuasi suhu lingkungan
c.
Resiko cidera berhubungan
dengan infeksi mikroorganisme.
d.
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh. Ada 2
jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di
lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature
air 30-32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan.
B.
SARAN
Memberikan Asuhan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang
baik anatara tim kesehatan dan klien yang diajukan untuk meningkatkan mutu
asuhan kebidanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/83780/3/Bab%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1413/4/4.%20BAB%202.pdf
http://repo.stikesperintis.ac.id/132/1/10%20M%20AZMI%20YAHYA.pdf
No comments:
Post a Comment