DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.
Latar belakang......................................................................................... 1
B.
Rumusan
masalah.................................................................................... 2
C.
Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Tehnik Sampling...................................................................................... 3
B. Data Penelitian........................................................................................ 7
C. Instrumen Penelitian................................................................................ 9
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 10
E. Pengolahan data.................................................................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................................. 15
A. Kesimpulan............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, sering
kita jumpai banyak hal yang dapat kita deskripsikan dalam bentuk data.
Informasi data yang diperoleh tentunya harus diolah terlebih dahulu menjadi
sebuah data yang mudah dibaca dan dianalisa. Untuk meperoleh data-data
tersebut, diperlukan adanya sebuah penelitian.
Penelitian ini didapatkan melalui berbagai cara, dan juga berbagai
langka-langkah pengujian dari para pengumpul data. Sebelum melakukan
penelitian, kita akan menduga-duga terlebih dahulu terhadap apa yang kita ingin
teliti. Pernyataan dugaan atau pernyataan sementara kita ini yang disebut
hipotesis.
Hipotesis adalah asumsi
atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan itu di
khususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai parameter populasi,
maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik. Setiap
hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian
sebelum hipotesis itu diterima atau di tolak. Langkah atau prosedur untuk
menentukkan apakah menerima atau menolak hipotesis dinamakan pengujian
hipotesis.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk membahas tentang
pengertian hipotesis, pengujian hipotesis, uji satu arah dan dua arah serta uji
mengenai nilai tengah.
B. Rumusan
Masalah
a.
Apa
pengertian dari hipotesis ?
b.
Bagaimana
langkah - langkah pengujian hipotesis ?
c.
Apa
saja jenis – jenis pengujian hipotesis serta kesalahan dalam pengujian ?
d.
Bagaimana
melakukan pengujian nilai tengah dengan uji dua arah dan satu arah ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui dari hipotesis
2.
Untuk
mengetahui langkah - langkah pengujian hipotesis
3.
Untuk
mengetahui jenis - jenis pengujian hipotesis serta kesalahan dalam pengujian
4.
Untuk
mengetahui cara pengujian nilai tengah dengan uji dua arah dan satu arah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, Hupo berarti Lemah atau kurang atau di bawah ,Thesis berarti teori, proposisi atau pernyataan yang disajikan
sebagai bukti. Sehingga dapat diartikan sebagai Pernyataan
yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya
masih sementara. Hipotesis juga
dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya menggunakan data/informasi yang dikumpulkan melalui sampel, dan
dapat dirumuskan berdasarkan teori, dugaan, pengalaman pribadi/orang lain,
kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara.
Menurut Kerlinger (1973:18) dan Tuckman (1982:5) mengartikan hipotesis
adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau lebih.
Selanjutnya menurut Sudjana (1992:219) mengartikan hipotesis adalah asumsi atau
dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering
dituntut untuk melakukan pengecekannya. Atas dasar dua definisi diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang
harus diuji lagi kebenarannya.
Hipotesis
statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya
masih sementara atau lemah kebenarannya. Hipotesis statistik dapat berbentuk
suatu variabel seperti binomial, poisson, dan normal atau nilai dari suatu
parameter, seperti rata-rata, varians, simpangan baku, dan proporsi. Hipotesis
statistic harus di uji, karena itu harus berbentuk kuantitas untuk dapat di
terima atau di tolak. Hipotesis statistic akan di terima jika hasil pengujian
membenarkan pernyataannya dan akan di tolak jika terjadi penyangkalan dari
pernyataannya.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis kerja (Hipotesis Alternatif Ha atau H1)
yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan
teori-teori yang ada hubungannya (relevan) dengan masalah penelitian dan belum
berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata dilapangan. Hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dengan
kalimat positif. Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya hubungan,
pengaruh, atau perbedaan antara parameter dengan statistik. Hipotesis Nol (Ho) dirumuskan dengan kalimat
negatif). Nilai Hipotesis Nol (Ho) harus menyatakan dengan pasti nilai
parameter.
B. Pengujian
Hipotesis
Pengujian
Hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan memutuskan
apakah menerima atau menolak hipotesis itu. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang di buat mengandung
ketidakpastian, artinya keputusan bias benar atau salah, sehingga menimbulkan
risiko. Besar kecilnya risiko dinyatakan dalam bentuk probabilitas. Pengujian
hipotesis merupakan bagian terpenting dari statistic inferensi (statistic
induktif), karena berdasarkan pengujian tersebut, pembuatan keputusan atau
pemecahan persoalan sebagai dasar penelitian lebih lanjut dapat terselesaikan.
a. Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat di
bedakan atas beberapa jenis berdasarkan kriteria yang menyertainya.
1. Berdasarkan Jenis Parameternya
Didasarkan atas jenis
parameter yang di gunakan, pengujian hipotesis dapat di bedakan atas tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:
1)
Pengujian
hipotesis tentang rata-rata
Pengujian hipotesis tentang rata-rata adalah
pengujian hipotesis mengenai rata-rata populasi yang di dasarkan atas informasi
sampelnya. Contohnya:
·
Pengujian
hipotesis satu rata-rata
·
Pengujian
hipotesis beda dua rata-rata
·
Pengujian
hipotesis beda tiga rata-rata
2)
Pengujian
hipotesis tentang proporsi
Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah
pengujian hipotesis mengenai proporsi populasi yang di dasarkan atas informasi
sampelnya. Contohnya:
·
Pengujian
hipotesis satu proporsi
·
Pengujian
hipotesis beda dua proporsi
·
Pengujian
hipotesis beda tiga proporsi
3)
Pengujian
hipotesis tentang varians
Pengujian hipotesis tentang varians adalah
pengujian hipotesis mengenai rata-rata populasi yang di dasarkan atas informasi
sampelnya. Contohnya:
·
Pengujian
hipotesis tentang satu varians
·
Pengujian
hipotesis tentang kesamaan dua varians
2. Berdasarkan Jumlah Sampelnya
Didasarkan atas ukuran
sampelnya, pengujian hipotesis dapat di bedakan atas dua jenis, yaitu sebagai
berikut:
1)
Pengujian
hipotesis sampel besar
Pengujian hipotesis sampel besar adalah pengujian hipotesis yang
menggunakan sampel lebih besar dari 30 (n > 30).
2)
Pengujian
hipotesis sampel kecil
Pengujian hipotesis sampel kecil adalah pengujian hipotesis yang
menggunakan sampel lebih kecil atau sama dengan 30 (n ≤ 30).
3. Berdasarkan Jenis Distribusinya
Didasarkan atas jenis
distribusi yang digunakan, pengujian hipotesis dapat di bedakan atas empat
jenis, yaitu sebagai berikut:
1)
Pengujian
hipotesis dengan distribusi Z
Pengujian hipotesis dengan distribusi Z
adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi Z sebagai uji statistik.
Tabel pengujiannya disebut tabel normal standard. Hasil uji statistik ini
kemudian di bandingkan dengan nilai dalam tabel untuk menerima atau menolak
hipotesis nol (Ho) yang di kemukakan. Contohnya :
·
Pengujian
hipotesis satu dan beda dua rata-rata sampel besar.
·
Pengujian
satu dan beda dua proporsi.
2)
Pengujian
hipotesis dengan distribusi t (t-student)
Pengujian hipotesis dengan distribusi t
adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai uji statistik.
Tabel pengujiannya disebut tabel t-student. Hasil uji statistik ini kemudian di
bandingkan dengan nilai dalam tabel untuk menerima atau menolak hipotesis nol
(Ho) yang di kemukakan. Contohnya :
·
Pengujian
hipotesis satu rata-rata sampel kecil.
·
Pengujian
hipotesis beda dua rata-rata sampel kecil.
3)
Pengujian
hipotesis dengan distribusi χ2 ( chi kuadrat)
Pengujian hipotesis dengan distribusi χ2
( chi kuadrat) adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi χ2
sebagai uji statistik. Tabel pengujiannya disebut tabel χ2. Hasil
uji statistik ini kemudian di bandingkan dengan nilai dalam tabel untuk
menerima atau menolak hipotesis nol (Ho) yang di kemukakan. Contohnya :
·
Pengujian
hipotesis beda tiga proporsi.
·
Pengujian
Independensi.
·
Pengujian
hipotesis kompatibilitas
4)
Pengujian
hipotesis dengan distribusi F (F-ratio)
Pengujian hipotesis dengan distribusi F
(F-ratio) adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi F (F-ratio)
sebagai uji statistik. Tabel pengujiannya disebut tabel F. Hasil uji statistik
ini kemudian di bandingkan dengan nilai dalam tabel untuk menerima atau menolak
hipotesis nol (Ho) yang di kemukakan. Contohnya :
·
Pengujian
hipotesis beda tiga rata-rata.
·
Pengujian
hipotesis kesamaan dua varians.
4. Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya
Didasarkan atas arah atau
bentuk formulasi hipotesisnya, pengujian hipotesis di bedakan atas 3 jenis,
yaitu sebagai berikut:
1)
Pengujian
hipotesis dua pihak (two tail test)
Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis di mana hipotesis
nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (H1)
berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = dan H1 ≠).
2)
Pengujian
hipotesis pihak kiri atau sisi kiri
Pengujian hipotesis pihak kiri adalah pengujian hipotesis di mana hipotesis
nol (Ho) berbunyi “sama dengan” atau “lebih besar atau sama dengan”
dan hipotesis alternatifnya (H1) berbunyi “lebih kecil” atau “lebih
kecil atau sama dengan” (Ho = atau Ho ≥ dan H1
< atau H1 ≤ ). Kalimat “lebih kecil atau sama dengan” sinonim
dengan kata “paling sedikit atau paling kecil”.
3)
Pengujian
hipotesis pihak kanan atau sisi kanan
Pengujian hipotesis pihak kanan adalah pengujian hipotesis di mana
hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” atau “lebih kecil atau
sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (H1) berbunyi “lebih besar”
atau “lebih besar atau sama dengan” (Ho = atau Ho ≤ dan H1
> atau H1 ≥). Kalimat “lebih besar atau sama dengan”
sinonim dengan kata “paling banyak atau paling besar”.
Contoh :
· Berdasarkan
informasi yang dikemukakan pada sebuah media massa, bahwa harga beras jenis “A”
di suatu wilayah adalah Rp. 3.200,- (Pengujian
Dua Pihak)
Ho : µ = Rp. 3.200,-
Ha : µ ≠ Rp. 3.200,-
· Berdasarkan
informasi bahwa harga beras jenis “A” di suatu wilayah tidak kurang dari Rp.
3.200,- (Pengujian Satu Pihak – Kiri)
Ho : µ ≥ Rp. 3.200,-
Ha : µ < Rp. 3.200,-
· Berdasarkan
informasi bahwa harga beras jenis “A” di suatu wilayah tidak lebih dari Rp.
3.200,- (Pengujian Satu Pihak – Kanan)
Ho : µ ≤ Rp. 3.200,-
Ha : µ > Rp. 3.200,-
b. Langkah
– Langkah Pengujian Hipotesis
Berikut ini langkah-langkah pengujian
hipotesis statistic adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Formulasi Hipotesis
Formulasi atau perumusan hipotesis
statistic dapat di bedakan atas dua jenis, yaitu sebagai berikut;
1)
Hipotesis nol /
nihil (HO)
Hipotesis nol adalah hipotesis yang dirumuskan
sebagai suatu pernyataan yang akan di uji. Hipotesis nol tidak memiliki
perbedaan atau perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya.
2)
Hipotesis
alternatif/ tandingan (H1 / Ha)
Hipotesis alternatif adalah hipotesis yang di rumuskan sebagai lawan
atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif, timbul
3 keadaan berikut.
·
H1 menyatakan
bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang di hipotesiskan.
Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi
atau arah kanan.
·
H1 menyatakan
bahwa harga parameter lebih kecil dari pada harga yang di hipotesiskan.
Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi
atau arah kiri.
·
H1 menyatakan
bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di hipotesiskan. Pengujian
itu disebut pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu pengujian sisi atau arah
kanan dan kiri sekaligus.
Secara umum, formulasi hipotesis
dapat di tuliskan :
Apabila hipotesis nol (H0)
diterima (benar) maka hipotesis alternatif (Ha) di tolak. Demikian
pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif (Ha) di terima (benar)
maka hipotesis nol (H0) ditolak.
2. Menentukan Taraf Nyata (α)
Taraf nyata adalah besarnya batas
toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter
populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang di gunakan, semakin tinggi pula
penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang di uji, padahal hipotesis nol
benar.
Besaran yang sering di gunakan untuk
menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu: 1% (0,01), 5% (0,05), 10%
(0,1), sehingga secara umum taraf nyata di tuliskan sebagai α0,01, α0,05, α0,1.
Besarnya nilai α bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang
dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan di
tolerir. Besarnya kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah kritis pengujian
(critical region of a test) atau daerah penolakan ( region of rejection).
Nilai α yang dipakai sebagai taraf
nyata di gunakan untuk menentukan nilai distribusi yang di gunakan pada
pengujian, misalnya distribusi normal (Z), distribusi t, dan distribusi X².
Nilai itu sudah di sediakan dalam bentuk tabel di sebut nilai kritis.
3. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria Pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau
menolak hipotesis nol (Ho) dengan cara membandingkan nilai α tabel
distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan
bentuk pengujiannya. Yang di maksud dengan bentuk pengujian adalah sisi atau
arah pengujian.
1)
Penerimaan Ho terjadi
jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai positif
atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
2)
Penolakan Ho terjadi
jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai positif
atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai
kritis.
Dalam bentuk gambar, kriteria pengujian seperti gambar di bawah ini
4. Menentukan Nilai Uji Statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi
tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk
menduga parameter data sampel yang di ambil secara random dari sebuah populasi.
Misalkan, akan di uji parameter populasi (P), maka yang pertama-tam di hitung
adalah statistik sampel (S).
5. Membuat Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan
keputusan dalam hal penerimaan atau penolakan hipotesis nol (Ho) yang sesuai dengan kriteria pengujiaanya. Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji statistik
dengan nilai α tabel atau nilai kritis.
Kelima langkah
pengujian hipotesis tersebut di atas dapat di ringkas seperti berikut.
Langkah 1 : Menentukan formulasi
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Ha)
Langkah 2 : Memilih suatu taraf nyata (α)
dan menentukan nilai table.
Langkah 3 : Membuat criteria pengujian
berupa penerimaan dan penolakan H0.
Langkah 4 : Melakukan uji statistic
Langkah 5 : Membuat kesimpulannya dalam
hal penerimaan dan penolakan H0.
c.
Kekeliruan Dalam Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada
dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, dikenal dengan nama-nama:
1) Kekeliruan
tipe I: ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima
2) Kekeliruan
tipe II: ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak
Kesimpulan |
Keadaan sebenarnya |
|
Hipotesis benar |
Hipotesis salah |
|
Terima hipotesis |
Benar |
Keliru (kekeliruan tipe II) |
Tolak hipotesis |
Keliru (kekeliruan tipe I) |
Benar |
Ketika merencanakan suatu penelitian dalam rangka
pengujian hipotesis, jelas kiranya bahwa kedua tipe kekeliruan itu harus dibuat
sekecil mungkin. Agar penelitian dapat dilakukan maka kedua tipe kekeliruan itu
kita nyatakan dalam peluang. Peluang membuat kekeliruan tipe I biasa dinyatakan
dengan α (baca : alfa) dan peluang membuat kekeliruan tipe II dinyatakan dengan
β (baca : beta). Berdasaran ini, kekeliruan tipe I dinamakan pula kekeliruan α dan kekeliruan II dikenal
dengan kekeliruan β.
Dalam penggunaannya α disebut pula taraf signifikan atau taraf arti atau sering pula disebut taraf nyata. Besar kecilnya α dan β yang
dapat diterima dalam pengambilan kesimpulan bergantung pada akibat-akibat atas
diperbuatnya kekeliruan-kekeliruan itu. Selain daripada itu perlu pula
dikemukakan bahwa kedua kekeliruan itu saling berkaitan. Jika α diperkecil,
maka β menjadi besar dan demikian sebaliknya. Pada dasarnya, harus dicapai
hasil pengujian hipotesis yang baik, ialah pengujian yang bersifat bahwa
diantara semua pengujian yang dapat dilakukan dengan harga α yang sama besar ,
ambillah sebuah yang mempunyai kekeliruan β paling kecil.
Prinsip demikian memerlukan pemecahan matematik yang
sudah keluar dari tujuan buku ini. Karenanya, untuk keperluan praktis, kecuali
dinyatakan lain, α akan diambil lebih dahulu dengan harga yang biasa digunakan,
yaitu α = 0,01 atau α = 0,05, dengan α = 0,05, misalnya atau sering pula
disebut taraf nyata 5%, berarti
kira-kira 5 dari tiap 100 kesimpulan bahwa kita akan menolak hipotesis yang seharusnya
diterima. Dengan kata lain kira-kira 95% yakin bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar. Dalam hal demikian dikatakan bahwa hipotesis telah ditolak pada
taraf nyata 0,05 yang berarti kita mungkin salah dengan peluang 0,05.
Untuk setiap pengujian dengan α yang ditentukan,
besar β dapat dihitung. Harga ( 1 – β )
dianamakan kuasa uji. Ternyata bahwa
nilai β berbeda untuk harga parameter yang berlainan, jadi β bergantung pada
parameter, katakanlah θ, sehingga didapat β (θ) sebuah fungsi yang bergantung
pada θ. Bentuk β (θ) dinamakan fungsi ciri
operasi, disingkat C.O., dan 1 – β(θ) disebut fungsi kuasa.
C. Pengujian
Nilai Tengah (Rata – Rata)
a. Pengujian
Nilai Tengah (Rata – Rata) dengan Uji Dua Arah
Umpamakanlah kita mempunyai sebuah populasi berdistribusi
normal dengan rata-rata µ dan simpangan baku σ. Akan diuji mengenai parameter
rata-rata µ. Untuk ini, seperti biasa diambil sebuah sampel acak berukuran n,
lalu dihitung statistik dan s. Kita bedakan hal-hal berikut :
1.
σ
Diketahui
Untuk
pasangan hipotesis :
H0 : µ = µ0
H0 : µ = µ0
Dengan
µ0 sebuah harga yang diketahui, digunakan statistik:
Dari bab sebelumnya, statistik z ini berdistribusi
normal baku, sehingga untuk menentukan kriteria pengujian, seperti tertera pada
gambar (1) , digunakan daftar distribusi normal baku. H0 kita terima
jika – z1/2 (1 – α ) < z < z1/2 (1 – α ) dengan z1/2
(1 – α ) didapat dari daftar normal baku dengan peluang ½ (1 – α ). Dalam
hal lainnya H0 ditolak.
Teladan :
Pengusaha
lampu pijar A mengatakan bahwa lampunya bisa tahan pakai sekitar 800 jam.
Akhir-akhir ini timbul dugaan bahwa masa pakai lampu itu telah berubah. Untuk
menentukan hal ini , dilakukan penelitian dengan jalan menguji 50 lampu.
Ternyata rata-ratanya 792 jam. Dari pengalaman, diketahui bahwa simpangan baku
masa hidup lampu 60 jam. Selidikilah dengan taraf nyata 0,05 apakah kualitas
lampu itu sudah berubah atau belum!
Jawab
:
Dengan
memisalkan masa hidup lampu berdistribusi normal, maka kita akan menguji
H0
: µ = 800 jam, berarti lampu itu masa pakainya sekitar 800 jam
H1
: µ ≠ 800 jam, berarti kualitas lampu telah
berubah bukan 800 jam lagi.
Dari pengalaman diketahui
simpangan baku (σ) = 60 jam.
Dari
penelitian diketahui
= 792 jam dengan n = 50.
Statistik yang digunakan adalah
seperti dalam rumus (1)
dengan mesubtitusikan µ0
= 800, didapat:
Kriteria
yang dipakai, dari daftar normal baku untuk uji dua pihak dengan α = 0,05 yang
memberikan z0,475 = 1,96 adalah:
Terima
H0 jika z hitung terletak antara -1,96 dan 1,96.
Dalam
hal lainnya H0 ditolak.
Dari
penelitian sudah didapat z = -0,94 dan ini jelas terletak dalam daerah
penerimaan H0 jadi H0 diterima.
Ini
berarti dalam taraf nyata 0,05 penelitian memperlihatkan bahwa memang masa
pakai lampu masih sekitar 800 jam. Jadi kualitas lampu belum berubah.
Catatan:
pengujian yang menghasilkan H0 diterima dalam taraf nyata 0,05
dinamakan uji tak nyata atau uji tak berarti atau uji non-signifikan.
2.
σ
Tidak
Diketahui
Pada
kenyataannya, simpangan baku σ sering tidak diketahui. Dalam hal ini, maka
diambil taksirannya, ialah simpangan baku s yang dihitung dari sampel dengan
menggunakan rumus yang telah dibahas pada bab sebelumnya . statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis:
H0 : µ = µ0
H1 : µ ≠ µ0
Tidak
lagi seperti dalam rumus (1), akan tetapi:
Untuk
populasi normal, dari bab sebelumnya kita mengetahui bahwa t berdistribusi
student dengan dk = (n – 1). Karena itu, distribusi untuk melakukan kriteria
pengujian digunakan distribusi student dan batas-batas kriteria untuk uji dua
pihak ini didapat dari daftar distribusi student pula. H0 kita
terima jika –t1 – 1/2α <
t <t1 –
1/2α dengan t1 – 1/2α
didapat dari daftar distribusi t dengan peluang (1 – 1/2α) dan dk = ( n – 1 ). Dalam hal
lainnya, H0 kita tolak.
Teladan :
Untuk
contoh sebelumnya yaitu tentang masa pakai lampu, misalkan simpangan baku
populasi tidak diketahui,
dari
sampel didapat s = 55 jam,
= 792 jam,
µ
= 800, s = 55 dan n
= 50,
dengan menggunakan rumus (2)
Didapat :
Distribusi Student, Dk=49
Dari
tabel
daftar distribusi student dengan α = 0,05
dk = 49 untuk uji dua pihak, didapat t = 2,01
kriteria pengujian: terima H0 jika t
dihitung terletak antara -2,01 dan 2,01 sedangkan dalam hal lainnya H0
ditolak.
Penelitian
menghasilkan t = -1,029 yang jelas terletak dalam daerah penerimaan. Kesimpulan
sama seperti contoh diatas.
b.
Pengujian Nilai Tengah (Rata-Rata) dengan Uji Satu Arah
v Perumusan Yang Umum Untuk Uji Satu
Pihak Kanan Mengenai Rata-Rata µ Berdasarkan H0 Dan H1
H0 : µ = µ0
H1 : µ > µ0
Kita
misalkan populasi berdistribusi normal dan daripadanya sebuah sampel acak
berukuran n telah diambil. Seperti
biasa, dari sampel tersebut dihitung dan s. Kita bedakan hal-hal berikut:
1.
σ
Diketahui
Jika
simpangan baku σ untuk populasi diketahui, seperti biasa digunakan statistik z
yang tertera pada rumus (1). Sketsa untuk kriteria pengujian seperti nampak
dalam gambar (2), ialah menggunakan distribusi normal baku. Batas kriteria,
tentunya didapat dari daftar normal baku. Kita tolak H0 jika z ≥ z0,5
– α dengan z0,5 – α didapat dari daftar normal baku
menggunakan peluang (0,5 – α). Dalam hal lainnya H0 kita terima.
Teladan :
Proses
pembuatan barang rata-rata menghasilkan 15,7 unit per jam. Hasil produksi
mempunyai varians = 2,3. Metode baru diusulkan untuk mengganti yang lama jika
rata-rata per jam menghasilkan paling sedikit 16 buah. Untuk menentukan apakah
metode diganti atau tidak, metode baru dicoba 20 kali dan ternyata rat-rata per
jam menghasilkan 16,9 buah. Pengusaha
tersebut bermaksud mengambil resiko 5% untuk menggunakan metode baru apabila
metode ini rata-rata menghasilkan lebih dari 16 buah. Apakah keputusan si
pengusaha?
Jawab
:
Dengan
memisalkan hasil produksi berdistribusi normal, maka kita akan menguji pasangan
hipotesis:
H0
: µ = 16, berarti rata-rata hasil metode baru paling tinggi 16. Jika ini
terjadi, metode lama masih dipertahankan
H1
: µ > 16, berarti rata-rata hasil metode baru lebih dari 16 dan karenanya
metode lama dapat diganti.
Harga-harga
yang perlu untuk menggunakan rumus (1) adalah
= 16,9 buah
n = 20
σ =
µ0
= 16 buah. Didapat
Dari tabel daftar normal standar dengan α =
0,05 diperoleh z = 1,64.
Kriteria
pengujian adalah tolak H0 jika z hitung lebih besar atau sama dengan
1,64.
Jika
z hitung lebih kecil dari 1, 64 maka H0 diterima.
Daftar
penelitian didapat z = 2,65 yang jelas jatuh pada daerah kritis jadi H0
ditolak. Ini menyimpulkan bahwa metode baru dapat menggantikan metode lama
dengan mengambil resiko 5%.
Sering
dikehendaki berapa besar peluang yang terjadi ketika keputusan berdasarkan
hasil pengujian dibuat. Untuk contoh di atas, misalnya peluang tersebut adalah:
P(z
≥ 2,65) = 0,5 – 0,4960 = 0,0040.
Ini
berarti: berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesempatan melakukan kekeliruan
ketika memutuskan mengambil metode baru 4 dari setiap 1.000,.
2.
σ
Tidak
Diketahui
Jika
σ tidak dikatahui, statistik yang digunakan menguji
H0 : µ = µ0
H1 : µ > µ0
adalah statistik t seperti pada
rumus (2). Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi student t dengan
dk = (n – 1) dan peluang (1 – α). Jadi kita tolak H0 jika t ≥ t1
– α dan terima H0 dalam hal lainnya.
Teladan :
Dikatakan
bahwa dengan menyuntikkan semacam hormon tertentu kepada ayam akan menambah
berat telurnya rata-rata dengan 4,5 gram. Sampel acak yang terdiri atas 31
butir telur dari ayam yang telah diberi suntikkan hormon tersebut memberikan
rata-rata 4,9 gram dan simpangan baku s = 0,8 gram. Cukup beralasankah untuk
menerima pernyataan bahwa pertambahan rata-rata berat telur paling sedikit 4,5
gram?
Jawab
:
Yang
kita hadapi adalah pasangan hipotesis:
H0
: µ = 4,5 ; menyuntik ayam dengan hormon tidak menyebabkan bertambahnya
rata-rataberat telur dengan 4,5 gram.
H1
: µ > 4,5 ; suntikan hormon mengakibatkan berat telur rata-rata bertambah
paling sedikitdengan 4,5 gram.
Dari rumus (2)
dengan = 4,9 gram,
s
= 0,8 gram,
n = 31, dan µ =
4,5 didapat:
Dengan mengambil α = 0,01 dari tabel daftar distribusi t dengan dk = 30
didapat t = 2,46.
Kriteria pengujian adalah tolak
hipotesis H0 jika t hitung lebih besar atau sama dengan 2,46.
Terima H0 dalam hal
lainnya. Penelitian memberikan hasil t = 2,78 dan ini jatuh pada daerah
penolakan H0. Jadi hipotesis H0 kita tolak.
v Perumusan Yang Umum Untuk
Menguji Pihak Kiri mengenai
rata-rata µ berdasarkan H0 dan H1
H0 : µ = µ0
H1 : µ < µ0
Cara yang sama berlaku seperti untuk uji pihak
kanan. Jika σ diketahui, maka statistik z seperti dalam rumus (1) digunakan
Tolak H0 jika z ≤ - z0,5 – α dengan
z0,5 – α didapat dari daftar normal baku menggunakan peluang (0,5 –
α).
Dalam
hal lainnya H0
di terima. Disini α = taraf nyata.
Jika σ tidak diketahui, maka untuk uji pihak kiri
tersebut digunakan statistik t seperti tertera dalam rumus (2)
Tolak hipotesis H0 jika t ≤ –t1 –
α ,
dengan t1 –
α
didapat dari daftar distribusi student t menggunakan peluang (1 – α) dan dk = (
n – 1 ).
Untuk
t > –t1 –
α ,
hipotesis H0 kita terima.
Teladan
1 :
Akhir-akhir ini masyarakat mengeluh dan mengatakan
bahwa isi bersih makanan A dalam kaleng tidak sesuai dengan yang tertulis pada
etiketnya sebesar 5 ons. Untuk meneliti hal ini, 23 kaleng makanan A telah
diteliti secara acak. Dari ke-23 isi kaleng tersebut, berat rata-ratanya 4,9
ons dan simpangan baku 0,2 ons. Dengan taraf nyata 0,05 tentukan apa yang akan
kita katakan tentang keluhan masyarakat tersebut!
Jawab :
Jika rata-rata isi kaleng tidak kurang dari 5 ons,
jelas masyarakat tidak akan mengeluh. Karenya akan diuji pasangan hipotesis:
H0 : µ = 5
H1 : µ < 5
Disini simpangan baku σ tidak diketahui.
Yang diketahui
adalah
= 4,9 ons,
s
= 0,2
ons,
n = 23 kaleng,
dan µ = 5 ons
Dengan
memisalkan isi kaleng berdistribusi normal, maka dari rumus (2)
didapat
statistik t:
Distribusi
t, dk = 22
Dengan nilai α = 0,05 dan dk = 22, dari daftar
distribusi t didapat t = 1,72. Aturan untuk menguji adalah tolak H0
jika t hitung ≤ - 1,72 dan terima H0 dalam hal lainnya. Dari
perhitungan didapat t = -2,398 yang jelas jatuh pada daerah penolakan H0.
Jadi H0 kita tolak dan pengujian memberikan hasil yang berarti pada
taraf 5%.
Kesimpulan: penelitian tersebut menguatkan keluhan
masyarakat bahwa isi bersih makanan dalam kaleng sudah berkurang daripada yang
tertera pada etiket.
Teladan
2 :
Sebuah perusahaan manufaktur komputer menyebutkan bahwa umur ekonomis
rata-rata komputer yang diproduksinya adalah 10 tahun dengan
simpangan baku 1,5 tahun (populasi). Suatu perusahaan pesaing mengklaim
pernyataan tersebut bahwa umur ekonomis rata-rata komputer tersebut adalah 8
tahun. Jika anda adalah staf Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, kesimpulan
apa yang dapat anda berikan untuk kedua pernyataan tersebut, jika dari 16
contoh diperoleh umur ekonomis rata-rata Gunakan taraf nyata uji 0,05!
Jawab :
Dengan
memisalkan hasil produksi berdistribusi normal, maka kita akan menguji pasangan
hipotesis:
H0
: µ = 10 tahun,
H1
: µ > 10 tahun,
Harga-harga
yang perlu untuk menggunakan rumus (1) adalah
= 8 tahun
n = 16
σ =
µ0
= 10 tahun.
Didapat
Dari tabel
distribusi z diperoleh nilai z sebesar 1,645, tetapi karena berada di sebelah
kiri maka z = -1,645. Jadi untuk menolak H0, maka nilai z hitung harus lebih
kecil dari z tabel = -1,645.
Keputusannya
adalah menerima H0 karena nilai z hitung (z = -1,333) lebih besar
dari z tabel (z = -1,645).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Hipotesis statistik adalah
pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya masih sementara
atau lemah kebenarannya.
2.
Pengujian
hipotesis dapat di bedakan atas beberapa jenis berdasarkan kriteria yang
menyertainya, yaitu:
·
Berdasarkan Jenis Parameternya
·
Berdasarkan Jumlah Sampelnya
·
Berdasarkan Jenis Distribusinya
·
Berdasarkan Arah Atau Bentuk Formulasi Hipotesisnya
3.
Langkah - Langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut.
·
Menentukan
formulasi hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatifnya (Ha)
·
Memilih suatu taraf
nyata (α) dan menentukan nilai table.
·
Membuat criteria
pengujian berupa penerimaan dan penolakan H0.
·
Melakukan uji
statistic
·
Membuat
kesimpulannya dalam hal penerimaan dan penolakan H0.
4.
Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada
dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, dikenal dengan nama-nama:
· Kekeliruan
tipe I: ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima
· Kekeliruan
tipe II: ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak
5.
Pengujian
Nilai Tengah (Rata – Rata) dengan Uji Dua Arah, untuk pasangan
hipotesis :
H0 : µ = µ0
H0 : µ = µ0
Dengan σ
Diketahui, mengunakan rumus
Dengan σ Tidak Diketahui, menggunakan rumus
6.
Pengujian
Nilai Tengah (Rata-Rata) dengan Uji Satu Arah, untuk pasangan hipotesis dari arah kanan
:
H0 : µ = µ0
H1 : µ > µ0
7.
Pengujian
Nilai Tengah (Rata-Rata) dengan Uji Satu Arah, untuk pasangan hipotesis dari arah kiri
:
H0 : µ = µ0
H1 : µ < µ0
8.
Rumus
statistik pada pengujian nilai tengah (rata-rata) dengan uji satu arah sama dengan rumus statsistik yang digunakan pada
pengujian nilai tengah dengan uji dua arah.
DAFTAR PUSTAKA
http://materi-statistik.blogspot.co.id/2010/06/hipotesis.html?m=0
http://www.slideshare.net/mayawi/pengujian-hipotesis-pengantar-statistika
http://www.slideshare.net/yousufkurniawan/pengujian-hipotesis-12872925
http://www.slideshare.net/ghiveldi/makalah-pengujian-hipotesis
http://irmajhe.blogspot.co.id/2014/11/pengujian-hipotesis.html
http://wardimansyah.blogspot.co.id/2014/11/meteri-uji-hipotesis-dalam-statistik.html
http://joe-proudly-present.blogspot.co.id/2011/11/pengujian-nilai-tengah.html
No comments:
Post a Comment