BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penangkapan
ikan merupakan salah satu profesi yang
telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun
yang lalu manusia Neanderthal (neanderthal man) telah melakukan kegiatan
penangkapan (sahrhange andlundbeck,1991),
dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkebang secara perlahan
dengan menggunakan alat yang sederhana dan mulai membuat perahu yang sederhana.
Dalam pemahaman mengenai cara penangkapan ikan maka dibutuhkan ilmu yang dapa t
menyoko ng pengetahuan teknik penggunaan alat tangkap dan cara
pengoperasiannya serta kapal yang dapat menunjang keberlansungan penangkapan,
yang disebut dengan Manajemen Operasi Penangkapan Ikan.
Alat
tangkap dan teknik penangkapan ikan yang digunakan nelayan Indonesia umumnya
masih bersifat tradisional, namun menurut Ayodhoa (1981) pendapat tersebut tidak semuanya benar. Jika
ditinjau dari prinsip teknik penangkapan ikan diIndonesia terlihat telah banyak
memanfaatkan tingkah laku ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan.
Selain itu nelayan juga telah mengetahui ada sifat-sifat ikan yang berukuran
besar memangsa ikan kecil sehingga dengan adanya ikan kecil ditempat
penangkapan maka ikan-ikan besar pun akan mendatangi ke tempat tersebut. Hal
tersebut membuktikan perkembangan peradaban manusia dapat mendorong manusia
untuk semakin kreatif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Gill
Net sering diterjemahkan sebagai ³jaring
insang´, ³jaring rahang´, dan lain sebagainya. Gill net adalah jaring yang
berbentuk empat persegi panjang, memiliki mata
jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika
dibandingkan S tuna, saury, flying fish,
dan lain-lain), jenis ikan demersal ( flat fish, katamba, sea bream dan
lain-lain), juga jenis udang, lobster, kepiting dan lain-lain.
1.2. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Memberikan pengetahuan tentang Manajemen Operasi Penangkapan Ikan di
Indonesia dengan menggunakan alat tangkap gill net
b.
Mengenal alat tangkap gill net serta teknik penangkapan
menggunakan gill net
c.
Mengenal jenis ikan yang dapat di jerat
dengan alat tangkap gill net.
1.3. Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan, informasi dan
pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi dan juga mengetahui, memahami pengertian
dari alat tangkap gill net itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
GILL
NET (Jaring Insang)
A. Umum
Gill
net sering diterjemahkan dengan “jaring ingsang” istilah gill net didasarkan
pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar
oper culumnya pada mata jarring. Di Indonesia, penamaan gill net ini beraneka
ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring
koro, jarring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat
(jaring udang bayeman), dan sebagainya (Ayodhya, 1981). Gill net disebut jaring
insang karena yang menjadi sasaran penangkapan ikan adalah insangnya. Sebab
insang dapat terjerat (gilled) pada mata jaring ketika ikan menerobos jaring
supaya ikan mau menerobos jarring, jarring yang digunakan dari nilon sehingga
ikan tidak dapat melihatnya.
Menurut
Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan, Gill net atau jaring insang
adalah alat penangkapan ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat
persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama atau seragam di
seluruh bagian jaring. Pada atas bagian jaring, pelampung-pelampung yang di
lalui tali pelampung diikatkan pada tali ris atas, sedangkan pada bagian
bawahnya adalah pemberat yang dilekatkan pada tali ris bawah. Fungsi dari pelampung
dan pemberat ini agar jaring dapat terbentang sempurna di dalam air (2009 :
61). Jenis ikan yang tertangkap dengan gill net adalah ikan-ikan dasar dan ikan
damersal seperti laying cakalng, kembung, dan lain lain. Selain ikan dasar dan
ikan damersal, ikan sauri, tuna, salmon, mackarel juga menjadi tujuan
penangkapan gill net. Tidak hanya ikan itu saja udang, lobster, kepiting juga
terjerat oleh gill net. Untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak
diperlukan cara pengoprasian yang benar. Gill net dioperasikan di suatu
perairan laut dengan menggunakan sebuah kapal motor. Dalam pengoprasian gill
net yang dilakukan pertama kali adalah menentukan daerah penangkapannya.
Setelah itu, jaringan direntangkan menghadap arah renang ikan, sehingga ikan-ikan
dapat tertangkap dengan terjeratnya insang pada mata jaring operasi penangkapan
ikan dapat dilakukan pada malam hari maupun pagi hari. Yang penting warna
jaring tidak terlihat oleh ikan.
Gambar : gill net
B. Jenis-jenis Gill Net
Menurut
Martasuganda (2002), jaring insang dapat diklasifikasikan berdasarkan metode
pengoperasiannya menjadi lima jenis, yaitu :
1. jaring
insang tetap (fixed gillnet atau set gillnet)
2. jaring
insang hanyut (drift gillnet)
3. jaring
insang lingkar (encircling gillnet)
4. jaring
insang giring (frightening gillnet atau drive gillnet)
5. jaring
insang sapu (rowed gillnet)
Menurut Ayodhyoa
(1979) vide Walus (2001),
berdasarkan
lapisan jaring yang membentuk dinding jaring dibedakan menjadi 2
1.
jaring insang berdinding tunggal
2.
berdinding tiga (trammel net)
Sedangkan
berdasarkan lapisan kedalaman air tempat dioperasikannya alat
ini
dapat dibedakan menjadi :
3.
jaring insang permukaan (surface
gillnet),.
4.
jaring insang lapisan air tengah
(midwater gillnet),
5.
jaring insang dasar (bottom gillnet).
Sedangkan,
menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia (2005), jaring insang
dibedakan menjadi:
6.
Jaring insang hanyut (Drift Gillnet),
dimana jaring ini dipasang dengan cara terbentang dan dihanyutkan untuk
menghadap sekumpulan ikan.
7.
Jaring insang lingkar (Encircling
Gillnet), dimana jaring ini dipasang melingkari sekumpulan ikan dan saat ikan
bergerak ke segala arah maka akan terjerat pada jaring.
8.
Jaring insang tetap (Set Gillnet),
dimana jaring insang ini umumnya dipasang dengan menggunakan pemberat atau
diikatkan pada sesuatu hingga tidak hanyut terbawa arus.
9.
Jaring klitik (Shrimp
EntanglingGillnet), dimana jaring insang ini pada umumnya dipasang pada daerah
dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal dan udang.
10.
Jaring tiga lapis (Trammel Net), dimana
jaring insang yang terdiri dari beberapa lapisan jaring agar ikan yang terjerat
tidak mudah lepas kembali.
C. Tertangkapnya ikan pada jaring
insang
1. Gilled
: terjerat pada tutup insang
2. Wedged
: terjerat pada bagian badan
3. Snagged
: terhadang ukuran keliling kepala ikan lebih besar dari mata jaring
4. Entangled
: terpuntal karena bagian tubuh ikan yang menonjol ( gigi , rahang , sirip)
Cara tertangkap
ikan oleh Gill Net
D. Syarat-Syarat
Gill Net
Agar ikan-ikan mudah terjerat (gill
net) pada mata jaring dan dapat terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring,
maka baik material yang dipergunakan ataupun pada waktupembuatan jaring
hendaklah diperhatikan hal-hal antara lain seperti berikut (Nomura, 1978;
Ayodhyoa, 1981).
1) Kekuatan
dari Twine (Rigidity of Netting Twine)
Twine yang dipergunakan hendaklah
lembut tidak kaku, pliancy, suppeleness. Dengan demikian, twine yang digunakan
adalah cotton, hennep, linen, amylan, nilon, kremona, dan lain-lain, dimana
twine ini mempunyai fibres yang lembut. Bahan-bahan dari manila hennep, sisal,
jerami, dan lainnya yang fibresnya keras tidak digunakan.Untuk mendapatkan
twine yang lembut, ditempuh dengan cara memperkecil diameter twine atau jumlah
pilin persatuan panjang dikurangi, atau bahan-bahan celup pemberi warna
ditiadakan.
2) Ketegangan
Rentangan Tubuh Jaring
Yang dimaksud dengan keterangan
rentangan disini ialah rentangan ke arah panjang jaring. Jaring mungkin
direntangkan dengan tegang sekali, tetapi mungkin pula tidak terlalu tegang.
Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension bail pada float
line ataupun pada tubuh jaring, dan sedikit banyak berhubungan pula dengan
jumlah tangkapan yang akan diperoleh. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan
ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali,
sinking force dari sinker, dan juga shortening yang digunakan.
3) Shortening atau Shrinkage
Supaya ikan-ikan mudah terjerat
(gilled) ataupun terbelit-belit pada mata jaring dan supaya ikan-ikan tersebut
tidak mudah terlepas dari mata jaring, maka pada jaring perlulah diberikan
shortening yang cukup. Yang dimaksudkan shortening atau shrinkage adalah
pengerutan, yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan tegang sempurna
dengan panjang jaring setelah diletakkan pada float line ataupun sinker line,
disebutkan dalam persen.
Contoh
: Panjang tubuh jarring (webbing) 100m, setelah ditata jarring menjadi 70m
(panjang float line maupun sinker line),maka dikatakan shortening tersebut
adalah :
(100 – 70 x 100% = 30%
100
(L0 – L1) x 100% = 30%
L0
4) Tinggi
Jaring
Yang dimaksud dengan tinggi jaring
ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut
terpasang di perairan. Untuk jaring insang tetap, akibat resistence terhadap
arus akan meyebabkan perubahan bentuk jaring, pertambahan lebar jaring (mesh
depth) akan juga berarti pertambahan resistance terhadap arus. Biasanya lebar
jaring insang tetap tidak melebihi dari sekitar 7 meter.
5) Mesh
Size dan Besar Ikan
Antara mesh size dari gill net dan
besar ikan yang terjerat (gilled) terdapat hubungan yang erat sekali. Dari
percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai
sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu
batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan besifat selektif terhadap
besar ukuran catch yang diperolehnya.
6) Warna
Jaring
Warna jaring dalam air akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar
matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai
perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah
warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring
jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna
dari dasar perairan tersebut. Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring
ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara
operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga
tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat
juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
Menurut Baranov (1999) vide Tibrizi
(2003) menyatakan bahwa mekanisme tertangkapnya ikan dibedakan dalam tiga cara,
yaitu:
1.
Gilled : Ikan terjerat mata jaring pada
bagian operculum.
2.
Wedged : Ikan terjerat mata jaring pada
bagian keliling tubuhnya.
3.
Tangled : Ikan terpuntal di jaring pada
bagian gigi, maxillaria, sirip, apendik atau bagian tubuh ikan lainnya
D.
Komponen
Gill Net
1.
Tali pelampung (float line). Seutas tali
yang dipergunakan untuk menempatkan dan mengikatkan pelampung.
2.
Pelampung (float). Sesuatu benda yang
mempunyai daya apung dan dipasang pada jaring bagian atas berfungsi sebagai
pengapung jaring.
3.
Tali penguat atas (upper selvadge line).
Seutas tali yang terletak di antara tali pelampung dengan tali ris atas
berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian atas.
4.
Tali ris atas (head rope). Seutas tali
yang dipergunakan untuk menggantungkan tubuh jaring.
5.
Serampat atas (upper selvadge). Serampat
atas adalah lembaran jaring yang terpasang di atas tubuh jaring berfungsi
sebagai penguat tubuh jaring bagian atas.
6.
Tubuh jaring (net body). Lembaran jaring
yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang
merata atau sama/seragam.
7.
Serampat bawah (lower selvadge).
Lembaran jaring yang terpasang di bawah tubuh jaring berfungsi sebagai penguat
tubuh jaring bagian bawah.
8.
Tali ris samping (side line). Seutas
tali yang dipasang pada sisi-sisi tubuh jaring berfungsi sebagai pembatas
tinggi jaring insang.
9.
Tali ris bawah (ground rope). Seutas
tali yang dipergunakan untuk membatasi gerakan jaring ke arah samping.
10. Tali
penguat bawah (lower selvadge line). Seutas tali yang terletak di antara tali
ris bawah dengan tali pemberat berfungsi sebagai penguat tali jaring bagian
bawah.
11. Tali
pemberat (sinker line). Seutas tali yang dipergunakan untuk menempatkan dan
mengikatkan pemberat.
12. Pemberat
(sinker). Benda yang mempunyai daya tenggelam dan dipasang pada jaring bagian
bawah, berfungsi sebagai penenggelam jaring.
E.
Pengoperasian
Gill Net
Secara umum pengoperasian gillnet
dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dilakukan secara semi aktif pada
siang hari. Pengoperasian gillnet secara pasif umumnya dilakukan pada malam
hari, dengan atau tanpa alat bantu cahaya. Kemudian gillnet dipasang di
perairan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan
beberapa lama sampai ikan menabrak dan terjerat memasuki mata jaring. Lama
waktu pemasangan gillnet disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut
kebiasaan nelayan yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
Metode pengoperasian alat tangkap gillnet
pada umunya terdiri atas beberapa tahap, yaitu (Miranti, 2007):
a) Persiapan
Alat]
Sebelum operasi dimulai semua
peralatan dan perbekalan harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun
di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah
menurunkannya dan tidak kusut. Penyusunan gillnet diatas kapal penangkapan ikan
disesuaikan dengan susunan peralatan di atas kapal atau tipe kapal yang
dipergunakan. Sehingga dengan demikian gill net dapat disusun di atas kapal
pada :
1. buritan
kapal
2. samping kiri kapal
3. samping
kanan kapal
b) Waktu
Penangkapan
Penangkapan
ikan denan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam
hari terutama pada saat gelap bulan. Dalam satu malam bila bulan elap penuh
operasi penangkapan aatau penurunan alat dapat dilakukan sampai dua kali karena
dalam sekali penurunan alat, gill net didiamkan terpasang dalam perairan sampai
kira-kira selam 3-5 jam.
c) Daerah
Penangkapan (Fishing Ground)
Setelah semua peralatan tersusun
rapi maka kapal dapat dilayarkan menuju ke daerah penangkapan (fishing ground).
Syarat-syarat daerah penangkapan yang baik untuk penangkapan ikan dengan
menggunakan gill net adalah :
1. bukan
daerah alur pelayaran umum dan
2. arus
arahnya beraturan dan paling kuat sekitar 4 knots
3. dasar
perairan tidak berkarang
d) Penurunan
Alat
Bila kapal telah sampai di daerah penangkapan, maka
persiapan alat dimulai, yaitu :
1. posisi
kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat
penurunan alat
2. setelah
kedudukan/ posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat
diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan jangkar, pelampung tanda
ujung jaring atau lampu, kemudian tali slambar depan, lalu jaring, tali slambar
pada ujung akhir jaring atau tali slambar belakang, dan terakhir pelampung
tanda.
3. pada
saat penurunan jaring, yang harus diperhatikan adalah arah arus laut. Karena
kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900
e) Penaikan
Alat dan Pengambilan Ikan
Setelah jaring dibiarkan di dalam
perairan sekitar 3-5 jam, jaring dapat diangkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk
diambil ikannya. Bila hasil penangkapan baik, jaring dapat didiamkan selama
kira-kira 3 jam sedangkan bila hasil penangkapan sangat kurang jaring dapat
lebih lama didiamkan di dalam perairan yaitu sekitar 5 jam. Bila lebih lama
dari 5 jam akan mengakibatkan ikan-ikan yang tertangkap sudah mulai membusuk
atau kadang-kadang dimakan oleh ikan lain yang lebih besar. Urutan pengangkatan
alat ini adalah merupakan kebalikan dari urutan penurunan alat yaitu dimulai
dari pelampung tanda, tali selambar belakang, baru jaring, tali selambar muka
dan terakhir pelampung tanda. Apabila ada ikan yang tertangkap, lepaskan ikan
tersebut dari jaring dengan hati-hati agar ikan tidak sampai terluka. Untuk hal
tersebut bila perlu dengan cara memotong satu atau dua kaki (bar) pada mata
jaring agar ikan dilepas tidak sampai luka/ rusak.Ikan-ikan yang sudah terlepas
dari jaring segera dicuci dengan air laut yang bersih dan langsung dapat
disimpan ke dalam palka, dengan dicampur peahan es atau garam secukupnya agar
iakn tidak lekas membusuk.
BAB III
KESIMPULAN
1.
GILL NET(
JARING INSANG )
Gill net
sering diterjemahkan dengan “jaring insang” istilah gill net didasarkan pada
pemikiran bahwa ikan – ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar oper
culumnya pada mata jaring. Di indonesia, penamaan gill net ini beraneka ragam,
ada yang menyebutkannya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap ( jaring koro,
jaring udang, dan sebagainya ), ada pula yang disertai dengan nama tempat (
jaring udang bayeman ), dan sebagainya ( Ayodha,1981).
Dalam gill net dipelajari tentang :
2.
Jenis – jenis
Gill Net
3.
Syarat –
syarat GilL Net
4.
Komponen Gill
net
5.
Pengoperasiannya
Gill net
No comments:
Post a Comment