ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP BERMAIN PADA ANAK
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang
ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan
keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalambermain, yang berarti
mengemabngkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot
kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya,
membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.
Dalam
kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari
telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas
sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki
setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan
mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas
anak.Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika
dilaksanakn dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan
sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada
umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan bermain?
2.
Bagaimana fungsi bermain bagi
perkembangan anak?
3.
Apa saja kecenderungan umum yang terjadi
pada anak-anak?
4.
Bagaimana terapi bermain pada anak yang
dihospitalisasi?
C. Tujuan
1.
Mengetahui yang dimaksud dengan bermain
2.
Mengetahui fungsi bermain bagi
perkembangan anak
3.
Mengetahui kecenderungan umum yang
terjadi pada anak-anak
4.
Mengetahui terapi bermain pada anak yang
dihospitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bermain
Bermain
adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain
adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang
tidak disadarinya. (Miller dan Keong,
1983).Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan. (Foster,
1989). Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa bermain adalah : “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa,
yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak.”
B. Fungsi Bermain Pada Anak
Anak
bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa
jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah
merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum
memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya
mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar
diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa
dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya
seperti masa kritis,optimal dan sensitif.
Untuk
lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya
:
- Membantu
Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi
bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual
melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal
tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau
dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih
menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian
juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui
suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang
dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
- Membantu
Perkembangan Kognitif
Perkembangan
kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat
anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain
pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
- Meningkatkan
Sosialisasi Anak
Proses
sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,
jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
lain.
- Meningkatkan
Kreatifitas
Bermain
juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
- Meningkatkan
Kesadaran Diri
Bermain
pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
- Mempunyai
Nilai Terapeutik
Bermain
dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
- Mempunyai
Nilai Moral Pada Anak
Bermain
juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.
C. Tujuan Bermain
Melalui
fungsi yang terurai diatasnya, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut :
- Untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya.
- Mengekspresikan
perasaan, keiginan, dan fantasi serta ide-idenya. Seperti yang telah di
uraikan diatas pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum
dapat mengekspresikannya.
- Mengembangkan
kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan akan menstimulasi
daya piker, imajinasi, fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang
ada dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak juga akan
dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia
bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
- Dapat
beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di
rumah sakit. Stress yang dialami anak dirawat di rumah sakit tidak dapat
dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tua. Untuk itu yang
penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat
beradaptasi dengan stressor yang dialaminya di rumah sakit secara
efeAKTORktif. Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena
telah terbukti dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.
D. Kecenderungan Umum Selama Anak –
Anak
Dalam
bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat
aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang
berbeda, dikatakan bermain aktif jika
anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan
melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak
akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan
yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal
macam-macam dari permainan diantaranya:
- Berdasarkan
isinya :
a.
Bermain Afektif Sosial
Bermain
ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain hal
ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara,
bersandung kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa,
bergembira, dan lain-lain.
Sifat
dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons
terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b.
Bermain Bersenang-senang
Bermain
ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga anak
merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain
ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat
dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan
kehadiran orang lain, seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.
c.
Bermain Keterampilan
Bermain
ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang
diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan
dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni
anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi
bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
d.
Bermain Dramtik
Macam
bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam
berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut
aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila
anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.
e.
Bermain Menyelidiki
Macam
bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk
mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan
tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah
dalam kemampuan kecerdasan anak.
f.
Bermain Konstruksi
Bermain
ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah
konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan
ini adalah aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada
dalam permaianan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.
- Berdasarkan
jenis permainan :
a.
Permainan
Permainan
ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan menggunakan
beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah
aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis
permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan
perkembangan emosi pada anak.
b.
Permainan yang hanya memperhatikan saja
(unoccupied behaviour)
Pada
saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek
yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini
berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas
anak lain.
- Berdasarkan
karakteristik sosial :
a.
Solitary Play
Di
mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan
sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi
bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan
mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada
anak.
b.
Pararel Play
Bermain
secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan
tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak
aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan
kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut
terlatih dengan baik.
c.
Associative Play
Permainan
kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam
kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
d.
Cooperative Play
Suatu
permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada
memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia
sekolah dan remaja.
e.
Onlooker Play
Anak
melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain,
walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia
toddler.
f.
Therapeutic Play
Merupakan
pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan,
1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat
medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada
anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti
memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.
E. Pedoman Untuk Keamanan Bermain
Menurut
Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
- Ekstra
energi
Untuk
bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.
- Waktu
Anak
harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan
dapat optimal.
- Alat
permainan
Untuk
bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
- Ruang
untuk bermain
Bermain
dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
- Pengetahuan
cara bermain
Dengan
mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan
lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
- Teman
bermain
Teman
bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab. Ada juga yang disebut dengan
Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat
memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui
alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan
fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai
fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya
sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam
penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang
memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya
sama.
Untuk
mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang
dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau
dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan
dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,
pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik
halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil
warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu,
kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri
sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara
bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain
menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau
pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan
dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji
kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai,
memberikan kesempatan untuk mandiri.
F. Karakteristik Bermain (Usia Bayi –
Prasekolah)
Dalam
bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan
berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu
mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat
selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun
karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
- Usia
0-1 tahun
Pada
usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih
kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak
kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang,
sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan
perkembangan.
Jenis
permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka,
boneka orang dan binatang, alat
permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
- Usia
1-2 tahun
Jenis
permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk
melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan
imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan
beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat
permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga,
balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
- Usia
3-6 tahun
Pada
usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik,
menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi
serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn pada anak
usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak,
alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
G. Alat Permainan Edukatif
Alat
permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya dan yang
berguna untuk perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan social anak
(soetjningsih, 1995). Agar orang tua dapat memberikan alat permainan yang
edukatif pada anaknya, syarat – syarat berikut ini yang perlu diperhatikan
adalah :
- Keamanan
Alat
permainan untuk anak dibawah umur 2 tahun hendaknya tidak terlalu kecil, cat
tidak beracun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak mudah pecah, karena pada
usia ini anak kadang – kadang suka memasukkan benda kedalam mulut.
- Ukuran
dan berat
Prinsipnya,
mainan tidak membahayakan dan sesuai dengan usia anak. Apabila mainan terlalu
besar atau berat, anak akan sukar menjangkau atau memindahkannya. Sebaliknya,
bila terlalu kecil, mainan akan mudah tertelan.
- Desain
APE
sebaiknya mempunyai desain yang sederhana dalam hal ukuran, susunan, ukuran dan
warna serta jelas maksud dan tujuannya. Selain itu, APE hendaknya tidak terlalu
rumit untuk menghindari kebingungan anak.
- Fungsi
yang jelas
APE
sebaiknya mempunyai fungsi yang jelas untuk menstimuli perkembangan anak.
- Variasi
APE
APE
sebaiknya dapat dimainkan secara bervariasi (dapat dibongkar pasang), namun
tidak terlalu sulit agar anak tidak frustasi dan tidak terlalu mudah, karena
anak akan cepat bosan.
- Universal
APE
sebaiknya mudah diterima dan dikenali oleh semua budaya dan bangsa. Jadi, dalam
menggunakannya, APE mempunyai prinsip yang bisa dimengerti oleh semua orang.
- Tidak
mudah rusak, mudah didapat dan terjangkau oleh masyarakat luas
Karena
APE berfungsi sebagai stimulus untuk perkembangan anak, maka setiap lapisan
masyarakat, baik yang dengan tingkat social ekonomi tinggi maupun rendah,
hendaknya dapat menyediakannya. APE bias didesain sendiri asal memenuhi
persyaratan.
H. Terapi Bermain Pada Anak Yang
Dihospitalisasi
Setiap
anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain.
Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas
perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan,
kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott,
1999).
Bermain
juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan
perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi
pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan
demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif,
regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani
perawatan di rumah sakit.
Perawatan
anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi
anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan
rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya,
baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti
sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri.
Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan
lainnya, sering kali dialami anak
Untuk
itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan
mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan.media yang
paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk
dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan
nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian
integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas
bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
- Meningkatkan
hubungan antara klien (anak keluaarga) dan perawat karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
- Perawatan
dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
- Permainan
pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak,
tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas,
takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak
yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau
melukis akan membantunya mengekspresikan perasaan tersebut.
- Permainan
yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai
tingkah laku yang positif.
- Permainan
yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip
permainan pada anak di rumah sakit :
- Permainan
Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih
permainan yang dapat dilakukan ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak
bermain dengan kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat.
Misalnya,
sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik
anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai remote control, robot-robotan, dan
permainan lain yang dapat dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
- Tidak
membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih jenis
permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada
pada anak dan/atau yang tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu
alat permainan, pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak
(misalnya, menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku cerita).
- Harus
mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan yang aman untuk anak,
tidak tajam, tidak merangsang anak untuk berlari – lari dan bergerak
secara berlebihan.
- Dilakukan
pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan dilakukan khusus di kamar
bermain secara berkelompok dirumah, permainan harus dilakukan pada
kelompok umur yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia
prasekolah.
- Melibatkan
orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya
stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat dirumah sakit
termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai
fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua
harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan
sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua
anak lainnya.
Pedoman
dalam menyusun rancangan program bermain pada anak yang di rawat di rumah sakit
:
- Tujuan
bermain
Tetapkan
tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain mengacu
pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang ditetapkan harus
memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada
upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas,
sedih, tegang dan nyeri.
- Proses
kegiatan bermain
Kegiatan
bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila permainan yang akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas
setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
- Alat
permainan yang diperlukan
Gunakan
alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang rawat. Apabila
anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan haga yang
terjangkau.
- Pelaksanaan
kegiatan bermain
Selama
kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi
catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya
- Evaluasi
atau penilaian
Ada
banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu rumah sakit, antara lain :
a.
Memfasilitasi situasi yang tidak
familiar
b.
Memberi kesempatan untuk membuat
keputusan dan kontrol
c.
Membantu untuk mengurangi stres terhadap
perpisahan
d.
Memberi kesempatan untuk mempelajari
tentang fungsi dan bagian tubuh
e.
Memperbaiki konsep-konsep yang salah
tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis
f.
Memberi peralihan dan relaksasi
g.
Membantu anak untuk merasa aman dalam
lingkungan yang asing
h.
Memberikan cara untuk mengurangi tekanan
dan untuk mengekspresikan perasaan,
i.
Menganjurkan untuk berinteraksi dan
mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain
j.
Memberikan cara untuk mengekspresikan
ide kreatif dan minat
k.
Memberi cara mencapai tujuan-tujuan
terapeutik (Wong ,1996).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak. Fungsi
utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan
sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan
moral dan bermain sebagai terapi. Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat
bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat
demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain
aktif jika anak berperan secara aktif
dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi
jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons
secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons
secara aktif. Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi
dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
B. Saran
Setelah
mempelajari materi di atas diharapkan seluruh mahasiswa memahami tentang
definisi bermain, fungsi bermain bagi perkembangan anak, kecenderungan umum
yang terjadi pada anak-anak dan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi.
Berharap dengan adanya makalah ini kami serta teman – teman semua menjadi lebih
paham dan mendapat ilmu dari membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat,
A.Aziz.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta:salemba medika.
Perry, A,G &
Potter, P.A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
Soetjiningsih.2005.
Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta:Idai
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan
ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP BERMAIN PADA ANAK disusun
untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah di akademi
keperawatan Unaya Banda Aceh
Kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua
pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang.
Demikian
akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih
Banda Aceh, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................................................... i
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang....................................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................................................. 1
C.
Tujuan...................................................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................................................ 2
A.
Definisi
Bermain..................................................................................................................... 2
B.
Fungsi
Bermain Pada Anak ................................................................................................. 2
C.
Tujuan
Bermain...................................................................................................................... 4
D.
Kecenderungan
Umum Selama Anak – Anak ................................................................. 5
E.
Pedoman
Untuk Keamanan Bermain................................................................................ 9
F.
Karakteristik
Bermain (Usia Bayi – Prasekolah) .......................................................... 11
G.
Alat
Permainan Edukatif.................................................................................................... 12
H.
Terapi
Bermain Pada Anak Yang Dihospitalisasi.......................................................... 13
BAB
III PENUTUP...................................................................................................................................... 18
A.
Kesimpulan............................................................................................................................ 18
B.
Saran....................................................................................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................................ ....... 20
No comments:
Post a Comment