BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat
merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara. Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa
negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung
oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kesehatan lingkungan masyarakat dan
keselamatan kerja di suatu negara tersebut.
Kesehatan
masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal diselenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya
disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya
kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk
kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Menurut
Winslow (1920) kesehatan Masyarakat adalah ilmu atau seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk
diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan
mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat
untuk menjaga kesehatannya. Manusia hidup penuh dengan resiko mengidap
penyakit, dan hidup penuh dengan hal-hal yang dapat membahayakan hidupnya.
Masalah
kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan
diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas
Kesehatan, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manusia Purba
Manusia purba atau manusia prasejarah adalah jenis
manusia yang hidup pada zaman sebelum mengenal tulisan. Prehistoric People atau
manusia prasejarah ini diyakini hidup sejak 4 juta tahun yang lalu. Salah satu
ciri manusia yang hidup pada zaman purba adalah memiliki volume otak yang lebih
besar dibanding manusia modern saat ini.
B.
Sejarah Manusia Purba di Indonesia
Zaman prasejarah merupakan istilah yang digunakan untuk
membagi masa ketika manusia belum mengenal tulisan. Pada masa itu, manusia
purba hidup dengan cara yang sangat sederhana dan bergantung pada alam.
Berdasarkan teori evolusi kera atau Australopithecus yang
dianut oleh sebagian besar ilmuwan dunia, manusia purba ialah nenek moyang
manusia modern.
Namun, terdapat teori lain yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan evolusi antara kera dan manusia, karena ada perbedaan-perbedaan
signifikan dan jauh. Akan tetapi, terdapat missing link sehingga perbedaan
tersebut sulit untuk dijelaskan.
1.
Meganthropus
Paleojavanicus
Meganthropus
Paleojavanicus adalah manusia prasejarah terbesar dan tertua di Indonesia. Oleh
karena itu, pemberian namanya terdiri dari gabungan kata megan = besar,
anthropus = manusia, paleo = tua, javanicus = dari Jawa. rahang Meganthropus
Paleojavanicus Commons Wikimedia
Fosil
manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Von Koenigswald di daerah
Sangiran, Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1936. Meganthropus Paleojavanicus
adalah manusia prasejarah yang berbadan tegap dan memiliki rahang yang sangat
kuat dan besar. Untuk bertahan hidup, manusia prasejarah dari Jawa ini
mengumpulkan makanan dari buah-buah dan tumbuh-tumbuhan hutan.
Berikut
ini ciri-ciri manusia purba Meganthropus Paleojavanicus:
a.
Tinggi
badan 165 cm – 180 cm
b.
Berbadan
tegap
c.
Volume
otak 900 cc
d.
Bentuk
kening menonjol dan tebal, melintang sepanjang pelipis
e.
Tidak
memiliki dagu
f.
Berhidung
lebar
g.
Struktur
rahang kuat dan besar
h.
Makanan
berupa buah dan tumbuhan
2.
Pithecanthropus
Mojokertensis
Pada
tahun 1936 fosil anak manusia purba berupa tengkorak ditemukan oleh peneliti
bernama Widenreich di sebuah desa di Mojokerto. Fosil manusia prasejarah ini
dinamakan Pithecanthropus robustus.
Namun,
Ralph von Koeningswald menyebutnya dengan Pithecanthropus Mojokertensis sesuai
dengan tempat ditemukannya. Secara tipologi, fosil ditemukan pada lapisan
Pucangan dan Kabuh dengan perkiran hidup 30.000 tahun hingga 2 juta tahun yang
lalu.
Berikut
ini ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis:
a.
Bertubuh
tegap
b.
Tidak
memiliki dagu
c.
Memiliki
kening yang menonjol
d.
Tinggi
badan 165 cm – 180 cm
e.
Volume
otak 750 cc – 1.300 cc
f.
Geraham
dan rahangnya lebih kuat
g.
Tulang
tengkorak tebal
h.
Bentuk
tulang tengkorak yang lonjong
3.
Homo
Sapiens
Homo
sapiens oleh para peneliti dianggap sebagai yang termuda dibanding manusia
purba lainnya. Berdasarkan fosil yang ditemukan, homo sapiens diperkirrakan
hidup antara 15.000 hingga 40.000 tahun sebelum masehi.
Homo
sapiens memiliki kemampuan berpikir dan kecerdasan diatas manusia purba
lainnya, hal ini ditunjukkan dari volume otaknya yang hampir sama dengan
manusia modern.
Berikut
ini ciri-ciri manusia purba Homo Sapiens:
a.
Tinggi
badan 130 cm – 210 cm
b.
Kapasitas
otak yang lebih berkembang daripada manusia purba lain
c.
Otot
kunyah, gigi, dan rahang menyusut
d.
Tonjolan
kening berkurang dan memiliki dagu
e.
Ciri
seperti ras Mongoloid dan Austramelanosoid
C.
Kesehatan
dalam masyarakat
Masa Purba
Menurut
dugaan sejarawan, manusia purba yang hidup berpuluh – puluh ribu tahun sebelum
Masehi telah mengenal pengobatan. Mereka mengenal cara mengobati luka dengan
urapan ( olesan ) dengan obat dari sejenis daun yang ditumbuk halus.
Mereka
juga telah mengenal cara me-lasah ( Fisioterapi ) dan membalut tangan ataupun
kaki seseorang yang patah tulang. Sebagai pembalut mereka menggunakan kulit
kayu atau kulit binatang. Manusia purbapun telah mengenal cara mengobati sakit
perut, batuk, pening, dan pingsan.
Adapun
prosedur pengobatan yang mereka lakukan seperti :
1. Pijat
Memijat
Pada
awalnya, pengobatan bermula dari pengalaman seseorang yang sakit dibagian
tubuhnya. Atas dorongan gharizah ( Insting ) yang dianugerahkan oleh Allah SWT
kepadanya secara refleks orang itu memijat bagian tubuh yang sakit.
2. Ramuan
Obat
Permulaan
manusia mengenal ramuan obat untuk suatu penyakit adalah dengan mencoba
meramunya dari daun – daunan. Jika Allah menghendaki maka ditemukan sejenis
daun penawar yang cocok untuk penyakitnya itu. Dicatatlah dalam benaknya bahwa
daun itu menjadi sebagai ramuan pengobatan.
3. Alat
Pendukunan
Hampir
semua dukun percaya bahwa semua benda yang dianggapnya ajaib mempunyai kekuatan
gaib atau dihuni roh nenek moyang. Oleh karena itu setiap dukun mempunyai
azimat penangkal roh – roh baik sebagai pengawal atau pemberi bisikan kebaikan.
Azimat
itu bisa terdiri dari berbagai jenis batu berwarna, tengkorak manusia , rambut,
geraham, darah beku, dan lain – lain.
Ada
kemungkinan besar bahwa ilmu pengobatan tertua itu adalah pijat – memijat dan
peramuan alami. Saat ini ada beberapa suku primitif di hutan – hutan Afrika
yang belum tersentuh sepenuhnya oleh peradaban maju seperti suku Zulu, Ranzi,
Bishman, Sudan hutan, Tibbu, dan Quqwa. Mereka telah mengenal berbagai
tumbuhan, akar, dan kulit, baik dari kulit pohon maupun kulit hewan, sebagai
obat yang diperoleh secara turun – temurun dari nenek moyangnya..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia
purba atau manusia prasejarah adalah jenis manusia yang hidup pada zaman
sebelum mengenal tulisan. Prehistoric People atau manusia prasejarah ini
diyakini hidup sejak 4 juta tahun yang lalu. Salah satu ciri manusia yang hidup
pada zaman purba adalah memiliki volume otak yang lebih besar dibanding manusia
modern saat ini.
Zaman
prasejarah merupakan istilah yang digunakan untuk membagi masa ketika manusia
belum mengenal tulisan. Pada masa itu, manusia purba hidup dengan cara yang
sangat sederhana dan bergantung pada alam.
Menurut
dugaan sejarawan, manusia purba yang hidup berpuluh – puluh ribu tahun sebelum
Masehi telah mengenal pengobatan. Mereka mengenal cara mengobati luka dengan
urapan ( olesan ) dengan obat dari sejenis daun yang ditumbuk halus.
Mereka
juga telah mengenal cara me-lasah ( Fisioterapi ) dan membalut tangan ataupun
kaki seseorang yang patah tulang. Sebagai pembalut mereka menggunakan kulit
kayu atau kulit binatang. Manusia purbapun telah mengenal cara mengobati sakit
perut, batuk, pening, dan pingsan.
DAFTAR PUSTAKA
Dawkins (2005).
"Archaic homo sapiens". The Ancestor's Tale. Boston: Mariner. ISBN
0-618-61916-X.
Companion encyclopedia
of archaeology
Mitchell, Alanna
(January 30, 2012). "DNA Turning Human Story Into a Tell-All".
NYTimes. Diakses tanggal January 31, 2012.
Amos, Jonathan (March
14, 2012). "Human fossils hint at new species". BBC. Diakses tanggal
March 14, 2012..
No comments:
Post a Comment