DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang………………………………………………………………...1
B.
Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C.
Tujuan Penulisan………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kemoterapi……………………………………………………….3
B.
Klasifikasi Kemoterapi……………………………………………………….3
C.
Tujuan Kemoterapi…………………………………………………………...4
D.
Cara Pemberian Kemoterapi………………………………………................5
E.
Mekanisme Kerja Kemoterapi…………………………………….................8
F.
Efek Samping Kemoterapi…………………………………………...............9
G.
Jenis Penyakit Yang Memerlukan Kemoterapi……………...........................12
H.
Dampak Kemoterapi Terhadap Gizi……………………………....................14
I.
Peran Perawat Dalam Pemberian
Kemoterapi……………………………….16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………………..........18
B.
Saran……………………………………………………………………........19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....20
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang
dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk menghentikan pertumbuhan
ataupun mematikan sel kanker yang ada di dalam tubuh.Kemoterapi adalah
penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan sel-sel kanker.Obat-obatan
tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup yang diminum, dan krim
yang dioleskan pada kulit. Adapun jenis-jenis kemoterapi yang biasanya
digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant,
dan kemoterapi Paliati ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang
dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.
Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan
ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi
atau radiasi.Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai
tujuan salah satunya.
Untuk mencapai remisi atau penyembuhan
(kemoterapi kuratif).Kemoterapi dapat diberikan sebagai pengobatan utama dengan
tujuan mengurangi atau menghilangkan tanda dan gejala kanker (sering disebut
sebagai remisi atau respons lengkap).
Untuk membantu perawatan lain.
Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lain seperti
pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan),
tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya
pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya
adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan
terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).
Kemoterapi dilakukan melalui injeksi
intravena, per oral maupun secara topikal (American Cancer Society, 2015).Obat
kemoterapi secara spesifik tidak hanya membunuh sel kanker tetapi juga merusak
sel normal.Toksisitas obat kemoterapi pada sel normal berhubungan dengan dosis
yang digunakan dan frekuensi penggunaan. Efek samping yang ditimbulkan akibat
kemoterapi adalah weakness (95%), kelelahan (90%), mual(77%), kerontokan rambut
(76%), muntah(75%) xerostomia (75%) dan efek samping lain diantaranya mouth
sores, diarrhea, konstipasi, mood swings dan penurunan berat badan (Parkhill,
2013; Aslam et al., 2014).
Komplikasi rongga mulut akibat kemoterapi
diantaranya terjadi oralmucositis, osteonekrosis rahang, infeksi
bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal, infeksi virus, infeksi
jamur, lichenoid reaction, kelainan gigi geligi (hypodonsia dan
enamel hypoplasia), hiposialia, xerostomia, melanosis, perdarahan,
perubahan rasa, neurotoxicity, perdarahan, ToxicEpidermal Necrolysis (TEN)
dan Steven Johnson Syndrome (SJS) yang bermanifestasi erythema dan
makula pada rongga mulut (Poulopoulos et al., 2017).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Dari Kemoterapi ?
2.
Apa Tujuan Dari Pemberian Kemoterapi ?
3.
Mekanisme Apa Yang Digunakan Dalam Pemberian Pemberian ?
4.
Apa Saja Efek Samping Dari Pemberian Kemoterapi ?
5.
Bagaimana Peran Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kemoterapi
Kepada Pasien?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui konsep dari kemoterapi secara
menyeluruh, dan efek samping yang ditimbulkan dari pemberian kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mekanisme dan
penyakit yang memerlukan pengobatan kemoterapi dan dampak kemoterapi terhadap
status gizi pasien.
b. Mengetahui peran perawat
dan tindakan yang diperlukan dalam kemoterapi
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan
dengan menggunakan zat-zat kimia untuk menghentikan pertumbuhan ataupun
mematikan sel kanker yang ada di dalam tubuh.Kemoterapi merupakan sebuah
pengobatan yang bersifat paliatif ataupun adjuvant untuk memperkecil sel yang
aktif membelah secara cepat daan progesif dengan menggunakan obat-obatan
sitostatistik.Pengobatan ini memerlukan beberapa fase dan tahapan secara
berulang-ulang (Aminati, 2013).
Kemoterapi adalah salah satu jenis terapi sistemik,
dimana obat kemoterapi ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sampai ke sel kanker
yang telah jauh bermetastse ke tempat lain.
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus
untuk mematikan sel-sel kanker.Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui
injeksi, pil atau sirup yang diminum, dan krim yang dioleskan pada kulit.Adapun
jenis-jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada kanker payudara yaitu
Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi Paliatif.
B. Klasifikasi
Kemoterapi
Berdasarkan penjelasan fase dan siklus sel diatas,
maka dapat dijelaskan terdapat beberapa klasifikasi kemoterapi, yaitu :
1.
Siklus sel spesifik :
a. Alkytaling Agent :
1) Nitrogen mustard : Klorambusil, siklofosfamid,
Melfalan
2) Alkil Sulfonat : Busulfan
3) Triazin
logam berat : Dakarbazen, sisplatin, karboplatin
b. Produk Alami :
1) Antibiotic
antitumor : Daktinomisin, Danorubisin, Doksorubisin, Idarubisin
2.
Siklus sel nonspesifik : Nitrogen Mustard, Nitrosurea, Metkloretamin,
Karmustin.
Adapun Kemoterapi yang biasanya
digunakan pada penyakit kanker yaitu kemoterapi neo-ajuvant, kemoterapi ajuvant,
kemoterapi primer dan kemoterapi paliatif.
a. Kemoterapi
ajuvant, substansi yang memperkuat dan/atau memodulasi respons imun terhadap
antigen. Dalam kata lain, adjuvan imunologis adalah substansi manapun yang
mempercepat, memperpanjang, atau meningkatkan respons imun spesifik
b. Kemoterapi
Neo-adjuvant, emoterapi yang biasanya diberikan mendahului atau sebelum
pengobatan atau tindakan lain seperti pembedahan atau penyinaran yang kemudian
dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Kemoterapi neoadjuvan merupakan salah satu
terapi yang diberikan kepada pasien dengan kanker payudara LABC (Locally
Advanced Breast Cancer) yang bertujuan mengecilkan ukuran tumor dari “inoperable”
menjadi “operable” sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan.
c. Kemoterapi
Paliatif, Kemoterapi paliatif adalah pengobatan yang dirancang untuk pengidap
kanker stadium akhir. Tujuan pengobatan dengan kemoterapi paliatif yaitu untuk
memperpanjang kelangsungan hidup dan meringankan gejala.
d. Kemoterapi
primer, yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan medis lainnya, seperti
opersai dan radiasi.
C. Tujuan
Penggunaan Kemoterapi
Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa
kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.Tujuan
penggunaan obat kemoterapi terhadap kanker adalah mencegah/menghambat
multiplikasi sel kanker, menghambat invasi dana metastase. Karena poliferasi
juga merupakan proses yang terjadi pada beberapa sel organ normal, kemoterapi
juga berefek toksik terhadap sel-sel normal terutama pada jaringan-jaringan
yang mempunyai siklus sel yang cepat antara lain sumsum tulang, epitel mukosa,
dan folikel rambut. Oleh karena itu, kemoterapi yang ideal harus mempunyai efek
menghambat yang maksimal terhadap pertumbuhan sel kanker, tetapi mempunyai efek
minimal terhadap sel-sel jaringan tubuh yang normal.Proses inhibisi ploriferasi
sel dan pertumbuhan kanker dapat terjadi pada beberapa tingkat proses dalam sel
(1)
sintesis makromokuler
(2)
organ dalam sitoplasma
(3)
fungsi sintesis membrane sel.
Kebanyakan obat sitotoksik mempunyai efek yang utama
pada proses sintesis dan fungsi molekul makroseluler, yaitu proses sintesis
DNA, RNA, atau protein atau mempengaruhi kerja molekul tersebut. Proses ini
cukup menimbulkan kematian sel. (Aziz Farid 2006)
Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan
untuk berbagai alasan:
1. Untuk
mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif). Kemoterapi dapat
diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan
tanda dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau respons lengkap).
2. Untuk
membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah
perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan
sebelumnya (terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker
sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan
setelah (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.
Kemoterapi sering diberikan dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih
efektif (kemoradiasi).
3. Untuk
mengontrol kanker: Bahkan jika kemoterapi tidak dapat mencapai remisi atau
respons lengkap (lihat di atas), kemoterapi dapat digunakan untuk mengontrol
bagaimana kanker tumbuh dan menghentikan penyebarannya untuk jangka waktu
tertentu. Ini dikenal sebagai kemoterapi paliatif.
4. Untuk
meredakan gejala: Dengan mengecilkan kanker yang menyebabkan rasa sakit dan
gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup. Ini juga disebut
kemoterapi paliatif.
5. Untuk
menghentikan kanker datang kembali: Kemoterapi mungkin berlanjut selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah remisi. Ini disebut kemoterapi
pemeliharaan dan dapat diberikan dengan terapi obat lain. Ini bertujuan untuk
mencegah atau menunda kembalinya kanker.
D. Cara
Pemberian Kemoterapi
Kemoterapi paling sering diberikan ke pembuluh darah
(intravena). Kemoterapi terkadang diberikan dengan cara lain, seperti tablet
(kemoterapi oral), krim yang dioleskan ke kulit atau berupa suntikan ke
berbagai bagian tubuh. Pilihannya tergantung pada jenis kanker yang dirawat dan
obat kemoterapi yang digunakan. Tim medis akan memutuskan cara yang paling
tepat untuk memberikan obat (Sheard, 2020).
Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya adalah sama
dengan pemberian obat-obatan yang lain yaitu terdiri dari: Persiapan penderita,
Persiapan pemberian obat, Penilaian respon Monitor efek samping, dan
penanganannya.
Persiapan
penderita terdiri dari : persiapan penderita dan keluarga, aspek onkologis dan
aspek medis
1.
Persiapan Penderita
a. Penjelasan
tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan penyakitnya
b. Penjelasan
mengenai macam obatnya, jadwal pemberian dan persiapan yang diperlukansetiap
siklus obat kemoterapi diberikan
c. Penjelasan
mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita
d. Penjelasan
mengenai harga obat
e. Informed
consent
2.
Aspek Onkologis
a. Diagnosa
keganasan telah confirmed baik secara klinis (tumor diukur dengan kaliper
ataupenggaris), radiologis dan patologis ( triple diagnostic), kalau
memungkinkan diperiksakan jugatumor marker
b. Tentukan
stadium (klinis, imaging)
c. Tentukan
tujuan terapi ( neoadjuvant, adjuvant, terapeutik, paliatif)
d. Tentukan
regimen kombinasi kemoterapi, dosis dan prosedur pemberiannya
3.
Aspek Medis
a. Anamnesa
yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang
dapatmempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kelainanfungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.
b. Pemeriksaan
secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit tersebut di
atas( klinis, imaging dan laboratorium). Pemeriksaan laboratorium terdiri dari
darah lengkap, fungsihati, fungsi ginjal, gula darah puasa dan 2 jam pp (sesuai
indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) ataukalau perlu ekokardiografi. Bila
fasilitas ada, dapat diperiksakan tumor marker CEA, Ca15-3 yangakan dipakai
sebagai data dasar dan kelak dapat digunakan dalam follow up terapi. Pada pemberiankemoterapi
siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup
diperiksakandarah lengkap saja. (HB, lekosit, trombosit, netrofil)
c. Penentuan
status performance (Karnoffsky atau ECOG)
Pemberian kemoterapi pada penyakit yang sudah sistemik/metastatic
tidak selalu berarti pemberian baru dimulai pada pasien-pasien yang sudah
mengalami kaheksia atau morbid. Pemberian harus segera diberikan begitu
didapatkan tanda-tanda yang diakibatkan oleh proses penyakit kanker seperti
nyeri akibat penekanan syaraf atau sesak akibat metastase paru-paru. Pada
penderita yang tidak simptomatis pun kemoterapi harus segera diberikan. Akan
tetapi durasi pengobatan bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis dan
stadium kanker, kondisi kesehatan pasien, dan jenis rejimen kemoterapi yang
diresepkan.
Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan
sebelum dan/atau sesudah pasien menjalani kemoterapi, diantaranya sebagai
berikut :
a) Darah
tepi (hemoglobin, , leukosit, hitung jenis dan trombosit).
b) Fungsi
hepar (SGOT,SGPT, alkali fosfat, dan bilirubin).
c) Fungsi
ginjal (ureum, kreatinin, dan creatinin clearance Testjika ada peningkatan
serum kreatinin).
d) Audiogram
(terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi cisplatin)
Rasionalisme pemberian kemoterapi sebagai pengobatan
kanker adalah untuk kemampuan membunuh sel kanker secara selektif. Hipotesis
dasar sel killer sebagai berikut :
1) Ketahanan
pasien kanker berbanding terbalik dengan jumlah sel yangada.
2) Satu
sel kanker mampu memperbanyak diri sehingga pada saatnyadapat menyebabkan
kematian bost. Pada kebanyakan obat terdapat hubungasn antara dosis yang
diberikan dan kemampuan eradikasi sel- sel kanker.
3) Dosis
tertentu dari kemoterapi hanya membunuh sel-sel kanker dalam fraksi yang
konstan tidak bergantung pada berapa jumlah populasi sel.Prinsip keempat yang
berimplikasi terhadap destruksi sel kanker oleh sitostoatik mengikuti kenetik
sel yang awal, seperti pengobatan yang mengurangti populasi sel dari satu juta
menjadi 103 sel, selanjutnya akan mengurangi populasi dari 1000 menjadi satu.
Berdasarkan hal tersebut pengobatan pertama adalah
yang paling efektif dalam menurunkan populasi sel. Oleh karena itu, dosis yang
diberikan sebesar mungkin sampai mencapai batas toleransi bost atau mulai terapi
pada saat populasi sel sekecil mungkin.
E. Mekanisme
Kerja
Semua sel dalam tubuh tumbuh dengan membelah atau
membelah menjadi dua sel. Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan
cepat.Sebagian besar obat kemoterapi memasuki aliran darah dan berjalan ke
seluruh tubuh untuk menargetkan sel kanker yang membelah dengan cepat di organ
dan jaringan.Ini dikenal sebagai pengobatan sistemik.Terkadang kemoterapi
diberikan langsung ke kanker.Ini dikenal sebagai kemoterapi lokal (Sheard,
2020).
Cara kerja kemoterapi menyembuhkan pasien kanker
adalah dengan menghambat serta menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker di dalam
tubuh pasien.Kemoterapi sebagai metode pengobatan menggunakan obat kimia sangat
kuat dalam penanganan kanker.
Sel sel tubuh normal akan tumbuh dan mati secara
terkendali. Bila sel sel tersebut tumbuh abnormal dan tidak terkendali akan
terjadi kanker. Kemoterapi membunuh sel sel kanker dengan cara menghentikan
pertumbuhan dan pembelahan sel sel tersebut. Sel sel tumbuh normal yang juga
sedang aktif membelah juga akan terkena efek kemoterapi. Itulah sebabnya timbul
efek samping kemoterapi. Sel sel normal yang ikut terkena efek kemoterapi akan
memperbaiki diri setelah kemoterapi
dihentikan.
Obat kemoterapi dikelompokkan berdasarkan dampaknya
terhadap sel kanker. Misalnya, beberapa obat menyerang DNA sel, tempat kode
generiknya disimpan, dan mencegahnya disalin dan direproduksi oleh sel.
Sebaliknya, obat lain menyerang komponen sel yang disebut mikrotubulus, semacam
kerangka yang memungkinkan sel untuk mempertahankan bentuk dan bergerak. Secara
umum, semua obat kemoterapi mampu membunuh sel kanker melalui proses yang
disebut apoptosis. Karena kerusakan hebat yang ditimbulkan obat, sel kanker
menyadari ia tidak dapat pulih atau berfungsi dengan baik, sehingga ia mati sendiri.
Penderita yang akan menjalani kemoterapi terlebih
dahuluharus menjalani pemeriksaan dan penilaian, sehingga
terpenuhinyasyarat-syarat sebagai berikut:
a. Diagnosis
Histotologis telah DipastikanPemilihan obat yang digunakan tergantung pada
jenishistologis. Oleh karena itu, diagnosis histologis perluditegakkan. Untuk
kepentingan itu dianjurkan meggunakanklasifikasi histologi menurut WHO tahun
1997. Apabila ahlipatologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka
bagikepentingan kemoterapi minimal harus dibedakan antara jeniskarsinoma sel
kecil dan jenis karsinoma bukan sel kecil, yaitukarsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma dan karsinoma selbesar
b. Tampilan/performance
status menurut skala Karnofsky minimal60-70 atau skala WHO
c. Pemeriksaan darah perifer untuk pemberian
siklus pertama:
1) Leukosit
> 4.000/mm3
2) Trombosit
>100.000/mm3
3) Hemoglobin
≥ 10 g%. Bila perlu, transfusi darah diberikansebelum pemberian obat.Sedangkan
untuk pemberian siklus berikutnya, jika nilai-nilai diatas itu lebih rendah
maka beberapa jenis obat masih dapatdiberikan dengan penyesuaian dosis.
d. Sebaiknya
faal hati dalam batas normal.
e. Faal
ginjal dalam batas normal, terutama bila akan digunakanobat yang nefrotoksik.
Untuk pemberian kemoterapi yangmengandung sisplatin, creatinine clearance harus
lebih besardaripada 70 ml/menit. Apabila nilai ini lebih kecil,
sedangkankreatinin normal dan penderita tua sebaiknya digunakankarboplatin.
F. Efek Samping Kemoterapi
Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat,
seperti kanker sel. Namun, beberapa sel normal seperti sel darah, folikel
rambut, dan sel di dalam mulut, usus, dan organ reproduksi juga membelah dengan
cepat. Efek samping terjadi ketika kemoterapi merusak sel-sel normal ini.Karena
tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru, sebagian besar efek samping bersifat
sementara (Sheard, 2020).Di antara efek samping yang disebabkan kemoterapi yang
paling umum adalah supresi sumsum tulang, neuropati, gangguan gastrointestinal,
rambut rontok, kelelahan dan kelainan kulit.(Ismail et al., 2011).Secara umum,
menurut (Sheard, 2020) para pasien akan mengalami efek samping berupa :
1. Kelelahan
dan kurang energi. Merasa sangat lelah dan kurang energi (kelelahan) adalah
efek samping paling umum dari kemoterapi. Pasien mungkin mengalami nyeri otot
dan nyeri, cepat lelah, sulit berkonsentrasi atau sulit melakukan aktivitas
sehari-hari. Kelelahan bisa muncul tiba-tiba dan tidak selalu hilang dengan
istirahatatau tidur. Kelelahan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau
bulan setelah siklus pengobatan berakhir. Tingkat energi biasanya meningkat
seiring waktu. Walaupun kelelahan adalah efek samping umum dari kemoterapi,
kelelahan juga bisa menjadi gejala depresi.
2. Perubahan
nafsu makan, mual atau muntah. Nafsu makan biasanya berubah selama kemoterapi.
Terkadang pasien mungkin tidak merasa lapar atau lebih menyukai jenis makanan
yang berbeda.
3. Sembelit
atau diare. Beberapa obat kemoterapi, obat pereda nyeri, dan obat antimual
dapat menyebabkan sembelit atau diare.
4. Rambut
rontok. Banyak orang yang menjalani kemoterapi khawatir tentang kerontokan
rambut (alopecia). Beberapa orang kehilangan semua rambutnya dengan cepat,
sementara yang lain mungkin hanya kehilangan sedikit rambut atau tidak sama
sekali. Meskipun rambut rontok dari kepala adalah yang paling umum, pasien
mungkin menemukan alis dan bulu mata rontok, dan juga mungkin kehilangan rambut
dari ketiak, kaki, dada, dan area kemaluan.
5. Pemikiran
dan ingatan berubah. Beberapa orang mengatakan mereka mengalami kesulitan
berkonsentrasi, fokus dan mengingat sesuatu setelah mereka menjalani
kemoterapi. Ini disebut gangguan kognitif terkait kanker. Istilah lain yang
digunakan untuk menggambarkan hal ini termasuk "otak kemo",
"kabut kanker" dan "kabut otak".
6. Sariawan.
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan sariawan, seperti sariawan, atau
infeksi. Ini lebih mungkin terjadi jika pasien pernah atau sedang menjalani
terapi radiasi ke area kepala, leher atau dada, kemoterapi dosis tinggi atau
transplantasi sel induk, atau jika memiliki masalah gigi atau gusi atau
memerlukan antibiotic.
7. Perubahan
kulit dan kuku. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit mengelupas,
menggelap atau menjadi kering dan gatal. Selama perawatan dan beberapa bulan
setelahnya, kulit cenderung lebih sensitif terhadap sinar matahari.
8. Anemia.
Jika jumlah sel darah merah turun di bawah normal, ini disebut anemia. Jumlah
oksigen yang berkurang beredar ke seluruh tubuh yang dapat membuat merasa
lelah, lesu, pusing atau sesak napas.
9. Infeksi.
Kemoterapi dapat menurunkan kadar sel darah putih, sehingga tubuh lebih sulit
melawan infeksi. Virus seperti pilek, flu, dan COVID-19 mungkin lebih mudah
tertular dan lebih sulit dihilangkan, dan goresan atau luka mungkin lebih mudah
terinfeksi
10. Masalah
pendarahan. Tingkat trombosit yang rendah (trombositopenia) dapat menyebabkan
masalah. Pasien mungkin mengalami pendarahan lebih lama dari biasanya setelah
luka kecil atau goresan, mimisan atau gusi berdarah, atau mudah memar. Periode
mungkin lebih lama atau lebih berat.
11. Efek
saraf dan otot. Beberapa obat kemoterapi dapat merusak saraf yang mengirimkan
sinyal antara sistem saraf pusat dan lengan serta kaki. Ini disebut neuropati
perifer. Gejala berupa kesemutan ("kesemutan"), mati rasa atau nyeri
di tangan dan kaki, dan kelemahan otot di kaki.
12. Masalah
seksualitas dan kesuburan. Kemoterapi dapat memengaruhi seksualitas dan
kesuburan secara emosional dan cara fisik. Perubahan ini biasa terjadi.Beberapa
perubahan mungkin hanya sementara sementara yang lainnya bersifat permanen.
13. Perubahan
pendengaran. Beberapa obat kemoterapi dapat memengaruhi pendengaran.
14. Mata
berair. Ini bisa menjadi gejala saluran air mata yang tersumbat, yang bisa
disebabkan oleh beberapa obat kemoterapi.
15. Bau
badan. Kemoterapi dapat memengaruhi indra penciuman dan mungkin lebih merasakan
bau yang tidak sedap.
Efek
samping kemoterapi terbagi menjadi efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Adapun efek samping nya adalah
sebagai berikut :
Kemungkinan efek samping dari obat-obatan kemo
dalam jangka pendek yang biasanya akan hilang setelah perawatan berhenti,
meliputi Kelelahan yang membuat pasien kanker kesulitan melakukan aktivitas
harian.Alami gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, atau sembelit.Sangat
mudah terluka, mengalami perdarahan, dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh
menurun.Warna urine berubah menjadi oranye, merah, hijau, atau kuning pekat
kadang timbul bau menyengat yang biasanya akan hilang dalam waktu 24-72 jam
setelah perawatan.Sering kali mengalami sariawan atau luka sekitar mulut, serta
lidah terasa seperti logam.
Efek
samping ini dapat bertahan sangat lama, bahkan bisa menetap seumur hidup karena
adanya kerusakan.Kadang ini muncul dalam waktu lama atau ketika pasien kembali
mengalami secondary cancer sehingga perlu menjalani kemo lagi. Efek samping
kemo jangka panjang yang mungkin menyerang pasien kanker, antara lain:
a. Masalah
Jantung Dan Pembuluh Darah
Beberapa
obat kemo kemungkinan dapat melemahkan otot jantung, merusak pembuluh darah,
menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia), sehingga meningkatkan risiko
gagal jantung dan serangan jantung.
b. Masalah
Pendengaran
Banyak
obat kemoterapi yang bersifat ototoksitas (dapat menimbulkan gangguan
pendengaran) karena kerusakan koklea, yaitu sel-sel rambut sensorik pada
telinga bagian dalam.Akibatnya, hal tersebut dapat menghambat suara ke saraf
pendengaran, sehingga suara tidak mencapai otak.
c. Penurunan
Kesuburan
Pengobatan
kanker dapat menyebabkan masalah seks, seperti menghentikan produksi hormon
seks (progesteron dan estrogen) dan kerja indung telur sehingga menyebabkan
menopause lebih awal, serta merusak rahim pada wanita.Sementara pada pria,
produksi sperma terganggu, hormon testosteron berkurang, serta saraf dan
pembuluh darah sekitar pervis sehingga sulit untuk ereksi.
d. Gangguan
Pada Otak
Kemoterapi juga dapat menimbulkan masalah pada otak,
termasuk dapat menurunkan fungsi kognitif, perubahan kognitif akut (delirium, seperti
kebingungan, menjadi pendiam, disorientasi, dan berhalusinasi), serta
meningkatkan resiko demensia.
G. Jenis
Penyakit Yang Memerlukan Kemoterapi
1. kanker
sumsum tulang adalah penyakit yang memengaruhi sumsum tulang dan sel darah.
Penyakit ini biasanya dapat diobati dengan transplantasi sumsum tulang, juga
dikenal sebagai transplantasi sel induk. Kemoterapi sering digunakan untuk
mempersiapkan transplantasi sumsum tulang.
2. Penyakit
Lupus, Methotrexate adalah salah satu obat kemoterapi yang dapat digunakan
untuk mengobati lupus. Obat methotrexate bisa digunakan untuk mengobati
penyakit autoimun dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
3. Vaskulitis,
Vaskulitis merupakan kondisi adanya masalah peradangan di pembuluh darah.
Ketika mengalami vaskulitis, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel di
pembuluh darah karena dianggap sebagai zat atau benda asingp
4. penyakit
Rheumatoid Arthritis
RA
adalah kondisi peradangan sendi.Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh secara keliru menyerang jaringan sendi.Gejala rheumatoid arthritis dapat
berupa nyeri, bengkak, serta kaku di bagian sendi kaki dan tangan.
5. Skleroderma
Skleroderma
merupakan salah satu jenis penyakit autoimun.Kondisi ini terjadi saat sistem
kekebalan tubuh menyerang jaringan ikan sendiri.Akibatnya, pembuluh darah dan
organ dalam menjadi menebal.Scleroderma menjadi satu kondisi yang mungkin bisa
diatasi dengan kemoterapi.
6. Penyakit
Crohn
Penyakit
Crohn adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan, terutama di
saluran pencernaan.
7. Polimiositis
Polimiositis
adalah penyakit yang berhubungan peradangan di otot.Peradangan ini bisa terjadi
di bagian tubuh mana pun, termasuk di pembuluh darah sekitar otot.
Adapun jenis-jenis Kemoterapi adalah sebagai berikut
:
a. Terapi
Kombinasi
Kemoterapi
kombinasi bertujuan untuk memperbaiki laju respons dan memperbaiki laju respons
dan memperbaiki daya ketahanan hidup.Efektivitas kemoterapi kombinasi
meningkatkan karena mencegah timbulnya klon yang resisten. Efek sitolitik akan
meningkatkan karena menggabungkan 2 macam obat yaitu fase spesifik dan dan fase
nonspesifik sehingga dapat membunuh sel baik yang berada dalam pembelahan
maupun sel dalam fase inaktif.
1) Prinsip
pemilihan kemoterapi kombinasi adalah :
a) Obat
yang dipilih adalah obat yang aktif secara individual
b) Obat
tersebut harus mempunyai toksisitas yang berbeda
c) Kombinasi
obat hendaknya rasional secara biokimiawi
2) Penilaian
yang harus dilakukan sebelum pengobatan kemoterapi pada penderita kanker :
a) Penegakkan
diagnosis
b) Sebelum
pemberian kemoterapi diagnosis kanker harus ditegakkansecara histopatologi atau
sitology yang konsisten dengan diagnosisklinik
c) Penentu
stadium
d) Penetapan
status penampilan
Status
penampilan pasien merefleksikan tingkat efektivitas pasien dan seberapa jauh
penyakit kanker berdampak pada pasien dan merupakan indicator prognosis
sebagaimana pengaruh pengobatan terhadap keadaan umum penderita.
H. Dampak
Kemoterapi Terhadap Status Gizi
Penanganan kanker yaitu dengan pembedahan, radiasi dan
kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel- sel kanker.
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot,
bawah kulit, rongga tubuh) dan cara diminum (tablet/kapsul).Obat kemoterapi
secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel
yang sedang aktif membelah diri. Jadi, sel normal yang aktif membelah atau
berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel
selaput lendir dan mulut. Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena
efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan,
dll (Hendry, 2007).Efek samping yang timbul dari kemoterapi ini akan
mempengaruhi asupan makanan, pencernaan dan penyerapan zat gizi sehingga akan
mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi
dari pengobatan kanker dan membuat penderita merasa lebih baik (Eryn, 2016).
Status gizi dapat memperkirakan toleransi serta respons
pasien terhadap terapi dan berkaitan dengan lama kelangsungan hidup
pasien.Status gizi merupakan faktor penentu prognosis yang penting yaitu dalam penanganan
pasien kanker yang menjalani radioterapi atau kemoterapi.Penurunan berat badan
merupakan gejala pertama yang mengarah pada diagnosa kanker dan menggambarkan
penurunan status kesehatan pasien. DeWys et.al.,(1980) secara retrospektif
meneliti 3047 orang pasien yang menderita 11 jenis tumor, menemukan bahwa
pasien yang berat badannya turun memperlihatkan kelangsungan hidup yang secara
bermakna lebih pendek. Berdasarkan data status gizi pasien kanker dengan metode
PG-SGA diketahui bahwa 16 % memiliki status gizi kategori kurang
(Susetyowati,dkk, 2010)
Penderita kanker membutuhkan asupan zat gizi melebihi
kebutuhan normalnya agar dapat membantu meningkatkan status gizi dan membantu
masa penyembuhan.Zat gizi yang sangat dibutuhkan yaitu protein.Protein memiliki
fungsi sebagai zat pembangun, zat energi, dan zat pengatur.Selain itu, protein
juga dibutuhkan untuk memelihara fungsi system imun secara optimal dan mencegah
terjadinya kakeksia. Penyakit kanker stadium lanjut mengakibatkan keadaan
katabolik dimana simpanan protein akan dirombak untuk menghasilkan energi
sehingga status gizi dan status protein pasienmenurun. Status protein pasien
kanker yang rendah mengindikasikan prognosis yang buruk bagi pasien. Indikator
status protein adalah kadar Total Lymphocyte Count (TLC) dan albumin
serum (Subowo,2009). Penurunan TLC, berat badan dan kadar albumin serum sangat
berkaitan dengan kelangsungan hidup pasien. Albumin merupakan salah satu
indikator untuk memprediksikan mortalitas, karena albumin berkorelasi dengan
kelangsungan hidup pasien. Penurunan massa otot rangka menyebabkan pengurangan
kandungan total protein tubuh dan keseimbangan nitrogen yang negative sehingga
sintesa albumin menurun.
Penurunan kadar neutrofil menyebabkan penurunan berat badan
secara progresif menyebabkan kehilangan massa otot sehingga kebutuhan protein
meningkat namun tidak didukung asupan protein yang cukup, imbang nitrogen
negative yang mengakibatkan penuruanan status protein. Hal tersebut terjadi
karena protein rangka akan dikatabolisasi dan asam-asam amino ditarik untuk
proses glukoneogenesis guna memenuhi kebutuhan sel kanker terhadap glukosa.
Diperkirakan akan kehilangan 30 % atau lebih protein jaringan. Pada saat
tersebut jelas akan disertai penurunan kualitas hidup yang berhubungan dengan
penyebab kematian pada pasien kanker (Wilkes,G, 2000).Apabila jumlah limfosit
atau Total Lymphocyte Count (TLC) dan albumin rendah berarti terjadi
penurunan protein visceral yang dapat dihitung.Abnormalitas pada imunitas
seluler yaitu penurunan julah TLC berhubungan dengan malnutrisi kronis dan
beresiko terhadap infeksi bakteri.
I. Peran
Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi
Banyaknya manfaat kemoterapi dalam membunuh sel kanker tetapi
pemberian kemoterapi intravena juga dapat menimbulkan potensi cedera pada
pasien yaitu kejadian ektravasasi.Ektravasasi adalah masuknya sytematic
anti-cancer (SACT) ke dalam subktitan atau jaringan subdermis yang dapat
menyebabkan nyeri, nekrosis dan jaringan saraf (Gozzo, dkk 2017; Toland, Sam,
2017).Kejadian ekstravasasi dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya identifikasi
faktor risiko penyebab ekstravasasi.Faktor risiko ekstravasasi yaitu faktor
pasien, faktor prosedur kanulasi dan infus, dan faktor peralatan.Dua faktor
risiko penyebab ektsravasasi tersebut berkaitan dengan perawat (Toland, Sam,
2017).Perawat mempunyai tugas fungsional melakukan tata kelola pada pasien
dengan kemoterapi (pre, intra, dan post). Perawat harus memahami apa yang harus
dilakukan selama pre kemoterapi seperti jenis obat kemoterapi yang diberikan
kepada pasien dan faktor risiko yang dapat menyebabkan ekstravasasi yang
berhubungan dengan pasien. Selama intra kemoterapi perawat harus mengetahui
jika ekstravasasi terjadi apa yang harus dilakukan dan post kemoterapi
kemungkinan terjadinya delay ekstravasasi (Gozzo, dkk, 2017; European
Oncology Nursing Society, 2020).
Pengetahuan perawat yang kurang baik tentang ekstravasasi
akan berdampak pada semakin memburuknya tanda dan gejala ekstravasasi yang
terjadi pada pasien. Dampak kejadian ekstravasasi kepada pasien adalah dapat
mengakibatkan nyeri dan inflamasi pada kulit jika dibiarkan tidak diobati akan
menyebabkan kematian jaringan. Berdasarkan Common Terminology Criteria for
Asverse Event (CTCAE) tahun 2018 bahwa kejadian ekstravasasi dibagi ke
dalam 5 derajat :
1. edema
pada area penusukan,
2. adanya
eritema dan nyeri,
3. terjadi
ulserasi
4. harus
dilakukan tindakan operasi, dan
5. kematian
Pengetahuan perawat terhadap ekstravasasi juga berkaitan
dengan delay ekstravasasi yang kemungkinan bisa terjadi sampai 7 hari
setetelah kemoterapi. Perawat yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang
pencegahan ekstravasasi dan manajamen ekstravasasi yang dilakukan di rumah maka
dapat memberikan edukasi sebagai bagian dari discharge planning sehinga
tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien yang mengalami ekstravasasi tidak
semakin memburuk.Kejadian ekstravasasi tersebut dapat dicegah dengan
penatalaksanaan sistematis, adanya standar operasional prosedur, dan teknik
penatalaksanaan ekstravasasi berdasarkan evidence-based.Untuk
meminimalkan risiko terjadinya ekstravasasi, perawat yang bertugas langsung
dalam pemberian obat kemoterapi harus mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap ekstravasasi.
Perawat yang melakukan prosedur kemoterapi yang telah
memberikan penjelasan tentang lokasi vena yang akan digunakan, sehingga pasien
mengerti dan kooperatif, serta pasien dapat meminimalisir pergerakan dari
tangan yang terpasang infus kemoterapi. Perawat yang sudah memiliki pengetahuan
ekstravasasi yang baik dapat memberikan edukasi kepada pasien.Pasien memiliki
peran penting dalam pengenalan esktravasasi. Pasien akan melaporkan segera jika
adanya perubahan sensasi, menyengat atau terbakar selama pemberian kemoterapi.
Pelaporan yang lebih cepat akan berguna dalam manajemen risiko untuk budaya
keselamatan pasien (Toland, Sam, 2017).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien penderita kanker sebagian
besar memilih terapi kemoterapi, terapi ini menjadi pilihan utama yang tersedia
saat ini untuk mengatasi penyakit kanker.Kemoterapi dilakukan untuk membunuh
sel kanker dengan obat anti kanker.Frekuensi pemberian kemoterapi dapat
menimbulkan beberapa efek yang dapat memperburuk status fungsional pasien,
salah satunya adalah kecemasan.Oleh Karna itu, Kemoterapi pada pasien penderita
kanker berpengaruh pada kecemasan.Kemoterapi memiliki
peranan penting dalam melawan sel kanker.Meski demikian, metode
pengobatan ini juga memiliki efek samping yang tidak sedikit. Jenis
pengobatan kemoterapi tentunya tergantung pada jenis dan lokasi
kanker serta apakah kanker telah menyebar ke organ lain.untuk
kemoterapi yang biasanya digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi
Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi Paliatif ini ditujukan untuk
mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya
tindakan operasi atau radiasi.
selain itu ada juga beberapiaefek
samping yang muncul dari pemberian kemoterapi yaitu kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, nyeri akibat kerusakan saraf, gangguan
konsentrasi, perubahan mood, hingga masalah pada sistem reproduksi. Efek
samping tersebut biasanya akan
hilang setelah tindakan kemoterapi selesai.selain itu, Kemoterapi juga bisa membawa ragam manfaat.
Di antaranya adalah: Memperkecil ukuran tumor ganas dan meringankan
rasa sakit. Mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus
menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh lain
(metastasis).
Untuk membantu perawatan lain.
Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lain seperti
pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan),
tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya
pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya
adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan
terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).
B. Saran
Disarankan bagi tenaga gizi untuk memberikan konseling gizi sesuai
dengan keluhan dan gangguan makan yang dialami oleh pasien kanker dengan
kemoterapi, setelah mendapat informasi terkait perubahan fisik dan psikis yang
terjadi pasca kemoterapi diharapkan pasien dapat mempersiapkan diri dan dapat
mengantisipasi berbagai respon fisik dan psikologis yang terjadi pasca
kemoterapi khususnya perubahan system pencernaan makanan.
Meningkatkan peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan terutama tentang fungsi pemberi informasi ataupun pendidikan
kesehatan tentang pengetahuan gejala, program pengobatan penyakit dan cara
perawatan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Disarankan bagi keluarga
pasien untuk memberikan dukungan dari
keluarga dan masyarakat agar pasien merasa nyaman dan merasa diperhatikan
selama menjalani proses pelaksanaan kemoterapi terhadap pasien, sehingga dapat
meningkatkan semangat pasien dan juga meningkatkan pemahaman pasien tentang
arti hidup walaupun dalam kondisi yang tidak baik pasien masih dapat mengambil
hikmah dari kondisi tersebut sehingga hidupnya lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Caring Keperawatan 2018, Vol
7i2.355, Gambaran Pengetahuan Keluarga Tenttang Efek Samping Kemoterapi.
Jurnal Of Medicine
2019, The Effect Of Chemotherapy In Cancer Patient To Anxity
UM Surabaya Repository 2019, Pemberi
Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Efikasi Diri Pasien Kanker Serviks Dengan
Kemoterapi.
Amalia,L. Mengobati Kanker Serviks Dan
33 Jenis Kanker Lainnya. 2018
Rahmawati, Evy. Efek Samping Kemoterapi.
Repository Malang 2020
Jurnal MAJORITY, Vol 4. No. 4, Februari
2018
Smeltzer, S.C. Buku Ajar Keperawatan
Medical Bedah ( Edisi 8 ): Penerbit Buku Kedokteran. 2009
Indonesian
Journal Of Canter Vol.Lll, No.1, January 2018
Hesketh, Paul J. 2009. Drug Therapy;
Chemotheraphy-Induced Nusea and Vomiting. July 2009
Rasjidi, Imam. 2019. Kemoterapi Kanker
Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta; Sagung Seto. Hal 1-12
Nipt Puspa. 2018. Hubungan Kadar Neutrofil Dengan
Status Gizi Pasien Kanker Dengan Kemoterapi
R Fathonah. 2019. Tingkat Pengetahuan
Perawat Dalam Memberikan Kemoterapi Tentang Ekstravasasi di Rumah Sakit
No comments:
Post a Comment