Tuesday, 13 December 2022

KONSEP KEMOTERAPI

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang………………………………………………………………...1

B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………..2

C.     Tujuan Penulisan………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kemoterapi……………………………………………………….3

B.     Klasifikasi Kemoterapi……………………………………………………….3

C.     Tujuan Kemoterapi…………………………………………………………...4

D.    Cara Pemberian Kemoterapi………………………………………................5

E.     Mekanisme Kerja Kemoterapi…………………………………….................8

F.      Efek Samping Kemoterapi…………………………………………...............9

G.    Jenis Penyakit Yang Memerlukan Kemoterapi……………...........................12

H.    Dampak Kemoterapi Terhadap Gizi……………………………....................14

I.       Peran Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi……………………………….16

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan……………………………………………………………..........18

B.     Saran……………………………………………………………………........19

DAFTAR  PUSTAKA…………………………………………………………….....20


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk menghentikan pertumbuhan ataupun mematikan sel kanker yang ada di dalam tubuh.Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan sel-sel kanker.Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup yang diminum, dan krim yang dioleskan pada kulit. Adapun jenis-jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi Paliati ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.

Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai tujuan salah satunya.

Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif).Kemoterapi dapat diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan tanda dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau respons lengkap).

Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).

Kemoterapi dilakukan melalui injeksi intravena, per oral maupun secara topikal (American Cancer Society, 2015).Obat kemoterapi secara spesifik tidak hanya membunuh sel kanker tetapi juga merusak sel normal.Toksisitas obat kemoterapi pada sel normal berhubungan dengan dosis yang digunakan dan frekuensi penggunaan. Efek samping yang ditimbulkan akibat kemoterapi adalah weakness (95%), kelelahan (90%), mual(77%), kerontokan rambut (76%), muntah(75%) xerostomia (75%) dan efek samping lain diantaranya mouth sores, diarrhea, konstipasi, mood swings dan penurunan berat badan (Parkhill, 2013; Aslam et al., 2014).

Komplikasi rongga mulut akibat kemoterapi diantaranya terjadi oralmucositis, osteonekrosis rahang, infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal, infeksi virus, infeksi jamur, lichenoid reaction, kelainan gigi geligi (hypodonsia dan enamel hypoplasia), hiposialia, xerostomia, melanosis, perdarahan, perubahan rasa, neurotoxicity, perdarahan, ToxicEpidermal Necrolysis (TEN) dan Steven Johnson Syndrome (SJS) yang bermanifestasi erythema dan makula pada rongga mulut (Poulopoulos et al., 2017).

 

B.                 Rumusan Masalah

1.      Apa Definisi Dari Kemoterapi ?

2.      Apa Tujuan Dari Pemberian Kemoterapi ?

3.      Mekanisme Apa Yang Digunakan Dalam Pemberian Pemberian ?

4.      Apa Saja Efek Samping Dari Pemberian Kemoterapi ?

5.      Bagaimana Peran Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kemoterapi Kepada Pasien?

 

C.                Tujuan

1.     Tujuan Umum

 Mengetahui konsep dari kemoterapi secara menyeluruh, dan efek samping yang ditimbulkan dari pemberian kemoterapi.

 

             2. Tujuan Khusus

a.    Mengetahui mekanisme dan penyakit yang memerlukan pengobatan kemoterapi dan dampak kemoterapi terhadap status gizi pasien.

b.    Mengetahui peran perawat dan tindakan yang diperlukan dalam kemoterapi

                       

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia untuk menghentikan pertumbuhan ataupun mematikan sel kanker yang ada di dalam tubuh.Kemoterapi merupakan sebuah pengobatan yang bersifat paliatif ataupun adjuvant untuk memperkecil sel yang aktif membelah secara cepat daan progesif dengan menggunakan obat-obatan sitostatistik.Pengobatan ini memerlukan beberapa fase dan tahapan secara berulang-ulang (Aminati, 2013).

Kemoterapi adalah salah satu jenis terapi sistemik, dimana obat kemoterapi ini dapat menyebar ke seluruh tubuh sampai ke sel kanker yang telah jauh bermetastse ke tempat lain.

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan khusus untuk mematikan sel-sel kanker.Obat-obatan tersebut dapat diberikan melalui injeksi, pil atau sirup yang diminum, dan krim yang dioleskan pada kulit.Adapun jenis-jenis kemoterapi yang biasanya digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi Paliatif.

 

B.     Klasifikasi Kemoterapi

Berdasarkan penjelasan fase dan siklus sel diatas, maka dapat dijelaskan terdapat beberapa klasifikasi kemoterapi, yaitu :

1. Siklus sel spesifik :

    a. Alkytaling Agent :

1)       Nitrogen mustard : Klorambusil, siklofosfamid, Melfalan

2)       Alkil Sulfonat : Busulfan

3)      Triazin logam berat : Dakarbazen, sisplatin, karboplatin

    b. Produk Alami :

1)      Antibiotic antitumor : Daktinomisin, Danorubisin, Doksorubisin, Idarubisin

2. Siklus sel nonspesifik : Nitrogen Mustard, Nitrosurea, Metkloretamin, Karmustin.

            Adapun Kemoterapi yang biasanya digunakan pada penyakit kanker yaitu kemoterapi neo-ajuvant, kemoterapi ajuvant, kemoterapi primer dan kemoterapi paliatif.

a.       Kemoterapi ajuvant, substansi yang memperkuat dan/atau memodulasi respons imun terhadap antigen. Dalam kata lain, adjuvan imunologis adalah substansi manapun yang mempercepat, memperpanjang, atau meningkatkan respons imun spesifik

b.      Kemoterapi Neo-adjuvant, emoterapi yang biasanya diberikan mendahului atau sebelum pengobatan atau tindakan lain seperti pembedahan atau penyinaran yang kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Kemoterapi neoadjuvan merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada pasien dengan kanker payudara LABC (Locally Advanced Breast Cancer) yang bertujuan mengecilkan ukuran tumor dari “inoperable” menjadi “operable” sehingga dapat dilakukan tindakan pembedahan.

c.       Kemoterapi Paliatif, Kemoterapi paliatif adalah pengobatan yang dirancang untuk pengidap kanker stadium akhir. Tujuan pengobatan dengan kemoterapi paliatif yaitu untuk memperpanjang kelangsungan hidup dan meringankan gejala.

d.      Kemoterapi primer, yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum tindakan medis lainnya, seperti opersai dan radiasi.

 

C.    Tujuan Penggunaan Kemoterapi

Tindakan ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.Tujuan penggunaan obat kemoterapi terhadap kanker adalah mencegah/menghambat multiplikasi sel kanker, menghambat invasi dana metastase. Karena poliferasi juga merupakan proses yang terjadi pada beberapa sel organ normal, kemoterapi juga berefek toksik terhadap sel-sel normal terutama pada jaringan-jaringan yang mempunyai siklus sel yang cepat antara lain sumsum tulang, epitel mukosa, dan folikel rambut. Oleh karena itu, kemoterapi yang ideal harus mempunyai efek menghambat yang maksimal terhadap pertumbuhan sel kanker, tetapi mempunyai efek minimal terhadap sel-sel jaringan tubuh yang normal.Proses inhibisi ploriferasi sel dan pertumbuhan kanker dapat terjadi pada beberapa tingkat proses dalam sel

(1) sintesis makromokuler

(2) organ dalam sitoplasma

(3) fungsi sintesis membrane sel.

Kebanyakan obat sitotoksik mempunyai efek yang utama pada proses sintesis dan fungsi molekul makroseluler, yaitu proses sintesis DNA, RNA, atau protein atau mempengaruhi kerja molekul tersebut. Proses ini cukup menimbulkan kematian sel. (Aziz Farid 2006)

Menurut (Sheard, 2020) Kemoterapi dapat digunakan untuk berbagai alasan:

1.      Untuk mencapai remisi atau penyembuhan (kemoterapi kuratif). Kemoterapi dapat diberikan sebagai pengobatan utama dengan tujuan mengurangi atau menghilangkan tanda dan gejala kanker (sering disebut sebagai remisi atau respons lengkap).

2.      Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa. Kemoterapi sering diberikan dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).

3.      Untuk mengontrol kanker: Bahkan jika kemoterapi tidak dapat mencapai remisi atau respons lengkap (lihat di atas), kemoterapi dapat digunakan untuk mengontrol bagaimana kanker tumbuh dan menghentikan penyebarannya untuk jangka waktu tertentu. Ini dikenal sebagai kemoterapi paliatif.

4.      Untuk meredakan gejala: Dengan mengecilkan kanker yang menyebabkan rasa sakit dan gejala lainnya, kemoterapi dapat meningkatkan kualitas hidup. Ini juga disebut kemoterapi paliatif.

5.      Untuk menghentikan kanker datang kembali: Kemoterapi mungkin berlanjut selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah remisi. Ini disebut kemoterapi pemeliharaan dan dapat diberikan dengan terapi obat lain. Ini bertujuan untuk mencegah atau menunda kembalinya kanker.

 

D.    Cara Pemberian Kemoterapi

Kemoterapi paling sering diberikan ke pembuluh darah (intravena). Kemoterapi terkadang diberikan dengan cara lain, seperti tablet (kemoterapi oral), krim yang dioleskan ke kulit atau berupa suntikan ke berbagai bagian tubuh. Pilihannya tergantung pada jenis kanker yang dirawat dan obat kemoterapi yang digunakan. Tim medis akan memutuskan cara yang paling tepat untuk memberikan obat (Sheard, 2020).

Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya adalah sama dengan pemberian obat-obatan yang lain yaitu terdiri dari: Persiapan penderita, Persiapan pemberian obat, Penilaian respon Monitor efek samping, dan penanganannya.

Persiapan penderita terdiri dari : persiapan penderita dan keluarga, aspek onkologis dan aspek medis

1.      Persiapan Penderita

a.       Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan penyakitnya

b.      Penjelasan mengenai macam obatnya, jadwal pemberian dan persiapan yang diperlukansetiap siklus obat kemoterapi diberikan

c.       Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada penderita

d.      Penjelasan mengenai harga obat

e.       Informed consent

2.      Aspek Onkologis

a.       Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (tumor diukur dengan kaliper ataupenggaris), radiologis dan patologis ( triple diagnostic), kalau memungkinkan diperiksakan jugatumor marker

b.      Tentukan stadium (klinis, imaging)

c.       Tentukan tujuan terapi ( neoadjuvant, adjuvant, terapeutik, paliatif)

d.      Tentukan regimen kombinasi kemoterapi, dosis dan prosedur pemberiannya

3.      Aspek Medis

a.       Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang dapatmempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kelainanfungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.

b.      Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit tersebut di atas( klinis, imaging dan laboratorium). Pemeriksaan laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsihati, fungsi ginjal, gula darah puasa dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) ataukalau perlu ekokardiografi. Bila fasilitas ada, dapat diperiksakan tumor marker CEA, Ca15-3 yangakan dipakai sebagai data dasar dan kelak dapat digunakan dalam follow up terapi. Pada pemberiankemoterapi siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik cukup diperiksakandarah lengkap saja. (HB, lekosit, trombosit, netrofil)

c.       Penentuan status performance (Karnoffsky atau ECOG)

 

Pemberian kemoterapi pada penyakit yang sudah sistemik/metastatic tidak selalu berarti pemberian baru dimulai pada pasien-pasien yang sudah mengalami kaheksia atau morbid. Pemberian harus segera diberikan begitu didapatkan tanda-tanda yang diakibatkan oleh proses penyakit kanker seperti nyeri akibat penekanan syaraf atau sesak akibat metastase paru-paru. Pada penderita yang tidak simptomatis pun kemoterapi harus segera diberikan. Akan tetapi durasi pengobatan bergantung pada beberapa faktor, seperti jenis dan stadium kanker, kondisi kesehatan pasien, dan jenis rejimen kemoterapi yang diresepkan.

Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum dan/atau sesudah pasien menjalani kemoterapi, diantaranya sebagai berikut :

a)      Darah tepi (hemoglobin, , leukosit, hitung jenis dan trombosit).

b)      Fungsi hepar (SGOT,SGPT, alkali fosfat, dan bilirubin).

c)      Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, dan creatinin clearance Testjika ada peningkatan serum kreatinin).

d)     Audiogram (terutama jika pasien diberikan obat kemoterapi cisplatin)

Rasionalisme pemberian kemoterapi sebagai pengobatan kanker adalah untuk kemampuan membunuh sel kanker secara selektif. Hipotesis dasar sel killer sebagai berikut :

1)      Ketahanan pasien kanker berbanding terbalik dengan jumlah sel yangada.

2)      Satu sel kanker mampu memperbanyak diri sehingga pada saatnyadapat menyebabkan kematian bost. Pada kebanyakan obat terdapat hubungasn antara dosis yang diberikan dan kemampuan eradikasi sel- sel kanker.

3)      Dosis tertentu dari kemoterapi hanya membunuh sel-sel kanker dalam fraksi yang konstan tidak bergantung pada berapa jumlah populasi sel.Prinsip keempat yang berimplikasi terhadap destruksi sel kanker oleh sitostoatik mengikuti kenetik sel yang awal, seperti pengobatan yang mengurangti populasi sel dari satu juta menjadi 103 sel, selanjutnya akan mengurangi populasi dari 1000 menjadi satu.

Berdasarkan hal tersebut pengobatan pertama adalah yang paling efektif dalam menurunkan populasi sel. Oleh karena itu, dosis yang diberikan sebesar mungkin sampai mencapai batas toleransi bost atau mulai terapi pada saat populasi sel sekecil mungkin.

 

 

E.     Mekanisme Kerja

Semua sel dalam tubuh tumbuh dengan membelah atau membelah menjadi dua sel. Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat.Sebagian besar obat kemoterapi memasuki aliran darah dan berjalan ke seluruh tubuh untuk menargetkan sel kanker yang membelah dengan cepat di organ dan jaringan.Ini dikenal sebagai pengobatan sistemik.Terkadang kemoterapi diberikan langsung ke kanker.Ini dikenal sebagai kemoterapi lokal (Sheard, 2020).

Cara kerja kemoterapi menyembuhkan pasien kanker adalah dengan menghambat serta menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker di dalam tubuh pasien.Kemoterapi sebagai metode pengobatan menggunakan obat kimia sangat kuat dalam penanganan kanker.

Sel sel tubuh normal akan tumbuh dan mati secara terkendali. Bila sel sel tersebut tumbuh abnormal dan tidak terkendali akan terjadi kanker. Kemoterapi membunuh sel sel kanker dengan cara menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel sel tersebut. Sel sel tumbuh normal yang juga sedang aktif membelah juga akan terkena efek kemoterapi. Itulah sebabnya timbul efek samping kemoterapi. Sel sel normal yang ikut terkena efek kemoterapi akan memperbaiki diri setelah kemoterapi  dihentikan.

Obat kemoterapi dikelompokkan berdasarkan dampaknya terhadap sel kanker. Misalnya, beberapa obat menyerang DNA sel, tempat kode generiknya disimpan, dan mencegahnya disalin dan direproduksi oleh sel. Sebaliknya, obat lain menyerang komponen sel yang disebut mikrotubulus, semacam kerangka yang memungkinkan sel untuk mempertahankan bentuk dan bergerak. Secara umum, semua obat kemoterapi mampu membunuh sel kanker melalui proses yang disebut apoptosis. Karena kerusakan hebat yang ditimbulkan obat, sel kanker menyadari ia tidak dapat pulih atau berfungsi dengan baik, sehingga ia mati sendiri.

Penderita yang akan menjalani kemoterapi terlebih dahuluharus menjalani pemeriksaan dan penilaian, sehingga terpenuhinyasyarat-syarat sebagai berikut:

a.       Diagnosis Histotologis telah DipastikanPemilihan obat yang digunakan tergantung pada jenishistologis. Oleh karena itu, diagnosis histologis perluditegakkan. Untuk kepentingan itu dianjurkan meggunakanklasifikasi histologi menurut WHO tahun 1997. Apabila ahlipatologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka bagikepentingan kemoterapi minimal harus dibedakan antara jeniskarsinoma sel kecil dan jenis karsinoma bukan sel kecil, yaitukarsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma selbesar

b.      Tampilan/performance status menurut skala Karnofsky minimal60-70 atau skala WHO

c.        Pemeriksaan darah perifer untuk pemberian siklus pertama:

1)      Leukosit > 4.000/mm3

2)      Trombosit >100.000/mm3

3)      Hemoglobin ≥ 10 g%. Bila perlu, transfusi darah diberikansebelum pemberian obat.Sedangkan untuk pemberian siklus berikutnya, jika nilai-nilai diatas itu lebih rendah maka beberapa jenis obat masih dapatdiberikan dengan penyesuaian dosis.

d.      Sebaiknya faal hati dalam batas normal.

e.       Faal ginjal dalam batas normal, terutama bila akan digunakanobat yang nefrotoksik. Untuk pemberian kemoterapi yangmengandung sisplatin, creatinine clearance harus lebih besardaripada 70 ml/menit. Apabila nilai ini lebih kecil, sedangkankreatinin normal dan penderita tua sebaiknya digunakankarboplatin.

 

F.      Efek Samping Kemoterapi

Kemoterapi merusak sel yang membelah dengan cepat, seperti kanker sel. Namun, beberapa sel normal seperti sel darah, folikel rambut, dan sel di dalam mulut, usus, dan organ reproduksi juga membelah dengan cepat. Efek samping terjadi ketika kemoterapi merusak sel-sel normal ini.Karena tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru, sebagian besar efek samping bersifat sementara (Sheard, 2020).Di antara efek samping yang disebabkan kemoterapi yang paling umum adalah supresi sumsum tulang, neuropati, gangguan gastrointestinal, rambut rontok, kelelahan dan kelainan kulit.(Ismail et al., 2011).Secara umum, menurut (Sheard, 2020) para pasien akan mengalami efek samping berupa :

1.      Kelelahan dan kurang energi. Merasa sangat lelah dan kurang energi (kelelahan) adalah efek samping paling umum dari kemoterapi. Pasien mungkin mengalami nyeri otot dan nyeri, cepat lelah, sulit berkonsentrasi atau sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Kelelahan bisa muncul tiba-tiba dan tidak selalu hilang dengan istirahatatau tidur. Kelelahan dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan setelah siklus pengobatan berakhir. Tingkat energi biasanya meningkat seiring waktu. Walaupun kelelahan adalah efek samping umum dari kemoterapi, kelelahan juga bisa menjadi gejala depresi.

2.      Perubahan nafsu makan, mual atau muntah. Nafsu makan biasanya berubah selama kemoterapi. Terkadang pasien mungkin tidak merasa lapar atau lebih menyukai jenis makanan yang berbeda.

3.      Sembelit atau diare. Beberapa obat kemoterapi, obat pereda nyeri, dan obat antimual dapat menyebabkan sembelit atau diare.

4.      Rambut rontok. Banyak orang yang menjalani kemoterapi khawatir tentang kerontokan rambut (alopecia). Beberapa orang kehilangan semua rambutnya dengan cepat, sementara yang lain mungkin hanya kehilangan sedikit rambut atau tidak sama sekali. Meskipun rambut rontok dari kepala adalah yang paling umum, pasien mungkin menemukan alis dan bulu mata rontok, dan juga mungkin kehilangan rambut dari ketiak, kaki, dada, dan area kemaluan.

5.      Pemikiran dan ingatan berubah. Beberapa orang mengatakan mereka mengalami kesulitan berkonsentrasi, fokus dan mengingat sesuatu setelah mereka menjalani kemoterapi. Ini disebut gangguan kognitif terkait kanker. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan hal ini termasuk "otak kemo", "kabut kanker" dan "kabut otak".

6.      Sariawan. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan sariawan, seperti sariawan, atau infeksi. Ini lebih mungkin terjadi jika pasien pernah atau sedang menjalani terapi radiasi ke area kepala, leher atau dada, kemoterapi dosis tinggi atau transplantasi sel induk, atau jika memiliki masalah gigi atau gusi atau memerlukan antibiotic.

7.      Perubahan kulit dan kuku. Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan kulit mengelupas, menggelap atau menjadi kering dan gatal. Selama perawatan dan beberapa bulan setelahnya, kulit cenderung lebih sensitif terhadap sinar matahari.

8.      Anemia. Jika jumlah sel darah merah turun di bawah normal, ini disebut anemia. Jumlah oksigen yang berkurang beredar ke seluruh tubuh yang dapat membuat merasa lelah, lesu, pusing atau sesak napas.

9.      Infeksi. Kemoterapi dapat menurunkan kadar sel darah putih, sehingga tubuh lebih sulit melawan infeksi. Virus seperti pilek, flu, dan COVID-19 mungkin lebih mudah tertular dan lebih sulit dihilangkan, dan goresan atau luka mungkin lebih mudah terinfeksi

10.  Masalah pendarahan. Tingkat trombosit yang rendah (trombositopenia) dapat menyebabkan masalah. Pasien mungkin mengalami pendarahan lebih lama dari biasanya setelah luka kecil atau goresan, mimisan atau gusi berdarah, atau mudah memar. Periode mungkin lebih lama atau lebih berat.

11.  Efek saraf dan otot. Beberapa obat kemoterapi dapat merusak saraf yang mengirimkan sinyal antara sistem saraf pusat dan lengan serta kaki. Ini disebut neuropati perifer. Gejala berupa kesemutan ("kesemutan"), mati rasa atau nyeri di tangan dan kaki, dan kelemahan otot di kaki.

12.  Masalah seksualitas dan kesuburan. Kemoterapi dapat memengaruhi seksualitas dan kesuburan secara emosional dan cara fisik. Perubahan ini biasa terjadi.Beberapa perubahan mungkin hanya sementara sementara yang lainnya bersifat permanen.

13.  Perubahan pendengaran. Beberapa obat kemoterapi dapat memengaruhi pendengaran.

14.  Mata berair. Ini bisa menjadi gejala saluran air mata yang tersumbat, yang bisa disebabkan oleh beberapa obat kemoterapi.

15.  Bau badan. Kemoterapi dapat memengaruhi indra penciuman dan mungkin lebih merasakan bau yang tidak sedap.

Efek samping kemoterapi terbagi menjadi efek samping jangka pendek dan jangka   panjang. Adapun efek samping nya adalah sebagai berikut :

 Kemungkinan efek samping dari obat-obatan kemo dalam jangka pendek yang biasanya akan hilang setelah perawatan berhenti, meliputi Kelelahan yang membuat pasien kanker kesulitan melakukan aktivitas harian.Alami gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, atau sembelit.Sangat mudah terluka, mengalami perdarahan, dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh menurun.Warna urine berubah menjadi oranye, merah, hijau, atau kuning pekat kadang timbul bau menyengat yang biasanya akan hilang dalam waktu 24-72 jam setelah perawatan.Sering kali mengalami sariawan atau luka sekitar mulut, serta lidah terasa seperti logam.

Efek samping ini dapat bertahan sangat lama, bahkan bisa menetap seumur hidup karena adanya kerusakan.Kadang ini muncul dalam waktu lama atau ketika pasien kembali mengalami secondary cancer sehingga perlu menjalani kemo lagi. Efek samping kemo jangka panjang yang mungkin menyerang pasien kanker, antara lain:

a.       Masalah Jantung Dan Pembuluh Darah

Beberapa obat kemo kemungkinan dapat melemahkan otot jantung, merusak pembuluh darah, menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia), sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan jantung.

b.      Masalah Pendengaran

Banyak obat kemoterapi yang bersifat ototoksitas (dapat menimbulkan gangguan pendengaran) karena kerusakan koklea, yaitu sel-sel rambut sensorik pada telinga bagian dalam.Akibatnya, hal tersebut dapat menghambat suara ke saraf pendengaran, sehingga suara tidak mencapai otak.

c.       Penurunan Kesuburan

Pengobatan kanker dapat menyebabkan masalah seks, seperti menghentikan produksi hormon seks (progesteron dan estrogen) dan kerja indung telur sehingga menyebabkan menopause lebih awal, serta merusak rahim pada wanita.Sementara pada pria, produksi sperma terganggu, hormon testosteron berkurang, serta saraf dan pembuluh darah sekitar pervis sehingga sulit untuk ereksi.

d.      Gangguan Pada Otak

Kemoterapi juga dapat menimbulkan masalah pada otak, termasuk dapat menurunkan fungsi kognitif, perubahan kognitif akut (delirium, seperti kebingungan, menjadi pendiam, disorientasi, dan berhalusinasi), serta meningkatkan resiko demensia.

 

G.    Jenis Penyakit Yang Memerlukan Kemoterapi

1.      kanker sumsum tulang adalah penyakit yang memengaruhi sumsum tulang dan sel darah. Penyakit ini biasanya dapat diobati dengan transplantasi sumsum tulang, juga dikenal sebagai transplantasi sel induk. Kemoterapi sering digunakan untuk mempersiapkan transplantasi sumsum tulang.

2.      Penyakit Lupus, Methotrexate adalah salah satu obat kemoterapi yang dapat digunakan untuk mengobati lupus. Obat methotrexate bisa digunakan untuk mengobati penyakit autoimun dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.

3.      Vaskulitis, Vaskulitis merupakan kondisi adanya masalah peradangan di pembuluh darah. Ketika mengalami vaskulitis, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel di pembuluh darah karena dianggap sebagai zat atau benda asingp

4.      penyakit Rheumatoid Arthritis

RA adalah kondisi peradangan sendi.Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sendi.Gejala rheumatoid arthritis dapat berupa nyeri, bengkak, serta kaku di bagian sendi kaki dan tangan.

5.      Skleroderma

Skleroderma merupakan salah satu jenis penyakit autoimun.Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan ikan sendiri.Akibatnya, pembuluh darah dan organ dalam menjadi menebal.Scleroderma menjadi satu kondisi yang mungkin bisa diatasi dengan kemoterapi.

6.      Penyakit Crohn

Penyakit Crohn adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan, terutama di saluran pencernaan.

7.      Polimiositis

Polimiositis adalah penyakit yang berhubungan peradangan di otot.Peradangan ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun, termasuk di pembuluh darah sekitar otot.

Adapun jenis-jenis Kemoterapi adalah sebagai berikut :

a.       Terapi Kombinasi

Kemoterapi kombinasi bertujuan untuk memperbaiki laju respons dan memperbaiki laju respons dan memperbaiki daya ketahanan hidup.Efektivitas kemoterapi kombinasi meningkatkan karena mencegah timbulnya klon yang resisten. Efek sitolitik akan meningkatkan karena menggabungkan 2 macam obat yaitu fase spesifik dan dan fase nonspesifik sehingga dapat membunuh sel baik yang berada dalam pembelahan maupun sel dalam fase inaktif.

1)      Prinsip pemilihan kemoterapi kombinasi adalah :

a)      Obat yang dipilih adalah obat yang aktif secara individual

b)      Obat tersebut harus mempunyai toksisitas yang berbeda

c)      Kombinasi obat hendaknya rasional secara biokimiawi

2)      Penilaian yang harus dilakukan sebelum pengobatan kemoterapi pada penderita kanker :

a)      Penegakkan diagnosis

b)      Sebelum pemberian kemoterapi diagnosis kanker harus ditegakkansecara histopatologi atau sitology yang konsisten dengan diagnosisklinik

c)      Penentu stadium

d)     Penetapan status penampilan

Status penampilan pasien merefleksikan tingkat efektivitas pasien dan seberapa jauh penyakit kanker berdampak pada pasien dan merupakan indicator prognosis sebagaimana pengaruh pengobatan terhadap keadaan umum penderita.

 

H.    Dampak Kemoterapi Terhadap Status Gizi

Penanganan kanker yaitu dengan pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel- sel kanker. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara diminum (tablet/kapsul).Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membunuh semua sel yang sedang aktif membelah diri. Jadi, sel normal yang aktif membelah atau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir dan mulut. Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek samping kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry, 2007).Efek samping yang timbul dari kemoterapi ini akan mempengaruhi asupan makanan, pencernaan dan penyerapan zat gizi sehingga akan mempengaruhi status gizi. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari pengobatan kanker dan membuat penderita merasa lebih baik (Eryn, 2016).

Status gizi dapat memperkirakan toleransi serta respons pasien terhadap terapi dan berkaitan dengan lama kelangsungan hidup pasien.Status gizi merupakan faktor penentu prognosis yang penting yaitu dalam penanganan pasien kanker yang menjalani radioterapi atau kemoterapi.Penurunan berat badan merupakan gejala pertama yang mengarah pada diagnosa kanker dan menggambarkan penurunan status kesehatan pasien. DeWys et.al.,(1980) secara retrospektif meneliti 3047 orang pasien yang menderita 11 jenis tumor, menemukan bahwa pasien yang berat badannya turun memperlihatkan kelangsungan hidup yang secara bermakna lebih pendek. Berdasarkan data status gizi pasien kanker dengan metode PG-SGA diketahui bahwa 16 % memiliki status gizi kategori kurang (Susetyowati,dkk, 2010)

Penderita kanker membutuhkan asupan zat gizi melebihi kebutuhan normalnya agar dapat membantu meningkatkan status gizi dan membantu masa penyembuhan.Zat gizi yang sangat dibutuhkan yaitu protein.Protein memiliki fungsi sebagai zat pembangun, zat energi, dan zat pengatur.Selain itu, protein juga dibutuhkan untuk memelihara fungsi system imun secara optimal dan mencegah terjadinya kakeksia. Penyakit kanker stadium lanjut mengakibatkan keadaan katabolik dimana simpanan protein akan dirombak untuk menghasilkan energi sehingga status gizi dan status protein pasienmenurun. Status protein pasien kanker yang rendah mengindikasikan prognosis yang buruk bagi pasien. Indikator status protein adalah kadar Total Lymphocyte Count (TLC) dan albumin serum (Subowo,2009). Penurunan TLC, berat badan dan kadar albumin serum sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup pasien. Albumin merupakan salah satu indikator untuk memprediksikan mortalitas, karena albumin berkorelasi dengan kelangsungan hidup pasien. Penurunan massa otot rangka menyebabkan pengurangan kandungan total protein tubuh dan keseimbangan nitrogen yang negative sehingga sintesa albumin menurun.

Penurunan kadar neutrofil menyebabkan penurunan berat badan secara progresif menyebabkan kehilangan massa otot sehingga kebutuhan protein meningkat namun tidak didukung asupan protein yang cukup, imbang nitrogen negative yang mengakibatkan penuruanan status protein. Hal tersebut terjadi karena protein rangka akan dikatabolisasi dan asam-asam amino ditarik untuk proses glukoneogenesis guna memenuhi kebutuhan sel kanker terhadap glukosa. Diperkirakan akan kehilangan 30 % atau lebih protein jaringan. Pada saat tersebut jelas akan disertai penurunan kualitas hidup yang berhubungan dengan penyebab kematian pada pasien kanker (Wilkes,G, 2000).Apabila jumlah limfosit atau Total Lymphocyte Count (TLC) dan albumin rendah berarti terjadi penurunan protein visceral yang dapat dihitung.Abnormalitas pada imunitas seluler yaitu penurunan julah TLC berhubungan dengan malnutrisi kronis dan beresiko terhadap infeksi bakteri.

 

 

I.       Peran Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi

Banyaknya manfaat kemoterapi dalam membunuh sel kanker tetapi pemberian kemoterapi intravena juga dapat menimbulkan potensi cedera pada pasien yaitu kejadian ektravasasi.Ektravasasi adalah masuknya sytematic anti-cancer (SACT) ke dalam subktitan atau jaringan subdermis yang dapat menyebabkan nyeri, nekrosis dan jaringan saraf (Gozzo, dkk 2017; Toland, Sam, 2017).Kejadian ekstravasasi dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya identifikasi faktor risiko penyebab ekstravasasi.Faktor risiko ekstravasasi yaitu faktor pasien, faktor prosedur kanulasi dan infus, dan faktor peralatan.Dua faktor risiko penyebab ektsravasasi tersebut berkaitan dengan perawat (Toland, Sam, 2017).Perawat mempunyai tugas fungsional melakukan tata kelola pada pasien dengan kemoterapi (pre, intra, dan post). Perawat harus memahami apa yang harus dilakukan selama pre kemoterapi seperti jenis obat kemoterapi yang diberikan kepada pasien dan faktor risiko yang dapat menyebabkan ekstravasasi yang berhubungan dengan pasien. Selama intra kemoterapi perawat harus mengetahui jika ekstravasasi terjadi apa yang harus dilakukan dan post kemoterapi kemungkinan terjadinya delay ekstravasasi (Gozzo, dkk, 2017; European Oncology Nursing Society, 2020).

Pengetahuan perawat yang kurang baik tentang ekstravasasi akan berdampak pada semakin memburuknya tanda dan gejala ekstravasasi yang terjadi pada pasien. Dampak kejadian ekstravasasi kepada pasien adalah dapat mengakibatkan nyeri dan inflamasi pada kulit jika dibiarkan tidak diobati akan menyebabkan kematian jaringan. Berdasarkan Common Terminology Criteria for Asverse Event (CTCAE) tahun 2018 bahwa kejadian ekstravasasi dibagi ke dalam 5 derajat :

1.      edema pada area penusukan,

2.      adanya eritema dan nyeri,

3.      terjadi ulserasi

4.      harus dilakukan tindakan operasi, dan

5.      kematian

Pengetahuan perawat terhadap ekstravasasi juga berkaitan dengan delay ekstravasasi yang kemungkinan bisa terjadi sampai 7 hari setetelah kemoterapi. Perawat yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang pencegahan ekstravasasi dan manajamen ekstravasasi yang dilakukan di rumah maka dapat memberikan edukasi sebagai bagian dari discharge planning sehinga tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien yang mengalami ekstravasasi tidak semakin memburuk.Kejadian ekstravasasi tersebut dapat dicegah dengan penatalaksanaan sistematis, adanya standar operasional prosedur, dan teknik penatalaksanaan ekstravasasi berdasarkan evidence-based.Untuk meminimalkan risiko terjadinya ekstravasasi, perawat yang bertugas langsung dalam pemberian obat kemoterapi harus mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan terhadap ekstravasasi.

Perawat yang melakukan prosedur kemoterapi yang telah memberikan penjelasan tentang lokasi vena yang akan digunakan, sehingga pasien mengerti dan kooperatif, serta pasien dapat meminimalisir pergerakan dari tangan yang terpasang infus kemoterapi. Perawat yang sudah memiliki pengetahuan ekstravasasi yang baik dapat memberikan edukasi kepada pasien.Pasien memiliki peran penting dalam pengenalan esktravasasi. Pasien akan melaporkan segera jika adanya perubahan sensasi, menyengat atau terbakar selama pemberian kemoterapi. Pelaporan yang lebih cepat akan berguna dalam manajemen risiko untuk budaya keselamatan pasien (Toland, Sam, 2017).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Pasien penderita kanker sebagian besar memilih terapi kemoterapi, terapi ini menjadi pilihan utama yang tersedia saat ini untuk mengatasi penyakit kanker.Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker.Frekuensi pemberian kemoterapi dapat menimbulkan beberapa efek yang dapat memperburuk status fungsional pasien, salah satunya adalah kecemasan.Oleh Karna itu, Kemoterapi pada pasien penderita kanker berpengaruh pada kecemasan.Kemoterapi memiliki peranan penting dalam melawan sel kanker.Meski demikian, metode pengobatan ini juga memiliki efek samping yang tidak sedikit. Jenis pengobatan kemoterapi tentunya tergantung pada jenis dan lokasi kanker serta apakah kanker telah menyebar ke organ lain.untuk kemoterapi yang biasanya digunakan pada kanker payudara yaitu Kemoterapi Neoajuvant, Kemoterapi Ajuvant, dan kemoterapi Paliatif ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran masa kanker yang dapat mempermudah saat dilakukannya tindakan operasi atau radiasi.

selain itu ada juga beberapiaefek samping yang muncul dari pemberian kemoterapi yaitu kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri akibat kerusakan saraf, gangguan konsentrasi, perubahan mood, hingga masalah pada sistem reproduksi. Efek samping tersebut biasanya akan hilang setelah tindakan kemoterapi selesai.selain itu, Kemoterapi juga bisa membawa ragam manfaat. Di antaranya adalah: Memperkecil ukuran tumor ganas dan meringankan rasa sakit. Mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh lain (metastasis).

Untuk membantu perawatan lain. Kemoterapi dapat diberikan sebelum atau sesudah perawatan lain seperti pembedahan atau terapi radiasi. Jika digunakan sebelumnya (terapi neoadjuvan), tujuannya adalah untuk mengecilkan kanker sehingga pengobatan lain (biasanya pembedahan) lebih efektif. Jika diberikan setelah (terapi adjuvan), tujuannya adalah untuk membuang sel kanker yangtersisa.Kemoterapi sering diberikan dengan terapi radiasi agar terapi radiasi lebih efektif (kemoradiasi).

 

 

B.     Saran

Disarankan bagi tenaga gizi untuk memberikan konseling gizi sesuai dengan keluhan dan gangguan makan yang dialami oleh pasien kanker dengan kemoterapi, setelah mendapat informasi terkait perubahan fisik dan psikis yang terjadi pasca kemoterapi diharapkan pasien dapat mempersiapkan diri dan dapat mengantisipasi berbagai respon fisik dan psikologis yang terjadi pasca kemoterapi khususnya perubahan system pencernaan makanan.

 Meningkatkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama tentang fungsi pemberi informasi ataupun pendidikan kesehatan tentang pengetahuan gejala, program pengobatan penyakit dan cara perawatan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.

Disarankan bagi keluarga pasien untuk memberikan dukungan  dari keluarga dan masyarakat agar pasien merasa nyaman dan merasa diperhatikan selama menjalani proses pelaksanaan kemoterapi terhadap pasien, sehingga dapat meningkatkan semangat pasien dan juga meningkatkan pemahaman pasien tentang arti hidup walaupun dalam kondisi yang tidak baik pasien masih dapat mengambil hikmah dari kondisi tersebut sehingga hidupnya lebih bermakna.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Jurnal Caring Keperawatan 2018, Vol 7i2.355, Gambaran Pengetahuan Keluarga Tenttang Efek Samping Kemoterapi.

Jurnal Of Medicine 2019, The Effect Of Chemotherapy In Cancer Patient To Anxity

UM Surabaya Repository 2019, Pemberi Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Efikasi Diri Pasien Kanker Serviks Dengan Kemoterapi.

Amalia,L. Mengobati Kanker Serviks Dan 33 Jenis Kanker Lainnya. 2018

Rahmawati, Evy. Efek Samping Kemoterapi. Repository Malang 2020

Jurnal MAJORITY, Vol 4. No. 4, Februari 2018

Smeltzer, S.C. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ( Edisi 8 ): Penerbit Buku Kedokteran. 2009

Indonesian Journal Of Canter Vol.Lll, No.1, January 2018

Hesketh, Paul J. 2009. Drug Therapy; Chemotheraphy-Induced Nusea and Vomiting. July 2009

Rasjidi, Imam. 2019. Kemoterapi Kanker Ginekologi Dalam Praktik Sehari-Hari. Jakarta; Sagung Seto. Hal 1-12

Nipt Puspa. 2018. Hubungan Kadar Neutrofil Dengan Status Gizi Pasien Kanker Dengan Kemoterapi

R Fathonah. 2019. Tingkat Pengetahuan Perawat Dalam Memberikan Kemoterapi Tentang Ekstravasasi di Rumah Sakit

 

 

 

 


No comments:

Post a Comment