Saturday, 5 March 2022

CARA MENGHITUNG GCS,SKALA NYERI,TETESAN INFUS,SARAF KRANIAL,SKALA KETERGANTUNGAN DAN KEKUATAN OTOT

 

A.       Cara Mengukur Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran tertinggi berada di skala 15, sedangkan tingkat kesadaran terendah atau dapat dikatakan koma berada di skala 3. Nah, untuk mengetahui skala tersebut, cara mengukur tingkat kesadaran dengan skala GCS adalah sebagai berikut:

1.      Mata (eye)

Berikut ini adalah panduan pemeriksaan mata untuk menentukan angka GCS:

  • Poin 1: mata tidak bereaksi dan tetap terpejam meski telah diberi rangsangan, seperti cubitan pada mata.
  • Poin 2: mata terbuka setelah menerima rangsangan.
  • Poin 3: mata terbuka hanya dengan mendengar suara atau dapat mengikuti perintah untuk membuka mata.
  • Poin 4: mata terbuka secara spontan tanpa perintah atau sentuhan.

 

2.      Suara (verbal)

Untuk pemeriksaan respons suara, panduan untuk menentukan nilai GCS adalah sebagai berikut:

  • Poin 1: tidak mengeluarkan suara sedikit pun meski sudah dipanggil atau diberi rangsangan.
  • Poin 2: suara yang keluar berupa rintihan tanpa kata-kata.
  • Poin 3: suara terdengar tidak jelas atau hanya mengeluarkan kata-kata, tetapi bukan kalimat yang jelas.
  • Poin 4: suara terdengar dan mampu menjawab pertanyaan, tetapi orang tersebut tampak kebingungan atau percakapan tidak lancar.
  • Poin 5: suara terdengar dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan benar serta sadar penuh terhadap lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu.

 

3.      Gerakan (mobilitas)

Panduan penentuan angka GCS untuk pemeriksaan respons gerakan adalah sebagai berikut:

  • Poin 1: tidak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali walau sudah diperintahkan atau diberi rangsangan nyeri.
  • Poin 2: hanya dapat mengepalkan jari tangan dan kaki atau meluruskan kaki dan tangan saat diberi rangsangan nyeri.
  • Poin 3: hanya mampu menekuk lengan dan memutar bahu saat diberi rangsangan nyeri.
  • Poin 4: mampu menggerakkan tubuh menjauhi sumber nyeri ketika dirangsang nyeri. Misalnya, orang tersebut merespons dengan menarik tangannya ketika dicubit.
  • Poin 5: mampu menggerakkan tubuhnya ketika diberikan rangsangan nyeri dan orang tersebut dapat menunjukkan lokasi nyeri.
  • Poin 6: mampu melakukan gerakan tubuh apa pun saat diperintahkan.

 

B.     Skala nyeri



Skala 0, tidak nyeri

Skala 1, nyeri sangat ringan

Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit

Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi

Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi)

Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama

Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatan

Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas

Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi perubahan perilaku

Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri

Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak sadarkan diri


1. skala nyeri NRS

Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Skala nyeri dengan menggunakan NRS:




 

C.    Tetesan Infus

Perhitungan akan berbeda jika proses pemberian cairan infus masih menggunakan cara manual. Nah pada cara manual ini, diperlukan suatu perhitungan untuk mengetahui tetesan infus, dengan cara mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) infus. Untuk rumusnya sendiri, akan menyesuaikan dengan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk cairan infus tersebut masuk ke dalam tubuh pasien.Jika waktu yang dibutuhkan adalah hanya dalam beberapa menit saja, maka Anda bisa menggunakan rumus dengan satuan waktu menit. Namun jika waktu yang dibutuhkan adalah lebih dari satu jam, maka gunakan satuan jam dalam rumus yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah rumus yang digunakan:

 TP M Infus: (jumlah cairan x faktor tetes) / (lama pemberian x 60)

 

D.    12 Saraf kranial beserta fungsinya

1.      Kranial I: Olfaktori

Olfaktori merupakan saraf yang terkait dengan fungsi sensorik, yang berhubungan dengan penciuman. Ini merupakan satu dari dua saraf yang berasal dari cerebrum.ada bau tertentu, hidung Anda menyampaikan informasi sensorik melalui saraf olfaktori ke bulbus olfaktorius, lalu ke area limbik, hingga akhirnya Anda bisa mencium bau tersebut.

2.      Kranial II : OPTIK

Saraf optik merupakan nervus kranial dengan fungsi sensorik yang berhubungan dengan penglihatan.Saraf ini menyampaikan informasi dari retina mata ke otak, terutama di bagian korteks serebral yang berperan dalam penglihatan, sehingga Anda bisa melihat.

3.      Kranial III : Okulomotor

Okulomotor juga terkait dengan mata. Namun, saraf ini berhubungan dengan fungsi motorik yang membantu mata bergerak dan berkedip, fokus pada objek, serta mengontrol respon pupil terhadap cahaya.Saraf kranial ini berasal dari bagian depan otak tengah yang kemudian bergerak hingga mencapai rongga mata.

4.     Kranial IV: Troklear

Saraf troklear juga masih terkait dengan motorik pada mata. Namun, saraf ini mengontrol otot oblikus superior yang berperan untuk menggerakkan mata ke bawah serta keluar dan dalam. Adapun saraf ini berasal dari belakang otak tengah dan bergerak ke rongga mata, tepatnya di area yang mata yang merangsang otot oblikus superior ini.

5.      Kranial V: Trigeminal

Saraf trigeminal merupakan saraf kranial terbesar. Jenis saraf ini terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu oftamilk, maksila, dan mandibula dengan fungsi sebagai berikut.

·         Oftalmik: Mengirimkan informasi sensorik dari kulit kepala, dahi, dan kelopak mata atas.

·         Maksila: Mengirimkan informasi sensorik dari bagian pipi, kelopak mata bawah, bibir atas, dan rongga hidung.

·         Mandibula: Mengirimkan informasi sensorik dan motorik dari bagian lidah, bibir bawah, dagu, dan rahang.

6.     Kranial VI: Abdusen

Saraf abdusen juga terkait dengan fungsi motorik pada mata. Saraf kranial ini mengontrol otot rektus lateral yang berperan dalam menggerakan mata ke luar, seperti melihat ke samping.Adapun saraf ini berasal dari bagian batang otak yang bernama pons, yang kemudian bergerak ke otot rektus lateral di bagian rongga mata.

7.      Kranial VII: Fasialis

Sesuai namanya, saraf fasialis merupakan saraf yang terkait dengan wajah. Saraf ini berasal dari area pons di batang otak di mana terdapat akar saraf motorik dan sensorik pada saraf ini.

Adapun berikut adalah fungsi dari saraf fasialis.

·         Mengirimkan informasi sensorik dari lidah untuk merasakan makanan.

·         Menyampaikan informasi motorik untuk mengendalikan gerakan otot terkait ekspresi wajah.

·         Memasok kelenjar yang menghasilkan air liur dan mengeluarkan air mata.

 

 

8.      Kranial VIII: Vestibulocochlear

Saraf kranial VIII atau vestibulocochlear memiliki fungsi sensorik yang terkait dengan fungsi pendengaran dan keseimbangan. Saraf ini terdiri dari dua bagian dengan fungsi yang berbeda.

·         Vestibular: Mengumpulkan informasi mengenai telinga bagian dalam dan berhubungan dengan keseimbangan.

·         Koklea: Berkaitan dengan suara dan sinyal pendengaran dari telinga serta mendeteksi getaran dari volume dan nada suara.

9.      Kranial IX: Glossofaringeal

Saraf glossofaringeal terkait dengan kemampuan merasakan dan menelan. Saraf ini berasal dari medulla oblongata, yang kemudian menjalar ke leher dan tenggorokan.

·         Adapun fungsinya mengirimkan informasi sensorik dari telinga luar dan rongga telinga tengah, bagian belakang lidah, serta bagian belakang tenggorokan.

·         Saraf ini juga mengirimkan informasi motorik dari dua kelenjar ludah dan gerakan dari otot di bagian belakang tenggorokan.

10.  Kranial X: Saraf vagus

Saraf vagus merupakan saraf kranial terpanjang karena menjalar dari otak ke lidah, tenggorokan, jantung, dan sistem pencernaan. Saraf ini juga memiliki banyak cabang, yang terdiri dari sensorik, motorik, dan otonom.

11.  Kranial XI: Aksesori tulang belakang

Saraf kranial XI atau aksesori tulang belakang utamanya memiliki fungsi motorik yang berhubungan dengan otot dan gerakan kepala, leher, dan bahu.Namun, jenis saraf ini juga membantu merangsang otot-otot laring dan faring yang terkait dengan fungsi menelan

 

 

12.  Kranial XII: Hipoglosus

Saraf hipoglosus memiliki fungsi motorik yang berperan untuk menggerakkan lidah.Jenis saraf ini berasal dari medulla oblongata yang kemudian menjalar ke bagian rahang dan mencapai lidah.

 

E.     Skala ketergantungan

Minimal Care

1.      Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan

·         Mampu naik-turun tempat tidur

·         Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

·         Mampu makan dan minum sendiri

·         Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan

·         Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

·         Mampu berpakaian dan berdanda dengan sedikit bantuan

·         Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2.      Status psikologis stabis

3.      Klien dirawat untuk prsedur diagnostik

4.      Operasi ringan

Partial Care

1.      Klien memerlukan bantuan perawat sebagian

·         Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur

·         Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan

·         Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan

·         Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)

·         Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

·         Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan

·         Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)

2.      Pasca operasi minor (24 jam)

3.      Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor

4.      Fase awal dari penyembuhan

5.      Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

Total Care

1.      Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama

·         Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda

·         Membutuhkan latihan pasif

·         Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NGT (sonde)

·         Membutuhkan bantuan kebersihan mulut

·         Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan

·         Dimandikan perawat

·         Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter

2.      Klien tidak sadar

3.      Keadaan klien tidak stabil

4.      Observasi TTV setiap kurang dari 8 jam

5.      Perawatan luka bakar

6.      Perawatan kolostomi

7.      Menggunakan alat bantu pernapasan

8.      Menggunakan WSD

9.      Irigasi kandung kemih secara terus-menerus

10.  Menggunakan alat traksi

11.  Fraktur dan atau pascaoperasi tulang belakang/leher

12.  Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi

 

F.     Kekuatan otot

Skala

Presentasi
Kekuatan Normal

Karakteristik

0

0

Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)

1

10

Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

2

25

Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan

3

50

Gerakan yang normal melawan gravitasi

4

75

Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal

5

100

Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment