KONSEP TEORITIS
1.
Pengertian
Tuberkulosis Paru
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis
Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang
lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga
mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada membran selnya sehingga menyebabkan
bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya
berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena
itu penularannya terutama terjadi pada malam hari. Tuberkulosis Paru atau TB
adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien
TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).
2.
Etiologi
Menurut Wim de Jong
et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui
udara.
3.
Manifestasi klinis
Menurut Zulkifli
Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat
bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru tanpa keluhan sama
sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
1)
Demam
Biasanya subfebris
menyerupai demam influenza, tetapi kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC.
serangan demam pertama dapat sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali.
Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang
masuk.
2)
Batuk/batuk
berdahak
Batuk ini terjadi
karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). keadaan
yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3)
Sesak Napas
Pada penyakit
ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi sebagian
paru-paru
4)
Nyeri Dada
Gejala ini agak
jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik melepaskan napasnya.
5)
Malaise
Penyakit
tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
4.
Patofisiologi
Port de entry kuman
Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui udara, (air bone),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil
yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus,
sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman
akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari
pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini
dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini
biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).
5.
Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan
Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah
kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok
yaitu :
1.
Terapi farmakologi
1)
Obat primer : INH
(isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan
efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian
besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
2)
Obat sekunder :
Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin
(Depkes RI, 2011).
2.
Terapi non
farmakologi
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien
tuberkulosis dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
yaitu latihan batuk efektif, napas dalam dan pengaturan posisi (semi atau high
fowler).
1) Batuk
Efektif
Batuk
Efektif merupakan suatu upaya untuk mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru
agar tetap bersih, di samping dengan memberikan tindakkan nebulizer dan
postural drainage. Batuk efektif dapat dilakukan pada pasien dengan cara
diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif
ini merupakan bagian tindakkan keperawatan untuk pasien dengan gangguan
pernapasan akut dan kronik (Alie & Rodiyah, 2013).
2) Tujuan
Batuk
Efektif
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan untuk (Alie
& Rodiyah, 2013):
(1) Merangsang
terbukanya sistem kolateral
(2)
Meningkatkan distribusi
ventilasi
(3)
Meningkatkan volume
paru
(4)
Memfasilitasi pembersihan saluran napas
3)
Manfaat Batuk Efektif
Pemberian latihan batuk efektif beserta teknik melakukannya akan memberikan
manfaat. Manfaat dari batuk efektif yaitu untuk melonggarkan dan melegakan
saluran pernapasan maupun mengatasi sesak akibat adanya lendir yang memenuhi
saluran pernapasan.Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam
hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun karena
sejumlah penyakit yang di derita seseorang (Alie & Rodiyah, 2013).
4)
Prosedur Tindakan Batuk
Efektif Prosedur tindakkan batuk efektif yaitu antara lain sebagai berikut
(Alie & Rodiyah, 2013):
(1)
Beri tahu pasien, minta
persetujuan klien dan anjurkan untuk cuci tangan
(2)
Atur pasien dalam
posisi duduk tegak atau duduk setengah memebungkuk (Semi fowler atau high
fowler)
(3)
Letakkan handuk/alas
pada leher klien, letakkan bengkok atau pot sputum pada pangkuan dan anjurkan
klien memegang tisu
(4)
Ajarkan klien untuk
menarik napas dalam secara perlahan, tahan 1-3 detik dan hembuskan perlahan
melalui mulut. Lakukan prosedur ini beberapa kali
(5)
Anjurkan untuk menarik
napas, 1-3 detik batukkan dengan kuat
(6)
Tarik napas kembali
selama 1-2 kali dan ulangi prosedur diatas 2 hingga 6 kali
(7)
Jika diperlukan, ulangi
lagi prosedur di atas
(8)
Bersihkan mulut klien, instruksikan klien
untuk membuang sputum pada pot sputum atau bengkok
(9)
Beri penguatan, berskan
alat dan cuci tangan
(10)
Menjaga kebersihan dan
mencegah kontaminasi terhadap sputum
(11)
Tindakan batuk efektif
perlu diulang beberapa kali bila diperlukan
6.
Komplikasi
Pada anak dengan
tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3
komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen,
Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru kronik. Sebanyak 0,5-3%
penyebaran limfohematogen akan menjadi Tuberculosis milier atau meningitis
Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis
endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional)
dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya Tuberculosis
paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis
paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang
tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak,
tetapi sering pada remaja dan dewasa muda. Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat
terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan
sendi terjadi pada 510% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1
tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya
terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer (Ardiansyah, 2012).
7.
Pathway
Ketika seorang
pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat
terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei tadi menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan
membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Droplet kecil sekali dapat tetap beredar diudara selama beberapa jam.
Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili yang menghindari
sistem pertahanan jalan napas untuk masuk paru tertanam pada alveolus atau
bronkiolus pernapasan, biasanya pada lobus atas. Karena kuman memperbanyak diri,
mereka menyebabkan respons inflamasi lokal. Respons inflamasi membawa neutrofil
dan makrofag ke tempat tersebut.
Mycobacterium
tuberculosis terus memperbanyak diri secara lambat beberapa masuk sistem
limfatik untuk menstimulasi respons imun. Neutrofil dan makrofag mengisolasi
bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya. Lesi granulomatosa disebut
tuberkel, koloni basil yang terlindungi, terbentuk. Dalam tuberkel¸ jaringan
terinfeksi mati, membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi
jaringan mati. Jika respons imun
adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil tetap tertutup. Lesi
ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada sinar-X. Pasien,
ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB. Jika respons
tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi. Terkadang,
infeksi dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang luas. Lesi TB
yang telah sembuh sebelumnya dapat diaktivasi kembali.
Tuberkulosis
reaktivasi terjadi ketika sistem imun tertekan akibat usia, penyakit, atau
penggunnaan obat imunosupresif. Luas penyakit paru dapat beragam dari lesi
kecil hingga kavitasi luas jaringan paru. Tuberkel rupture, basili menyebar ke
jalan napas untuk membentuk lesi satelit dan menghasilkan pneumonia
tuberculosis. Tanpa terapi, keterlibatan paru massif dapat menyebabkan
kematian, atau proses yang lebih kronik pembentukan tuberkel dan kavitasi dapat
terjadi.
Orang yang mengalami penyakit kronik terus menyebarkan M.
tuberculosis ke lingkungan, kemungkinan menginfeksi orang lain (Pricilla
LeMone, 2015). Reaksi infeksi/inflamasi yang terjadi pada penderita
tuberculosis paru akan membentuk kavitas dan merusak parenkim paru lalu
menimbulkan edema trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret, pecahnya
pembuluh darah jalan napas dan mengakibatkan batuk produktif, batuk darah,
sesak napas, penurunan kemampuan batuk efektif dan terjadi masalah keperawatan
yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas (Muttaqin, 2008).
Patofisiologi
8. Diagnosa keperawatan
Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa kemungkinan diagnosis
keperawatan yang muncul pada pasien TB paru diantaranya sebagai berikut :
a.
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang kental, hemoptosis,
kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema tracheal/faringeal
b.
Ketidakefektifan
pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura
c.
Kerusakan
pertukaran gas yang berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar-kapiler
d.
Perubahan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anoreksia,
dispnea, peningkatan metabolisme tubuh
e.
Gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur yang berhubungan dengan adanya batuk, sesak nafas, dan nyeri
dada.
f.
Ketidakmampuan
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) yang berhubungan dengan keletihan
(keadaan fisik yang lemah)
g.
Cemas yang
berhubungan dengan adanya ancam kematian
yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) dan prognosis penyakit yang belum
jelas
h.
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, aturan
pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan penatalaksanaan perawatan di rumah
i.
Resiko terhadap
transmisi infeksi yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko
pathogen
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
1.
Identitas pasien
Nama : Ny. M
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa
Daerah “Aceh”
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : jl. Mawar no 4
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Tanggal pengkajian : 06 April
2021
2.
Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 34
tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : jl mawar no 4
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Klien : Anak
3.
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan Utama: Ny.
M mengatakan batuk berdahak selama 1bulan, jika batuk nyeri terasa pada dada
sebelah kanan.
2)
Riwayat penyakit
sekarang: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan
terakhir klien mengalami batuk berdahak, dahak susah untuk dikeluarkan,
mengeluh batuberdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu
terakhir, klien datang ke Wilayah Kerja Puskesmas pada tanggal 03 April 2021
sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya,
pasien terlihat lemas, tampak meringis kesakitan, Tekanan Darah: 100/80
mmHg, Nadi: 90x/menit, Respirasi: 28X/menit, Suhu: 39,2OC, BB: 45Kg (Sekarang),
BB: 50Kg (sebelum Sakit).
3)
Riwayat Penyakit
Dahulu: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami batuk berdahak,
sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir. Ny. M
mengatakan sudah sering mengalami
batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung, pasien tidak
memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
4)
Riwayat Kesehatan
Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit menular,
keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit menurun seperti DM, dan Hipertensi.
5)
Riwayat Sosial
Ekonomi
1)
Riwayat pekerjaan :
Ny. M hanya sebagai ibu rumah tangga, penghasilan diperoleh dari penghasilan Ny. R dan suaminya
rata-rata perbulan berkisar 1.500.000 s/d 2.000.000,00 perbulannya.
2)
Aspek psikososial :
Suami Ny. M sudah meninggal dan Ny. M hanya ibu rumah tangga biasa.
4.
Pola kesehatan fungsional
a.
Pola persepsi
kesehatan dan manajemen Ny. M tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya, Ny.
M menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit Ny. M membeli
obat di warung dekat rumahnya dan
mengatakan sudah sering mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan
membeli obat di warung, dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
b.
Pola
Oksigenasi
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan bernafas secara normal, tidak mengunakan alat bantu pernafasan.
2.
Saat dikaji Ny. M didapatkan bahwa pernafasan
klien meningkat (28 x/i) hal ini dikarenakan adanya sekret dijalan nafas, klien
mengatakan nafas sesak.
c.
Pola nutrisi
1.
Sebelum sakit klien
mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per hari. Saat dikaji sakit
Ny. M mengatakan tidak ada nafsu makan sejak
2.
seminggu terakhir,
jika Ny. M makan semuanya terasa pahit dan Ny. M merasakan seperti ingin
muntah.
d.
Pola Eliminasi
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-5 kali sehari.
2.
Saat dikaji Ny.
M mengatakan tidak mengalami gangguan
BAB dan BAK.
e.
Pola Aktivitas
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan setiap pagi hari selalu menyempatkan waktu untuk berjalan pagi/olah
raga santai di pagi hari.
2.
Saat dikaji Ny. M mengatakan badan terasa
sesak nafas dan bawaannya selalu letih.
f.
Pola Istirahat
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur siang tidak ada.
2.
Saat dikaji Ny. M
mengatakan susah untuk tidur karena batuk.
g.
Personal Hygiene
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan mandi 2x/hari (Pagi dan
Sore).
2.
Saat dikaji Ny. M
mengatakan mandi tetap 2x sehari.
h.
Pola komunikasi
1.
Sebelum sakit Ny. M
mengatakan berkomunikasi dengan bahasa daerah “aceh”.
2.
Saat dikaji Ny. M
mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat atau dokter menggunakan bahasa Indonesia
atau bahasa daerah “aceh”.
i.
Pola spiritual
Saat dikaji Ny. M mengatakan tetap shalat, yang mana
sebelum sakit Ny. M selalu shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan
rumah Ny. M.
j.
Pola Aman dan Nyaman
1.
Sebelum sakit Ny. M mengatakan nyaman dengan
tubuhnya yang sehat.
2.
Saat dikaji Ny. M mengatakan badannya terasa
kurus sekali, terasa kulit pembalut tulang, Ny. M mengatakan malu dengan
kondisi tubuhnya saat ini
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum (KU)
: Baik
Kesadaran :
Composmentis
Tekanan Darah :
100/80 mmHg
Nadi :
90x/menit
Suhu : 39,2o
C
RR : 28 x/menit
BB Sekarang : 45
Kg
BB Sebelum Sakit : 50 Kg.
b.
Pemeriksaan Fisik
1.
Kepala : Bentuk
kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam beruban, tekstur kasar,
dan tidak ada benjolan.
2.
Mata : Bentuk
simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna
putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya meosis.
3.
Hidung : Tidak
terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan, bersih tidak ada
sekret, dan bisa mencium aroma wangi-wangian.
4.
Mulut : Terdapat
karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak ada gigi palsu.
5.
Telinga : Tidak ada
serument, pendengaran baik.
6.
Leher : Tidak ada
kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran JVP
7.
Jantung:
a)
Inspeksi : Dada
simetris.
b)
Palpasi : Teraba
denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid clavikula.
c)
Perkusi : Pekak
d)
Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara
tambahan
8.
Paru-Paru
a)
Inspeksi :
Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak tampak menggunakan otot bantu
penafasan.
b)
Palpasi : Vocal vemitus normal.
c)
Perkusi : pekak
d)
Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing tidak.
9.
Abdomen
a.
Inspeksi :
Simetris, tidak ada benjolan
b.
Auskultasi : Bising
usus normal
c.
Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan
d.
Perkusi : Timpani
10. Ekstremitas :
a. Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap,
kuku tampak bersih, kekuatan otot normal(555/555), terpasang IVFD D5% 20gtt/i
b. Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap,
terasa panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot
normal (555/555)
11. Kulit : Turgor
kulit kering, warna sawo matang
12. Genetalia : Tidak terpasang kateter
c.
Terapi Medik
1. IVFD : Dektrose 5% 20 gtt/I
2. Ranitidine inj. 25mg/ml : 2x1 (amp)
3. Injeksi Ceftriaxone
: 1x 1gr
4. OAT kategori I Paket
(Obat TB Merah)
(Rifampicin 150mg, Isoniazid 75mg, Pyrazinamide 400mg,
Ethambutole 275mg ) : 1 X 1 pagi hari,
sebelum makan, pada saat perut kosong).
5. Mucohexyine
syr : 3 X 5mg
6. Vitamin B6 :
2 X 1Tab
ANALISA DATA
NO |
DATA |
MASALAH |
1. |
DS:- Ny. M Mengatakan: 1) Batuk Berdahak sejak 1 bulan terakhir 2) Dahak susah untuk dikeluarkan Do: - Ny. M Tampak : 1) Ny. M Tampak Batuk dan susah mengeluarkan dahaknya 2) TTV - TD: 100/80 mmhg - N: 90x/menit - RR: 28x/menit
- S: 39,2o C - BB Sekarang:45Kg - BB Sebelum Sakit:50Kg |
Bersihan jalan nafas tidak efektifnya |
2. |
DS: - Ny. M Mengatakan: 1) Ny. M mengatakan tidak nafsu makan sejak seminggu
terakhir 2) Ny. M Mengatakan jika makan terasa pahit 3) Ny. Mj mengatakan Jika makan rasa ingin muntah 4) Ny. M mengatakan berat badan menurun DO: - Ny. M Tampak: 1) Ny. M Tampak lemah 2) Porsi makanan yang diberikan tampak tidak dimakan 3)
Ny. M tampak kurus BB Sekarang : 45Kg BB Sebelum Sakit: 50Kg. |
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
3. |
DS: Ny. M Mengatakan : 1) Ny. M dan keluarga mengatakan tidak tahu dengan
penyakit yang diderita oleh Ny. M 2) Ny. M dan keluarga menanyakan
apakah penyakit Ny. M bisa disembuhkan DO: - Ny. M Tampak : 1) Ny. M dan keluarga tampak bertanya kepada perawat
tentang penyakit yang diderita Ny. M, apakah bisa disembuhkan. 2) Ny. M tampak bingung saat ditanyakan tentang
penyakit dan cara perawatan penyakitnya 3) TTV - TD: 100/80 mmhg - N: 90x/menit - RR: 28x/menit - S: 39,2o C - BB Sekarang:45Kg - BB Sebelum Sakit: 50Kg |
Kurang Pengetahuan |
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO |
DIAGNOSA KEPERAWATAN |
NOC |
NIC |
1. |
Bersihan
Jalan Nafas tidak efektif |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien : Dengan
kriteria hasil : 1. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah). 2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, dan tidak ada suara nafas abnormal). 3.
Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas |
1. Monitor frekuensi, irama kedalaman dan
upaya napas 2. Monitor adanya retensi sputum 3.
Posisikan semif fowler atau fowler 4. Auskultasi suara napas 5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif |
2. |
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pasien Dengan
kriteria hasil : 1. Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidak
ada tandatanda mal nutrisi 5. Menunjukkan
peningktan fungsi pengecapan dari menelan dan tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti |
1.Identifikasi status nutrisi 2 Identifiksi alergi dan
intoleransi makanan 3 Monitor
asupan makanan 4
Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein 5 Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi
makan |
3. |
Kurang pengetahuan |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x25
menit diharapkan pasien Kriteria Hasil : 1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, progosis dan program pengobatan 2. Pasien
dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. |
1..Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi 2. Sediakan materi dan media pendidikan
Kesehatan 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan 4. Jelaskan
faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan |
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL |
DIAGNOSA
KEPERAWATAN |
IMPLEMENTASI |
EVALUASI |
Senin,06 April 2021 |
Ketidakefektifan jalan napas |
1 Mengidentifikasi kemampuan batuk 2 Memantau adanya retensi sputum 3 Posisikan
semif fowler atau fowler 4 Memberikan minum air hangat 5 Jelaskan
tujuan dan prosedur batuk efektif |
S : - Pasien mengatakan sesak berkurang jika
posisi duduk O : - Pasien
terlihat sesak jika berbaring - Pasien dalam posisi semifowler - Pola
pernapasan pasien cepat RR : 28 x/mt A : - Masalah pola
napas tidak efektif belum teratasi P : - Lanjutkan intervensi - Monitor
frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas - Monitor pola napas - Monitor kemampuan batuk efektif – Monitor adanya sumbatan jalan napas |
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
1 Identifikasi
status nutrisi 2 Identifiksi alergi dan
intoleransi makanan 3 Monitor
asupan makanan 4
Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein |
S : - Pasien
mengatakan tidak nafsu makan - Pasien
mengatakan merasa mual jika makan - Pasien
mengatakan hanya habis 5 sendok makan O : - BB : Sebelum sakit 50 kg Sesudah sakit 45 kg A : - Masalah perubahan nutrisi belum teratasi |
|
|
|
P : -Lanjutkan intervensi -Identifikasi status nutrisi Identifiksi alergi dan
intoleransi makanan -Monitor asupan makanan - Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein - Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan |
|
Kurang pengetahuan |
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi 2. Sediakan
materi dan media pendidikan Kesehatan 3. Jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan |
S : - Pasien dan
keluarga mengatakan belum mengerti akan penyakitnya - Pasien dan
keluarga belum mampu memahami informasi yang diberikan O : - Pasien dan
keluarga menjadwalkan pendidikan kesehatan
A : Masalah defisit pengetahuan belum teratasi P : - Lanjutkan
intervensi - Sediakan
materi dan media pendidikan Kesehatan -
Jelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan |
Selasa, 07 April 2021 |
Ketidakefektifan jalan napas |
1. Mengidentifikasi kemampuan batuk 2. Memantau adanya retensi sputum 3. Posisikan
semif fowler atau fowler 4. Memberikan minum air hangat 5. Jelaskan
tujuan dan prosedur batuk efektif |
S: - Pasien
mengatakan sesak berkurang jika posisi duduk O : - Pasien terlihat sesak jika berbaring - Pasien dalam
posisi semifowler - Pola pernapasan
pasien cepat RR : 26 x/mt A : - Masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi P : - Lanjutkan
intervensi - Monitor
frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas - Monitor pola
napas - Monitor
kemampuan batuk efektif - Monitor
adanya sumbatan jalan napas |
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
nutrisi
2 Identifiksi alergi dan
intoleransi makanan 3 Monitor
asupan makanan 4
Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein 5 Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan |
S : - Pasien
mengatakan tidak nafsu makan - Pasien
mengatakan merasa mual jika makan - Pasien
mengatakan hanya habis 5 – 8 sendok makan O : - BB : Sebelum sakit 50 kg
Sesudah sakit 45 kg A : - Masalah perubahan nutrisi belum teratasi P : - Lanjutkan
intervensi - Identifikasi
status nutrisi - Identifiksi alergi dan intoleransi makanan
- Monitor
asupan makanan - Berikan
makanan tinggi kalori tinggi protein - Anjurkan
pasien untuk menghabiskan porsi makan |
|
Kurang pengetahuan |
1. Sediakan materi dan media pendidikan
Kesehatan 2.
Jelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan |
S : - Pasien dan
keluarga mengatakan sudah dapat mengerti akan penyakitnya - Pasien dan keluarga mampu memahami
informasi yang diberikan O : - Pasien dan
keluarga terlihat aktif saat pendkes dan sering bertanya - Pasien dan keluaraga terlihat sudah dapat
memahami akan penyakitnya A : - Masalah defisit pengetahuan sudah teratasi
P : - Hentikan
intervensi |
Rabu, 08 April 2021 |
Ketidakefektifan jalan napas |
1. Mengidentifikasi kemampuan batuk 2. Memantau
adanya retensi sputum 3. Posisikan
semif fowler atau fowler 4. Memberikan minum air hangat 5. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif |
S: - Pasien mengatakan tidak terlalu sesak jika posisi
duduk O : - Pasien dalam posisi semifowler - Pola pernapasan pasien RR : 24 x/mt A : - Masalah Pola napas tidak efektif teratasi P : - Hentikan
intervensi |
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifiksi
alergi dan intoleransi makanan 3. Monitor
asupan makanan 4. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein 5. Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makan |
S : - Pasien
mengatakan sudah nafsu makan - Pasien
mengatakan merasakan tidak mual lagi - Pasien mengatakan habis
8 - 10 sendok makan, biskuit
dan buahbuahan A : - Masalah
Defisit nutrisi teratasi sebagian P : - Lanjutkan
intervensi - Berikan
makanan tinggi kalori tinggi protein - Anjurkan
pasien untuk menghabiskan porsi makan |
|
Kurang pengetahuan |
- Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan - Jelaskan faktor
resiko yang dapat |
S: - Pasien dan
keluarga mengatakan sudah dapat mengerti akan penyakitnya - Pasien dan
keluarga mampu memahami informasi yang diberikan O : - Pasien dan
keluarga terlihat aktif saat pendkes dan sering bertanya - Pasien dan
keluaraga terlihat sudah dapat memahami akan penyakitnya A : - Masalah
defisit pengetahuan sudah teratasi P : - Hentikan
intervensi |
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood & Abdul Mukty. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya : Airlangga University Press.
Andra F.S & Yessie M.P. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.
Nuha Medika
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press
Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberculosis Klinis.
Jakarta. Widya Medika
Depkes RI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB.
Diagnosa Nanda Nic Noc. 2007-2008. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
Dinkes Kampar. 2018. Profil Kesehatan Kesehatan Kampar.
Djojodibroto, R. Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Edisi
1. Jakarta:EGC pp.136-143.
Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Alih Bahasa
: I Made Kriasa.EGC.Jakarta
Hariadi, Slamet, dkk.2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Hasan, Helmia, Wibisono M, Winariani, Hariadi S, editors. 2010.
Tuberkolosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK UNAIR – RSUD Dr. Soetomo.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta : Buana
Ilmu Populers
No comments:
Post a Comment