BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Tumor Wilms
Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang
ditemukan pada anak-anak. Tumor wilms mreupakan tumor ginjal yang tubuh dari
sel embrional primitive di ginjal. Makrokoskopis ginjal akan tampak
membesar dank eras sedangkan gambaran histo patologinya menunjukan gabungan
dari pembentukan abortif glomerulus dan gambaran otot polos,otot serat
lingkang, tulang rawan dan tulang. Tumor dapat bermetastase terutama ke paru,
ginjal dan jarang sekali ke tulang.
B.
Etiologi
1.
Secara pasti belum diketahui
2.
Perdis
posisi
genetic
3.
Dapat dikaitkan dengan congenital anomali; yang sering
adalah spradik aniridia, genitourinary
anomali, hemyhypertrophy,microcephaly dan cryptorchidism.
C.
Patofisiolgi
·
Wilms tumor terjadi pada parenchyema renal. Tumor tersebut tumbuh dengan
cepat dengan lokasi dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuha tumor tersebut
akan meluas atau menyimpang luar renal. Mempunyai gambaran khas, berupa
glomelurus dan tubulus yang primitif atau abortif, dengan ruangan Bowman yang
tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan. Pertama tama
jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel
tumor.
·
Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan
homogen, lunak dan encepaloid ( mempunyai jaringan otak ).
·
Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga
ke abdomen dan dikatan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal
saat dilakukan palpasi.
·
Munculnya tumor wilms sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh
dengan cepat setelah lahir.
·
Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik
terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystik dan perdarahan. Terjadinya
hipertensi biasanya terkait dengan iskemik pada renal.
·
Metastase tumor secara hematogen dan limfogen; paru, hati, otak dan bone
marrow.
D. Manifestasi klinis
·
Ada massa pada abdominal
·
Haematuri
·
Hipertensi
·
Nyeri abdomen
·
Anemia
·
Demam
·
Metastase ke paru, nafas pendek, dyspnea, batuk, nyeri dada
·
Pucat
·
Lethargi
·
Anorexia
E. Komplikasi
·
Metastase ke par-paru, sum-sum tulang( anemia ), ginjal kontra lateral
dan hati.
·
Komplikasi dari pembedahan
·
Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi
F. Stadium pada tumor wilms
·
Stadium 1 : tumor hanya terbatas pada gijal dan dapat di eksisi sempurna
·
Stadium 2 : tumor meluas kelur ginjal dan dapat di eksisi sempurna
·
Stadium 3 : Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal
dari biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasI
·
Stadium 4 : metastasis ke paru paru, tulang dan otak.
·
Stadium 5 : terjadi lagi kanker setelah di terapi, terjadi di tempat
pertama kali terjadi atau pada organ lain.
G. Pemeriksaan diagnostik
·
USG perut
·
CT scan
·
Rontgen dada (untuk melihat adanya penyebaran tumor ke dada )
·
Pemeriksaan darah lengkap
·
Biopsi
·
Pielogram intravena
·
Urinalisis (pemeriksaan air kemih,bisa menunjukan adanya darah atau
protein dalam air kemih)
H. Penatalaksanaan
Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan
sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas
dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis
atau transplantasi ginjal.Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus
penentuan stadium tumor.
Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali pada tumor
unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang sudah berekstensi
ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang unresectable dinilai
intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium III dan pengangkatan
tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan
jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi
dilakukan pada kasus tumor bilateral jika diberikn sisa parenkim ginjal setelah
reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi
insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan nefrektomi
radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening yang
dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil
staging dan histology dari tumor.
Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney,
dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan
nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai
pemberian kemoterapi.
I.
Diagnosa Keperawatan
·
Nyeri akut
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
·
Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi.
·
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
·
Resti infeksi
berhubungan dengan luka post operasi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal
25 Mei 2015 pukul 10.00 wib di Ruang Mawar RSUP Sanglah Denpasar dengan teknik
wawancara,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.
1.
Identitas
Pasien
Nama
:Tn.MYN
Umur :64 tahun
Jenis
kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Suku/bangsa :Indonesia
Status
perkawinan :Menikah
Pendidikan :S1
Pekerjaan
:Pensiunan TNI
Alamat
:Jalan Satria
Pendem Jembrana
Pembayaran :BPJS
No.RM :14.06.74.99
Tanggal
MRS :21 November 2014
Diagnosa
Medis :Tumor Wilms
Penanggung
Nama :Tn.WD
Umur :38 tahun
Jenis
kelamin :Laki-laki
Pekerjaan :Swasta
Hubungan
dengan pasien :Anak kandung
2.
Alasan
masuk Rumah Sakit
1) Keluhan
Utama.
Perut membuncit dan semakin membesar, pasien mengeluh
nyeri kepala, pasien juga mengeluh nyeri diluka operasi.
3.
Riwayat
kesehatan
1) Riwayat
alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
2) Riwayat
kebiasaan pasien
Pasien rajin berolahraga semenjak
menjadi tni.namun setelah pension pasien lebih banyak beraktifitas di
rumah.pasien suka makan daging dan suka minuman bersoda.pasien mengatakan di
rumah pola makan kurang terkontrol.
3) Riwayat
kesehatan keluarga
Anggota keluarga tidak ada memiliki riwayat seperti
pasien.
4) Riwayat
penyakit terdahulu
Klien mengatakan bahwa baru pertama
kali klien mengalami kecelakaan yang mengakibatkan fraktur.sebelumnya pasien
tidak pernah dirawat di rumah sakit.
4.
Data
bio-psiko-sosio-spiritual
a.
Bernafas
Sebelum
sakit : pasien bernafas dengan
normal
Saat
sakit : pasien mengatakan
tidak mengalami sulit bernafas
b.
Makan dan minum
Sebelum
sakit:
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
besar. Pasien mengatakan tidak ada
kesulitan untuk makan.pasien mengatakan minum kira-kira 1-2 botol aqua (1300ml) sehari.
Saat
sakit:
Ketika masuk rumah sakit pasien mengatakan nafsu
makan baik,pasien menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan.pasien minum 1-2
botol aqua (1300ml) sehari.
c.
Eliminasi
Bab
Sebelum
sakit:
Pasien
mengatakan bab dalam seminggu kira-kira 3-4 kali dengan konsistensi padat
berwarna kecoklatan dan berbau khas.
Setelah
sakit:
Pasien
selama dirawat di rumah sakit sudah dapat bab satu kali dengan konsistensi
keras dan berbau khas berwarna agak gelap serta sulit untuk bab.
Bak
Sebelum
sakit:
Pasien
mengatakan dapat bak tidak disertai nyeri atau perdarahan.dengan konsistensi
pekat dan sedikit berbau.kira-kira 5 kali sehari pasien bak.
Saat
sakit:
Pasien
mengatakan bak dengan konsistensi encer dan banyak.pasien selama di rawat bak
sebanyak 6 kali.pasien tidak mengetahui berapa jumlah urin yang keluar ketika
bak.
d.
Gerak dan aktifitas
Sebelum sakit pasien dapat bergerak dan beraktifitas
secara mandiri.masih dapat melakukan aktifitasnya secara mandiri.saat
pengkajian,pasien mengatakan sulit untuk melakukan aktifitas sendiri seperti
mandi,toileting,berpakaian,mobilitas di tt maupun berpindah.pasien tampak
dibantu dalam melakukan aktifitas seperti makan,mandi,berpindah maupun
berpakaian,kesulitan dalam merubah posisi ketika tidur.
e.
Istirahat tidur
Sebelum
sakit
Pasien mengatakan sering kebiasaan tidur sekitar
pukul 10 malamdan bangun pada pukul 6 pagi.
Saat
sakit:
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari
karena nyeri pada kaki kanannya dan kesulitan untuk merubah posisi.pasien
tampak lemah,mata pasien tampak sembab,sering mengantuk di siang hari.pasien
dapat tidur sekitar 6 jam.
f.
Pengaturan suhu
Sebelum
sakit:
Pasien
mengatakan suhu selalu normal.
Saat
sakit:
Suhu
tubuh pasien 37°c
g.
Kebersihan
diri
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan mandi 2x sehari atau sesuai
dengan aktifitasnya.
Saat sakit:
Pasien mengatakan sudah mandi namun di bantu
keluarga.pasien senang menggunakan jaket bermotif tentara dan pasien sangat
menjaga kebersihannya.
h.
Rasa nyaman
Pasien mengatakan
mengalami nyeri pada kaki bagian kanan dengan skala nyeri 7(0-10).nyeri timbul
saat bergerak maupun tidak.nyeri timbul di bagian kaki kanan dengan sensasi
terbakar atau seperti ditusuk-tusuk dan tertimpa beban berat.pasien nampak
meringis kesakitan.
i.
Rasa aman
Pasien mengatakan tidak cemas.pasien hanya
merindukan kehadiran istrinya yang sudah meninggal.
j.
Komunikasi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik
di lingkungan sekitarnya.
Saat sakit:
Pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan
baik.saat pengkajiaan pasien mampu mendengar perkataan perawat dengan
jelas.pasien berkomunikasi dengan bahasa indonesia.
k. Rekreasi
Sebelum sakit:
Pasien mengatakan sebelum sakit beraktivitas
untuk merawat keempat anaknya setelah sang istri meninggal.
Saat sakit:
Pasien mengatakan rindu dengan istrinya.untuk
menghibur diri selama di rawat di rumah sakit pasien sering mendengarkan lagu
karya ebiet g.a.d baik secara langsung atau memakai headphone.
l.
Produktivitas
Sebelum sakit:
Pasien memanfaatkan waktu untuk melatih anaknya
sebagai tni.
Saat sakit:
Pasien mengatakan tidak dapat mengerjakan
pekerjaan rumah dan melatih anak-anaknya.
Pengetahuan
Saat pengkajian,pasien terlihat sudah mengerti
mengenai penyakitnya.
m. Spiritual
Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan rajin
sembahyang dan berdoa.
5.
Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
Kesan umum :lemah
Kesadaran :compos
mentis
Bentuk tubuh :kurus
Warna kulit :sawo
matang
Tb/bb :165/60
Risiko jatuh :8
b. Gejala kardinal
Tekanan darah :120/80
mmhg
Suhu :
37°c
Nadi :94x/menit
Respirasi :20x/menit
c. Keadaan fisik
a) Kepala
1. Inspeksi :
Bentuk simetris.
Rambut pendek.
Warna rambut hitam.
Distribusi rambut jarang.
Kulit kepala bersih.
b) Mata
1. Inspeksi :
Mata nampak sembab.
Bentuk mata cekung.
Reflex mata baik.
Pupil ishokor.
Lapang pandang baik.
Konjungtiva merah muda.
2. Palpasi
Mata teraba keras.
Tidak ada nyeri tekan.
3. Pemeriksaan
·
Hasil
pemeriksaan nervus ii (optikus), klien dapat melihat objek (jari) dengan jelas.
·
Hasil
pemeriksaan nervus iii (oculomotoris reflex cahaya),pupil kiri atau kanan tidak
isokor.
·
Hasil
pemeriksaan nervus iv (troclearis) pergerakan bola mata baik.
·
Hasil
pemeriksaan nervus vi (abdusen) pergerakan bola mata ke kiri dan kanan baik.
·
Hasil
pemeriksaan nervus v (trigeminus) reflex kornea baik ditandai dengan glaberal reflex
positif : mengetuk dahi di antara kedua mata.
c) Hidung
1. Inspeksi :
Bentuk simetris.
Tidak ada secret.
Tidak ada nafas cuping hidung.
2. Palpasi :
Tidak ada pembengkakan.
Tidak ada nyeri tekan.
3. Pemeriksaan
d) Telinga
1. Inspeksi :
Bentuk simetris.
Tidak ada secret.
Pendengaran baik.
Tidak ada lesi.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada massa.
3. Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan tes nervus viii
(acustikus),klien dapat mendengar bisikan.
Dapat mendengarkan garpu tala (tes rinne,weber)
e) Mulut dan gigi
1. Inspeksi :
Mukosa bibir lembab.
Keadaan gigi bersih dan lengkap.
Lidah simetris.
Warna lidah merah muda.
Tidak ada lesi.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada massa.
Tidak ada pembengkakan.
3. Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan nervus x (vagus) ovula
terangkat saat mengatakan “ah”.
f) Wajah
1. Inspeksi :
Wajah terlihat pucat dan lemas.
Bentuk simetris.
Tidak ada lesi.
2. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada pembengkakan.
Tidak ada massa.
g) Leher
1. Inspeksi :
Bentuk simetris
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Arteri karotis teraba.
Tidak ada pembesaran vena jugularis.
2. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
Arterikarotis teraba.
Tidak ada massa
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
h) Thorax
1. Inspeksi :
Bentuk simetris.
Pergerakan dada simetris.
2. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
Tidak ada massa.
Pernafasan torokal ves+/+,wh-/-,rh-/-
Vibrasi/getaran bicara terasa.
3. Perkusi :
Bunyi ketukan terdengar dan terasa.
4. Auskultasi :
Tidak terdengar sumbatan aliran udara.
Suara nafas terdengar.
Nafas teratur
i)
Abdomen :
bentuk normal,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi.
1. Inspeksi :
Bentuk normal,pergerakan baik.
2. Auskulasi :
Terdengar suara bising usus.
Suara pembuluh darah terdengar.
3. Perkusi :
Bunyi ketukan terasa dan terdengar.
Tidak ada massa.
Tidak ada nyeri tekan.
j)
Ekstremitas
1. Atas :
Bentuk normal,jari-jari lengkap,infuse dipasang
pada tangan sebelah kiri pasien.kekuatan otot pada tangan kanan (5,5,5)
kekuatan otot pada tangan kiri (5,5,5).
2. Bawah :
Bentuk normal,jari kaki lengkap,kaki sebelah
kanan terdapat fraktur,tidak terdapat lesi di sekitar fraktur.refleks babinsky
positif kiri refleks chaddok
positif kiri . Kekuatan otot pada kaki
kanan (4,2,4). Kekuatan otot pada kaki kiri (5,5,5).
k) Genetalia
Tidak terobservasi.
NO |
DATA |
STANDAR NORMAL |
MASALAH KEPERAWATAN |
1. |
DS: Pasien menyatakan pasien dengan merasa tidak keadaannya nyaman karena
nyeri yang dirasakan pada kaki kanannya, dengan skala nyeri 7 (0-10). Nyeri
timbul saat bergerak maupun tidak. Nyeri timbul di bagian kaki kanan dengan
sensasi terbakar atau seperti ditusuk-tusuk dan tertimpa beban berat. DO: Wajah pasien tampak meringis kesakitan, Nadi 94 x/menit, RR; 20x/menit, TD:120/80 mmHg, Suhu 37 C |
1.
Pasien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 1-3 2.
Ekspresi wajah tengang 3.
TTV dalam rentang normal. |
Nyeri akut |
2. |
DS: Pasien mengatakan sulit untuk
melakukan aktivitas sendiri seperti mandi, toileting, berpakaian, mobilitas
di TT maupun berpindah. DO: Pasien tampak dibantu dalam melakukan
aktivitas seperti mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di TT maupun
berpindah, dan kesulitan dalam merubah posisi ketika tidur. |
1.
Pasien mampu melakukan aktivitas secara mndirin (peningkatan). 2.
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam merubah posisi tidur. |
Gangguan mobilitas fisik |
NO |
DIAGNOSA
KEPERAWATAN |
NOC |
NIC |
1. |
Nyeri akut |
Pain nyeri Pain nyeri Comport pain Setelah dilakukan Asuhan
keperawatan 1 x 24 jam d tingkat kenyamanan klien meningkat, tingkat nyeri
terkontrol dengan kriterial hasil: 1.
Klien melaporkan nyeri
berkurang dg f. skala 1-3. 2.
Ekspresi Tenang wajah 3.
Klien dapat istirahath
dan tidur |
a.
Kaji nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi. b.
Observasi reaksi
nonverbal dari ketidak nyamanan. c.
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. d.
Control factor lingkungan
yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. e.
Kurangi faktor
presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). f.
Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri. Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri. g.
Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/control nyeri h.
Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. |
2. |
Gangguan mobilitas fisik |
Setelah dilakukan askep 2
x 24 peningkatan jam terjadi Ambulasi mobilisasi, Perawatan diri dengan: Tingkat kriteria hasil : a.
Peningkatan aktivitas
fisik. |
Terapi ambulasi a.
Kaji kemampuan pasien
dalam melakukan ambulasi b.
Kolaborasi dg fisioterapi
untuk perencanaan ambulasi c.
Latih pasien ROM
pasif-aktif sesuai kemampuan d.
Ajarkan pasien berpindah
tempat secara bertahap e.
Evaluasi pasien dalam
kemampuan ambulasi Pendidikan kesehatan a.
Edukasi pada pasien dan
keluarga pentingnya ambulasi dini b.
Edukasi pada pasien dan
keluarga tahap ambulasi c.
Berikan reinforcement
positip usaha yang dilakukan pasien. |
NO |
HARI/TGL/WAKTU |
NO DX |
IMPLEMENTASI |
EVALUASI |
1 |
Senin, 25 mei 2015 pukil 10.00 wita |
1,2 |
Mengkaji TTV dan keadaan umum pasien |
Tekanan darah: 120/80
mmhg Suhu: 37⁰ C Nadi: 94 x/mnt Respirasi: 20 x /mnt Kesan keadaan umum: lemah |
|
|
1 |
Mengkaji nyeri pasien |
Pasien mengatakan merasa
nyeri pada kaki kanannya, dengan skala nyeri 7 (0-10). Nyeri timbul saat
bergerak maupun tidak. Nyeri timbul di bagian kaki kanan dengan sensasi
terbakar atau seperti ditusuk-tusuk dan tertimpa beban berat. Wajah pasien
tampak meringis kesakitan |
|
|
2 |
Mengkaji kemampuan pasien dalam melakukan ambulasi |
Pasien mengatakan sulit
untuk melakukan aktivitas sendiri seperti mandi, toileting, berpakaian,
mobilitas di TT maupun berpindah. Pasien tampak dibantu dalam melakukan
aktivitas seperti mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di TT maupun
berpindah, dan kesulitan dalam merubah posisi ketika tidur. |
NO |
HARI/TGL/WAKTU |
NO DX |
EVALUASI |
1. |
Kamis, 28 mei 2015 pukul 10.00 wita |
1 |
S: Pasien menyatakan rasa nyeri pada perutnya sudah berkurang dan nyeri
sudah dapat terkontrol dengan skala nyeri 3 (0-10). Nyeri terasa seperti rasa
perih. O: Wajah pasien nampak lebih tenang Tanda-tanda vital pasien TD: 120/80 mmhg Suhu: 36,6⁰ C Nadi: 82 x / mnt Respirasi: 20 x /mnt A: Tujuan tercapai. P: Pertahankan kondisi pasien. |
2. |
Kamis, 28 mei 2015 pukul 10.00 wita |
2 |
S: Pasien mengatakan masih sulit untuk melakukan aktivitas sendiri
seperti mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di TT maupun berpindah.
Pasien mengatakan sudah mampu dalam merubah posisi ketika tidur, namun masih
dibantu keluarga. O: Pasien masih tampak dibantu untuk melakukan
aktifitas sehari-hari seperti mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di TT
maupun berpindah. A: Tujuan belum tercapai. P: Lanjutkan intervensi. |
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M.,
Butcher, H.K., &Dotcherman, J.M. 2008. Nursing Interventions
Classification, 5th ed. St. Louis: Mosby-Year Book.
T. Heater Herdman, dkk.
NANDA nursing diagnoses: definitions and classification 2015-2017.
Philadelphia: NANDA International.
Nurarif, A.H., &
Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis, NANDA,
dan N0C-NIC Jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Moorhead, S., Johnson,
M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2008. Nursing Outcomes Classification, 4 th
edition. Mosby Elsevier.
Smeltzer, Suzanna C. 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddartedisi 8 volume 1, 2,
3. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Jong,
W.D.(2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta :
EGC
Nurarif A, H, dkk.
2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc,
Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja.
No comments:
Post a Comment