BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis
dalam upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan,
banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi
tentang kesehatan reproduksi dalam berkeluarga, sehingga setelah menikah
kehamilan sering tidak direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh
status kesehatan yang optimal. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan dampak
negatif seperti adanya resiko penularan penyakit, komplikasi kehamilan,
kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi. Pemberian komunikasi informasi dan
edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan
untuk memastikan setiap calon pengantin mempunyai pengetahuan yang cukup dalam
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan keluarga yang sehat (Kemenkes RI,
2018).
Menurut data Kemenkes RI (2018) menyatakan keputusan
tentang kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin. Perwujudan
generasi tersebut dimulai dari menyiapkan calon penganin (Catin) yang memiliki
status tingkat kesehatan yang baik terutama calon pengantin perempuan yang
kelak akan hamil dan melahirkan anak-anak bangsa dengan tingkat kecerdasan yang
luar biasa (BKKBN, 2018)
Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2015 tentang
Pembekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kesehatan reproduksi calon pengantin. Dasar hukum Imunisasi TT bagi calon
pengantin 162- 3 1/PD.03.04.EL Nomor 02 tahun 1989 serta Peraturan Menteri
Agama Nomor 19 tahun 2018 tentang pencatatan perkawinan (Kanwil Provinsi Aceh,
2019).
Berdasarkan Data Laporan Triwulan IV yang mengemukakan
bahwa status kesehatan perempuan di Indonesia masih tergolong dalam kategori
rendah, hal tersebut ditandai dengan tingginya angka persentase KEK (Kurang
Energi Kronis) pada wanita usia subur sebesar 14,8%, angka anemia pada remaja
sebesar 23,9% dan anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, 46.659 kasus HIV
dilaporkan dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi dan kasus HIV/AIDS paling
banyak ditemukan di kelompok umur 20-49 tahun (Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Permasalahan kesehatan lainnya yang didasari dari data
yang bersumber pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Aceh diketahui jumlah
kematian ibu resti (resiko tinggi) yang dilaporkan sebanyak 11 kasus dan lahir
hidup 101.296 jiwa, maka rasio angka kematian ibu di Aceh kembali menunjukkan
penurunan menjadi 139/100.000 lahir hidup. 8,7% KEK pada Ibu hamil dan 21,3%
pada wanita usia subur (Dinkes Aceh, 2019)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) masih menjadi permasalahan
di Indonesia. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang
mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita et al., 2017). Wanita dan anak-anak
merupakan kelompok yang memiliki risiko paling tinggi mengalami Kekurangan
Energi Kronik (KEK). Saat ini Kekurangan Energi Kronik (KEK) menjadi perhatian
pemerintah dan tenaga kesehatan, karena seorang wanitas usia subur (WUS) yang
mengalami KEK memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang juga akan
mengalami KEK di kemudian hari. Disamping hal tersebut, kekurangan gizi
menimbulkan masalah kesehatan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, juga
menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang
lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa (Paramata & Sandalayuk, 2019).
Upaya meningkatkan SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM dimasa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Kekurangan energi kronik (KEK)
merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena
kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang
berlangsung lama atau menahun (Rahmat et
al, 2011) masalah KEK sebelum kehamilan dapat diperbaiki melalui konseling
sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK
sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah
KEK pada wanita tersebut.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh
wanita usia subur (WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada
masa kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi
dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil,
wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja
wanita. KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah
satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang berat.
Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA <
23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sebesar 395 per
100.000 kelahiran hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab
kematian Ibu sebesar 31.85%. Anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya pendarah dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu.
Berdasarkan upaya peningkatan kesehatan masa sebelum
hamil, persiapan kondisi fisik, mental dan sosial harus disiapkan sejak dini
yaitu dimulai dari masa remaja. Selain remaja, upaya peningkatan kesehatan masa
sebelum hamil juga diberikan kepada pasangan calon pengantin (CATIN) dan wanita
usia subur. Pelayanan peningkatan kesehatan tersebut di mulai dari Anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan Dasar Pada Calon Pengantin Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas
Ingin Jaya”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka didapatka rumusan masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Dasar Pada Calon Pengantin Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas
Ingin Jaya?”
1.3
Tujuan Penelitian
Penulis dapat mempelajari dan memahami penerapan asuhan
kebidanan menggunakan pengumpulan data dan pendokumentasian dengan metode SOAP
gangguan kesehatan gizi pada catin dengan KEK di puskesmas Ingin Jaya.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi lahan praktek
Dapat dimanfaatkan untuk
penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi pada dengan KEK.
2.
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan
penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi
pada catin dengan KEK.
3.
Bagi Pasien
Membantu dalam hal
memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus Kekurangan Energi Kronik (KEK), sehingga klien dapat mengerti
dan melaksanakanya di rumah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis Medis
1.
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
a.
Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi atau
keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu atau lebih
zat gizi (Supariasa, 2014)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia subur
(WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa kematangan
organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi dengan baik,
yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil, wanita tidak
hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja wanita. KEK
menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah satu
indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang berat.
Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA <
23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018).
b.
Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat
gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat
gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau
keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan
digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
c.
Fisiologis
Kekurangan energi kronis
(KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur. Menurut
Supariasa (2014), tanda klinis KEK meliputi :
1)
Berat badan < 40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang
dari 23,5 cm.
2)
Tinggi badan <145 cm
3)
Ibu menderita anemia dengan HB <11 gr/dl
4)
Lelah, letih, lesu dan lunglai
5)
Bibir tampak pucat
6)
Nafas pendek
7)
Denyut jantung meningkat
8)
Susah BAB
9)
Nafsu makan berkurang
10) Kadang-kadang pusing
11) Mudah mengantuk
d.
Patofisiologis
Patofisiologis penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu :
Pertama, ketidakcukupan zat gizi, apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan
terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga,
terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang
khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari muncunya tanda
klasik (Supariasa dkk., 2014)
e.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik
(KEK)
1)
Jumlah asupan makanan
2)
Usia ibu
3)
Beban kerja/aktivitas
4)
Penyakit/infeksi
5)
Pengetahuan ibu tentang gizi
6)
Pendapatan keluarga
f.
Dampak KEK
KEK dapat memberi dampak pada kesehatan. Individu yang menderita KEK akan
mengalami berat badan kurang atau rendah, serta produktivitasnya akan terganggu
karena tidak dapat begerak aktif sebab kekurangan gizi. Apabila KEK terjadi
pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil makan akan berdampak pada proses
kehamilan, melahirkan, dan berat badan bayi. Ibu hamil yang berisiko KEK (LILA
< 23,5 cm) kemungkinan akan mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan
berpeluang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya
dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan/atau bayi (Proverawati &
Ismawati, 2010).
Status gizi sebelum hamil atau selama hamil memiliki peluang 50% dalam
mempengaruhi tingginya kasus kejadian bayi BBLR di negara berkembang. Hasil
meta analisis World Health organization (WHO) Collaboration Study menyimpulkan
bahwa berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh dan
lingkar lengan atas (LILA) merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR
(Sarumaha, 2018). Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko
melahirkan bayi dengan BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
mengalami KEK (Syofianti, 2013).
Status kekurangan energi kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan
selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan
terhambatnya pertumbuhan otak janin (Siti, 2013). Kurang energi kronis pada
masa usia subur khususnya masa persiapan kehamilan maupun saat kehamilan dapat
berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Terhadap persalinan
pengaruhnya dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya, dan pendarahan. Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018).
g.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan LILA dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa klien.
Lingkar lengan atas (LILA) adalah pengukuran antopometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi dan untuk mengetahui resiko KEK atau gizi
kurang. Kategori KEK adalah LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita
LILA (Supariasa, 2014)
1)
Tujuan pengukuran LILA
a)
Mengetahui risiko KEK wanita usia subur (WUS), baik ibu
hamil maupun calon ibu untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan
bayi berat lahir rendah.
b)
Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar
lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c)
Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d)
Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK
e)
Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK (Supariasa, 2014)
2)
Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan
risiko KEK di indonseia adalah 23, 5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebit mempunyai risiko KEK
(Suparisa, 2014)
3)
Cara mengukur LILA
Pengkuran LILA dilakukan
melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita
LILA dan ditandai dengan sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu :
a)
Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah
pertengahan lengan atas sebelah kiri dan lengan dalam keadaan tidak tertutup
kain/pakaian.
b)
Letakkan pita antara bahu dan siku
c)
Tentukan titik tengah lengan, beri tanda.
d)
Lingkar pita LILA pada tengah lengan
e)
Pita jangan terlalu ketat atau longgar
f)
Cara membaca sesuai dengan skala yang benar
g)
Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2014)
4)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi untuk dewasa
(usia 18 tahun keatas) dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Di indonesia
sejak tahun 1958 digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan
rumus :
Berat badan normal =
(tinggi badan – 100) – 10% (tinggi badan – 100)
IMT merupakan alat yang
digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan berat badan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup berkepanjangan
(Supariasa, 2014)
Menurut Permenkes nomor 41 tahun 2014 yang dimaksud
dengan berat badan normal untuk orang dewasa adalah :
Jika IMT 18,5-25,0 untuk
mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut : IMT = Berat Badan
(Kg) / Tinggi Badan x Tinggi Badan (m)
h.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah dengan
memberikan konseling mengenai gizi seimbang pada calon pengantin, dengan
konseling tersebut diharapkan calon pengantin mau melakukan apa yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan untuk bisa meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah
KEK dapat teratasi.
Upaya penanggulangan masalah KEK dapat dilakukan dengan program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk biskuit yang dibagikan kepada seluruh WUS
dan ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet Fe atau penambah darah untuk
mencegah terjadiya anemia pada ibu hamil, serta melakukan program konseling
kepada Wanita Usia Subur (WUS) mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan
sebelum hamil, persalinan, nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB.
Gizi dikatakan sempurna jika makanan yang dikonsumsinya mengandung zat gizi
yang seimbang, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dan tidak belebihan. Makanan
yang baik dan seimbang akan menghindari masalah di saat hamil, melahirkan bayi
yang sehat, dan memperlancar ASI. Apabila konsumsi energi kurang, maka energi
dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut.
Kekurangan energi akan menurunkan kapasitas kerja, hal ini biasanya terjadi
sebagai proses kronis dengan akibat penurunan berat badan(Muhamad & Liputo,
2017).
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Tanggal dan tempat penelitian
Hari dan tanggal : Kamis, 25 November 2021
Tempat
: Puskesmas Ingin Jaya
Identitas
Nama : Nn. N
Umur : 27 Tahun
Alamat : Gp. Pasie Lamgarot
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pengajar
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
S:
Nn. N datang ke Puskesmas Ingin Jaya, ingin memeriksakan
kesehatan dan ingin suntik imunisasi TT untuk persyaratan pernikahan. Nn. N
mengatakan ia berencana langsung hamil setelah pernikahan.
A. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Menstruasi
HPHT : 28 Oktober 2021
Menarche : 14 Tahun
Lama : 5-6 Hari
Siklus : 28 Hari,
teratur.
Warna Darah : Merah Kehitaman
Banyaknya : Ganti pembalut
lebih dari 3-4 kali/hari selama 3 hari awal pertama, hari berikutnya 2-3
kali/hari
2.
Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit pernah
diderita : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga
Riwayat pengakit
ginekologi : Tidak ada
3.
Riwayat Imunisasi TT
Jenis Imunisasi |
Tanggal pelaksanaan |
T1 |
1995 |
T2 |
2003 |
T3 |
Sekarang, 2021 |
T4 |
|
T5 |
|
B. Pola Kehidupan Sehari – hari
1.
Pola diet/nutrisi dan cairan:
·
Nutrisi : 2-3x/hari porsi
sedikit (ibu mengatakan jarang makan)
·
Cairan : Minum air putih 7 gelas sehari
2.
Pola Eliminasi:
·
BAB : 1x dalam sehari, konsistensi lembek dan
berwarna kuning
·
BAK : 4-5x dalam sehari, warna kuning jernih
3.
Pola Aktivitas
Olahraga jarang dilakukan, Setiap harinya hanya
melakukan pekrjaan rumah seperti biasa yaitu menyapu, mengepel dan mencuci
piring.
4.
Pola Istirahat:
·
Tidur malam : 7 jam
·
Tidur siang :
+ 1 jam
5.
Pola Personal Hygiene:
Mandi 2x sehari, ganti baju 2x sehari, gosok gigi 2x sehari keramas 2x
seminggu
O:
K/U : Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 100/70 mmHg
N : 90 x/m
RR : 19 x/m
T : 36,1 C
BB : 47 kg
TB : 163 cm
LILA : 21 cm
IMT : 17.7
Cara
menghitung : 1,75 x 1,75 = 2,65
kemudian BB di bagi hasil
kuadran TB, 47 : 2,65 =17,7
Pemeriksaan Fisik
·
Kepala :
Bersih,tidak ada ketombe
·
Wajah :
Normal, tidak ada oedema
·
Mata :
Conjungtiva merah muda,sclera putih
·
Telinga :
Bersih, tidak ada serumen
·
Hidung :
Bersih,tidak ada polit
·
Mulut :
Bersih, tidak ada caries
·
Leher :
Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.
·
Payudara :
Simtris,tidak ada benjolan dan putting susu menonjol
·
Abdomen :
Bersih,tidak ada bekas luka operasi
·
Genetalia :
Tidak ada keputihan abnormal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium tanggal
25 November 2021 jam 10.45 WIB
·
Hb : 11,0 gr/dl
·
Golongan
Darah : A
·
Plano Test :
(-)
·
Hepatitis : (-)
·
HIV : (-)
·
SYPHILIS : (-)
A:
Nn.N usia 27 tahun dengan KEK
Prakonsepsi pranikah
Keadaan umum baik
P:
1.
Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal, didapatkan tanda-tanda mengalami KEK
dan berat badan kurang sehingga dikhawatirkan saat terjadi kehamilan maka ibu berisiko
keguguran, janin IUGR, bayi lahir dengan BBLR, bahkan kematian bayi.
2.
Menganjurkan Nn.
N untuk memperbaiki pola makannya menjadi
makan dengan gizi seimbang,menambah kalori setiap kali makan seperti
menambah karbohidrat seperti nasi, jagung, kentang,dll dengan porsi yang
lebih banyak dan makan dengan teratur 3 kali sehari. Selain itu Nn. N
juga perlu konsumsi lauk, buah dan sayur untuk persiapan organ reproduksi dan
tubuh yang sehat. Selain itu juga memberi KIE untuk calon suami untuk mempersiapkan kesehatannya dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi seimbang agar system reproduksinya sehat.
3.
Memberitahu pada ibu untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dengan memperhatikan status gizi sebelum hamil dan
pada saat hamil kelak. Serta lebih meningkatkan aktivitas fisik atau memperbanyak
olahraga.
4.
Memberi KIE pada ibu mengenai tujuan dilakukan
imunisasi TT dan memberitahu ibu bahwa akan diberikan imunisasi TT di lengan
kiri atas. Status TT Nn.N saat ini berarti TT3.
5.
Memberitahu ibu efek samping imunisasi TT
yaitu terasa nyeri di daerah bekas penyuntikan dan jangan lupa mengompres bekas suntikan dengan
air hangat.
6.
Menyuntikan imunisasi TT 0,5 ml di lengan kiri atas secara SC untuk
mencegah tetanustoxoid pada ibu. Nn.N telah disuntik dan tidak ada reaksi syok
anafilaktik
7.
Mencatat tanggal suntik TT ke 4 yaitu 1 tahun setelah T3
dan diharapkan ibu wajib mendapatkan imunisasi tetanus lengkap (T5)
8.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pra
nikah, pendidikan kesehatan meliputi pengertian gizi pra nikah, manfaat gizi
pranikah, menjelaskan zat gizi yang diperlukan seperti vit B12, vit E, zat
besi, Zink, Kebutuhan protein dan asam folat.
9.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan
kehamilan meliputi kehamilan yang ideal, hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam
kehamilan dan tanda-tanda kehamilan.
10.
Menganjurkan untuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan
11.
Nn. N telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan ibu bisa menggulangi kembali apa yang telah di
jelaskan oleh bidan.
12.
Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Penjelasan
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan menurut
SOAP pada Nn. N. dengan gangguan
kesehatan gizi yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK) secara terperinci mulai
dari langkah pertama yaitu pengkajian data
sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pada kasus ini Nn. N
ingin mengetahui kesehatannya sebelum menikah dan ingin suntik imunisasi TT.
Berdasarkan data subjektik diperoleh bahwa Nn.N berusia 27 tahun.
Data objektif pada pasien dengan kasus KEK adalah hasil pemeriksaan fisik
dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Nn. N memiliki LILA 21 cm yang termasuk
dalam kategori KEK. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah
pita LILA, artinya wanita tersebit mempunyai risiko KEK (Suparisa, 2014).
Status KEK sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan
menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Disamping itu, akan
mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan
terhambatnya pertumbuhan otak janin ( Supariasa, 2016). Dari hasil pemeriksaan
lab kepada Nn. N bahwa Hb 11,0 gr/dl yang berarti Hb normal, golongan darah A,
dan pemeriksaan HIV, Syphilis, Hepatitis adalah negatif, serta plano tets juga
negatif yang artinya pasien dalam keadaan tidak hamil.
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn.N dengan pemberian imunisasi TT pada catin (pranikah)
penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. N diantaranya memberikan konseling
mengenai pemberian imunisasi TT, dan pemeriksaan cek laboratorium. Manfaat
imunisasi TT untuk pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
Konseling selanjutnya dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar
memelihara kesuburan, memantau dan mengusahakan berat badan yang ideal,
kebutuhan (zink dan zat besi, protein asam folat, vit E dan vit B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien
makan makanan yang bergizi ( nasi, lauk, sayur, buah ), mencukupi kebutuhan
cairan dengan minimal 1,5 liter perhari, menganjurkan pasien untuk memperbanyak
makan sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, daging, dan tidak pantang
makanan.
Data subjektif dan objektif yang
penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa
kebidanan pada Nn
N. umur 27 tahun dengan
Kekurangan Energi Kronik (KEK).
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut SOAP dan data perkembangan soap maka penulis dapat
menyimpulkan Pada pengkajian Nn.N usia 27 tahun dengan KEK pranikah didapatkan
data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara
dengan pasien dimana pasien ingin suntik imunisasi TT dan memeriksakana
kesehatan sebelum menikah serta pasien ingin segera langsung hamil. Dan data
Objektif Nn. N memiliki LILA yaitu 21 cm Hal ini menunjukkan ada masalah pada gizi Ny.N
Meskipun dari hasil lab Hb normal yaitu11,0 g/dl. Setelah dilakukan pengkajian, menunjukkan adanya temuan
diagnosis kebidanan yaitu : Calon pengantin wanita dengan KEK.
Masalah yang timbul adalah ia jarang makan teratur dan sering makan
sembarangan, menu yang ia pilih sering kali tidak bergizi seimbang dan makan hanya 2-3 kali sehari dengan porsi yang sedikit. Nn. N
mengaku sudah terbiasa makan sedikit dan jarang.. Pasien dianjurkan meningkatkan
pola makan dan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan makanan
bergizi lainnya. Pasien di beri konseling tentang pencegahan dan Dalam evaluasi
pada Nn.N dengan KEK didapatkan
hasil yaitu bahwa pasien sudah mengerti dan bersedia melakukan anjuran dari
bidan.
B. Saran
- Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan
dengan konseling, informasi dan edukasi(KIE) tentang gizi yang diperlukan untuk
wanita usia subur serta persiapan untuk kehamilan.
- Bagi Penulis
Diharapkan lebih
memperdalam ilmu dan teori tentang KEK, sehingga dapat mengambil
tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain itu mahasiswa
diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat menunjang analisa
dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan managemen
langkah varney.
- Bagi pasien
Banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi contohnya, sayur- sayuran,buah-buahan dan makanan yang
bergizi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.C. (2018) Asupan Gizi, Nutrisional Care Process.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Dinkes Provinsi Aceh, Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2019,
Banda Aceh: Dinkes Provinsi Aceh, 2019.
Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. (2019) HIV/AIDS
dan IMS Penularan dan Pencegahan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Hardiansyah, Supariasa IDN (2014). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta
: Penerbit Buku Kedojteran EGC
Helena, 2013. Gambaran
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola Makan dalam pemenuhan
Gizi. www. repository.usu.ac.id. 25 November 2021, 20.50 WIB.
Kemenkes RI (2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Kementrian Kesehatan RI.
Muhamad, Z., & Liputo, S. (2017).
Peran Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Menanggulangi The Role Of The Local Government Policy In Eradication Of.
7(November), 113–122.
Sarumaha, O. (2018). Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus
Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan
Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri. Politeknik Kesehatan Medan.
Siti, M. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Infokus, 3(3),
40–62.
Supariasa, I Dewa Nyoman, (2014) Pendidikan
dan Konsultasi Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Syofianti, H. (2013). Pengaruh Risiko Kurang Energi Kronis Pada
Ibu Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort Ibu DI
Kabupaten SawahluntoSijujung Tahun 2007). Universitas Indonesia.
Paramata, Y., & Sandalayuk, M.
(2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita
Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo
Journal of Public Health, 2(1), 120. https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
Pratiwi, S. K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga dan Tingkat
Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Prawita, A., Susanti, A. I., &
Sari, P. (2017). Survei Intervensi Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015.
Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4).
Proverawati, A., & Ismawati, C.
(2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment