BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium
adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama
masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi
(Maritalia, 2014)
Mastitis adalah peradangan payudara
yang terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan.
Penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang sempurna
(Sarwono Prawirohardjo, 2014)
Organisasi Kesehatan Dunia WHO
memperkirakan insiden mastitis pada ibu menyusui sekitar 2,6% - 33% dan
prevalensi global adalah sekitar 10%. Presentasi ibu post partum yang menyusui
melaporkan dirinya mengalami tanda gejala mastitis di Amerika Serikat adalah
9,5% dari 1000 wanita. Data masalah menyusui pada bulan april hingga juni 2012
di Indonesia menunjukkan 22,5% mengalami putting susu lecet, 42% ibu mengalami
bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat, 11% mengalami mastitis dan
6,5% ibu mengalami abses payudara yang disebabkan oleh kesalahan ibu dalam
menyusui bayinya. (Hasana, 2017)
Menurut data WHO terbaru pada tahun
2014 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan
ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan
pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543
(66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2017).
Menurut data Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase
cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di 10 negara yaitu Indonesia,
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos,
Myanmar dan Kamboja tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2015 terdapat ibu
nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta
pada tahun 2016 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%)
dengan angka tertinggi terjadi di Indonesia (37, 12 %) (Depkes RI, 2017).
Menurut penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI pada tahun
2018 kejadian bendungan ASI di Indonesia terbanyak terjadi pada ibu-ibu bekerja
sebanyak 16% dari ibu menyusui (Kemenkes, 2019).
Terjadinya mastitis berawal dari
kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat payudara, cara menyusui yang
benar dan bagaimana pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan bayi sehingga
mengakibatkan kuman bersarang dan pada akhirnya akan menjadi infeksi pada
payudara. Dengan kurangnya pengetahuan ibu maka ibu mudah terkena mastitis
contohnya banyak ibu sekarang tidak mau memberikan ASI pada bayinya di
karenakan takut payudaranya menjadi kendor terutama pada ibu primigravida, pada
ibu multigravida juga dapat terjadi mastitis karena ibu malas memberikan ASI
pada bayi. Jika ibu tidak memberikan ASI pada bayi akibatnya ASI akan mengumpul
di dalam payudara lama-kelamaan produksi ASI bertambah banyak dan akan menjadi
beku sehingga menjadi sumbatan di payudara jika ASI tidak di keluarkan. (Norma
dan Mustika, 2016).
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang “Asuhan
Kebidanan
Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan
Mastitis
di BPM Suriati, S.ST”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar
belakang di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana
Asuhan Kebidanan
Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan
Mastitis di BPM Suriati, S.ST?”
1.3
Tujuan Penelitian
Mampu
memberikan Asuhan Kebidanan Dasar Masa Nifas Pada ibu I Dengan Mastitis di BPM Suriati, S.ST dengan pendekatan manajemen SOAP
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat bagi
penulis
Dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari lahan praktek tentang asuhan
kebidanan ibu Nifas dan Menyusui.
2.
Bagi Institusi
pendidikan
Dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan wawasan yang luas bagi mahasiwa dengan
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi
mahasiwa sehingga dapat mengahasilkan bidan yang berkualitas.
3.
Bagi lahan
praktek
Dapat menjadi
bahan kajian sehingga dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat
memberikan asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori khususnya penanganan terhadap kasus
ibu nifas dam menyusui dengan mastitis.
4.
Bagi Pasien
Agar klien
memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur
sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang
pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, nifas dan BBL dengan melakukan
pemeriksaan rutin dipelayanan kesehatan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis Medis
A.
Masa Nifas
1. Pengertian
Masa
nifas (puerperium) adalah dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
itu. Puerperium yaitu dari kata puer
yang artinya bayi dan parous artinya
melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa
pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil (Rini & Kumala, 2017)
2. Tujuan
Asuhan masa Nifas
Menurut Rini & Kumala (2017) tujuan asuhan masa
nifas adalah :
a.
Mendeteksi
adanya perdarahan masa nifas
Tujuannya untuk mendeteksi adanya kemungkinan
pendarahan postpartum dan infeksi diwaspadai sekurang-kurangnya 1 jam
postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
b.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan baik fisik maupun psikologis harus
diberikan oleh penolong persalinan. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
badan terutama membersihkan bagian kelamin.
c.
Melaksanakan
skrining secara komprehensif
Yaitu dengan mendeteksi masalah, mengobati dan
merujuk bila terjadi terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Pengawasan yang
dilakukan adalah pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV,
konsistensi rahim dan pengawan KU ibu.
d.
Memberikan
pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan
diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi sehat.
e.
Memberikan
pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1)
Menjaga
payudara tetap bersih dan kering
2)
Menggunakan BH
yang menyokong payudara
3)
Apabila puting
susu lecet, oleskan colestrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu
setiap kali selesai menyusui.
4)
Lakukan
pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan ASI
f. Konseling tentang KB
3. Tahapan
masa nifas
Menurut Rini & Kumala (2017) yaitu:
a. Puerperium dini
Yaitu
kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan
aktivitas layaknya wanita normal (40 hari)
b. Puerperium intermidiate
Yaitu
suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote
Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
4. Tanda
bahaya masa nifas
Menurut
Pitriani & Andriyani (2015) berikut adalah tanda-tanda bahaya dimasa nifas
:
a.
Perdarahan hebat atau peningkatan
perdarahan secara tiba-tiba, perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan bisa disebabkan kontraksi uterus yang tidak baik
serta adanya laserasi jalan lahir.
b.
Ibu demam tinggi, suhu tubuh > 38°C.
Jika ibu memiliki suhu tubuh yang tinggi, kita harus mewaspadai adanya
kemungkinan infeksi pada ibu tersebut atau ibu mengalami dehidrasi.
c.
Kontraksi uterus tidak baik, disebabkan
oleh peregangan uterus yang tidak maksimal, keadaan umum ibu lemah.
d.
Lochea yang berbau tidak enak, bau yang
normal adalah seperti bau darah menstruasi biasa
e.
Sakit kepala yang terus menerus, nyeri
apigastric, atau masalah penglihatan
f.
Pembengkakan pada wajah dan tangan,
muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan,
g.
Payudara yang memerah, panas, atau
sakit, adanya bendungan ASI bisa disebabkan karena ibu tidak mau menyusui
bayinya atau ibu memiliki masalah dengan putting susu sehingga ASI tidak lancar
keluar.
5. Perubahan
fisik yang terjadi pada masa nifas
Perubahan Fisik Yang Terjadi Pada Masa Nifas
menurut Sriwahyu Ningsih (2019) :
a. Uterus
Setelah
plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan retraksi
otot-otot. Uterus berangsur-angsur akan mengecil sampai keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Perubahan Uterus Masa Nifas
Involusi
Uteri |
Tinggi
Fundus Uteri |
Berat
Uterus |
Diameter
Uterus |
Plasenta
lahir |
Setinggi
pusat |
1000
gram |
12,5
cm |
7
hari (minggu 1) |
Pertengahan
pusat dan simpisis |
500
gram |
7,5
cm |
14
hari (minggu 2) |
Tidak
teraba |
350
gram |
5cm |
6
mingu |
Normal |
60
gram |
2,5
cm |
b.
Lochea
Lochea adalah cairan yang berasal
dari cavum uteri dan vagina selama post partum. Berikut adalah macam-mcam
lochea :
Tabel
2.3 Macam-Macam Lochea
Lochea |
Waktu |
Warna |
Ciri-ciri |
Rubra
|
1-3
hari |
Merah
kehitaman |
Terdiri
dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa
darah |
Sanguilenta
|
3-7
hari |
Putih
bercampur merah |
Sisa
darah bercampur lendir |
Serosa |
7-14
hari |
Kekuningan/
kecoklatan |
Lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit, eritrosit
dan robekan laserasi plasenta. |
Alba
|
>14
hari |
Putih |
Mengandung
leukosit, selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. |
c. Serviks
Setelah
persalianan serviks terbuka lebar, setelah 7 hari hanya dapat dilalui 2-3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup kembali.
d. Perinium
dan vagina
Vagina secara
berangsur-angsur mulai berkurang luasnya, tetapi jarang sekali kembali seperti
ukuran nullipara, minggu ke 3 ruggae vagina mulai kembali seperti keadaan tidak
hamil. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur
pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu
dilakukan
e. Payudara
Selama
kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya mempersiapkan
makanan bagi bayi. Pada hari ke 3 setelah persalinan efek prolaktin pada
payudara mulai dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi.
Ketika bayi menghisap puting, oksitosin merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI.
f. Sistem
perkemihan
Buang
air kecil sering sulit selama 24 jam pertama hal ini dikarenakan kemungkinan
terdapat spasme sfingter dan edema leher buli buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasil kan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2017).
g. Perubahan
pada sistem pencernaan
Setelah
persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi persalinan, tidak ada
alasan menunda pemberian makan. Konstipasi sering terjadi karena psikis ibu
yang takut BAB karena ada luka jahitan perenium.
h.
Perubahan pada sistem Endokrin
Oksitosin
berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan, membantu uterus kembali
normal. Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam nifas. Progesteron
meningkat dan turun pada hari ke tiga nifas. Kadar prolactin dikeluarkan oleh
kelenjar dimana pituitrin merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI.
Jika ibu post partum tidak menyusui dalam 14-21 hari akan timbul menstruasi
i.
Perubahan pada sistem Muskuloskletal
Ligamen,
fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan, berangsur-angsur mengecil
seperti semula. Ambulasi pada umumnya dimulia 4-8 jam post partum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
j.
Perubahan TTV pada Masa Nifas
Perubahan tanda-tanda
vital pada masa nifas diantaranya adalah :
1) Suhu
tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5˚C setelah 2 jam post partum normal.
Sekitar hari ke empat setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, kemungkinan disebabkan karena
aktifitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38 pada hari ke dua
sampai hari-hari berikutnya, perlu diwaspadai adanya infeksi sepsis masa nifas.
2) Denyut
nadi setelah persalinan jika ibu dalam keadaan istirahat penuh, denyut nadi
sekitar 60x/menit dan terjadi terutama pada minggu pertama masa nifas.
Frekuensi nadi normal yaitu 60-80x/menit. Denyut nadi masa nifas umum nya lebih
stabil di bandingkan suhu badan.
3) Tekanan
darah bisa meningkat dari sebelum persalinan 1-3 hari masa nifas. Pada masa
nifas tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa hari
asalkan tidak ada penyakit yang meneyertai.
4) Respirasi
/ pernafasan umumnya lambat atau normal, karena ibu dalam keadaan pemulihan
atau keadaan istirahat. Pernafasan yang normal setelah persalinan adalah 16-24
x/menit atau rata- ratanya 18 x/menit
B. Mastitis
1. Pengertian
Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang
terjadi biasanya pada masa nifas atau sampai 3 minggu setelah persalinan.
Penyebabnya adalah sumbatan saluran susu dan pengeluaran ASI yang kurang
sempurna. Tindakan yang perlu di lakukan adalah:
a. Kompres
hangat
b. Masase
pada punggung untuk merangsang pengeluaran oksitosin agar ASI dapat menetes
keluar
c. Pemberian
antibiotika d. Istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit jikalau perlu
(Sarwono, 2014)
Mastitis adalah suatu peradangan pada
payudara yang disebabkan oleh kuman,terutana staphylococcus aerus melalui luka
pada putting susu, atau melalui peredaran darah. Terjadinya bendungan ASI
merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang sering
menyebabkan infeksi mamae adalah staphylococcus aerus yang masuk melalui luka
putting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri local pada mamae, terjadi
pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae. (Norma dan Mustika,
2016)
2. Jenis-jenis
Mastitis
Mastitis terbagi atas 3 yaitu mastitis
periductal, mastitis pueperalis, dan mastitis supurativa.Ketiga jenis mastitis
ini terjadi akibat penyebab yang berbeda dan kondisi yang juga berbeda. Berikut
adalah penyebab tentang jenis–jenis mastitis tersebut :
1) Mastitis
Periductal
Biasanya muncul pada wanita di usia
menjelang menopause (wanita diatas 45 tahun), penyebab utamanya diduga akibat
perubahan hormonal dan aktivitas menyususi dimasa lalu. Pada saat menjelang
menopause terjadi penurunan hormone estrogen yang menyebabkan adanya jaringan
yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran
di payudara. Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan
saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak di belakang putting payudara. Reaksi
peradangan disebabkan mastitis periductal dan jenis mastitis ini jarang
terjadi.
2) Mastitis
Puerperalis
Mastitis ini terjadi pada wanita yang
sedang menyusui karena adanya perpindahan kuman dari mulut bayi atau dari mulut
suaminya. Kuman yang paling banyak menyebabkan mastitis puerperalis adalah
staphylococcusaureus. Selain itu kuman dapat masuk ke payudara karena suntik
silicon atau injeksi kolagen sehingga menyebabkan peradangan. Mastitis
puerperalis kuman berasal dari mulut luar yang masuk ke dalam payudara.
3) Mastitis
Supurativa
Mastitis jenis ini disebabkan kuman
staphylococcus. Selain itu juga di sebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan
sifilis. Mastitis jenis ini harus mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat
agar tidak terjadi abses atau luka bernanah dalam jaringan payudara. Kuman dari
mastitis supurative berasal dari dalam tubuh yang masuk ke dalam jaringan
payudara lewat aliran darah. (Rukiah dan Yulianti, 2017).
3. Patofisiologis
Mastitis
Terjadinya mastitis diawali dengan
peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI
tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan
mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI,
adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman
yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke
kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen
(pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis
yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%. (Alasiry, 2010).
Mastitis adalah suatu inflamasi atau
infeksi jaringan pada payudara wanita yang menyusui, meskipun hal ini dapat
terjadi pada wanita yang tidak menyusui. Infeksi dapat terjadi akibat
perpindahan mikroorganisme kepayudara oleh tangan pasien atau tangan pemberi
perawatan atau dari bayi menyususi yang mengalami infeksi oral,mata atau kulit.
Mastitis dapat juga di sebabkan oleh organisme yang ditularkan melalui darah.
Sejalan berkembangnya inflamantasi, terjadi infeksi pada duktus, sehingga
menyebabkan stagnasi ASI pada satu lobus atau lebih. Tekstus payudara menjadi
keras atau memadat, dan nyeri pekak padaregio yang terkena. (Rukiah dan
Yulianti, 2017)
4. Penyebab
Mastitis
Penyebab
terjadinya mastitis menurut Soetjiningsih (2014) adalah sebagai berikut :
1) Payudara
bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
2) Putting
susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
3) Bra
yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement, kalau tidak disusui
dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.
4) Ibu
yang dietnya buruk, kurang istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
5. Tanda
dan Gejala Mastitis
Menurut Rukiyah (2013) tanda mastitis
adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita sangat lesu,
tidak nafsu makan, penyebab staphylococcus aureus, bengkak, nyeri seluruh
payudara/nyeri local, kemerahan pada seluruh payudara, payudara keras dan
berbenjol–benjol (merongkol), infeksi terjadi1–3 minggu pasca persalinan.
Gejala mastitis non-infeksius : ibu
dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri tekan tersebut, ibu
tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja. (Rukiyah, 2013).
Gejala mastitis infeksius : ibu mengeluh
lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu, sakit kepala, demam dengan susu di
atas 38 derajat celcius, kulit pada payudara tampak kemerahan, kedua payudara
terasa keras dan tegang pembengkakan. (Rukiyah, 2013).
6. Penatalaksanaan
Mastitis
Mastitis yang parah dengan gejala seperi
demam yang tak kunjung reda atau malah meninggi dan bahkan mencapai 40°C, serta
payudara semakin terasa nyeri dan terjadi perubahan warna dari kecoklatan menjadi
kemerahana,perlu di konsultasikan pada dokter atau klinik lakatsi. Infeksi yang
tidak di tangani bisa memperburuk kondisi ibu karena kuman pada kelenjar susu
akan menyebar keseluruh tubuh, kemudian timbul abses (luka bernanah) berikut
penanganan mastitis yaitu :
1) Menyususi
diteruskan pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan
sesering mungkin, agar payudara kososng kemudian pada payudara yang normal.
2) Berilah
kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lab basah panas pada
payudara yang terkena
3) Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu
yaitu dengan posisi tiduran, duduk atau posisi memegang bola.
4) Memakai
BH yang menyokong
5) Istirahat
yang cukup, makanan yang bergizi.
6) Banyak
minum sekitar 2 liter/hari.
7) Beri
antibiotic dan analgesic, anti biotik jenis penisilin dengan dosis tinggi dapat
membantu sambil menunggu pembiyakan dan kepekaan air susu, fllucloxacilin dan
eriktronisin selama 7–10 hari. (Soetjiningshi, 2012)
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Kunjungan I
Hari
dan tanggal : Senin, 25 Januari
2022
Tempat : BPM Suriati, S.ST
Identitas
Nama
: Ny.
I
Umur
: 28
Tahun
Alamat
: Sabang
Agama : Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Suku/Bangsa
: Aceh/Indonesia
Nama
Suami : Tn. I
Umur
: 30
Tahun
Alamat
:
Sabang
Agama : Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku/Bangsa
: Aceh/Indonesia
S:
Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya 7
hari yang lalu. Ibu mengeluh payudara sebelah kanan nyeri, merah, panas dingin
dan bengkak sejak 2 hari yang lalu
A.
Riwayat Obstetri
1.
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 13 Tahun
Lama
: 5-6
Hari
Siklus
: 28
Hari, teratur.
Warna
Darah : Merah
Kehitaman
Dismenore/
Tidak : Tidak
2.
Riwayat Kesehatan
Riwayat
Penyakit pernah diderita :
Tidak ada
Riwayat
Penyakit Keluarga : Tidak
memiliki riwayat penyakit keluarga
Riwayat
penyakit ginekologi : Tidak
ada
3.
Riwayat
Persalinan
Riwayat
persalinan Tanggal/Jam persalinan : 20-03-2018/03.05 wib
Tempat
persalinan :
Klinik Penolong persalinan : Bidan Jenis persalinan :
Spontan
Komplikasi
persalinan : Tidak
ada
Keadaan
plasenta :
Baik/Utuh
Tali
pusat :
Baik
Lama
persalinan :
Kala I : 8 jam, Kala II : 30 menit,
Kala
III : 15 menit, Kala IV : 2 Jam
Jumlah
perdarahan :
Kala I : 50 cc, Kala II : 50 cc,
Kala III : 50 cc Kala
IV: 50 cc
Perineum
Ruptur/Tidak :
Ruptur Derajat II
BB Bayi : 3.300 gram
PB : 52 cm
LK : 34 cm
LD : 35 cm
Jenis Klamin : Laki - laki
Nilai Apgar : 9/10
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 38 minggu
B. Pola
Kehidupan Sehari – hari
1. Pola diet/nutrisi dan cairan:
·
Nutrisi : 2-3x/hari porsi sedikit
·
Cairan :
Minum air putih 7 gelas sehari
2. Pola Eliminasi:
·
BAB : 1x
dalam sehari, konsistensi lembek dan berwarna kuning
·
BAK :
4-5x dalam sehari, warna kuning jernih
3. Pola Aktivitas
·
Pekerjaan
sehari-hari : Ibu Rumah Tangga
·
Keluhan : Tidak ada
·
Menyusui : Ya
·
Keluhan : ASI keluar sediki
4. Pola Istirahat:
·
Tidur malam :
7-8 jam
·
Tidur siang : + 1 jam
5. Pola Personal Hygiene:
Mandi 2x sehari, ganti
baju/pakaian dalam 3x sehari, gosok gigi 2x sehari keramas 3x seminggu
O:
K/U :
Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda
vital (TTV)
TD :
120/70 mmHg
N :
80 x/m
RR :
20 x/m
T :
38,1 C
HPHT :
16-04-2021
HPL :
23-01-2022
GOL Darah : O
Pemeriksaan
Fisik
·
Kepala : Bersih,tidak ada ketombe
·
Wajah : Normal, tidak ada oedema
·
Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
·
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
·
Hidung : Bersih, tidak ada polit
·
Mulut : Bersih, tidak ada caries
·
Leher : Normal, tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid.
·
Payudara : Tidak simetris, puting susu menonjol, payudara
kiri normal, payudara kanan terlihat membesar, memerah dan terdapat luka atau
lecet pada putting susu
·
Abdomen : Bersih, tidak ada striae, tidak ada bekas
luka operasi
-
TFU :
Tidak Teraba
-
Kontraksi
Uterus :
Baik
-
Kandung kemih : Kosong
-
Kelainan : Tidak ada
·
Genetalia :
-
Varises : Tidak ada
-
Oedema : Tidak ada
-
Pembesaran
kelenjar bartolini : Tidak ada
-
Pengeluaran
pervaginam : Lochea : Serosa
-
Bau :
Amis
-
Bekas luka/jahitan
perineum : Ada
-
Anus : Tidak ada Haemoroid
·
Ekstremitas :
Tidak ada varises, tidak oedema, Reflek patella +
A:
Ibu I P1A0 usia 28 tahun postoartum hari ke 7 dengan Mastitis
Keadaan umum lemah
P:
1.
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2.
Menjelaskan tentang mastitis yang ibu
alami yaitu peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau
sampai 3 minggu setelah persalinan, adanya sumbatan saluran ASI sehingga
menyebabkan nyeri tekan, kemerahan pada payudara ibu.
3.
Ajarkan ibu tentang perawatan payudara
untuk mempercepat penyembuhan
4.
Beritahu ibu kompres air hangat sebelum
menyusui dan air dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri pada
payudara
5.
Beritahu ibu cara menyusui yang benar
6.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin dengan kedua payudara secara bergantian Agar nutrisi bayi
terpenuhi dan dapat memperlancar pengeluaran ASI
7.
Anjurkan ibu menggunakan bra yang
menyokong payudara agara payudara tetap sehat
8.
Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan banyak minum air putih agar mempercepat penyembuhan
dan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi misalnya daun katuk, bayam, tempe,
dan tahu
9.
Berikan therapy kepada ibu untuk
mengurangi rasa sakit yang ibu alami Cefadroxil 2x1, PCT, 3X1, Vit C 2x1
10.
Menganjurkan untuk melakukan kunjungan
ulang 1 minggu kemudian atau jika ada keluhan
11.
Ibu telah mengerti dengan penjelasan
dari bidan dan ibu bisa menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh
bidan.
12.
Melakukan pendokumentasian.
3.2 Kunjungan II
Hari
dan tanggal : Senin, 28 Januari
2022
Tempat : BPM Suriati, S.ST
S:
Ibu mengatakan payudara sudah tidak panas lagi dan
payudara sudah tidak terlalu nyeri. Ibu mengatakan sudah aktif menyusui
bayinya, Ibu mengatakan ASI nya sudah lancar keluar
O:
K/U :
Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda
vital (TTV)
TD :
120/80 mmHg
N :
82 x/m
RR :
22 x/m
T :
36,5 C
Pemeriksaan
Fisik
·
Payudara : Puting
susu menonjol
-
Payudara kiri : Normal, Puting susu menonjol
-
Payudara Kanan : Bengkak dan merah sudah berkurang, nyeri
tekan membaik, luka pada puting membaik, pengeluaran ASI lancar
·
Abdomen : Bersih, tidak ada striae, tidak ada bekas
luka operasi
-
TFU : Tidak Teraba
-
Kandung kemih : Kosong
-
Kelainan : Tidak ada
·
Genetalia :
-
Pengeluaran
pervaginam : Lochea Serosa
-
Bau :
Amis
-
Bekas luka/jahitan
perineum : Ada, luka membaik
A:
Ibu I P1A0 usia 28 tahun postoartum hari ke 10 dengan Mastitis teratasi
Keadaan umum baik
P:
1.
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Anjurkan
ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara.
3. Anjurkan
ibu tetap menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua payudara secara
bergantian.
4. Anjurkan
ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi dan banyak minum air putih.
5. Anjurkan
ibu untuk beristirahat yang cukup, tidur siang 1-2 jam dan malam 7-8 jam.
6. Ajarkan
ibu melakukan personal hygiene,dengan cara mencuci tangan sebelum atau sesudah
BAK/BAB dan mengganti celana dalam bila sudah dalam keadaan lembab atau basah
7. Anjurkan
ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang sudah diberikan
8.
Menganjurkan untuk melakukan kunjungan
jika ada keluhan
9.
Ibu telah mengerti dengan penjelasan
dari bidan dan ibu bisa menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh
bidan.
10. Melakukan
pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Penjelasan
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen
asuhan kebidanan menurut SOAP pada Ny.I dengan Mastitis secara terperinci mulai
dari langkah pertama yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan
sebagai langkah terakhir. Pada kasus ini Ny.I ibu mengeluh payudaranya nyeri, bengkak, merah
dan panas dingin sudah sejak 2 hari yang lalu.
Data objektif pada pasien dengan kasus ini adalah
hasil pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Diagnosa
masalah potensial pada kasus ibu nifas pada ibu I dengan mastitis akan terjadi
abses payudara, namun tidak terjadi karena pasien cepat mendapatkan penanganan
yang tepat. Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
rencana tindakan terhadap ibu I dengan mastitis adalah sesuai dengan kebutuhan
pasien yaitu melakukan kompres air hangat dan dingin, ajarkan teknik menyusui
yang baik, anjurkan perawatan payudara, penkes tentang pola nutrisi, penkes
tentang pola istirahat dan memberikan therapy
Pelaksanaan pada ibu nifas umur 28 tahun dengan
perawatan payudara adalah dilaksanakan sesuai dengan recana tindakan yaitu
kompres air hangat dan dingin pada payudara secara bergantian, penkes cara
perawatan payudara, teknik menyusui bayi dengan baik dan pemberian therapy.
Evaluasi pada ibu nifas 28 tahun dengan mastitis
didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TTV : TD : 120/80
mmHg, RR : 20x/menit, P : 82x/menit, T : 36,3 C, ASI lancar, luka puting
membaik, bayi dapat menyusui dengan lancar dan mastitis sudah teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP dan data
perkembangan soap maka penulis dapat menyimpulkan Pada pengkajian Ibu I usia 28
tahun dengan Mastitis didapatkan data subjektif dan data objektif. Data
subjektif di peroleh dari wawancara dengan pasien dimana saat bidan melakukan
kunjungan nifas hari ke 7. Dan Setelah
dilakukan pengkajian, menunjukkan adanya
temuan diagnosis kebidanan yaitu ibu dengan mastitis.
Ibu I dianjurkan untuk melakukan kompres air hangat
dan dingin, ajarkan teknik menyusui yang baik, anjurkan perawatan payudara,
penkes tentang pola nutrisi, penkes tentang pola istirahat dan memberikan
therapy.
Intervensi dilakukan mulai dari kunjungan pertama
dan dilanjutkan kunjungan ke dua. Evaluasi yang dilakukan pada kunjungan ke dua
didapatkan hasil yaitu keluhan yang dirasakan ibu telah berkurang, ASI nya
sudah mulai lancar keluar dan bayi telah aktif menyusui.
B. Saran
- Bagi Lahan
Praktek
Diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kebidanan dengan konseling, informasi dan edukasi(KIE)
tentang ibu nifas dan menyusui.
- Bagi Penulis
Diharapkan
lebih memperdalam ilmu dan teori tentang bahaya pada masa nifas, sehingga
dapat mengambil tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain itu
mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat menunjang
analisa dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan
managemen langkah varney.
- Bagi pasien
Diharapkan
kepada klien untuk lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya melakukan
pemeriksaan pada saat masa nifas atau kunjungan ulang kepada bidan atau tenaga
kesehatan dan kesadaran akan pentingnya melakukan perawatan payudara (breast care)
selama kehamilan sampai pada masa nifas
DAFTAR
PUSTAKA
Alasiry, E.
(2010). Buku Indonesia Menyusui.
Terdapat pada: www.idai.or.id
Hasanah, A.
I (2017). Hubungan Teknik Menyusui dengan Resiko terjadinya Mastitis pada Ibu
Menyusui di Desa Kemuning Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember, Skripsi, Fakultas
Keperawatan Universitas Jember : Jember.
Kemenkes RI. (2019).
Profil Dinas Kesehatan Indonesia.
Jakarta
Maritalia
Dewi. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas Dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Norma, Nita
D, Mustika Dwi S. (2016). Asuhan
Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha medika
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina
Pustaka.
Purwoastuti &
Walyani. (2015).Ilmu Obstetri dan ginekologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rini, Susilo & Kumala, Feti. D. (2017). Panduan Asuhan Nifas. Yogyakarta:
Deepublish.
Risa
Pitriani, Rika Andriyani. (2015) Panduan
Lengkap Asuhan Kebidan Ibu Nifas Normal (Askeb III). Yogyakarta: Depublish
CV Budi Utama
Rukiyah,
Yulianti. (2017). Asuhan Kebidanan
Patologi. Jakarta: Trans Info Media.
Rukiyah,
dkk. (2013). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Sri Wahyuningsih. (2019). Asuhan Keperawatan
Postpartum. Yogyakarta: Deepublish
WHO (Word
Health Organization). Word Health
Statistics. 2015.
No comments:
Post a Comment