DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dislokasi
atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara kedua
permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999)
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang
yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari
posisinya pada sendi.dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma berat yang
mengangu kemampuan ligamen menahan tulang di tempatnya.dislokasi sendi dapat
juga terjadi secara kongenital; misalnya, panggul kadang di jumpai pada bayi
baru lahir (displasia perekmbangan panggul ).
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang
mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak
dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi
tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang
harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi
terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan
(acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk
memberikan gambaran dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
“dislokasi”
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu mengerti konsep dasar medis penyakit dislokasi
b. Mahasiswa
mampu mengerti konsep pemberian asuhan keperawatan penyakit dislokasi
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari dislokasi?
2.
Apa etiologi dari dislokasi?
3.
Bagaimanakah
patofisiologis pada dislokasi?
4.
Apa saja
manifestasi dari dislokasi?
5.
Bagaimanakah penatalaksanaannya ?
6.
Apa saja
komplikasinya ?
7.
Bagaimana prognosis dari penyakit
dislokasi?
8.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dislokasi?
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Defenisi
Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh tidak
berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)
Dislokasi
merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila
sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu.
Bahu, siku, jari, pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering mengalami dislokasi.
(Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi
adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya.Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau mengalami dislokasi.
(Mohamad kartono, 1975)
Dislokasi
adalah pergeseran permukaan articular suatu sendi sehingga aposisi hilang.Sendi
harus diistirahatkan dan diimobilisasi hingga jaringan lunak sembuh, dan pada
beberapa kasus, sendi mungkin perlu pemulihan terbuka. (Brooker Chris,EGC)
Dislokasi
sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah,
edisi 3,Halaman 1046)
Dislokasi
sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi
tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8,
vol 3,Halaman 2355)
Dislokasi
sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan
deformitas.(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).
B.
Etiologi
1. Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah
sepak bola danhoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok
akibatbermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bolapaling
sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan
olah raga seperti benturan
keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanyamenyebabkan dislokasi
3. Terjatuhdari tangga atau terjatuh
saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis: terjadinya ‘tear’ligament
dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang.
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada
tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada
ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi, dari adanya traumatic
akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya
penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi.Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi.Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan
dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur.Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai
D. Manifestasi Klinis
1.
perubahan kontur sendi
2.
perubahan panjang ekstremitas
misalnya dislokasi anterior sendi panggul.
3.
perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
4.
Deformitas pada persendiaan : Kalau sebuah tulang diraba
secara sering akan terdapat suatu celah.Hilangnya
tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada
dislokasi anterior sendi bahu.
5.
Gangguan gerakan (kehilangan mobilitas normal) : Otot-otot
tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
6.
Pembengkakan : Pembengkakan ini dapat parah pada kasus
trauma dan dapat menutupi deformitas.
7.
Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi : Sendi bahu,
sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
8.
Kekakuan
E. Klasifikasi
Klasifikasi dislokasi menurut
penyebabnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)
adalah:
1. Dislokasi congenital, terjadi sejak
lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.
2. Dislokasi spontan atau patologik,
akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang
3. Dislokasi traumatic, kedaruratan
ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,
kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari
jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Dislokasi
berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol
3,Halaman 2356)dapat dibagi menjadi :
1. Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada
shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang. Jika suatu
trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi
pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering
dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung
tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan
tarikan.
Disloksi
berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang .Dislokasi
sendi rahang dapat terjadi karena :Menguap atau terlalu lebar dan terkena
pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat
menutup mulutnya kembali.
2.
Dislokasi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di
posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3.
Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya
jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior
dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan
tulang siku.
4.
Dislokasi Sendi Jari. Sendi jari mudah mengalami dislokasi
dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak.
Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung
tangan.
5.
Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal.
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
6.
Dislokasi Panggul. Bergesernya caput femur dari sendi
panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di
anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum
(dislokasi sentra).
7.
Dislokasi Patella. Paling sering terjadi ke arah lateral,
reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral
patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.Apabila dislokasi dilakukan
berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Sinar X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen
merupakan pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa medis. Pada pasien
dengan dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi
dimana tulang dan sendi berwarna putih.
2. CT Scan
CT Scan yaitu
pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga
memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya.
3.
MRI
MRI merupakan
pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa
menggunakan sinar X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan
lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
G.
Komplikasi
1.
Komplikasi
dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat
cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat
daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
b. Cedera pembuluh darah : Arteri
aksilla dapat rusak
c. Fraktur disloksi
2. Komplikasi lanjut.
a. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi
yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi
b. Dislokasi yang berulang: terjadi
kalau labrum glenoid robek atau
c. Kapsul terlepas dari bagian depan
leher glenoid
d. Kelemahan otot
H. Penatalaksanaan Medis
Penanganan medis secepatnya adalah solusi untuk dislokasi persendian. Obat
penghilang rasa sakit juga dapat diberikan selama penanganan medis. (Davies K,
2007)
1.
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
RICE
a.
R : Rest
(istrirahat)
b.
I : Ice
(kompres dengan es)
c.
C : Compression
(kompresi/pemasangan balut tekan)
d.
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
3.
Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips
atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
4.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan
mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5.
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
I.
Prognosis
Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan
sekitarnya.Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis
buruk.Fraktur periarticular beresiko untuk arthritis posttraumatic dan
kebutuhan untuk penggantian nanti bersama.Dislokasi sendi terjawab memiliki
prognosis buruk dislokasi bahu memiliki
BAB
III
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama
,bahasa yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi
golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) ,
dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :
1) Umur
Pada pasien lansia terjadi
pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara
kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada
anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out
2) Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di
akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya
terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh ,
atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri dan atlit
olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
3)
Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan
pada anak laki – laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas
yang berbeda .
b.
Keluhan utama
Keluhan utama
yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri ,
kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada
daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien
dapat menggunakan metode PQRS.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya
riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas, kecelekaan industri, dan
kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan, pengkajian yang di
dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok .
d.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang
perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit, seperti osteoporosis, dan
osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan, penyakit alinnya seeperti
hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung, anemia,
obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan pada
keluarga klien .
e.
Pengkajian Psikososial dan
Spiritual
Kaji
bagaimana pola interaksi klien terhadap orang–orang disekitarnya seperti
hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.
2.
Pemeriksaan
fisik
Setelah melakukan anamnesis yang
mengarah pada keluhan klien pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung
pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus
pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)
a.
Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera
pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan
tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda
neurogenik syok.
b.
B3 ( brain)
1)
Tingkat kesedaran pada pasien
yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis
2)
Pemeriksaan fungsi selebral
Status mental :observasi
penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien
3)
Pemeriksaan saraf kranial
4)
Pemeriksaan refleks. Pada
pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan refleks patela
biasanya meleamh karna otot hamstring melemah.
c.
B6 (Bone)
1)
Paralisis motorik ekstermitas
terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga
sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena.
2)
Look, pada insfeksi parienum
biasanya di dapatkan adanya pendarahan, pembengkakan dan deformitas.
3)
Fell, kaji adanya derajat
ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis.
4)
Move, disfungsi motorik yang
paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan discontinuitas jaringan
2.
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi
3.
Resiko tinggi trauma yang
berhubungan dengan ketidaktahuan teknik mobilisasi dan imobilisasi.
4.
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5.
Gangguan bodi image berhubungan
dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh
C.
Intervensi Keperawatan
No |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
discontinuitas jaringa |
Rasa nyeri teratasi dengan KH : 1. Klien tampak tidak
meringis lagi. 2. Klien tampak rileks |
1. Kaji skala nyeri 2
Berikan posisi relaks
pada pasien 3
Ajarkan teknik
distraksi dan relaksasi 4
Berikan lingkungan
yang nyaman, dan aktifitas hiburan 5
Kolaborasi pemberian
analgesic |
1.
Mengetahui intensitas
nyeri 2. Posisi
relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri. 3. Tehnik
relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri. 4. Meningkatkan
relaksasi pasien 5. Analgesik
Mengurangi nyeri |
2. |
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas dan nyeri saat mobilisasi |
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama
masa penyembuhan. KH : 1.
melaporkan
peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) 2.
menunjukkan penurunan
tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah
masih dalam rentang normal |
1. Kaji
tingkat mobilisasi pasien 2. Berikan
latihan ROM 3. Anjurkan
penggunaan alat Bantu jika diperlukan 4. Monitor
tonus otot 5. Membantu
pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga |
1.
menunjukkan tingkat
mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya 2.
Memberikan
latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi 3.
Alat bantu
memperingan mobilisasi pasien 4.
agar
mendapatkan data yang akurat 5.
Dapat membnatu pasien
untuk imobilisasi |
3. |
Resiko tinggi trauma yang
berhubungan dengan ketidaktahuan teknik mobilisasi dan imobilisasi. |
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam, informasi terpenuhi. Kriteria hasil : klien mengungkapkan keinginan untuk
melakukan mobilisasi yang optimal. |
1. Kaji tinggak pengetahuan klien tentang cara mobilisasi 2. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang
pentingnya mobilisasi 3. Ajarkan latihan gerak sendi (ROM) pasca reduksi sejak
dini 4. Ajarkan untuk menggerakkan lokasi yang mengalami
dislokasi secara abduksi minimal setelah 3 minggu |
1. Menjadi data dasar sesuai dengan tinggkat pengetahuan
yang klien miliki. 2. Membantu klien memcapai penerimaan terhadap kondinya
yang melalui teknik rasionalisasi. 3. Latihan rentang gerak aktif bertujuan mencegah
terjadinya kontraktur. 4. Aktivitas kombinasi abduksi dan rotasi lateral mulai di
lakukan secara perlahan – lahan sesuai dengan tingkat kemampuan klien
terhadap respon nyeri. |
4. |
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit |
kecemasan pasien teratasi dengan KH : 1. klien tampak
rileks 2. klien tidak
tampak bertanya – tanya |
1. kaji
tingakat ansietas klien 2. Bantu
pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya 3. Kaji
pengetahuan Pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya. 4. Berikan
informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien |
1.
mengetahui tingakat
kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya. 2.
Mengali pengetahuan
dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien 3.
agar perawat tau
seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya 4.
Agar pasien mengerti
tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi |
5 |
Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas
dan perubahan bentuk tubuh. |
Pasien bisa mengatasi body image pasien |
1.
Kaji konsep diri
pasien 2.
Kembangkan BHSP
dengan pasien 3.
Bantu pasien
mengungkapkan masalahnya 4.
Bantu pasien
mengatasi masalahnya. |
1. Dapat
mengetahui pasien 2. Menjalin
saling percaya pada pasien 3. Menjadi
tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalah nya 4. mengetahui
masalah pasien dan dapat memecahkannya |
D. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh
tidak berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)
Dislokasi
merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila
sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu.
Bahu, siku, jari, pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering mengalami dislokasi.
(Thygerson A, dkk, 2011)
Dislokasi
adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya.Seseorang yang
tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi rahangnya terlepas dari
tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau mengalami dislokasi.
(Mohamad kartono, 1975)
Dislokasi terjadi saat ligarnen
rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang
normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau
trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
B. Saran
Kami menyadari
masih banyak terdapat kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan
sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih
baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR P USTAKA
Ardiartana. 2013. Askep Dislokasi. http://ardiartana.wordpress.com/xmlrpc. php diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pukul 14:23 WITA
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Davies, K. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. East Sussex: The Ivy.
Dhanti. 2013. Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dislokasi. http://keperawatan blog.wordpress.com/xmlrpc.php diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21.20 WITA
Mohamad, Kartono. 1975. Pertolongan pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Muttaqin, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Dislokasi. http://www.w3.org/1999/xhtml diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21:17 WITA
No comments:
Post a Comment