Saturday, 20 November 2021

MAKALAH DISLOKASI

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN.. 2

Latar Belakang. 2

Tujuan. 3

Rumusan Masalah. 3

BAB II KONSEP DASAR MEDIS. 4

Defenisi 4

Etiologi 5

Patofisiologi 5

Manifestasi Klinis. 5

Klasifikasi 6

Pemeriksaan Penunjang. 8

Komplikasi 8

Penatalaksanaan Medis. 9

Prognosis. 9

BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN.. 10

Pengkajian. 10

Diagnosa Keperawatan. 12

Intervensi Keperawatan. 13

Evaluasi 12

BAB III PENUTUP. 17

Kesimpulan. 17

Saran. 17

DAFTAR PUSTAKA.. 18

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dislokasi  atau luksasio adalah  kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,1999)  terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi,  Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari posisinya pada sendi.dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma berat yang mengangu kemampuan ligamen menahan tulang di tempatnya.dislokasi sendi dapat juga terjadi secara kongenital; misalnya, panggul kadang di jumpai pada bayi baru lahir (displasia perekmbangan panggul ).

Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Untuk memberikan gambaran dan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien “dislokasi”

2.      Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu mengerti konsep dasar medis penyakit dislokasi

b.      Mahasiswa mampu mengerti konsep pemberian asuhan keperawatan penyakit dislokasi

C.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1.      Apa pengertian dari dislokasi?

2.      Apa etiologi dari dislokasi?

3.      Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?

4.      Apa saja manifestasi dari dislokasi?

5.      Bagaimanakah penatalaksanaannya ?

6.      Apa saja komplikasinya ?

7.      Bagaimana prognosis dari penyakit dislokasi?

8.      Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dislokasi?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

 

A.  Defenisi

Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh tidak berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)

Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu, siku, jari, pinggul, lutut,  dan pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya.Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau mengalami dislokasi. (Mohamad kartono, 1975)

Dislokasi adalah pergeseran permukaan articular suatu sendi sehingga aposisi hilang.Sendi harus diistirahatkan dan diimobilisasi hingga jaringan lunak sembuh, dan pada beberapa kasus, sendi mungkin perlu pemulihan terbuka. (Brooker Chris,EGC)

Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011. Buku Ajar lImu Bedah, edisi 3,Halaman 1046)

Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2355)

Dislokasi sendi adalah fragmen frakrtur saling terpisah dan menimbulkan deformitas.(Kowalak, 2011, Buku Ajar Patofisiologi, Halaman 404).

 

 

 

B.  Etiologi

1.    Cedera olah raga. Olahraga  yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola danhoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibatbermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bolapaling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2.    Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanyamenyebabkan dislokasi

3.    Terjatuhdari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4.    Patologis: terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang.

C.  Patofisiologi

Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi, dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi.Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi.Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur.Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai

D.  Manifestasi Klinis

1.    perubahan kontur sendi

2.    perubahan panjang ekstremitas misalnya dislokasi anterior sendi panggul.

3.    perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

4.    Deformitas pada persendiaan : Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.

5.    Gangguan gerakan (kehilangan mobilitas normal) : Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.

6.    Pembengkakan : Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.

7.    Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi : Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.

8.    Kekakuan

E.  Klasifikasi

Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) adalah:

1.    Dislokasi congenital, terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, paling sering terlihat pada pinggul.

2.    Dislokasi spontan atau patologik, akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang

3.    Dislokasi traumatic, kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Dislokasi berdasarkan tipe kliniknya (Brunner & Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356)dapat dibagi menjadi :

1.    Dislokasi Akut, Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi

2.    Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Disloksi berdasarkan tempat terjadinya :

1.    Dislokasi Sendi Rahang .Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :Menguap atau terlalu lebar dan terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

2.    Dislokasi Sendi Bahu. Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).

3.    Dislokasi Sendi Siku. Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.

4.    Dislokasi Sendi Jari. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.

5.    Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal. Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.

6.    Dislokasi Panggul. Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).

7.    Dislokasi Patella. Paling sering terjadi ke arah lateral, reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.

 

F.   Pemeriksaan Penunjang

1.      Sinar X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik untuk menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dengan dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2.      CT Scan

CT Scan yaitu pemeriksaan sinar X yang lebih canggih dengan bantuan komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.

3.      MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi radio tanpa menggunakan sinar X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh  (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

G.      Komplikasi

1.      Komplikasi dini

a.    Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

b.    Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

c.    Fraktur disloksi

2.      Komplikasi lanjut.

a.    Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi

b.    Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau

c.    Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

d.   Kelemahan otot

H.  Penatalaksanaan Medis

Penanganan medis secepatnya adalah solusi untuk dislokasi persendian. Obat penghilang rasa sakit juga dapat diberikan selama penanganan medis. (Davies K, 2007)

1.        Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.

       RICE

a.    R     : Rest (istrirahat)

b.    I      : Ice (kompres dengan es)

c.    C     : Compression (kompresi/pemasangan balut tekan)

d.   E     : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

2.        Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.

3.        Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.

4.        Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi

5.        Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

I.     Prognosis

Prognosis tergantung pada sendi tertentu dislokasi dan cedera jaringan sekitarnya.Cedera saraf dan arteri disekitar sendi memiliki prognosis buruk.Fraktur periarticular beresiko untuk arthritis posttraumatic dan kebutuhan untuk penggantian nanti bersama.Dislokasi sendi terjawab memiliki prognosis buruk dislokasi bahu memiliki

 

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1.      Anamnesis

a.        Identitas klien meliputi nama ,jenis kelamin ,usia ,alamt ,agama ,bahasa yang digunakan ,stattus perkawinan ,pendidikan, pekerjaan,asuransi golongan darah ,nomor registrasi , tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan diagnosis medis. Dengan fokus ,meliputi :

1)      Umur

Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak , biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out

2)      Pekerjaan

Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh , atupun kecelakaan di tempat kerja , kecelakaan industri  dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll

3)      Jenis kelamin

Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .

b.      Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri , kelemahan dan kelumpuhan ,ekstermitas , nyeri tekan otot , dan deformitas pada daerah trauma ,untuk mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode PQRS.

c.       Riwayat penyakit sekarang

Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas, kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan, pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok .

d.      Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit, seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan, penyakit alinnya seeperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus, penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .

e.       Pengkajian Psikososial dan Spiritual

Kaji bagaimana  pola interaksi klien terhadap orang–orang disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun dengan perawat.

2.      Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan B6 (bone)

a.       Keadaan umum

Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran ,periksa adanya perubahan tanda-tanda vital ,yang meliputi brikardia ,hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.

b.        B3 ( brain)

1)      Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah kompos mentis

2)      Pemeriksaan fungsi selebral

Status mental :observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara ,ekspresi wajah aktivitas motorik klien

3)      Pemeriksaan saraf kranial

4)      Pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah.

c.         B6 (Bone)

1)        Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi segmental dan saraf yang terkena.

2)        Look, pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya pendarahan, pembengkakan dan deformitas.

3)        Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi pada ramus dan simfisi fubis.

4)        Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada daerah ekstermitas.

B. Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

3.      Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan ketidaktahuan teknik mobilisasi dan imobilisasi.

4.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

5.      Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh

 

 

 

C.    Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringa

Rasa nyeri teratasi dengan

KH :

1. Klien tampak tidak meringis lagi.

2. Klien tampak rileks

1. Kaji skala nyeri

 

2    Berikan posisi relaks pada pasien

3    Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

4    Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan

5    Kolaborasi pemberian analgesic

1.    Mengetahui intensitas nyeri

2.    Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran pasien pada nyeri.

3.    Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.

4.    Meningkatkan relaksasi pasien

5.    Analgesik Mengurangi nyeri

 

2.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

KH :

1.      melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)

2.      menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal

1.      Kaji tingkat mobilisasi pasien

 

 

2.      Berikan latihan ROM

 

3.      Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan

 

4.      Monitor tonus otot

 

5.      Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun keluarga

1.      menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan intervensi selanjutnya

2.       Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi

3.      Alat bantu memperingan mobilisasi pasien

 

 

4.      agar mendapatkan data yang akurat

5.      Dapat membnatu pasien untuk imobilisasi

3.

Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan ketidaktahuan teknik mobilisasi dan imobilisasi.

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam, informasi terpenuhi.

Kriteria hasil : klien mengungkapkan keinginan untuk melakukan mobilisasi yang optimal.

1.      Kaji tinggak pengetahuan klien tentang cara mobilisasi

2.      Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang pentingnya mobilisasi

 

 

3.      Ajarkan latihan gerak sendi (ROM) pasca reduksi sejak dini

4.      Ajarkan untuk menggerakkan lokasi yang mengalami dislokasi secara abduksi minimal setelah 3 minggu

1.      Menjadi data dasar sesuai dengan tinggkat pengetahuan yang klien miliki.

2.      Membantu klien memcapai penerimaan terhadap kondinya yang melalui teknik rasionalisasi.

 

3.      Latihan rentang gerak aktif bertujuan mencegah terjadinya kontraktur.

4.      Aktivitas kombinasi abduksi dan rotasi lateral mulai di lakukan secara perlahan – lahan sesuai dengan tingkat kemampuan klien terhadap respon nyeri.

4.

Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

kecemasan pasien teratasi dengan

KH :

1.      klien tampak rileks

2.      klien tidak tampak bertanya – tanya

1.      kaji tingakat ansietas klien

 

 

 

2.      Bantu pasien  mengungkapkan rasa cemas atau takutnya

 

3.      Kaji pengetahuan Pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.

 

4.      Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien

1.      mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan intervensi selanjutnya.

2.      Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi kecemasan pasien

3.      agar perawat tau seberapa tingkat pengetahuan pasien dengan penyakitnya

 

4.      Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas lagi

5

Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

Pasien bisa mengatasi body image pasien

1.         Kaji konsep diri pasien

 

2.         Kembangkan BHSP dengan pasien

 

3.          Bantu pasien mengungkapkan masalahnya

 

4.         Bantu pasien mengatasi masalahnya.

1.      Dapat mengetahui pasien

 

2.      Menjalin saling percaya pada pasien

 

 

 

3.      Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan masalah nya

4.      mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya

D.  Evaluasi

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dislokasi persendian adalah suatu kondisi dimana posisi tulang pada tubuh tidak berada ditempat yang tepat. (Pearce EC, 2000)

Dislokasi merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi.Dislokasi terjadi bila sendi terlepas dan terpisah, dengan ujung ujung tulang tidak lagi menyatu. Bahu, siku, jari, pinggul, lutut,  dan pergelangan kaki merupakan sendi sendi yang paling sering mengalami dislokasi. (Thygerson A, dkk, 2011)

Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempat yang seharusnya.Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulut, adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain sendi rahangnya terlepas atau mengalami dislokasi. (Mohamad kartono, 1975)

Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B.  Saran

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,  kami mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

 

 

 

 

 

DAFTAR P USTAKA

 

Ardiartana. 2013. Askep Dislokasi. http://ardiartana.wordpress.com/xmlrpc. php diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pukul 14:23 WITA

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Davies, K. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. East Sussex: The Ivy.

Dhanti. 2013. Asuhan Keperawatan Muskuloskeletal Dislokasi. http://keperawatan blog.wordpress.com/xmlrpc.php diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21.20 WITA

Mohamad, Kartono. 1975. Pertolongan pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Muttaqin, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Wicaksono, Emirza Nur. 2013. Dislokasi. http://www.w3.org/1999/xhtml diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21:17 WITA

 

 

No comments:

Post a Comment