DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1...........
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A.
Klasifikasi
Vegetasi ..................................................................................... 3
B.
Klasifikasi
Vegetasi Secara Fisiognomi Struktural, Floristik dan
Numerik....................................................................................................... 5
C.
Ekosistem
Pegunungan Di Kawasan Tropis .............................................. 15
D.
Pengelolaan
Mintakat ................................................................................ 18
BAB III PENUTUP............................................................................................. 21
A.
Kesimpulan
................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sesungguhnya sangatlah sulit untuk
menelusuri kapan kajian Vegetasi dimulai. Istilah Vegetasi diperkenalkan oleh
Ernst Haecckel (1866) dengan pengertian: Vegetasi adalah disiplin ilmu yang
mempelajari seluk beluk ekonomi alam, sesuatu kajian mengenai hubungan
anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya yang kemudian pengertian ini
diperluas, yang umumnya tertera dalam berbagai kamus dan ensiklopedia, menjadi
kajian mengenai hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tadi, sebenarnya Theophrastus
seorang sahabat dan rekan kerja dari Aristoteles telah banyak menulis tentang
hubungan timbal balik antara organisma hidup dengan lingkungannya. Tetapi yang
dianggap sebagai pemula dan mengarah pada kajian yang bersifat modern adalah
para ahli geografi tumbuhan seperti Humboldt, de Condolle, Engler, Gray dan
Kerner. Mereka menulis tentang distribusi tumbuh-tumbuhan, meskipun banyak
hal-hal yang masih belum terjawab dengan sempurna sampai sekarang. Dasar-dasar
dalam geografi tumbuhan ini merupakan pangkal dan kemudian berkembang menjadi
kajian komunitas tumbuhan atau Vegetasi komunitas.
Kajian Vegetasi komunitas ini kemudian berkembang ke
dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh Braun- Blanquet (1932)
yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik dengan
komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika,
seperti para pakar Vegetasi tumbuhan Cowles (1899): Clements (1916) dan Gleason
(1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan.
Sedangkan Shelford (1913, 1937), Adams (1909), dan
Dice (1943) di Amerika, serta Elton (1927) di Inggris mengungkapkan hubungan
timbal balik antara tumbuhan dengan hewan.
Pada saat yang bersaman perhatian terhadap dinamika
populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis
dipelopori oleh Lotka (1925),sedangkan Voltera (1926) menstimulasi pendekatan-pendekatan
secara eksperimental. Pada tahun 1935 Gause menemukan interaksi antara hewan
pemangsa dengan hewan mangsanya dan hubungan kompetitif di antara species, dan
pada saat yang sama pula Nicholson mempelajari kompetisi intra-species.
Kemudian Anrewtha dan Birch (1954) serta studi lapangan oleh Lack (1954)
menemukan dasar-dasar yang luas untuk kajian regulasi populasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Vegetasi Tumbuhan
Vegetasi berkembang melalui dua jalur, jalur hewan
dan jalur tumbuhan. Para ahli Vegetasi tumbuhan memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara tumbuhan dengan lingkungannya. Kajian Vegetasi tumbuhan pula
bukan hal yang baru, pada tahun 1305 Petrus de Crescetius sudah menulis suatu
karangan mengenai adanya sifat persaingan hidup dalam tumbuhan. Kemudian King
(1685) merupakan orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam
komunitas tumbuhan. Warming (1891) mulai pula menguraikan tentang proses
suksesi tumbuhan yang terjadi di bukit pasir sepanjang pantai Denmark. Pada
saat itu memang Vegetasi tumbuhan telah diakui sebagai disiplin ilmu baru.
Beberapa pakar Vegetasi tumbuhan yang patut dicatat
sebagai pelopor dalam mengembangkan kajian ini:
1. Clements;
sejak tahun 1905 menulis buku teks Vegetasi yang menerangkan tentang metoda
pengukuran dan pemasangan kuadrat dalam kajian Vegetasi lapangan. Buku ini
sampai sekarang dihargai sebagai dasar dalam perkembangan baru para ilmuwan
lainnya.
2. Cowles;
terpengaruh oleh karya Warming mengadakan kajian dan menulis tentang suksesi
tumbuhan di bukit sepanjang pesisir danau Michigan, bahkan menguraikan pula
peranan iklim, fisiografi dan biota lainnya dalam suksesi ini. Seri bukunya
telah dimulai sejak 1899.
3. Tansley;
menyumbangkan karya ilmiah klasiknya yang tidak tertandingi sampai sekarang
yaitu buku yang berjudul ”The British Isles and Their Vegetation”.
B.
Hubungan
antara Vegetasi dan Dinamika Masyarakat
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan terdahulu, Vegetasi
tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu,
populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem Vegetasi yang
dikaji dalam Vegetasi tumbuhan ini. Masing-masing tingkatan adalah bersifat
nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat diukur dan
diobservasi struktur dan operasionalnya.
Individu dan populasi tidak terpisah-pisah, mereka
membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan energi dan materi
membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor
lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu,
kajian Vegetasi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinVegetasi
dan autVegetasi.
SinVegetasi, berdasarkan falsafah dasar bahwa
tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat
tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan
dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup.
Dalam sinVegetasi komunitas tumbuhan atau vegetasi
mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh,
matang dan akhirnya mati. Dua bidang kajian utama dalam sinVegetasi adalah:
- bidang
kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan, dan
- bidang
kajian tentang analisis ekosistem
AutVegetasi, falsafah yang mendasarinya adalah
dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan
sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi
keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang
dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah.
Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai
bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator lingkungan hidup.
Bidang kajian ini dikenal dengan Vegetasi fisiologi
C.
Populasi
Lokal dan Ras Vegetasi
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada
kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi
diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang
terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.
Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam
proses evolusi, pertukaran gena terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang
relatif lama shingga terjadi struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut
dan akan berbeda dengan struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk
species yang sama. Hal ini dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi
terhadapnya, sehingga menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang
memberi kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan
berkembang dalam jumlah yang semakin banyak jika dibandingkan dengan
individu-individu yang tidak tahan.
Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat
teradaptasi terhadap suatu lingkungan adalah dengan pengembangan dan
pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi seksual dalam populasi. Hasilnya
adalah sekelompok atau susunan individu-individu yang masing-masing berbeda
dalam toleransinya terhadap lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai
kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang
ekstrim daripada rata-rata anggota populasi lainnya. Dengan demikian
kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi mempersiapkan populasi
terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal terhadap kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang
relatif lama dan lamban sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini
bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur gena
merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan ini sebagai
mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami.
Dalam suatu
kawasan yang secara umum mempunyai kondisi yang relatif sama, populasi lokal
dari species yang ada berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap
lingkungan yang relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan
species lokal lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim
yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras Vegetasi.
Contoh yang terkenal dari ras Vegetasi adalah di Skandinavia dimana terdapat
dua populasi yang secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang sama
meskipun kedua populasi ini mempunyai karakteristika yang berbeda. Populasi di
daerah pegunungan mempunyai karakteristika bentuk morfologi yang kerdil dan
berbunga cepat, sedangkan populasi di daerah pantai bentuk morfologinya tinggi
tetapi berbunga lambat. Orang semula memperkirakan bila individu dari populasi
di pegunungan dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai maka akan tumbuh dengan
karakteristika populasi pantai, demikian pula sebaliknya.
Akan tetapi setelah Goete Turesson mencobanya, yaitu
individu dari populasi pegunungan ditumbuhkan di pantai, dan individu dari
populasi pantai ditumbuhkan di pegunungan, ternyata masing-masing tumbuh sesuai
dengan karakteristik asalnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masing-masing
anggota populasi sudah sedemikian rupa terseleksi oleh alam lingkunganya dalam
waktu yang cukup lama, sehingga karakterisktik susunan genanya bersifat khusus.
Contoh-contoh lain biasanya akan diketemukan pada daerah kontinental yang luas.
Jadi suatu ras Vegetasi adalah juga populasi lokal
yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya.
Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan yang
luas berubah secara teratur, maka adaptasi genetikanya akan terjadi secara
teratur pula, dan dengan demikian sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang
nyata seperti pada ras yang terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang
berurutan, yang memperlihatkan keteraturan secara terus-menerus atau kontinu
dalam sifat genetikanya sebagai penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya.
Populasi-populasi dari sekelompok organisma-organisma dengan karakteristika
yang berbeda secara teratur atau berurutan ini disebut ekoklin.
Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu species
dapat merupakan ras Vegetasi atau berupa kompleks dari ekoklin.
Dua pendekatan dalam kajian populasi ini, yaitu
melalui Vegetasi populasi yang mendalami pertumbuhan suatu populasi dan
interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di dalam pengaruh
faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol. Pendekatan lainnya
yaitu mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species dalam usaha
untuk mempelajari genetika species sebagai penentu toleransinya terhadap
kondisi lingkungannya, kajian ini disebut Vegetasi gena atau Vegetasi fisiologi
perbandingan.
Pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada Vegetasi
populasi.
Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu
biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi.
Kerapatan populasi dapat dinyatakan dalam: jumlah individu persatuan luas, atau
dapat pula dinyatakan dalam biomasa persatuan luas (bila populasi tersebut
dibentuk oleh individu-individu dengan ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan
dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).
Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya
akan mengalami perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian
kecepatan memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat
ditentukan oleh berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian,
perpindahan masuk, dan perpindahan keluar). Dalam Vegetasi tumbuhan dinamika
populasi ini merupakan kajian yang menarik dikaitkan dengan kajian suksesi,
lihat pembahasan suksesi.
Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan
oleh kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung
dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini
persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung oleh
organisma tersebut.
Meskipun dalam pembahasan di atas populasi
seolah-olah tetap pada kapasitas tampungnya, tetapi pada kenyataanya
berkecenderungan untuk berfluktuasi di atas dan di bawah kapasitas tampungnya.
Berbagai faktor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi ini, yaitu:
perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan faktor fisika dan mungkin
juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan jumlah plankton
yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut ”plankton bloom”.
Fluktuasi tahunan yang disebabkan:
1. Faktor
dalam, misalnya karakteristika atu toleransi yang berebda antara tumbuhan
dewasa dengan kecambah dan anakan pohonnya.
2. Faktor
luar, misalnya intraksi dengan populasi lain, baik tumbuhan maupun hewan.
D.
Pola
Penyebaran Individu
Penyebaran atau distribusi individu dalam suatu
populasi bisa bermacam-macam. Pada umunya memperlihatkan tiga pola penyebaran,
yaitu: penyebaran secara acak, penyebaran merata dan penyebaran berkelompok.
Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam.
Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungannya sangat
seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada
sifat-sifat untuk berkelompok dari organisma tersebut.
Penyebaran secara merata umum terdapat pada
tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat di
antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya
persaingan untuk mendaptkan nutrisi dan ruang.
Penyebaran secara berkelompok adalah yang paling
umum terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama
disebabkan oleh berbagai hal:
- Respons
dari organisma terhadap perbedaan habitat secara lokal
- Respons
dari organisma terhadap perubahan cuaca musiman
- Akibat dari
cara atau proses reporduksi/regenerasi
- Sifat-sifat
organisma dengan organ vegetatifnya yang menunjang untuk terbentuknya
kelompok atau koloni.
E.
Dampak
Manusia Terhadap Ekosistem
Ketika populasi manusia tumbuh hingga mencapai suatu
jumlah yang sangat besar, aktivitas dan kemampuan teknologi kita dalam satu dan
lain hal telah mengganggu dinamika sebagian besar ekosistem. Bahkan saat kita
masih belum secara sempurna me•rusak suatu sistem alamiah, tindakan kita telah
mengganggu struktur trofik, aliran energi, dan siklus kimia ekosistem pada
sebagian besar wilayah dan daerah di dunia ini. Pengaruh itu kadang-kadang
bersifat lokal atau regional, akan tetapi dampak Vegetasis manusia dapat
menyebar luas atau bahkan secara global. Sebagai contoh, presipitasi asam bisa
dibawa oleh angin dan jatuh ratusan atau bahkan ribuan mil dari cerobong yang
menge• luarkan bahan kimia yang menghasilkannya.
- Populasi
manusia mengganggu siklus kimia di seluruh biosfer
Aktivitas manusia seringkali mengganggu siklus
nutrien dengan cara mengeluarkan nutrien dari satu bagian biosfer dan
menam•bahkannya ke bagian biosfer lainnya. Keadaan ini bisa meng•akibatkan
kehabisan nutrien pokok dalam satu daerah, kelebihan di daerah lain, dan
gangguan pada keseimbangan alamiah siklus kimia pada kedua lokasi tersebut.
Sebagai contoh, nutrien dalam tanah lahan pertanian akan segera muncul dalam
buangan manusia dan ternak, dan kemudian muncul dalam anak sungai dan danau
melalui aliran permukaan dari ladang dan dibuang sebagai buangan cair.
Seseorang yang memakan sepotong brokoli di Washington D.C. sedang mengkonsumsi
nutrien yang mungkin hanya beberapa hari sebelumnya berada di California; dan
beberapa saat kemudian, beberapa nutrien ini.akan
berada dalam Sungai Potomac dalam perjalanannya
menuju ke laut, setelah melewati sistem pencernaan seseorang dan fasilitas
pembuangan limbah cair.
Manusia telah mengganggu siklus nutrien sampai suatu
derajat tertentu sehingga tidak mungkin lagi memahami setiap siklus tanpa harus
memasukan pengaruh manusia di dalamnya. Selain dari pengangkutan nutrien dari
satu lokasi ke lokasi lain, kita telah menambahkan bahan yang keseluruhan baru,
banyak di antaranya bersifat toksik bagi ekosistem. Berikutnya beberapa contoh
dampak yang ditimbulkan manusia terhadap siklus kimia dalam ekosistem.
- Dampak
Pertanian terhadap Siklus Nutrien
Produksi pangan bagi populasi manusia Bumi yang
semakin meningkat mempunyai banyak pengaruh pada dinamika eko•sistem, yang
dimulai dari banyaknya spesies ikan yang hampir punah di beberapa daerah akibat
penangkapan yang berlebihan, sampai ke penyebaran senyawa beracun untuk
pengendalian hama di lahan-lahan pertanian, sampai habisnya persediaan air
permukaan dan air tanah oleh irigasi. Bagaimana pertanian mempengaruhi siklus
nutrient ?
Setelah vegetasi alamiah dibersihkan dari suatu daerah,
tanaman bisa ditanam untuk beberapa waktu tanpa menam• bahkan nutrien tambahan
karena adanya cadangan nutrien di dalam tanah. Akan tetapi, dalam suatu
ekosistem pertanian, suatu fraksi yang cukup besar dari nutrien-nutrien ini
tidak didaur ulang, akan tetapi diekspor dari daerah itu dalam bentuk biomassa
tanaman. Periode "bebas" untuk produksi tanaman• ketika tidak ada
kebutuhan untuk menambahkan nutrien ke dalam tanah sangat bervariasi. Sebagai
contoh, ketika beberapa lahan padang rumput (prairie) di Amerika Utara pertama
kali ditanami, produksi tanaman yang baik dapat dihasilkan selama beberapa
tahun karena cadangan bahan organik dalam jumlah besar dalam tanah tersebut
terus mengalami penguraian dan menyediakan nutrien. Sebaliknya, beberapa lahan
yang dibersih•kan di daerah tropis dapat ditanami hanya selama satu atau dua
tahun karena sangat sedikit nutrien yang terkandung dalam tanah di ekosistem
tersebut. Akhirnya, di banyak daerah dengan pertanian intensif, cadangan
alamiah nutrien menjadi menipis. Ketika hal ini terjadi, pupuk harus digunakan.
Pupuk yang disintesis secara industri yang digunakan secara luas saat ini
dihasilkan dengan biaya yang sangat besar dari segi uang dan energi.
Pertanian mempunyai suatu dampak yang sangat besar
terhadap siklus nitrogen. Pengolahan, penghancuran dan pen• campuran tanah
meningkatkan laju penguraian bahan organik, yang membebaskan nitrogen yang
dapat digunakan yang ke•mudian dikeluarkan dari ekosistem tersebut ketika
tanaman itu dipanen. Seperti kita lihat dalam kasus Hubbard Brook, eko•sistem
yang tumbuhan hidupnya dikeluarkan dari ekosistem tersebut akan mengalami
kehilangan nitrogen, bukan saja karena nitrogen tersebut dikeluarkan
bersama-sama dengan tumbuhan itu sendiri, tetapi karena tidak ada tanaman yang akan
menangkap nitrogen. Nitrat akan terus tercuci dari ekosistem tersebut. Pupuk
yang disintesis secara industri digunakan untuk menutupi kehilangan nitrogen
yang dapat digunakan pada ekosistem per• tanian. Kajian baru-baru ini
menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah melipatgandakan persediaan nitrogen
terfiksasi di bumi yang tersedia bagi produsen primer. Penyebab utamanya adalah
fiksasi nitrogen industri untuk pupuk, akan tetapi peningkatan penanaman
tumbuhan polong-polongan dan pembakaran juga penting. (Kebakaran membebaskan
senyawa nitrogen yang tersimpan dalam tanah dan vegetasi, dengan demikian
meningkatkan siklus senyawa nitrogen yang tersedia bagi organisme.
fotosintesis.) Sebagian nitrogen yang berlebihan dalam tanah akan tercuci ke
bawah.
Peningkatan Fiksasi nitrogen juga dihubungkan dengan
pem•bebasan senyawa nitrogen (N2 dan nitrogen oksida) yang
lebih besar ke udara oleh organisme denitrifikasi
(lihat Gambar 11). Nitrogen oksida dapat menyebabkan pemanasan atmosfer,
penipisan ozon atmosfer, dan dalam beberapa ekosistem menyebabkan hujan asam.
Banyak nitrogen dalam pupuk juga berakhir dalam air permukaan di mana nitrogen
tersebut dapat merangsang pertumbuhan alga dan bakteri
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vegetasi berkembang melalui dua jalur, jalur hewan
dan jalur tumbuhan. Para ahli Vegetasi tumbuhan memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara tumbuhan dengan lingkungannya. Kajian Vegetasi tumbuhan pula
bukan hal yang baru, pada tahun 1305 Petrus de Crescetius sudah menulis suatu
karangan mengenai adanya sifat persaingan hidup dalam tumbuhan. Kemudian King
(1685) merupakan orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam
komunitas tumbuhan. Warming (1891) mulai pula menguraikan tentang proses
suksesi tumbuhan yang terjadi di bukit pasir sepanjang pantai Denmark. Pada
saat itu memang Vegetasi tumbuhan telah diakui sebagai disiplin ilmu baru
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, A.
(2004). Falsafah Kalam di Era Post Modernisme. Yogyakarta: Pustaka.
Aldrian, E.
(2003). Simulations of Indonesian rainfall with a Hierarchy of Climate Models.
Examensarbeit Nr. 92, [Available from Max-Planck - Institut iir Meteorologie,
Bundesstrasse 55, D-20146, Hamburg, Germany.],
Craves, J.
(2006). What is shade-grown coffee? Retrieved from http://www.coffee
habitat.com/
Christiansen, C.
T. (2012). The Oposing Paradigms in Resource Limitation on Plant Growth.
Retrieved from http:// http://post.queensu.ca/~biol953/
Hanaiah, K.A.
(2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Graindo Persada.
Hannelius, S.
& Kuusela, K. (1995). The Country of evergreen forests. Finland: Forssan
Kirjapaino Oy.
No comments:
Post a Comment