KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan............................................... 3
2.1.1 Fase
Implantasi............................................................................ 5
2.1.2 Pemajangan Fungsi Korpus Luteum............................................ 6
2.1.3 Desidua
& Hormon Desidua ...................................................... 7
2.1.4 Kompartemen Plasenta................................................................ 8
2.1.5 Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan.............................................. 8
3.1 Perubahan Payudara Selama
Kehamilan................................................. 8
3.1.1 Perubahan
Payudara Di Trimester I............................................. 9
3.1.2 Perubahan payudara pada trimester II ........................................ 9
3.1.3 Perkembangan
payudara ........................................................... 10
3.1.4 Penyuluhan
Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas Lamteuba Kacamatan Seulimum
Kabupaten Aceh Besar............................................. 11
4.1. Struktur Plasenta................................................................................... 11
4.1.1 Pembentukan
Plasenta............................................................... 13
4.1.2 Fungsi
Plasenta ......................................................................... 14
4.1.3 Sirkulasi
Darah Plasenta ........................................................... 15
4.1.4 Perkembangan
Plasenta............................................................. 16
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 17
3.2 Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu
bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar
endokrin.. Disebut demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke
seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus Sistem kerja hormon
berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon
tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut
homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh
kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid,
paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau
testis).
Kehamilan merupakan suatu
anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita,
sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Kehamilan merupakan fenomena normal yang terjadi karena adanya pertemuan
sel sperma dengan sel telur di tuba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan
endometrium yang akan berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal 280
hari atau 40 minggu.
Proses kehamilan yang dialami
setiap wanita akan menimbulkan perubahan-perubahan pada fisik, maupun
psikologis. Direncanakan atau tidak, calon ibu perlu mempersiapkan diri secara
psikologis sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan.
Janin di dalam kandungan
memerlukan makanan dan nutrisi yang tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu,
janin memiliki pengikatan antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai
plasenta. Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang lebih satu minggu pertama.
Pada plasenta terdapat berbagai macam fungsi diantaranya sebagai respirasi,
ekskresi dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu dan
janin.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana menjelasakan definisi dari
kerja hormon, apa pengertian dari kelenjar endokrinologi, apa macam-macam dari
hormone reproduksi, dan menjelaskan klafikasi kelenjar endokrin pada janin
2.
Rumusan masalah yang kami angkat yaitu mengenai perubahan
payudara pada ibu hamil trimester I dan II
3.
Menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan plasenta
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi dan Psikologi Kehamilan, Persalinan,
Nifas, dan BBL
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan
Gambar 1. Interaksi antara ibu dan janin, dikenal
sebagai foto plasenta unit, tempat utama untuk repoduksi dan sekresi hormon
protein dan steroid.
Endokrinologi kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin maupun
metabolik yang terjadi pada batas antara ibu dan janin yang dikenal sebagai
unit plasenta-janin. Struktur ini adalah merupakan tempat utama produksi dan
sekresi hormon steroid dan protein. Perubahan endokrin dan metabolik yang
terjadi selama kehamilan merupakan akibat langsung dari sinyal hormon yang
dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan perkembangan kehamilan tergantung
dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Pengaturan neuro endokrindi dalam
plasenta, pada janin dan kompartemen ibu sangat penting dalam mengarahkan
pertumbuhan janin dan perkembangannya sebagaimana juga dalam mengkoordinasi
awal suatu persalinan. Adaptasi maternal terhadap perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan
janin. Adaptasi gestasional yang terjadi selama kehamilan meliputi implantasi
dan perawatan kehamilan dini, modifikasi sistem maternal dalam rangka
mempersiapkan dukungan nutrisi perkembangan janin; dan persiapan persalinan dan
menyusui (Gilang Saputra, 2021).
Protein-protein yang berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan dalam
sirkulasi maternal segera setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet
activating (PAF)-likesubstance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat
terdeteksi segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam
ampula tuba sampai hari ke tiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah pada
uterus, melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam,dan kemudian memasuki uterus
sebagai suatu embrio 2-8 sel. Pada perkembanganselanjutnya, antara 3-6 hari
setelah konsepsi, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga
endometrium.
Gambar 2. Siklus ovarium, fertilisasi dan
perkembangan embrio yang terjadi selama minggu pertama setelah konsepsi
Sebelum implantasi, blastokist juga mensekresikan
substansi spesifik yang meningkatkan penerimaan endometrium. Implantasi yang
berhasil memerlukan sinkronisasiyang tepat antara perkembangan blastokist dan
pematangan endometrium. Sampai saat ini, sedikit informasi yang diketahui mengenai
peranan pengaturan produksi hormon steroid pada janin. Embrio awal dan sel
kumulus yang mengelilinginya menghasilkan estradiol dan progesteron sebelum
implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini menyebakan terhentinya
sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel melalui co-culture
menghasilkan sekresi steroid seperti semula. Berdasarkan penemuan ini, produksi
steroid oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat mencapai rongga
endometrium, yang pada akhirnya sel kumulus akan makin berkurang pada saat
melintasi tuba fallopi. Progesteron yang dihasilkan konseptus berpengaruh pada
motilitas tuba pada saat konseptus dibawa kearah uterus (Gilang Saputra, 2021).
Progesteron, dengan pengaruh katekolamin dan
prostaglandin, dipercaya melemaskan otot utero-tuba. Lebih jauh lagi,
progesteron diduga memegang peranan penting pada saat transportasi embrio tuba
uterus ke rongga uterus karena ditemukan adanya reseptor progesteron dalam
kadar yang tinggi pada mukosa 1/3 distal tuba fallopi. Estradiol, juga dihasilkan
oleh struktur ini, bisa menyeimbangkan pengaruh progesteron pada keadaan
motilitasi dan tonus tuba tert entu yang diharapkan, Progesteron mengantagonis
estrogen meningkatkan aliran darah pada uterus melalui penurunan reseptor
estrogen dalam sitoplasma Seperti juga estrogen dan progesteron juga berada
dalam keseimbangan dalam pengaturan aliran darah pada tempat implantasi.
2.1.1 Fase
Implantasi
Messenger RNA hCG dapat dideteksi pada blastomer 6-8
sel embrio; dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada media kultur
blastokist sampai hari ke 6. Segera setelah implantasi dimulai, hCG dapat
dideteksi pada serum ibu. Akan tetapi karena masih terbatasnya aliran darah
langsung, sekresi hCG ke dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Jadi, selama
proses implantasi, embrio aktif menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada
serum ibu pada saat hari ke 8 setelah ovulasi. Peranan utama hCG adalah
memperlama aktifitas biosintesis korpus luteum, yang memungkinkan produksi
progesteron dan mempertahankan endometrium gestasional. Sebagaimana proses
implantasi berlangsung, konseptus berkelanjutan mensekresi hCG dan
protein-protein kehamilan yang memungkinkan deteksi produksi steroid (Gilang Saputra, 2021).
Blastomer melapisi blastokist dibagian luar dan
akhirnya akan membentuk plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari ke 5
setelah konsepsi. Fase ini dikenal sebagai fase trofektoderm.
Pertukaran sirkulasi antara ibu dan janin. Darah ibu
berasal dari arteri spiralis dan bersirkulasi di dalam rongga intervilus,
sehingga darah janin dan ibu tidak pernah tercampur dalam sistem ini. Sel kunci
utama di dalam villi khorionik adalah sitotrofoblas. Mereka mempunya kemampuan
mengadakan proliferasi, invasi dan migrasi atau untuk berdiferensiasi, melalui
agregasi dan fusi, membentuk lapisan sinsitial dari lapisan sel villi plasenta
berinti banyak dikenal sebagai sinsitiotrofoblas. Pada hari ke 10
pasca-konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari trofoblast telah terbentuk. Lapisan
dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel individual nyata yang cepat
membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah lapisan tebal yang terdiri
dari gabungan sel yang sulit dibedakan batas-batasnya. Sinsitiotrofoblast
membatasi ruang intervilus dengan. endometrium ibu. Secara imunohistokimia,
sitotrofoblas terwarnai untuk protein hypothalamus: gonadotropin releasing
hormone (GnRH), corticotrophin releasing hormone (CRH), dan thyrotropin
releasing hormone (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast terwarnai mengandung
hormon yang berhubungan dengan hormon hormon hipofise: seperti human
chorionic gonadotropin (hCG); analog dengan pituitary luteinizing
hormone,(LH), adrenocorticotropic hormone (ACTH) and human
chorionic thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2
lapis hubungan parakrin dari aksis hypothalamus-hipofise (Gilang Saputra, 2021).
2.1.2 Pemajangan Fungsi Korpus Luteum
Produksi steroid primer korpus luteum adalah
progesteron, 17a- progesteron, estradiol and androstenedion. Low-density
lipoprotein (LDL) kholesterol adalah prekursor utama yang bertanggung jawab
terhadap produksi korpus luteum Antara 6 dan 7 minggu kehamilan, fungsi korpus
luteum mulai menurun (Gilang
Saputra, 2021).
Gambar 3.
Pergeseran produksi progesterone dari korpus luteum ke plasenta terjadi pada
saat minggu ke 7-9 kehamilan. Daerah abu-abu menggambarkan perkiraan funsi
transisi ini.
2.1.3 Desidua
& Hormon Desidua
Desidua
adalah endometrium
dalam kehamilan Desidua endometrium adalah tempat biosintesis hormon steroid
dan protein maternal yang berhubungan langsung dengan kelangsungan dan proteksi
kehamilan dari penolakan secara imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua
mensekresikan kortisol, dan dengan kombinasi dengan hCG dan progesteron yang
dihasilkan konseptus, kortisol yang dihasilkan desidua bekerja menekan respon
imun maternal membuahkan keadaan imunologis khas yang diperlukan untuk
implantasi konseptus.
- Prolaktin Desidua
Prolaktin desidua adalah hormon peptida yang mempunyai
aktifitas kimia dan biologis identik dengan prolaktin hipofise. Prolaktin,
dihasilkan oleh desidua endomerium, pertama dideteksi dalam endometrium pada
hari ke 23 setelah implantasi. Progesteron diketahui menginduksi sekresi
prolaktin desidua Prolaktin desidua masuk kedalam sirkulasi janin atau maternal
setelah mengalami transportasi melintas membran fetal dari desidua dan
dilepaskan kedalam cairan amnion. Tanpa dipengaruhi oleh pemberian
bromokriptin, produksi prolaktin desidua terjadi secara independent, juga
terhadap kontrol dopaminergik.
Sekresi prolaktin desidua meningkat secara paralel
sejalan dengan peningkatan bertahap prolaktin serum ibu yang terlihat sampai
minggu ke 10. sehamilan, yang kemudian meningkat secara cepat sampai minggu ke
20, dan kemudian turun sampai mendekati kehamilan aterm. Prolaktin desidua
bekerja mengatur cairan dan elektrolit yang melalui membran fetal dengan
mengurangi permeabilitas amnion dalam arah fetal-maternal. Tidak seperti
prolaktin desidua, prolaktin dalam sirkulasi, pada janin, disekresikan oleh
kelenjar hipofise janin, sementara prolaktin dalam sirkulasi maternal
disekresikan oleh hipofise maternal dibawah pengaruh estrogen. Kedua prolaktin
dalam sirkulasi ini keduanya ditekan oleh bromokriptin yang dimakan ibu.
- Decidual Insulin-like
Growth Factor Binding Protein-1 (IGFBP-1)
IGF binding protein-1 (IGFBP-1)
adalah hormon peptida yang berasal dari sel stroma desidua. Pada wanita yang
tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak berubah selama siklus endometrium.
Selama kehamilan, terjadi peningkatan beberapa kali lipat kadar IGFBP-1 yang
dimulai selama trimester pertama, meningkat pada trimester kedua, dan akhirnya
turun sebelum aterm. IGFBP-1 menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF)
pada reseptor di desidua.
- Decidual Pregnancy
Protein-14 (PP14)
Pregnancy protein-14 adalah hormon glikoprotein yang disintesis
oleh endometrium sekretori dan desidua yang terdeteksi sekitar siklus hari ke
24 (26). Pada serum, kadarnya meningkat sekitar hari 22-24, mencapai puncak
pada saat mulainya menstruasi; jika kehamilan terjadi, kadarnya tetap tinggi.
Dalam kehamilan, PP14 meningkat secara paralel dengan hCG. Seperti juga hCG,
PP14 diduga mempunyai aktifitas immunosupresan dalam kehamilan (26). Kadar PP14
yang rendah ditemukan pada pasien dengan kehamilan ektopik, yang mempunyai
sedikit jaringan desidua
2.1.4 Kompartemen Plasenta
Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif
antara ibu dengan janin yang tengah berkembang sementara tetap memelihara
keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya plasenta berfungsi
secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin janin telah cukup
berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan
prekursor-prekursor hormon untuk plasenta (Gilang Saputra, 2021).
2.1.5 Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan
Sebagai suatu "parasit" yang berhasil, unit janin-plasenta
mampu memanipulasi "pejamu" ibu untuk kepentingannya sendiri dan
dapat menghindari terjadinya stres yang berlebihan yang dapat mengganggu
"pejamu", dan dengan itu mengganggu "parasit" itu sendiri.
Produksi polipeptida dan hormon-hormon steroid yang sangat banyak oleh unit
janin-plasenta secara langsung atau tidak langsung berakibat adaptasi
fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu (Gilang Saputra, 2021).
3.1
Perubahan Payudara Selama Kehamilan
Perubahan
payudara selama masa kehamilan adalah hal yang normal terjadi guna
mempersiapkan kelahiran Si Kecil. Payudara yang membesar dan terasa sakit
bahkan sering kali disebut sebagai tanda-tanda awal kehamilan. Kondisi tersebut
dimulai saat kandungan berusia sekitar 4-6 minggu dan berlangsung selama
trimester pertama. Perubahan Payudara Saat Hamil Berubahnya payudara saat hamil
disebabkan oleh peningkatan kadar hormon selama kehamilan. Naiknya kadar hormon
kehamilan ini membuat aliran darah pada payudara meningkat, sehingga
menyebabkan perubahan pada jaringan payudara. Saat hamil, Bumil bisa mengalami
beberapa perubahan pada payudara, seperti:
·
Payudara membesar serta terasa padat, nyeri, dan sensitive
·
Warna puting dan areola (kulit di sekitar puting) menjadi
lebih gelap
·
Pembuluh darah di payudara terlihat lebih jelas
·
Keluar cairan kental kekuningan (kolostrum) dari puting
·
Muncul benjolan kecil di permukaan areola akibat saluran susu
tersumbat
3.1.1 Perubahan
Payudara Di Trimester I
Perubahan pada payudara sudah dimulai di awal awal
kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan, sekitar usia 4-6 minggu kehamilan,
beberapa dari ibu hamil, mungkin merasa payudara kesemutan, nyeri, atau lebih
sensitif, terutama di area puting. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
hormon progesteron dan aliran darah di payudara. Pembentukan lebih banyak
kelenjar susu untuk produksi susu dan perkembangan saluran susu sebagai jalan
untuk susu keluar dari payudara juga sudah dimulai. Hal
ini membuat ukuran payudara juga menjadi lebih besar. Selanjutnya, puting dan
areola (area sekitar puting yang berwarna gelap) menjadi lebih gelap dan lebih
besar, serta pembuluh darah di bawah kulit payudara menjadi lebih terlihat.
Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar yang memproduksi minyak yang berada di
sekitar puting juga menjadi lebih terlihat (farrer, 2001).
3.1.2 Perubahan payudara pada trimester II
Payudara membesar Payudara akan semakin membesar dan
mengeluarkan cairan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya akan semakin
berwama gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul disekitar putting, dan
itu adalah kelenjar kulit. Pada trimester dua Estrogen dan progesteron
mempengaruhi pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli dapat
meningkatkan produksi susu selama kehamilan. Konsentrasi dan kadar prolaktin dalam
darah ibu meningkat. Tanda-tanda umum:
1.
Perubahan warna areola menjadi gelap dan pembentukan bercak
kulit disekitar dan diluar areola primer atau disebut juga areola skunder.
2.
Spinder angioma di dada atas Striae payudara
3.1.3 Perkembangan
payudara
Kelenjar mammae manusia berasal dari ektoderm.
Kelenjar ini pertama kali dapat terlihat pada embrio yang berusia 4 minggu
sebagai tunas (bud) atau nodul jaringan epitel yang tampak di sepanjang garis
yang disebut krista susu. Pada embrio yang lebih berkembang, krista ini meluas
dari midaksila sampai daerah inguinal dan mungkin merupakan lokasi payudara
atau puting yang berjumlah banyak pada orang dewasa. Nodul epitel yang
rudimenter awalnya terbenam di dalam mesenkim embrionik, yang kemudian akan
mengalami diferensiasi lebih lanjut, tampaknya dibawah pengaruh sinyal parakrin
dari mesenkim. Tunas epitel sekunder membentuk korda selular yang memanjang,
bercabang, dan berongga. Korda ini menjadi duktus ekskretoris dan laktiferus
pada kelenjar mammae (farrer, 2001).
Kelenjar mammae
manusia merupakan struktur tuboalveolar yang terdiri atas 15-25 lobus yang
iregular yang letaknya radier menjauhi puting. Setiap lobus terbenam dalam
jaringan adiposa dan dipisahkan oleh lapisan jaringan ikat padat. Setiap lobus
lebih jauh lagi dibagi menjadi lobulus, dihubungkan ke puting oleh duktus
laktiferus. Duktus laktiferus dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis. Jaringan
ikat longgar mengelilingi duktus laktiferus dan dapat mengalami pelebaran
selama menyusui. Sekresi alveolar dimulai pada kehamilan trimester kedua
(farrer, 2001).
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, esterogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air
susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar.
Apabila mammae akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam seperti
seluruh areolla mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas
dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
colostrum (farrer, 2001).
3.1.4
Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas
Lamteuba Kacamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar
United Nations Children's Fund (UNICEF) menyebutkan
sebanyak 30 ribu kematian bayi dan 10 ribu kematian balita di dunia dalam satu
tahun dicegah melalui pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa memberikan makanan
dan minuman tambahan kepada bayi sehingga perawatan payudara sangat penting
dalam meningkatkan produksi ASI. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapat ASI
eksklusif cenderung menurun karena semakin banyak bayi di bawah usia 6 bulan
yang diberikan susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2002
adalah 40%, tahun 2007 turun menjadi 32% dan tahun 2010 turun lagi menjadi
27,2%. Penyebab ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara, antara lain
disebabkan oleh faktor-faktor berikut kurangnya informasi yang diperoleh dari
petugas kesehatan, ketakutan dan kemalasan, serta ketersediaan waktu untuk
melakukan perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan Payudara Sangat
penting agar tidak terjadi komplikasi saat menyusui bayi nantinya. Sehingga
diperlukan tingkat perilaku khususnya bagi ibu primigravida mengenai pentingnya
perawatan payudara selama kehamilan (Chairanisa Anwar, Fauziah Andika, Eva
Rosdiana, Soviawati Soviawati, 40-44, 2021).
4.1. Struktur Plasenta
Plasenta merupakan organ penting bagi janin, karena
sebagaiman alat pertukaran zat antara ibu dan bayi atau sebaliknya. Plasenta
berbentuk bundar atau hamper bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal kurang
lebih 2,5 cm, berat rta rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada
kehamilan kurang dari 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum
uteri (Aspiani, 2017).
Plasenta terletak didepan atau dibelakang dinding
uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan isiologis,
permukaan bagian atas korpus uterus lebih luas, sehingga lebih banyak tempat
untuk berimplementasi. Plasentaberasal dari sebagian besar dari bagian janin,yaitu
vili koriales atau jonjotchorion dan sebagian kecil dari bagian ibu yang
berasal dari desidua basalis (Aspiani, 2017).
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan
fetal dan maternal. Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap ke janin,
karena nya keputih putihan dan licin. Hai ini di sebabkan karena permukaan
fetal ditutup oleh omnion, dibawah Nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan
maternal adalah permukaan yang menghadap dinding Rahim, berwarna merah dan
terbagi dari celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah-jumlah pada
plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon (Aspiani, 2017).
Plasenta terdiri dari 3 bagian:
1.
Bagian janin (fetal partion), terdiri dari karion prondosom
dan vili-vili dari plasenta yang matang, terdiri atas :
a.
Vili corialis
b.
Ruang-ruang interviler Dibawah lapisan omnion ini berjalan
cabang-cabang pembuluh darah tali pusat.
c.
Permukaan janin dan plasenta yang di lapisi omnion yang
kelihatan licin. Tali pusat akan berinsersi pada plasenta pada permukaan janin.
2.
Bagian maternal (matemal partion), terdiri atas desidua
komparta yang berbentuk dari berarapa lobus dan kotiledon (12-20). Desidua
basalis plasenta mata disebut lempeng korionik, dimana sirkulasi oteroplasenta
berjalan ke runag-ruang intravili melaui tali pusat
3.
Tali pusat Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta,
panjangnya 50-55 cm, sebesar jari (diameter 1-12 cm). Pernah di jumpai tali
pusat terpendek 1/2 cm dan terpanjang b 200 cm
Penampakan plasenta terbagi menjadi 2 bagian yang terbentuk
oleh jaringan anak. Bagian ini terdiri dari jaringan anak disebut membrane
chori, yang dibentuk oleh amnion,pembuluh darah janin, korion dan vili
(Aspiani, 2017).
4.1.1 Pembentukan
Plasenta
Perkembangan tropoblas berlangsung cepat pada hari ke
8-9, dari selapis sel tumbuh menjadi terlapis-lapis. Terbentuk ronggga pakuola
yang banyak pada lapisan sinsitiotropoblas (disebut sinsitium) yang akhimya
saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berombak (lacunar stage).
Pertumbuhan sinsition kedalam endometrium makin dalam kemudian terjadi
kerusakan endotel kapiler disekitarnya, sehingga rongga sinsitium (system
lacuna) tersebut masuk dialiri oleh darh ibu, membentuk sinisoit. Bagian yang
berbatas. dengan sitotropoblas disebut mesoderm eks-traibrional somatopleural,
kemudian akan menjadi selaput korior (Aspiani, 2017).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan
menutupi abakl yolksac disebut mesoderm ekstrabrional splanknopleural.
Menjelang ahir minggu ke 2 (hari 13 14), seluruh lingkaran blastokista telah
terbenam dalam uterus dan diliputi tropobllas yang terdiri dari darh ibu.
Didalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah celah yang makin
lama makin besar dan makin bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan
kandung kuning telur makin jauh dari sitotropoblas. Rongga ini di sebut rongga
selom ekstraibional atau rongga korion (Aspiani, 2017).
Disisi embrioblas (tutup embrional), tampak sel-sel
kuboit sitotropablas yang mengadakan infasi ke arah lapisan sinsitiium,
membentuk sekelompok sel dan di kelilingi sinsitium disenut janjat-janjat
primer. Jonjot ini emamnjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal
minggu ke 3, mesoderm ekstraibional somatoplural yang terdapat dibawah jonjot
sekkunder yang terdiri dari inti mesoderm di lapisi selapis sel sitotropoblas
dan sinsitiotropablas. Menjelang ahir minggu ke 3, dengan karakteristik
angiogenik yang dimilikinya mesoderm dan jonjot dalam jonjot tersebut
berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang
tadi hanya seluler kemudian menjadi suatu jaringan vascular. Setelah infiltrasi
pembuluh darah tropoblas kedalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan
tropoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuk lah komponen sirkulasi
utero-plasenta. Melaui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta
dihubungkan dengan sirkulasi janin (Aspiani, 2017).
4.1.2 Fungsi
Plasenta
Supaya janin timbih dengan sempurna, dibutuhkan
penyaluran darah, yang membawa zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari
ibu kapada janin, begitu pula pembuangan karbon dioksida dan limbah metabolism
janin ke sirkulasi ibu. Fungsi dari plasenta adalah:
1.
Sebagai alat nutritive untuk mendapatkan bahan yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
2.
Sebagai alat
pembuangan metabolisme: ginjal, hati dan usus metabolisme akan di buang melaui
plasenta, yang akan dapat menghubungkan janin dengan sum luar secar tidak
langsung.
3.
Sebagai alat pernafasan dimana janin mengambil O2 dan
membuang CO2. Dalam sirkulasi terdapat hemoglobin janin (f) yang memiliki
ainitas tinggi terhadap 02 dan sebaliknya mudah melepaskan CO2 melalui system
difusi dalam plasenta
4.
Menghasilkan hormone
pertumbuhan dan persiapan pemberian asi
5.
Sebagai alat penyalur anti bodi ke tubuh janin.
6.
Sebagai barier atau filter
Hormon yang Dihasilkan Plasenta Sumon yang Hormone yang
dihasilkan plasenta,mochtar, 1998 adalah:
1.
Human chorionic gonado tropin (heg)
2.
Somatomammotropin korionik (plasenta laktogen)
3.
Estrogen.
4.
Progesteron
5.
Trirotropin korionic, relaksin dan lain-lain
4.1.3 Sirkulasi
Darah Plasenta
Darah ibu yang berada di ruang interfiler berasal dari
spiral arteris yang berada di desidua basalis. Pada sitosel darah di semprotkan
dengan tekanan 70-80 Mmhg seperti air mancur kedalam ruang interfiler sampai
mencapai chorionic plat, pangkal kotiledon-kotiledon janin, Darah tersebut
membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan mem tekanan 80
Mmhg menuju ke vena-vena desidua.
Darah ibu yang mengalir keseluluruh plasenta di
perkirakan naik dari 300ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600ml
tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interfiler tanpa vili
koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua villi
korialis di perkirakan seluas lebih kurang 11m2. Pada kehamilan 24 minggu lapisan
sinsitum gdari villi tidak beruba, akan tetapi dari lapisan sititropablas
sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok sel sel.stroma jonjot
jadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluhn darahnya
menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan trofoblas. Pada kehamilan ke 36
minggu sebagian besar sel-sel sitotofablas taka da lagi, tetapi antara
sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas (Aspiani, 2017).
Tujuan Fungsi Plasenta
Plasenta manusia adalah oran yang serbaguna. Plasenta
memiliki banyak fungsi yang sama dengan organ dan system tubuh:
·
Transfer gas (paru)
·
Tranfor nutrient(saluran gastrointestinal)
·
Ekskresi zat ziza(ginjal)
·
Transfer panas(kulit)
·
Konjugasi obat dan hormone(hati)
·
Produksi berbagai proteindan hormone steroid (kelenjar
endokrin)
4.1.4 Perkembangan
Plasenta
Plasenta berasal dari jaringan trofoblas yang tumbuh
menutupi seluruh permukaan endometrium. Trofoblas ressebut (korion Frondosum)
kemudian mengalami diferensiasi membentuk plasenta. Dari plasenta akan
terbentuk jaringan berupa rangkai penghubung antara placenta dengan janin yang
akan berkembang menjadi tali pusat. Jaringan trofoblas lainnya(korion Laeve)
Menghilang. Pada keadaan tertentu sel trofoblas yang berada marginal pada
ostium uteri,sering menyerupai plasenta previa. Proses penyusutan relative
ukuran plasenta dar urerus dan pembentukan sekmen bawah Rahim pada trimester
ahir kehamilan akan memperpanjang jarak anatara batas bawah palsenta dan ostium
uteri internum. Keadaan ini disebut Migrasi plasenta atau perifelpik plasenta
(Firman, 2012).
Oleh sebab itu jangan membuat diagnosis plasenta
previa pada kehamilan trimester pertama. Bila didapatkan plasneta berinsersi di
bawah diusulakn untuk pemeriksaan ulang pada kehamilan 28 minggu. Keadaan umum
pada persalinan akan tetap sebagai plasenta previa apabila plasenta ditemukan
menutupi ostium uteri internum dan lebih dari 1/3 plasenta berada disisi lain
dari ostium (Firman, 2012).
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin erat kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja
untuk mempertahankan homoestatis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem endokrin
memiliki fungsi untuk mempertahankan homoestatis, membantu mensekresikan
hormon-hormon yang berkerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
Pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan
fisiologis yang sangat spesifik, termasuk perubahan pada payudara. Dan
perubahan-perubahan yang terjadi saling berhubungan satu dengan yang lain.
Perubahan ini merupakan hal yang wajar dan normal yang tidak perlu ditakuti.
Perubahan perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi
yang cukup dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat
penting bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu
dan anak sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi
serta alat untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin
membesar seiring membesarnya janin dalam Rahim.
3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan
dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau
kesalahan mengonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu
dapat beraktivitas dengan baik selama masa kehamilan.
Perubahan fisiologis adalah respon tubuh karena adanya
pembuahan atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang bertujuan untuk
mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang. Peristiwa ini
normal dan wajar terjadi kemudian akan kembali seperti semula keadaan semula
beberapa minggu. Selain itu menyusui juga dapat membantu mempercepat pemulihan
kondisi tubuh, karena menyusui menyebabkan rahim berkontraksi dan mempercepat
kembalinya ke ukuran normal.
Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi
kehidupan. bayi dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta
gizi harus tercukupi melalui ibu yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan
plasenta sangat berpengaruh besar bagi kehidupan janin dalam kandungan, pasokan
makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta, kerusakan
pada plasenta juga merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan yang
dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui
proses pertumbuhan plasenta, organ yang merupakan hubungan pengikat antara ibu
dan bayi.
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah yang saya susun tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandraharan E. (2016). Obstetric
and Intrapartum Emergencies. New York. Cambridge University Press.
Lisa EM, Nigel P. (2016). Physiological Changes
of Pregnancy. New York. Cambridge University Press
Monika S. John DR. (2017). Cardiovaskular
Physiology of Pregnancy. American Heart Association
Aspiani y.r.2017. "Asuhan
keperawatan Maternitas aplikasi Nanda Nic Noc"Jakarta Timur:CV.Trans
info Media.
No comments:
Post a Comment