KATA
PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................................3
B. Tujuan..........................................................................................................................3
C. Rumusan
Masalah........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Resiko Jatuh…...........................................................................................5
B. Etiologi Resiko Jatuh ..................................................................................................5
C. Pencegahan Resiko Jatuh……………….....................................................................5
D. Penatalaksanaan Resiko Jatuh……………..................................................................6
E. Komplikasi Resiko Jatuh……………….……….........................................................6
BAB III penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Kannus et al.,
2005). Sifat penyakit pada geriatri tidaklah sama dengan penyakit dan kesehatan
pada golongan populasi usia lainnya. Penyakit pada geriatri cenderung bersifat
multipel, merupakan gabungan antara
penurunan fisiologik/alamiah dan berbagai proses patologik/penyakit. Penyakit
biasanya berjalan kronis, menimbulkan kecacatan dan secara lambat laun akan
menyebabkan kematian. Geriatri juga sangat rentan terhadap berbagai penyakit
akut, yang diperberat dengan kondisi daya tahan yang menurun. Kesehatan
geriatri juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikis, sosial dan ekonomi. Pada
geriatri seringkali terjadi penyakit iatrogenik, akibat banyak obat-obatan yang
dikonsumsi (polifarmasi). Sehingga kumpulan dari semua masalah ini menciptakan
suatu kondisi yang disebut sindrom geriatri (Pranarka, 2011).
Risiko jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap
jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011). Pasien jatuh di
rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera
ringan sampai dengan kematian, serta juga dapat memperpanjang lama hari rawat
(Length of Stay/LOS) di rumah sakit dan akan menambah biaya perawatan di rumah
sakit (Joint Commission Internasional, 2015).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan
subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja, tidak
termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Jatuh
sering terjadi dan dialami oleh lanjut usia. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsik atau faktor ekstrinsik. Penatalaksanaan
bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap kasus. Bila penyebab merupakan
penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, dengan langsung menghilangkan
penyebab jatuh. Pada kondisi kronis, diperlukan penatalaksanaan multifaktorial.
Tindakan pencegahan penting dilakukan untuk mencegah terjadinya jatuh berulang.
Dalam bidang geriatri dikenal beberapa masalah
kesehatan yang sering dijumpai baik mengenai fisik atau psikis pasien usia
lanjut. Menurut Solomon dkk: The “13 i” yang terdiri dari Immobility
(imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual impairement
(gangguan intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence
(inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi),
Immuno-deficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition
(malnutrisi), Impaction (konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic
disorder (gangguan iatrogenic) dan Impairment of hearing, vision and smell
(gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman) (Setiati dkk., 2006). Pada
pasien ditemukan adanya keadaan imobilisasi, instabilitas dan jatuh, gangguan
intelektual yaitu demensia, inkontinensia urin dan alvi, infeksi, malnutrisi
dan gangguan pendengaran
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk
terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Pada
pasien juga dilaporkan adanya keadaan jatuh 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
menyebabkan luka di lutut kanan pasien tanpa adanya kecurigaan terjadi fraktur.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyak hal, namun jika dilihat keseluruhan
riwayat pasien, hal utama yang mungkin menyebabkan pasien jatuh adalah dari
faktor intrinsik (lemah, gangguan penglihatan, ataupun tekanan darah yang
tinggi yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala).
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah
instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang
mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang
cukup, pegangan, lantai yang tidak licin (Kane et al., 2008; Cigolle et al.,
2007).
B.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Pendamping Lansia mampu memahami konsep resiko jatuh
yang dipaparkan oleh mahasiswa
2.
Tujuan khusus
Agar menambah wawasan tentang konsep resiko jatuh
C. Rumusan Masalah
1.
Apa itu definisi resiko jatuh ?
2.
Apa
saja etiologi resiko jatuh ?
3.
Bagaimana
pencegahan resiko jatuh ?
4.
Bagaimana
penatalaksanaan resiko jatuh?
5.
Apa
saja komplikasi resiko jatuh ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Resiko jatuh
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita
atau saksi mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2009). Jatuh merupakan suatu kejadian
yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa
disengaja, tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran,
atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab yang spesifik yang
jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami
jatuh (Tinetti, 2003).
Jatuh sering terjadi dan dialami oleh usia lanjut. Banyak
faktor berperan di dalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri lanjut usia
tersebut seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkop dan dizziness, serta faktor ekstrinstik seperti lantai
yang licin dan kurang rata, terantuk bendabenda yang menghalangi, penglihatan
kurang karena cahaya kurang terang dan sebagainya.
B.
Etiologi Jatuh
Faktor-faktor
lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan yang tidak baik (kurang
atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah, tempat berpegangan yang tidak
kuat/tidak mudah dipegang dan alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang
tidak stabil dan tergeletak di bawah. (Darmojo, 2009). Menurut Friedman, 1998
adalah kondisi interior rumah meliputi bagaimana ruanganruangan tersebut
dilengkapi oleh perabot, kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan
eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat
obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak
terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel
listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak dipagari secara memadai.
C. Pencegahan
Menurut
Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2009), ada 3 usaha pokok untuk
pencegahan jatuh yaitu :
1.
Identifikasi
faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu
dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor instrinsik risiko jatuh,
perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan
penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang
berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus
cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari
benda-benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak
aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini
sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/tempat
aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan
pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan
diberi pegangan di dinding.
2.
Penilaian
keseimbangan dan gaya berjalan (gait)
Setiap lanjut usia harus dievaluasi
bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah
posisi. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka
diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan
juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak
mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan,
apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa
bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.
3.
Mengatur/
mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat
serangan akut yang diderita lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin
kesehatan lanjut usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan
dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor situasional
yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan
lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang
diperbolehgkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan
lanjut usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau
berisiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
D.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bersifat individual,
artinya berbeda untuk tiap kasus karena perbedaan faktor-faktor yang
bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut
penanganannya menjadi lebih mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa
menghilangkan penyebab jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh
karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan
antara obat, rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut
usia itu.
Pada kasus lain intervensi diperlukan
untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan
bepergian/aktivitas fisik, penggunaan alat bantu gerak. Untuk penderita dengan
kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan fungsional terapi difokuskan
untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki
fungsionalnya. Sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan
sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan secara
terus-menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.
Terapi untuk penderita dengan
penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang
mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training dan pemberian
alat bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh
fisioterapis. Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada
penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan
hipotensi postural seperti beta bloker, diuretic dan antidepresan. Terapi yang
tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut
usia seperti tersebut di pencegahan jatuh (Darmojo, 2009).
E.
Komplikasi
Jatuh
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai
jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling
ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain
yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas
dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun
cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi
dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya
diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh
(Gardner, 2000). Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2009),
komplikasi-komplikasi jatuh adalah:
1.
Cedera
Cedera mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa
robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena, patah tulang atau
fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah, tungkai atas.
2.
Disabilitas
Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu kehilangan kepercayaan diri
dan pembatasan gerak.
3.
Kematian
BAB III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Jatuh
sering terjadi dan dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsik dalam diri lanjut usia tersebut seperti
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,
sinkop dan dizziness, serta faktor ekstrinstik seperti lantai yang licin dan
kurang rata, terantuk bendabenda yang menghalangi, penglihatan kurang karena
cahaya kurang terang dan sebagainya.
Pencegahan yang dilakukan sejak dini dan pengetahuan terhadap pendamping
lansia sebagai suatu gagasan/ pedoman untuk mencegah terjadinya resiko jatuh
pada lansia.
B. Saran
Semoga
makalah yang kami buat sangat bermanfaat bagi pembelajaran kita dan tentunya
untuk Lansia dan juga pendamping
lansia
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cigolle CT, Langa KM, Kabeto MU, Tian Z, Blaum CS.
2007. Geriatric conditions and disability: the health and retirement study.
American College of Physicians. 147(3):156-164.
2.
Darmojo RB, Martono H. 2009. Buku Ajar Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3.
Gardner MM, Robertson MC, Campbell AJ. Exercise in
preventing falls and falls related injuries in older people: a review of
randomised controlled trials. Br J Sport Med 2000;34:7-17.
4.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008.
Essentials of clinical geriatris. 6th ed. New York, NY: McGraw-Hill. Pranarka,
Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes: revisited. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
5.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe AG. 2006. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia. hlm. 1335-1340.
6.
Tinetti ME. 2003. Preventing Falls in Elderly
Persons. N Engl J Med 348;1:42-49.
7.
Kannus P, Sievänen H, Palvanen M, Järvinen T,
Parkkari J. Prevention of falls and consequent injuries in elderly people.
Lancet 2005 366:1885-1893.
No comments:
Post a Comment