Saturday, 13 November 2021

Laporan Praktek Lapang BUDIDAYA TANAMAN SAWI SAMHONG (Brassica rapa subs. chinensis) SECARA HIDROPONIK SISTEM DFT (DEEP FLOW TEHNIQUE)

 

DAFTAR ISI

 

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1    Latar beakang...................................................................................        1

1.2    Tujuan praktek lapangan..................................................................        2

1.3    Manfaat praktek lapangan................................................................        3

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4

2.1    Taksonomi tanaman samhong KING F1.........................................        4

2.2    Morfologi tanaman sawi samhong KING F1..................................        4

2.3    Syarat tumbuh tanaman sawi samhong KING F1...........................        5

2.4    Hidroponik ......................................................................................         6

2.5    Jenis-jenis hidroponin.......................................................................        8

2.6    Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)........................................      10

 

BAB III METODELOGI PENILITIAN........................................................... 11

3.1    Tempat dan waktu...........................................................................      11

3.2    Alat dan bahan................................................................................. .... 11

3.3    Pelaksanaan praktek lapang.............................................................      11

3.4    Parameter pengamatan.....................................................................      13

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 15

4.1    Hasil.................................................................................................      15

 

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 18

5.1    Kesimpulan......................................................................................      18

5.2    Saran................................................................................................      18

 

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

LAMPIRAN......................................................................................................... 20

 


 

DAFTAR TABEL

 

 

Tabel 1.    Hasil pengamatan tinggi tanaman samhong tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST                                                                                                          ..... 15

Tabel 2.    Hasil pengamatan jumlah daun tanaman samhong Hasil pengamatan lebar daun tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST................................................. 15

Tabel 3.    Hasil pengamatan lebar daun tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST             16

Tabel 4.    Hasil pengamatan berat berangkasan segar tanaman sawi..................... 16

 

 


 

DAFTAR GAMBAR

 

 

Gambar 1.     Ember 50 liter................................................................................... 20

Gambar 2.     Benih sawi samhong KING F1........................................................ 20

Gambar 3.     Rak hidroponik................................................................................. 21

Gambar 4.     Mesin pompa air c103....................................................................... 21

Gambar 5.     Nutrisi AB MIX............................................................................... 22

Gambar 6.     Netpot............................................................................................... 22

Gamabr 7.     Penyemaian benih kedalam rokwol.................................................. 23

Gambar 8.     Pemindahan bibit kedalam netpot.................................................... 23

Gambar 9.     Pemindahan bibit ke rak hidroponik................................................. 24

Gambar 10.   Tanaman yg sudah berumur 21 HST................................................ 24

Gambar 11.   Tanaman yg suduh berumur 40 HST................................................ 25

Gamabr 12.   hasil panen........................................................................................ 25

Gambar 13. Tanaman yg ditimbang setelah panen untuk hasil pengamatan.......... 26

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Sayuran merupakan tanaman dengan kandungan gizi yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Seperti halnya buah-buahan kandungan gizi dalam sayuran tidak kalah tinggi dalam hal meningkatkan kesehatan. Beberapa sayuran dapat dikonsumsi mentah sebagai lalapan dan selebihnya diolah terlebih dahulu menjadi masakan untuk mempergurih makanan.

Tanaman samhong (Brassica juncea L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki tampilan daun yang agak keriting, lebar, berwarna hijau muda, dengan rasa yang renyah, serta memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan karena kandungan berbagai gizi di dalamnya. Sayuran ini dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah sebagai lalapan maupun setelah diolah menjadi masakan. Budidaya tanaman samhong merupakan usaha yang cukup menjanjikan bagi petani karena tanaman ini sudah dapat dipanen setelah berumur 45 hari.

Dalam peningkatan teknologi yang pesat di masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, memudahkan setiap orang dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Kebutuhan masyarakat perkotaan akan konsumsi sayuran semakin beralih menuju tanaman organik, hal ini terjadi dengan ditemukannya berbagai resiko berbahaya dari tanaman-tanaman pertanian yang menggunakan pemupukan secara kimia. Namun budidaya tanaman ini di kota akan lebih optimal jika dilakukan secara hidroponik, karena selain keperluan lahan yang lebih sedikit, perawatan tanaman hingga panen juga lebih optimal (Hartus, 2008).

Budidaya hidroponik merupakan budidaya dengan menggunakan air sebagai media tumbuh tanaman. Beberapa kelebihan dalam budidaya secara hidroponik adalah penggunaan lahan yang lebih optimal karena media tanaman mudah disusun secara bertingkat, budidaya tanaman yang lebih homogen dengan meminimalkan pengaruh lingkungan serta pemberian nutrisi tanaman yang lebih mudah dengan hanya mencampurkan nutrisi ke dalam media penampungan untuk dialirkan ke seluruh tanaman.

Optimalisasi budidaya hidroponik dalam masyarakat ini sangat potensial mengingat lahan pertanian saat ini sangat sedikit, sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasinya yaitu dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah warga untuk menambah produktivitas hasil pertanian, selain itu dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah maka kebutuhan gizi keluarga akan tercukupi serta dapat meningkatkan penghasilan keluarga (Nurwahyuni, 2012). Dengan adanya fenomena tersebut, penulis membuat praktek lapang ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan tanaman dan hasil budidaya tanaman dengan sistem hidroponik.

 

1.2    Tujuan Praktek Lapang

§  Untuk mengetahui cara pembudidayaan tanaman sawi samhong dengan  sistem hidroponik DFT.

§  Untuk mengetahui bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman melalui sistem hidroponik.

 

1.3    Manfaat Praktek Lapang

·         Menambah pengetahuan dan wawasan tentang sistem budidaya di hidroponik dan alat-alat hidroponik.

·         Menambah referensi tentang teknologi pertanian yang bisa diterapkan di lahan sempit.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1. Taksonomi Tanaman Sawi Samhong

Tanaman sawi samhong dapat diklasifikasikan sebagai berikut  :

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Spermatophyta

Kelas               : Dicotyledonae

Ordo                : Rhoeadales

Famili              : Brassicaceae

Genus              : Brassica

Spesies            : Brassica rapa subs. chinensis

 

2.2. Morfologi Tanaman Sawi Samhong

Daun pada tanaman sawi samhong memiliki tangkai dan berbentuk oval. Warna daun tanaman ini jika sudah matang dan siap untuk dipanen akan berubah menjadi hijau tua dari yang sebelumnya masih berwarna hijau muda.Namun, ada juga sawi samhong yang memiliki daun hijau pucat, yang merupakan perbedaan morfologi karena pengaruh beberapa faktor.

Tanaman sawi samhong juga tumbuh cenderung agak tegak atau hampir mendatar, jika dilihat dari samping maka tumbuh daun tanaman yang masuk ke dalam jenis sayur mayur ini akan tampak miring. Daun-daun tanaman samhong tersusun membentuk spiral yang rapat dan kriting daunnya. Selain daunnya, ciri khas tanaman sawi samhong juga dapat dilihat dari bagian tangkai daunnya.  Tangkai daun tanaman sawi samhong ini memiliki warna putih, namun beberapa juga ada yang berwarna hijau muda atau pucat.

Tak hanya itu saja, tangkai daunnya pun berukuran cukup besar atau lebar seperti memiliki daging. Hal ini yang membedakan sawi samhong dengan jenis sayuran lain yang seringkali memiliki tangkai daun kurus, Dalam keadaan normal, tanaman sawi samhong akan tumbuh hingga berukuran 15 – 30 cm. Tanaman ini sendiri tidak memerlukan perlakuan khusus saat masa penanaman karena tanaman sawi samhong dapat tumbuh di tempat bersuhu rendah maupun tinggi. Hanya saja, dari hasil panennya, dapat dilihat bahwa tanaman sawi samhong yang tumbuh di dataran tinggi dengan suhu yang lebih rendah akan menghasilkan sawi samhong yang lebih baik.

 

2.3.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Samhong

a.    Ketinggian

Tempat Ketinggian Tempat yang sesuai dalam budidaya tanaman sawi samhong yaitu berkisar antara 5 - 1.200 m dpl, namun tanaman sawi samhong dapat tumbuh optimum diketinggian 100 - 500 m dpl. Semakin tinggi tempat penanaman samhong maka umur panen akan semakin lama. Dan semakin rendah tempat penanaman samhong maka umur panen akan lebih cepat (Cahyono, 2003).

b.    Suhu

Tanaman sawi samhong pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah pada suhu 15 - 30ºC. Pertumbuhan sawi samhong yang baik membutuhkan suhu udara yang berkisar antara 19ºC - 21ºC, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh suhu udara dalam proses pembelahan sel-sel tanaman, perkecambahan, pertunasan, pembungaan, dan pemanjangan daun (Cahyono, 2003).

c.    Kelembaban

Udara Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi samhong berkisar antara 80% - 90%. Apabila lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang tidak sesuai dengan dikehendaki tanaman, menyebabkan stomata tertutup sehingga penyerapan CO2 terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun (Cahyono, 2003).

 

2.4. Hidroponik

Sistem budidaya hidroponik adalah satu terobosan dari kemajuan ilmu teknologi pertanian untuk mengatasi masalah masalah terkait keterbatasan lahan dalam bercocok tanam. Hidroponik adalah suatu sistem budidaya tanaman yang tidak mengunakan tanah sebagai media tanam, tetapi menggunaka air dan media untuk memopong pertumbuhan tanaman dengan memberikan tambahan nutrisi. Hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman (Lingga, 2000).

Hidroponik berasal dari Yunani, Hydroponic yang artinya hydro bearti air dan ponous bearti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi dan oksigen. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman.

Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Batasan jenis tanaman yang dapat dihidroponikkan tidak jelas karena sampai sekarang jenis tanaman yang dapat dihidroponikkan selalu bertambah. Jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari golongan tanaman hias antara lain philodendron, dracaena, aglonema dan spathyphilum. Jenis sayuran yangdapat dihidroponikkan antara lain paprika, tomat, mentimun, selada, sawi, kangkung dan bayam. Adapun jenis tanaman buah yang dapat dihidroponikkanantara lain melon, jambu air, kedondong Bangkok dan belimbing (Lingga, 2005).

Dalam penerapannya banyak penelitian yang telah dilakukan menggunakan sistem hidroponik, baik dari berbagai media yang digunakan, jenis tanaman, pemberian nutrisi, debit air dan masih banyak lagi penelitian yang dilakukan berkaitan dengan hidroponik. Menurut Setiawan (2010), bertanam secara hidroponik dapat dilakukan di rumah sebagai hobi maupun untuk dikomersialkan. Beberapa kelebihan bertanam dengan sistem hidroponik ini antara lain:

a.       Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah.

b.      Tanaman tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas.

c.       Bisa memeriksa akar tanaman secara periodik untuk memastikan pertumbuhannya.

d.      Pemakaian air lebih efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukan setiap hari.

e.       Hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan termasuk akar karena terbebas dari kotoran dan hama.

f.       Lebih hemat karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari, tidak membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat.

g.      Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga. h.

h.      Tidak ada masalah hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, ulat dan cacing nematoda yang banyak terdapat pada tanah.

2.5. Jenis – jenis Hidroponik

Hidroponik sendiri memiliki 6 macam sistem, diantaranya adalah Sistem Sumbu (Wick), Sistem Kultur Air (Water culture), Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow/Flood and Drain), Sistem Irigasi Tetes (Drip Irrigation), Sistem NFT(Nutrient film technique), dan Sistem Aeroponik (Natasha, 2012).

a.       Sistem Sumbu (Wick)

Wick System merupakan metode hidroponik yang memanfaatkan prinsip kapilaritas air. Larutan nutrisi mengalir ke media tanam melalui perantara sumbu. Sistem ini mudah dirakit dan mudah dilakukan untuk pemula (Hendra dan Andoko, 2014).

b.      Sistem Nutrient film technique (NFT)

Sistem Nutrient Film Technique (NFT) merupakan teknik hidroponik dengan mengalirkan nutrisi dengan tinggi ± 3 mm pada perakaran tanaman. Sistem ini dapat dirakit menggunakan talang air atau pipa PVC dan pompa listrik untuk membantu sirkulasi nutrisi. Faktor penting pada sistem ini terletak pada kemiringan pipa PVC dan kecepatan nutrisi mengalir (Hendra dan Andoko, 2014). Penggunaan sistem NFT akan mempermudah pengendalian perakaran tanaman dan kebutuhan tanaman terpenuhi dengan cukup (Hendra dan Andoko, 2014).

c.       Sistem Deep Flow Technique (DFT) merupakan teknik hidroponik dengan menggunakan merendamkan akar tanaman pada larutan nutrisi yang kemudian larutan tersebut akan disirkulasikan dengan bantuan aerasi dimana akar tanaman tumbuh pada poros selain tanah (arang sekam, pasir, pecahan batu bata, pakis dll). Sistem Deep Flow Technique dapat tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atasflof (Sumiati, 2000).

d.      Sistem Rakit Apung (Floating System)

Merupakan sistem hidroponik sederhana, sistem rakit apung sendiri Memanfaatkan gaya apung pada papan untuk menopang tanaman, biasanya menggunakan styrofoam. Pada teknik ini Tanaman tumbuh dengan akar berada dalam larutan nutrisi sehingga akar mendapat nutrisi secara terus menerus. Sistem ini hampir sama dengan sistem DFT, yaitu memerlukan aerator sebagai salah satu pendukung sistem rakit apung. Hanya saja dalam sistem rakit apung, aerator berfungsi sebagai penghasil oksigen agar akar mendapat asupan oksigen yang cukup dan menggerakan nutrisi yang diam.

 

2.6. Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)

Hidroponik DFT (Deep Flow Technique) adalah metode yang dilakukan dengan cara air dialiran ke dalam pipa secara terus menerus dengan pompa. Cara kerja sistem DFT hampir sama dengan NFT, hanya saja pada sistem DFT akan mengalami penggenangan air pada pipa sehingga membuat akar lebih menyerap nutrisi dengan maksimal. Salah satu kelebihan DFT dari NFT adalah jika sewaktu waktu listrik mati, tanaman tidak akan kekurangan air karena masih ada sisa air yang tergenang. Selain itu DFT dapat tersikuasi dengan baik karena ada aliran atau flof (Sumiati, 2000). Sedangkan untuk kekurangannya pada sistem DFT memerlukan nutrisi yang lebih banyak dari pada sistem NFT (Atus, 2013).

1. Kelebihan Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)

o   Ketersediaan air dan nutrisi yang selalu konstan

o   Bila terjadi pemadaman listrik, tanaman tidak akan kekuarangan air karena ada cadangan nutrisi yang tergenang dalam pipa

o   Tidak perlu aliran listrik selama 24 jam sehingga lebih hemat energi

2. Kekurangan Hidroponik Deep Flow Technique (DFT)

o   Pemakaian nutrisi yang lebih boros

o   Persediaan oksigen bagi akar tanaman relatif lebih sedikit

o   Sering terjadi busuk akar bila kekurangan oksigen


BAB III

METODELOGI PRAKTEK LAPANG

 

3.1    Tempat  dan Waktu

Tempat dan waktu Praktek Lapang ini dilaksanakan pada lahan BPP (Balai penyuluhan pertanian) Meuraxa yang berada di Gampong Asoe Nanggroe Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh. Kegiatan ini berlangsung dari bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021.

 

3.2    Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah pompa Celup 103 AA, gergaji, grinda, TDS dan bor listrik.

3.2.2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah rockwool, AB mix, air bersih, benih tanaman sawi samhong King F1, Netpot.

 

3.3    Pelaksanaan Praktek Lapang

3.3.1   Cara Penyemaian Benih

Penyemaian bibit akan dilakukan pada masing – masing media yang digunakan. Pada media rockwool, terlebih dahulu dibasahi dengan air secukupnya hingga lembam pada wadah semai. Membuat lubang tanam dengan jarak 2.5 cm, setiap ubang akan diberi 1 bibit selada. Setelah itu wadah semai ditutup menggunakan plastik untuk menjaga kelembaban media dan dibiarkan 1 – 2 hari hingga muncul tunas dan letakan ditempat yang terkena sinar matahari. Penyemaian menggunakan rockwool sama dengan cocopeat. Setelah 7 hari atau muncul 3 tunas daun, tanaman dapat dipindahkan ke netpot. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan menggunakan spray.

3.3.2 Pindah Tanam

Setelah tanaman berusia 7 hari atau telah memiliki 3 daun, tanaman dipindahkan ke netpot yang telah dilubangi pada bagian bawah, agar media tanam dapat menyerap air pada rockwool.

 

3.3.3 Pemberian Nutrisi

Pemberian nutrisi pada tanaman diberikan sebanyak dua kali. Pada pemberian pertama diberikan pada saat daun pertama tumbuh dengan setengah dosis larutan AB Mix yang dicampurkan dengan air, hal ini dilakukan untuk menghindari tanaman kurus dan tinggi sehingga pertumbuhan terhadap daun lebih cepat. Pemberian larutan nutrisi kedua pada saat pindah tanam dilakukan. Larutan nutrisi siap pakai dibuat dengan cara mencampurkan stok A, stok B, dan air dengan perbandingan 5 ml: 5 ml: 1 liter, untuk mendapatkan EC < 1000 μS/cm di awal pertumbuhan tanaman. Selanjutnya, EC larutan dinaikkan setiap minggu sesuai kebutuhan tanaman. Pengisian larutan dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dan pengamatan setiap pagi atau sore hari. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur penurunan atau pengurangan tinggi air larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai evapotranspirasi tanaman.

3.3.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan agar bibit yang telah ditanam pada sistem dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, pengontrolan EC dan pH, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pengendalian terhadap OPT dilakukan secara manual. Jika pada saat penanaman terdapat serangan hama maka hama dimusnahkan dari tanaman.

3.3.5 Pemanenan

Tanaman selada dapat dipanen pada umur 40 – 60 hari setelah tanam. Tanaman selada dapat dipanen dengan dicirikan daun berwarna hijau segar dan diameter batang lebih kurang 1 cm.

 

3.4. Parameter Pengamatan

1.    Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur bagian panggal batang tanaman pada permukaan media sampai pada titik ujung tertinggi daun dengan menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan setiap hari Sabtu selama 1 bulan setelah pindah tanam.

2.    Jumlah Daun (Helai)

Pengamatan perhitungan jumlah daun dilakukan pada hari ke 7 setelah tanaman dipindahkan pada rangkaian hidroponik. Pengamatan dilakukan setiap hari Sabtu selama 1 bulan setelah pindah tanam

3.   Lebar daun

Untuk pengamatan lebar daun dihitung secara keseluruhan pada tanaman sampel mulai 2 minggu setelah penanaman dengan interval waktu satuminggu sekali sebanyak satu kali pengamatan. Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbentuk atau membuka sempurna pada saat pengamatan. Data yeng diperoleh dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk tabel.

4.    Berat Segar (gr)

Perhitungan berat segar dilakukan pada saat tanaman dalam kodisi masih segar dan kemudian ditimbang secara langsung pada saat panen.

 


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1  Hasil

4.1.1   Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman tanaman samhong tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan tinggi tanaman samhong tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST

 

Tinggi tanaman (cm)

 

T1

T2

T3

T4

T5

M1

7 cm

8 cm

7 cm

7,3 cm

5 cm

M2

14 cm

14 cm

13,5 cm

12 cm

12 cm

M3

15 cm

16 cm

14 cm

15 cm

16 cm

M4

17 cm

19 cm

16 cm

17 cm

20cm

M5

19 cm

19 cm

19,1 cm

19,5 cm

24 cm

 

4.1.2   Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun tanaman samhong tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan jumlah daun tanaman samhong Hasil pengamatan lebar daun tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST

 

Jumlah Daun

 

T1

T2

T3

T4

T5

M1

6 daun

6 daun

6 daun

6 daun

6 daun

M2

10 daun

8 daun

7 daun

8 daun

8 daun

M3

10 daun

8 daun

7 daun

9 daun

9 daun

M4

10 daun

9 daun

8 daun

9 daun

10 daun

M5

11 daun

9 daun

8 daun

9 daun

10    aun

 

 

 

 

4.1.3   Lebar daun (cm)

Untuk pengamatan lebar daun dihitung secara keseluruhan pada tanaman sampel mulai 2 minggu setelah penanaman dengan interval waktu satuminggu sekali sebanyak satu kali pengamatan.Daun yang dihitung adalah daun yang telah terbentuk atau membuka sempurna pada saat pengamatan lebar daun daun sawi samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan lebar daun tanaman samhong pada umur 14, 21, 28, 35, dan 45 HST

 

Lebar daun (cm)

 

T1

T2

T3

T4

T5

M1

5,6 cm

5 cm

5 cm

4,5 cm

4 cm

M2

9 cm

7 cm

6,5 cm

6,5 cm

7,5 cm

M3

10 cm

9 cm

7,1 cm

8 cm

8 cm

M4

11 cm

11 cm

8 cm

10 cm

10 cm

M5

12,8 cm

11 cm

10 cm

10,3 cm

12 cm

 

4.1.4   Berat berangkasan segar (g)

Untuk pengamatan berat berangkasan tanaman dihitung secara keseluruhan pada tanaman setelah panen. Berat berangkasan segar tanaman sawi samhong setelah tanaman dipanen pada dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengamatan berat berangkasan segar tanaman sawi

 

Berat berangkasan segar

…g…

T1

T2

T3

T4

T5

42,8 gram

37,9 gram

17,4 gram

27,9 gram

30,2 gram

 

Dapat diketahui bahwa penggunaan nutrisi AB MIX pada tanaman menghasilkan pertumbuhan yang baik untuk tinggi tanaman sawi  samhong. Pada umur 7-14 hari tanaman sawi pakcoy masih beradaptasi dengan lingkungan yang disebabkan oleh faktor genetik. Seperti yang dijelaskan oleh Lingga (2003) bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh factor genetik dan kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman. Pada umur 21-30 hari setelah tanam, pertumbuhan tanaman sawi samhong berjalan dengan cepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Herlina (2003) yang menyatakan bahwa apabila unsur tersedia dalam jumlah banyak maka lebih banyak pula protein yang terbentuk sehingga pertumbuhan tanaman dapat lebih baik. Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa pola pertumbuhan tanaman bervariasi, jangka waktunya mungkin dari beberapa hari sampai bertahun-tergantung pada tanaman atau organ tanamannya. Penanaman sawi samhong didalam Greenhouse sangat menigkatkan kualitas produksi tanaman dan mencegah serangan hama atau serangga pemakan daun. Seperti yang dijelaskan Telaumbanua (2014).

 


BAB V

PENUTUP

 

5.1         Kesimpulan

 

Budidaya tanaman sawi samhong, mengamati perubahan tanaman dari hari ke hari karna cuma menggunakan AB Mix tanpa menggunakan pupuk tambahan, saya mengamati tanam sawi samhong dari alaat dan bahan dan pertumbuhan tanaman dengan mengamati tinggi daun,jumlah daun,lebar daun,dan berat tanaman setelah panen,dengan menggunakan alat timbangan gram.

 

5.2         Saran

Dari hasil selama saya melakukan kegiatan Praktek Lapang, saya memberikan saran agar praktek lapang dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik kedepannya serta saya berharap.

Saya juga ingin memberikan saran pada pihak perusahaan terutama di Plant Administrasi agar tidak perlu sungkan terhadap anak PL, usahakan berikan tugas asalkan dengan bimbingan terlebih dahulu sebelum tugas dilaksanakan, agar hasilnya menjadi efektif dan efisien.

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartus, T. (2008). Berkebun Hidroponik Secara Murah. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

 

Kementrian Pertanian. (2019). Satistik Lahan Pertanian Tahun 2014-2018. Jakarta:

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral-Kementrian Pertanian.

 

Lingga, P. (1984). Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

 

Mulyani, A., Ritung, S., & Las, I. (2011). Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan untuk Mendukung Ketahanan Pangan.

 

Jurnal Litbang Pertanian, 73-80. Roidah, Ida Syamsu. 2014. Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik.

 

Jurnal Bonorowo. Vol. 1, No.2 (2014) .Universitas Tulungagung. Jawa Timur. Suharto, Y., Suhardiyanto, H., & Susila, A. (2016). Pengembangan Sistem Hidroponik untuk Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.). Jurnal Keteknikan Pertanian, 04(2), 1–8. https://doi.org/10.19028/jtep.04.2.211-218

 

Wibowo, S., & Asriyanti, A. S. (2017). Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 159-167.

No comments:

Post a Comment