DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Lapangan..................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Lapangan................................................................... 3
1.3.3 Bagi
Mahasiswa........................................................................... 3
1.3.2 Bagi
Lembaga Pendidikan........................................................... 3
1.3.3 Bagi
Perusahan dan Industri........................................................ 3
1.4 Waktu dan Tempat................................................................................ 3
1.5 Metode Pengumpulan Data.................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan............................................................................ 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6
2.1 Pengertian Managemen Pemasaran ..................................................... 6
2.2 Hidroponik .......................................................................................... 7
2.3 Klasifikasi Sayuran Sawi................................................................... 10
2.4 Saluran Pemasaran............................................................................. 14
BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK
LAPANGAN........ 23
3.1 Letak dan Luas Lahan Praktek Lapangan.......................................... 23
3.2 Kondisi Umum CV. Smile Hidroponik (Green
Hause)...................... 24
3.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 26
4.1 Teknik
Budidaya Tanaman Sayur Sawi Hidroponik............................ 26
4.1.1 Teknik Budidaya........................................................................ 26
4.2
Manajemen Pemasaran Sayuran Hidroponik pada CV. Smile Hidroponik (Green House) ....................................................................................................... 30
4.2.1 Product (Produk)....................................................................... 30
4.2.2 Price (Harga).............................................................................. 31
4.2.3 Place (Saluran Distribusi)........................................................... 34
4.2.4 Promotion (Promosi).................................................................. 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 36
5.1 Kesimpulan................................................................................... 36
5.2 Saran............................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 38
LAMPIRAN......................................................................................................... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Teks Halaman
Gambar
3.1 Struktur Tenaga Kerja CV. Smile
Hidroponik (Green House)... 28
Gambar
4.1 Bagan Pemasaran Pada CV. Smile
Hidroponik (Green House).. 32
Gambar
1 Wawancara Dengan Pemiliki CV. Smile
Hidroponik (Green House) 40
Gambar 2 Penampakan
Bentuk Akar Sayuran Sawi Hidroponik................ 40
Gambar
3 Proses Pemanenan Sayuran Hidroponik
Di CV. Smile Hidroponik (Green House) 41
Gambar
4 Proses Pemanenan Sayuran Hidroponik
Di CV. Smile Hidroponik (Green House) 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
Lampiran
1 Dokumentasi....................................................................................... 40
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama di bidang
pertanian. Salah satu sektor yang mempunyai peranan penting adalah sektor hortikultura. Data PDB Pertanian yang dikutip dari Renstra Dirjen Tanaman Pangan 2015-2019 menyebutkan bahwa kontribusi hortikultura menempati posisi ke dua tahun
2010-2014. Komoditas sayuran memiliki peranan yang penting dalam pemenuhan
kebutuhan konsumsi pangan dan gizi manusia. Permintaan terhadap komoditas
sayuran segar terus meningkat. Konsumsi sayuran Indonesia menurut Kementrian
Pertanian pada tahun 2010 sebesar 35 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2011,
meningkat menjadi 41,9 kg/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian, 2013).
Meningkatnya
pertumbuhan penduduk diindonesia semakin meningkat pula kebutuhan pangan
penduduk indonesai seperti kebutuhan pangan sayuran. Survei
Pusat Data Informasi Pertanian (2013) menyatakan
bahwa nominal pengeluaran konsumsi sayuran untuk Indonesia terus meningkta dari
15,539% pada tahun 2008 menjadi 31,158% per kapita dalam pertahunnya pada tahun
2013. Hal ini membuktikan bahwa mengkonsumsi sayuran pada penduduk Indonesia
cenderung mengalami peningkatan dalam kurun lima tahun.
Kondisi
luas lahan produksi dan kondisi alam di Indonesia sering kali menjadi kendala
dalam membudidayakan sayuran. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan
produksi tanaman dengan teknik budidaya yang lebih efisien dan efektif. Teknik
budidaya yang efesien dan efektif salah satunya yaitu budidaya secara
hidroponik, karena akan adanya efesiensi dan efektif dalam penggunaan luas
lahan dan penggunaan pupuk untuk sayuran (Ardian,
2007). Budidaya sayuran secara hidroponik dapat
dijalankan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.
Meningkatnya
kebutuhan sayuran hidroponik dipasar, pembudidayaan sayuran secara
hidroponikpun relative mengalami peningkatan dengan berbagai jenis sayuran
hidroponik dan kualitas sayuran yang unggul. Pergeseran dalam alternative
pembudidayaan sayuran tersebutpun menambah tingkat konsumsi terhadap sayuran
yang lebih higenis dan tidak menggunakan pestisida sehingga memunculkan
industri pertanian dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang berkembang,
yaitu teknik penanaman secara hidroponik. Pemeliharaan tanaman secara
hidroponik lebih mudah dan relatif bersih, dengan media tanam yang steril,
tanaman terlindungi, serangan hama dan penyakit relative kecil, serta tanaman
lebih sehat dan dapat meningkatkan produktivitas lebih tinggi. Sehingga nilai
ekonomi dan harga jual dari sayuran hidroponikpun tidak dikhawatirkan akan
anjlok (Wibowo & Asriyanti, 2013).
1.2.
Tujuan Praktek Lapangan
Tujuan praktek lapangan (PL) ini
adalah untuk mengetahui
sistem managemen dalam pemasaran sayuran sawi hidropnik dari usaha sayuran
hidroponik di CV. Smile Hidroponik (Green House) Desa Karang Anyar, Kecamatan
Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
1.3.
Manfaat Praktek Lapangan
1.3.1.
Bagi Mahasiswa
a.
Menambah pengetahuan berbagai
aspek dari pemeliharaan dan pengelolaan.
b.
Menambah pengalaman dan
keterampilan
c.
Dapat membandingkan ilmu teori
dan prakteknya di lapangan.
1.3.2.
Bagi Lembaga Pendidikan
a.
Untuk memperkenalkan
Universitas Abulyatama terutama Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis
kepada lingkungan dan masyarakat.
b.
Mendapat meningkatkan kualitas
lebih pada lembaga pendidikan.
1.3.3.
Bagi Perusahaan dan Industri
a.
Laporan kerja praktek dapat
dijadikan sebagai bahan masukan atau usulan perbaikan seperlunya.
b.
Dapat melihat keadaan industri
di pandangan mahasiswa.
1.4.
Waktu dan Tempat
Dalam pelaksanaan praktek lapangan
(PL) ini, waktu yang disiapkan selama 1 (satu) bulan, terhitung mulai tanggal
03 September 2020 – 03 Oktober 2020. Praktek Lapangan (PL) berlangsung di CV. Smile Hidroponik (Green House) Desa Karang Anyar,
Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
1.5.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penulisan laporan kerja praktek ini antara lain:
a.
Studi literatur dan
mengumpulkan data-data teknis, yang dilakukan dengan cara memperoleh informasi
dari pembimbing, dan literatur lain yang
berhubungan dengan topik laporan, seperti buku serta referensi lain yang berhubungan.
b.
Metode observasi adalah salah
satu caa pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek
permasalahan
c.
Interview yaitu penulis
mengadakan taya jawab langsung dengan pembimbing dan staf yang berkompeten di
bidang tersebut.
1.6.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan praktek
lapangan ini di uraikan Bab demi Bab agar lebih mudah dalam memahaminya. Dalam
setiap Bab meiliki keterkaitan, adapun urutan penulisannya yaitu:
a.
BAB I PENDAHULUAN, pada Bab ini
menjelaskan latar belakang, tujuan praktek lapangan, manfaat praktek lapangan,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
b.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini
menjelaskan bagaimana managemen pemasaran dan juga pendapatan menurut para
ahli.
c.
BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN, dalam bab ini menjelaskan keadaan umum perusahaan, bagaimana tata
letak dan lokasi perusahaan, dan yang terakhir menjelaskan struktur organisasi dan tenaga kerja.
d.
BAB IV HASIL PRAKTEK LAPANGAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini penulis menguraikan bagaimana sistem managemen pemasaran sayur sawi
hidroponik di CV. Smile Hidroponik (Green House) Desa
Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
e.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, pada bab ini
berisikan kesimpulan dari penulisan laporan, serta saran.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Pengertian Managemen Pemasaran
Pemasaran
merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan
oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian
tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi,
keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka
untuk mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan
lancar. William J. Stanton menyatakan bahwa pemasran adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang di tujukan untuk merencanakan, menetukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu
Swasta, 2005)
Jadi,
pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan,
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan
tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber
dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial
dari perusahaan. Pada umunya, dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan
laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
pembeli. Namun demikian, pemasaran juga dilakukan untuk mengembangkan,
mempromosikan, dan mendistribuaikan program-program dan jasa yang disponsori
oleh organisasi non-laba. Menurut Kotler bahwa strategi pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.tersebut menunjukkan bahwa strategi
pemasaran mengandung aspek sosial baik secara individu maupun berkelompok untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akibat adanya keinginan dan kebutuhan
tersebut maka terciptalah suatu interaksi yang disebut transaksi pertukaran
barang dan jasa.
2.2.
Hidroponik
Istilah hidroponik berasal dari bahasa
latin “hydro” (air) dan “ponous” (kerja), disatukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan
air. Jadi istilah hidroponik dapat
diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah
tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, krikil, pecahan genteng yang
diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman (Lingga,2009).
Dalam sejarah perkembangan hidroponik,
penelitian-penelitian pertama tentang hidroponik tercatat menggunakan sistem
kultur air tanpa adanya substrat atau media tanam. Teknik- teknik dasar kultur
air modern telah dikembangkan oleh Sach dan Knopp pada tahun 1860 dari beberapa
hasil penemuan sebelumnya oleh Senebeier tahun 1791 yang menyatakan bahwa akar
tanaman akan mati bila terendam dalam air. Pada tahun 1804, De Sausser juga
menyatakan bahwa di samping mengandung udara, air juga mengandung CO2,
campuran gas mengandung 20% O2 (Susila, 2013).
Hidroponik merupakan salah satu sistem
pertanian masa depan karena dapat diusahakan di berbagai tempat, baik wilayah
pedesaan, perkotaan, lahan terbuka, bahkan di atas apartemen sekalipun.
Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Menurut
Hartus (2008), pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat
budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari
terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih
sehat dan produktivitas lebih tinggi.Prinsip dasar dalam budidaya hidroponik
yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi
lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak terjadi
ketergantungan tanaman terhadap alam. Tanaman memperoleh hara dari larutan
garam mineral yang di berikan langsung ke akar tanaman, sehingga tanaman lebih
memfokuskan energinya untuk pertumbuhan dari pada memperebutkan unsur hara
(Soeseno, 1991).
Teknologi hidroponik merupakan cara yang
tepat untuk menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas dan kuantitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil tanaman yang ditanam secara konvensional
(Savaringga, 2013). Tanaman yang diproduksi dengan teknologi hidroponik
biasanya merupakan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi (high value) atau sering disebut juga dengan sayuran eksklusif.
Sayuran eksklusif ini merupakan kelompok sayuran komersial pilihan yang
diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen golongan tertentu (khusus),
sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lokal
lainnya. Jenis sayuran yang tergolong eksklusif dibagi menjadi tiga kelompok,
(Soeseno S, 1999) dalam (Indriasti, 2013).
1.
Sayuran daun, yaitu sayuran
yang dipungut hasil daunnya, seperti babby kailan, brokoli, horenzo, atau bayam
jepang, kubis merah, mithsuba atau seledri jepang, tang oh atau tong hao,
lettuce yang terdiri dari lettuce head (selada berkrop) dan lettuce leaf
(selada daun).
2.
Sayuran buah, yaitu sayuran
yang dipungut buahnya, seperti kaboca atau labu jepang, nasubi atau terong
jepang, okura atau okra, zucchini atau labu sucini, paprika, tomat recento,
kyuuri atau mentimun jepang.
3.
Sayuran penyedap masakan, yaitu
sayuran yang dipungut hasilnya sebagai bumbu penyedap, seperti basil atau selasih,
chives atau bawang kucai, dill atau hades, marjoram, sage, parsley atau
peterseli.
Dari berbagai literartur penelitian,
dapat disimpulkan bahwa komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan biasanya
merupakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi (high value) dan juga
berupa tanaman sayuran sub tropis yang jarang diproduksi dengan teknologi
konvensional. Komoditas yang high value berpeluang besar untuk diusahakan
karena permintaan yang juga tinggi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
kebutuhan ekspor.
Hidroponik menurut (Savage, 1985) dalam
(Susila, 2013), berdasarkan sistem irigasinya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem
terbuka dimana larutan hara tidak digunakan kembali, misalnya pada hidroponik
dengan penggunaan irigasi tetes drip irrigation atau trickle irrigation, (2)
Sistem tertutup, dimana larytan hara dimanfaatkan kembali dengan cara
resirkulasi. Bare Root System atau
sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yang tidak menggunakan media
tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman, meskipun block rockwool biasanya
dipakai di awal pertanaman. Salah Satu dari sistem Bare Roat ini adalah Deep
Flowing Sistem dan Teknologi hidroponik Sistem Terapung (THSTS).
a.
Deep Flowing System
Deep Flowing System merupakan sistem hidroponik tanpa media, berupa
kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal, diisi dengan larutan hara dan
diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam di atas panel tray (flat tray)
yang terbuat dari bahan stereofoam mengapung di atas kolam dan perakaran
berkembang di dalam larutan hara.
b.
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THSTS)
Teknologi hidroponik sistem terapung adalah hasil modifikasi dari
deep flowing system yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalah
dalam THST tidak digunakan aerator, sehingga teknologi ini relatif lebih
efisien dalam penggunaan energi listrik.
2.3.
Klasifikasi Sayuran Sawi
Sawi termasuk
tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis
tinggi. Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.
Konon di daerah Cina tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang
lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia
diduga pada abad XI bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran
sub-tropis lainnya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor),
Lembang dan Pangalengan (Rukmana, 2007).
1. Klasifikasi Sawi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L. (Haryanto,
dkk, 2003)
2.
Morfologi Tanaman Sawi
A.
Akar
Tanaman sawi hijau berakar serabut yang
tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah,
perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi hijau
tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air,
dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003).
B.
Batang
Batang (caulis) sawi pendek sekali dan
beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat
pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).
C.
Daun
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu
dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)
hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).
D.
Bunga
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara
alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi
tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi)
dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak,
empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari,
dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).
E.
Buah
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni
bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir biji
(Rukmana, 2007). Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya
licin dan mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003).
3. Syarat Tumbuh
Daerah penanaman yang cocok untuk untuk
pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter
dpl. Namun, biasanya taanaman ini dibudidayakan di daerah yang berketinggian
100-500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat
ketinggian tersebut (Haryanto,dkk,2003). Tanaman dapat melakukan fotosintesis
dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik
matahari yang optimal yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi
berkisar antara 350-400 cal/cm2 setiap hari. Sawi hijau memerlukan cahaya
matahari tinggi (Cahyono, 2003).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan
tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 derajat C dan
siang harinya 21,1 derajat C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per
hari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap
suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya
antara 27 derajat - 32 derajat C (Rukmana, 2007). Kelembaban udara yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%.
Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang
tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan
hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi
hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar
1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi pada ketinggian 1000-1500 m
dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang
(Cahyono,2003).
2.4
Saluran Pemasaran
Pemasaran
merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha
dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang,
dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis
tergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun
bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk
mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar.
William J. Stanton menyatakan bahwa pemasran adalah suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang di tujukan untuk merencanakan, menetukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Jadi, pemasaran sebagai
suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan
jasa kepada kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam
suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri,
peraturanperaturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan.
Pada umunya,
dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari penjualan barang dan
jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Namun demikian,
pemasaran juga dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan
mendistribuaikan program-program dan jasa yang disponsori oleh organisasi
non-laba. Menurut Kotler bahwa strategi pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
strategi pemasaran mengandung aspek sosial baik secara individu maupun
berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, akibat adanya keinginan
dan kebutuhan tersebut maka terciptalah suatu interaksi yang disebut transaksi
pertukaran barang dan jasa.
Tujuannya adalah
bagaimana memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen baik terhadap individu
maupun kelompok. Marketing Mix Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan
kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai
kunci untuk memperoleh profit atau keuntungan. Keberhasilan suatu perusahaan
berdasarkan keahlianya dalam mengendalikan strategi pemasaran yang dimiliki.
Konsep pemasaran mempunyai seperangkat alat pemasaran yang sifatnya
dikendalikan yaitu lebih dikenal dengan Marketing Mix (Bauran Pemasaran).
Bauran pemasaran
/ Marketing Mix merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu.
Artinya kegiatan ini dilakukan secara bersama diantara elemen-elemen yang ada
dalam markering. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa
dukungan dari elemen lainya. Menurut Basu Swasta marketing mix adalah kombinasi
dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem
distribusi.
Sedangkan Thorik
Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo berpendapat bahwa, marketing mix atau bauran
pemasaran adalah sebuah tingkatan yang menggabungkan elemen penting pemasaran
benda atau jasa, seperti keunggulan produk, penetapan harga, pengemasan produk,
periklanan, persediaan barang distribusi dan anggaran pemssaran, dalam usaha
memasarkan sebuah produk atau jasa merupakan gambaran jelas mengenai bauran
pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran atau marketing mix
merupakan serangkaian dari variabel-variabel yang dimiliki perusahaan atau
alat-alat pemasaran yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk melayani
segmen pasar sasaranya.
Adapun inti dari
bauran pemasaran mengarah pada subjek dan objek strategi pemasaran, yang secara
agregat terdiri dari produk (product),
harga (price), distribusi (distribution) dan promosi (promotion), sehingga hal tersebut
sangatlah tepat bahwa untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, maka pihak
manajemen pantas untuk menerapkan strategi bauran pemasaran dalam peningkatan
volume penjualan. Pemasaran merupakan aktivitas untuk melakukan penjualan dan
pembelian, sehingga terjadi transaksi kesepakatan dengan saling menguntungkan
dan memberikan manfaat dari produk yang dijualbelikan.
Konsep bauran
pemasaran produk mengenai konsep 4 P (Product,
Price, Promotion dan Place), Kotler mendefinisikan bauran pemasaran sebagai
suatu set peralatan pemasaran yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mencapai objek pemasaran yang ditetapkan dalam pasar sasaran sesuai produk. Model
bauran pemasaran dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Produk (Product)
Menurut Tjiptono produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan
kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual, produk
adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas serta daya beli
pasar. Produk adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna
memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Produk tersebut berupa
suatu benda, jasa, kegiatan, orang, tempat dan organisasi/gagasan. Keputusan
tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, mereknya,
kemasannya, garansi dan layanan purna jual. Pengembangan produk dapat dilakukan
setelah menganalisis kebutuhan dan keinginan pasar. Kotler mengemukakan
definisi produk yaitu “a product is
anything that can be offered to a market to satisfy want or need”.
Maksudnya, konsumen membeli sekumpulan sifat fisik dan kimia sebagai alat untuk
pemuas kebutuhan.
Setiap kombinasi dari
sifat-sifat tersebut merupakan produk tersendiri sebab setiap kombinasi akan
memberikan kepuasan yang berbedabeda. Swastha mendefinisikan produk adalah suatu
sifat kompleks baik yang dapat diraba, maupun tidak dapat diraba, terutama
bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan
pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau
kebutuhannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam produk terdapat sekumpulan
atribut yang nyata (tangible) dan
tidak nyata (intangible) seperti
warna, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan.
2)
Harga (Price)
Harga sebagai salah satu
unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat,
sehingga mempengaruhi omset pengambilan keputusan pembelian dan penjualan suatu
perusahaan. Sumarni memberikan pengertian harga yaitu sejumlah uang yang
dibutuhkan dan digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayanannya. Harga merupakan alat ukur yang dinyatakan dalam bentuk uang untuk
mendapatkan atau memiliki suatu barang atau jasa. Harga jual merupakan
satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan pengambilan
keputusan pembelian, sedangkan unsur lainnya menunjukkan biaya. Menurut Carthy,
harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga,
tingkat diskon, syarat pembayaran, dan tingkat diskriminasi harga diantara
berbagai kelompok pelamggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus
dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buak produk dan hendaknya
harga akan dapat dijangkau oleh konsumen.
Basu Swastha mengemukakan bahwa harga adalah
jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah produk atau jasa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga yakni biaya, keuntungan
praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Besarnya jumlah uang yang
dikeluarkan untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang ditentukan oleh
kesepakatan antara pembeli dan penjual itu sendiri.
Tujuan penetapan harga
produk yaitu untuk mendapatkan laba maksimum, mendapatkan pengembalian
investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada pengambilan keputusan
pembelian bersih, mencegah atau mengurangi persaingan dan mempertahankan atau
memperbaiki pangsa pasar. Perusahaan harus bijaksana dalam menetapkan harga
suatu barang atau jasa karena variabel ini menjadi salah satu penentu bagi
permintaan pasarnya. Tujuan ditetapkan harga pada sebuah produk adalah untuk
mencapai hal-hal sebagai berikut:
a.
Mendapatkan posisi pasar.
Misalnya penggunaan harga rendah untuk mendapatkan penjualan dan pangsa pasar.
b.
Mencapai kinerja keuangan.
Harga-harga dipilih untuk membantu pencapaian tujuan keuangan seperti
konstribusi laba dan arus kas. Harga yang terlalu tinggi mungkin tidak dapat
diterima oleh para pembeli.
c.
Penentuan posisi produk. Harga
dapat digunakan untuk mengingatkan citra produk, mempromosikan kegunaan produk,
menciptakan kesadaran, dan tujuan penentuan posisi lainnya.
d.
Mempengaruhi persaingan.
Manajemen mungkin ingin menghambat para pesaing yang sekarang untuk tidak dapat
masuk kepasar atau untuk tidak melakukan pemotongan harga. Tujuan penetapan
harga di atas memiliki implikasi penting terhadap strategi bersaing perusahaan.
Harga merupakan persoalan yang fundamental dalam bidang usaha baik bagi pembeli
maupun penjual (produsen). Untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai
suatu barang atau produk, digunakan uang sebagai alat ukur dan jumlah uang yang
digunakan dalam pertukaran mencerminkan harga dari barang atau produk yang
ingin dibeli.
3)
Promosi (Promotion)
Tjiptono promosi
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi
adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Promosi dalam pemasaran bertujuan untuk menginformasikan,
mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan konsumen sasaran tentang
perusahaan dan bauran pemasarannya.
Promosi selain mempunyai
manfaat dalam memperkenalkan produk baru, juga penting sekali dalam hal
mempertahankan selera konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk yang sudah ada.
Betapapun gencarnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan, perlu
didukung oleh harga dan kualitas produk yang dipromosikan, sehingga tujuan
perusahaan untuk mencapai volume penjualan serta market share akan dapat
dicapai.
Swastha menyatakan bahwa
promosi adalah arus informasi dan persuasi satu arah yang dibuat untuk
mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran. Dalam hal ini, perusahaan harus mampu menentukan
atau memilih media yang dapat digunakan untuk menunjang sukses pemasaran. Jadi
kegiatan tersebut perlu dikombinasikan, dikoordinir agar perusahaan dapat melakukan
tugas pemasaran dengan baik, sehingga perusahaan tidak saja memilih kombinasi
yang terbaik saja, tetapi juga mengkoordinir berbagai elemen dari marketing
mix.
4)
Distribusi (Place)
Tjiptono mengemukakan
bahwa ketika memilih saluran distribusi, perusahaan harus mengikuti kriteria 3C
yaitu Channel Control, market Coverage dan Cost. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah pasar, produk,
perantara dan perusahaan. Saluran distribusi pemasaran memegang peranan dalam
membantu menyampaikan barang atau jasa dari pihak produsen kekonsumen. Dalam
hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi distribusi yaitu:
a.
Konsumen mendatangi pemberi
jasa (perusahaan). Apabila keadaannya seperti ini, maka lokasi akan menjadi
sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen,
sehingga mudah dijangkau dengan kata lain harus strategis.
b.
Pemberi jasa mendatangi
konsumen. Dalam hal ini lokasi distribusi tidak terlalu penting tetapi yang
harus diperhatikan adalah pelayanan yang diberikan harus tetap berkualitas.
c.
Pemberi jasa dan konsumen tidak
bertemu secara langsung. Ini berarti service provider dan konsumen berinteraksi
melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini
lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak
dapat terlaksana. Konsep bauran pemasaran (marketing mix) penting diperhatikan.
Bauran pemasaran mengandung dua unsur yang terpisah tetapi memiliki hubungan
yang erat, yakni :
a.
Target marketing, yaitu suatu
kelompok konsumen yang homogen yang merupakan sasaran perusahaan.
b.
Marketing mix, yaitu
variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol yang akan dikombinasikan oleh
perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Kedua unsur di atas
memiliki hubungan yang erat karena target marketing merupakan suatu sasaran
yang akan dituju sedangkan marketing mix (bauran pemasaran) merupakan alat
untuk menuju sasaran tersebut yaitu meningkatkan kepuasan konsumen.
BAB
III
GAMBARAN
UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN
CV. SMILE HIDROPONIK (GREEN HOUSE )
3.1. Letak dan Luas Lahan Praktek Lapangan
Letak CV. Smile Hidroponik (Green House) berada di Desa Karang Anyar, Kecamatan Darul Makmur, berjarak 31,4 km dari pusat Kota Kabupaten Nagan Raya,
dengan keadaan tersebut
yang jauh dari pusat kota dan masih kurangnya dengan informasi dan moderenisasi
sayuran sawi hidroponik. Luas lahan usaha sayuran
hidroponik ini sekitar 7
x 10 m2, yang terdiri dari beberapa bagian yang dipisah sesuai dengan ukuran dan kesuburan
sayuran. Bagian bagian tersebut antara lain yaitu kolam
pembibitan awal, kolam usia sayuran remaja dan kolam usia panen.
Pada
awalnya CV ini bergerak dalam bidang jasa pengetikan dan jasa fotography.
Berawal dari hasil pencarian dari artikel peneltiian dan artikel pengembangan
budidaya suatu tanaman yang tidak membutuhkan suatu lahan yang luas, maka pada
saat itu CV ini memutuskan untuk mengembangkan suatu usaha budidaya sayuran
dengan cara budidaya sayuran hidroponik. Berawal dari informasi yang di terima
baik dari maasyarkat sekitar dan artikel mengenai pembudidayaan sayuran
hidroponik tersebut, semakin besar pula keingingan untuk mendirikan rumah budi
daya sayuran hidroponik yang diberi nama CV. Smile Hidroponik (Green House).
CV.
Smile Hidroponik (Green House)
merupakan cabang usaha baru di desa tersebut dan merupakan salah satu unit
usaha di bidang komersial. CV. Smile Hidroponik sendiri memeiliki tempat
budidaya terletak disamping gedung (toko) dan persis didepan rumah. CV. Smile
hidroponik memiliki beberapa kolam dalam pembudidayaan sayuran hidroponik.
Diantaranya adalah Kolam pembibitan pertma, kemudian kolam pembesaran sayuran
dan kolam pasca panen.
3.2.
Kondisi
Umum CV. Smile Hidroponik (Green
House)
CV. Smile Hidroponik (Green house) berlokasi di Jalan Dusun Mangga, Desa Karang Anyar,
Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh. CV. Smile Hidroponik
memiliki lahan pembudidayaan sayuran hidroponik seluas 7 x 10 m2.
Berada tepat dipinggir jalan utama dan jalan lorong. Adapun batas CV. Smile
Hidroponik yaitu dengan jalan utama dan jalan lorong, selebihnya masih dalam
ruang lingkup kawasan pribadi CV. Smile Hidroponik.
CV. Smile Hidroponik (Green House) beriklim tropis sehingga sesuai dengan jenis sayuran
yang diproduksi maka sayuran dapat tumbuh dengan baik dan segsr. Daerah yang
memiliki musim hujan pada bulan Oktober – Maret dan musim kemarau pada bulan
April - September. Topografi permukaan tanah relatif datar. Lokasi ini
memeiliki suhu rata- rata 290C – 360C, kelembaban udara
mencapai 75% serta curah hujan dengan rata-rata 28,84 mm/tahun.
3.3.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Tenaga kerja di
CV. Smile Hidroponik (Green House)
yang ada pada saat ini sebanyak 4 orang,
terdiri dari pemilik usaha 1 orang, 2 orang sebagai tenaga kerja bagian
budidaya (pembibitan dan penyemaian) dan 1 orang sebagai marketting, Pengurus
pada CV. Smile Hidroponik (Green House)
ditampilkan pada gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1. Struktur Tenaga Kerja CV. Smile Hidroponik (Green Hoouse)
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Teknik Budidaya Tanaman Sayur Sawi
Hidroponik
4.1.1 Teknik Budidaya
CV. Smile
Hidroponik meruapakan kegiatan UKM yang bergerak pada bidang budidaya tanaman
hidroponik yang berupa sayura-sayuran. Teknik budidaya sayuran hidroponik
terkhususnya sayuran sawi meliputi pembibitan, persemaian, pemeliharaan hingga
proses pemanen/an.
A. Pembibitan dan Persemaian
Kegiatan pembibitan/pengadaan benih
merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha tani, baik secara pada
umumnya maupun secara hidroponik. Pembibitan/pengadaan benih dapat dilakukan
dengan cara mandiri (sendiri) atau membeli benih yang telah siap tanam.
Pembibitan/pengadaaan benih dengan cara membeli akan memudahkan petani dalam
pembibitan atau lebih praktis tanpa menggunakan jerih payah yang lebih
dibandingkan dengan pembibitan secara mandiri (membuat sendiri).
Penyemaian dilakukan secara manual, biji/benih
yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan melihat varietas, lama
penyimpanan, kadar air dan suhu tempat penyimpanan. Kemudian biji/benih
ditempatkan dalam wadah yang digunakan yaitu menggunakan gabus busa dengan
ditabur satu persatu. Hal itu dilakukan untuk menghindari benih/biji yang
berserakan atau terbuang secara sia-sia. Benih yang gunakan oleh CV. Smile
Hidroponik adalah benih yang dijual di toko pertanian terdekat dengan merek
romaine atau merek lainnya yang tersedia di toko pertanian terdekat. Luas kolam
yang disediakan yaitu 1,65 m dengan panjang 2 m dan ketebalan ± 2 cm.
Pengaliran unsur hara ini dilakukan dengan pompa air (otomatis), hingga seluruh
media basah dan cukup tergenang, maka benih sayuran dapat ditabur. Penyebaran
dilakukan secara meraa dengan ukuran jarak ± 10 cm, cara ini bertujuan untuk
meningkatkan proses pertumbuhan dan untuk memudahkan bibit yang tumbuh dapat
menerima cahaya matahari yang cukup dan dengan merata.
B. Pemeliharaan
Pada saat umur sawi 3-4 minggu sejak benih mulai di semaikan, maka masuk
dalam proses penanaman serta pemeliharaan. Untuk proses pemindahan tersebut
dilakukannya pemisahan antara sawi yang sudah cukup umur yaitu 3-4 minggu
(13-17 hari) dan pemilihan sawi yang sehat yang memiliki kualitas bagus. Bibit
yang siap dipindahkan, kemudian diambil sampai ke perakaran. Kemudian dilakukan
pembersihan pada bibit yang sudah diambil. Pembersihan tersebut bertujuan untuk
menghilangkan kotoran yang menempel pada akar dan kotoran lain yang menempel
pada saat proses pembibitan. Pemeliharaan bibit sayuran sawi tersebut yang
sudah siap kemudian di pindahkan ketempat kolam yang disediakan dengan
menggunaka Styrofoam. Styrofoam berukuran 1 m dengan 36 lubang
tanam yang terdapat di Styrofoam tersebut dengan jarak per lubang ± 10 cm dan
diameter ± 4 cm.
Selama masa pemeliharaan sangat penting untuk melakukan pemamtauan dan
pengecekan terhadap tanaman yang meliputi penyiangan/pembubunan, pemupukan dan pengendalian
organisme pengganggu dan penyakit tanaman.
Penyiangan/pembubunan memiliki tujuan agar tanaman tidak terganggu oleh
gulma dan menjaga agar akar tidak langsung terpapar oleh sinar matahari.
Setelah tanaman sawi tumbuh dengan baik kurang lebih 10 hari setelah proses
pemindahan pemupukan juga perlu dilakukan. Pemupukan sendiri bertujuan unutk
memberikan unsur yang diperlukan oleh tumbuhan seperti Nitrogen, Fosfor dan
Kalium. Penambahan pupuk bisa dilakukan dengan cara pelarutan dalam air atau
penaburan dalam media tumbuh.
Untuk penambahan pupuk dalam media tumbuh biasanya digunakan sebanyak 25
gram pupuk dalam larutan 1 liter sebelum proses penaburan dalam media tanam. Pemupukan biasanya
dilakukan 2 kali dalam satu bulan. Dalam
proses pemupukan perlunya pengontrolan setiap hari terhadap kandungan unsur
hara yang diperlukan oleh tanaman.
C. Pemanenan
Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara
yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu : dengan mencabut seluruh tanaman, ada
yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan dan ada juga yang
memetik daunnya satu persatu. Cara yang
terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto, 2007).
Pemanenan sayuran sawi pada CV. Smile Hidroponik dilakukan sendiri oleh
produsen maupun para konsumen yang ingin membelinya dengan cara
mencabut/mangambil langsung tanaman sayuran sawi sekligus akarnya. Usia tanaman
sawi dapat dipanen pasca umur sawi mencapai umur 50-60 hari atau 2 bulan.
Pemanenan sawi dilakukan sebelum tanaman sawi memasuki fase generative atau
akan muncul bunga.
Pada proses pemanenan dilakukan pada pagi hari maupun sore hari. Hal itu
dilakukan karena pada waktu tersebut sinar matahari tidak begitu terik sehingga
hasil panen tidak akan mengalami
fluktuasi suhu yang besar. Dalam pemanenan tanaman sawi harus dengan cara
hati-hati agar kondisi sayuran sawi tersebut tidak sampai patah maupun
rusak/cacat. Sistem ini dilakukan dengan jalan para konsumen memilih tanaman
yang besar-besar kemudian pembayarannya dihitung perikat.
CV. Smile Hidroponik (Green House)
sangat memperhatikan kegiatan yang dilakukan pasca panen sayuran sawi dan
sebelum dipasarkan ke konsumen atau mitra dagang. Kegiatan penanganan pasca
panen terdiri dari penyortiran, penimbangan, pengemasan, penyimpanan hingga ke
penditribusian.
4.2.
Manajemen Pemasaran Sayuran Sawi
Hidroponik di CV. Smile Hidroponik (Green House)
Dalam sistem
manajemen pemasaran tanaman sayur hidroponik pada CV. Smile Hidroponik dibagi
kedalam 4 tahap yaitu (Product, Price,
Place dan Promotion)
4.2.1
Product (Produk)
Menurut
Tjiptono (1997) produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen
untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara
konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang
bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
serta daya beli pasar.
Produk
sayuran sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik memiliki kualitas lebih baik
dari pada sayuran sawi yang ditanam pada media tanah. Produk sayuran sawi
hidroponik memiliki tekstur jauh lebih tebal dan jauh lebih subur dibandingkan
dengan sawi yang ditanam pada media tanah. Rakhman, dkk (2015) menyatakan bahwa
standar kualitas sawi hidroponik yang baaik adalah sayura sawi yang memiliki
tinggi dengan rata-rata 9,1 cm – 24,6cm, jumlah daun 7,2 - 10,2 dengan waran
yang hijau dan segar, panjang akar mencapai 10,6 cm - 28,6 cm secara berurutan
dan memiliki bobot/berat 9,7 gr – 77,08 gr.
Produk
yang diterapkan pada CV. Smile Hidroponik ini adalah dengan kriteria sayuran
sawi yang bersih, berkualitas, memiliki daun yang tebal, warna yang hijau segar
dan tekstur yang subur . Standar tersebut pun sudah diakui oleh konsumen yang
sering membeli langsung di tempat produksi maupun di tempat mitra dagang CV.
Smile Hidroponik. Disebalik itu CV. Smile Hidroponik pun sangat memperhatikan
kondisi kesegaran sayuran sawi hidroponik sebelum proses pemasaran kepada
komsumen agar dapat meningkatkan nilai tambah produk serta menjaga kondisi
produk.
4.2.2.
Price (Harga)
Harga adalah
jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah produk atau jasa (Basu
Swastha, 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan harga antara
lain biaya, keuntungan praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Berkanaan
dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, tingkat diskon,
tingkat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai k4.elompok
pelanggan. Tujuan untuk menetapkan harga produk yaitu untuk mendapatkan laba
maksimum, mendapatkan penegembalian investasi yang ditargetkan atau
pengembalian pada pengembalian keputusan bersih, mencegah atau mengurangi pesaingan dan
mempertahankan psang pasar. Pada CV. Smile hidroponik memiliki sistem dalam
penetapan harga baik untuk konsumen langsung maupun agen. Sistem manajemen
pemasaran terhadap harga sawi hidroponik dapat dilihat pada bagan gambar 4.1
berikut :
Gambar 4.1. Bagan
Majemen Pemasaran Harga Sawi Hidroponik Pada CV. Smile Hidroponik (Green House)
Konsumen produk
sayuran sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik sendiri adalah konsumen yang
termasuk kategori menengah kebawah dan mengah keatas. Harga produk yang
dijualpun bervarian tergantung kondisi dan kualitas paroduk sayuran sawi pada CV. Smile Hidroponik, ada harga yang
diatas rata-rata dan ada pula harga di bawah rata-rata.
Penentuan harga
tersebut tentu saja didasarkan berbagai aspek. Baik dari aspek kualitas sayuran
sawi yang segar, subur, memliki tekstur
yang tebal dan kualitas sayuran sawi yang buruk atau yang tidak dapat
dikonsumsi oleh masyarakat. Disebalik itu ada juga aspek biaya dalam pembuatan
sayur hidroponik yang telah dikeluarkan maupun aspek dari kualitas produk yang
dihasilkan. Dalam aspek biaya pembudidayaan sayuran sawi hidroponik tersebut
didasari dari penghitungan biaya investasi, biaya tetap serta biaya variable.
Perhitungannya
bila harga sawi dipasar lebih dari Rp. 1000, maka pedangan berani mengambil
selisih Rp. 500,- sampai Rp. 750 per batang/ikat. Apabila harga sawi dipasar
kurang dari Rp. 1.000, maka para pedagan berani selisis Rp. 250 sampai Rp.500
per batang/ikat (Fuad, 2010).
Harga yang
ditetapkan di CV. Smile Hidroponik untuk setiap batang nya adalah Rp. 2.500 –
Rp.5.000. proses penjualan pada CV.
Smile Hidroponik pun tergolong mudah dengan memenuhi keingingan konsumen yaitu
menghimpun sayuran tersebut dan di hitung per rupiahnya ( Rp.10.000/4 batang
sawi hidroponik). Harga produk sayur sawi hidroponik pada CV. Smile Hidroponik
tergolong bersahabat dengan masyarakat ekonomi kelas bawah. Tujuan dari
penetapan harga tersebutpun tidak terlepas dari analisa harga sayuran
hidroponik dipasar dan referensi dari beberapa pihak.
Perbedaan harga
pun akan terjadi jika kondisi produk sawi hidroponik ini tidak baik dan bagus,
Kualitas sayuran sawi yang tidak baik atau bagus akan lebih murah harganya
dibandingkan dengan kualitas sayuran sawi yang baik. Biasanya harga untuk
kualitas sayuran sawi yang buruk sebesar Rp. 1000/5 batang sayuran sawi, namun
ada juga dengan porsi pembelian dalam skala kiloan.
Pembelian dalam
skala kiloan untuk kualitas sayuran sawi yang tidak bagus biasanya di
peruntukan untuk pakan ternak maupun dipergunakan sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Untuk harga dalam skala kiloan pun relative rendah yaitu sebesar Rp.
5000/kg sayuran sawi hidroponik yang memiliki kualitas yang tidak bagus/baik.
Pertimbangan harga tersebut pun berdasarkan kondisi produk dan harga
competitor.
4.2.3. Place (Saluran
Distribusi)
Pada aspek place (saluran distribusi), CV. Smile Hidroponik telah menjalankan rantai
saluran dirtibusi dengan baik. CV. Smile Hidroponik yang berada di Desa Karang
Anyar salah satu desa yang terletak ditengah desa (dihapit) oleh beberapa desa
lainnya sangat memudahkan untuk arus distribusi produk sayuran sawi hidroponik.
Lokasi ini pun
sangat dekat dengan konsumen dan tidak terlalu jauh dengan pasar tradisional.
Selain saluran distribusi secara langsung, CV. Smile Hidroponik juga
menyalurkan produk sayur sawi hidroponik ke agen yang sudah bekerja sama dengan
pihak CV. Smile Hidroponik untuk disalurkan/ didistribusikan ke
konsumen diluar desa maupun kecematan.
4.2.4
Promotion (Promosi)
Promosi adalah
suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar
sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Promosi dalam
pemasaran bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta
mengingatkan konsumen sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya
(Tjiptono, 1997)
Basu Swastha
(2005) menyatakan bahwa promosi adalah arus informasi dan persuasi satu arah
yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang
menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Promosi selain mempunyai manfaat dalam
memperkenalkan produk baru, juga penting sekali dalam hal mempertahankan selera
konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk yang sudah ada. Betapapun gencarnya
kegiatan promosi yang dilakukan, perlu didukung oleh harga dan kualitas produk
yang dipromosikan, sehingga tujuan perusahaan untuk mencapai volume penjualan
serta market share akan dapat dicapai.
Dalam hal ini
sistem promosi yang digunaka pada CV. Smile Hidroponik yaitu dengan cara
menampilkan produk sayuran sawi hidroponik melalui media masa elektronik
seperti facebook, instagram dan whatshap. Peliputan pada media massa yang
dilakukan oleh CV. Smile Hidroponik mampu memberikan dampak yang luar biasa.
Selain itu, sistem promosi pada media massa pun secara tidak langsung
memberikan informasi dan sosialisasi terhadap tanaman hidroponik yang baik.
Peliputan yang dilakukanpun sangat berpengaruh pada peningkatan jumlah pembeli
sayuran sawi hidroponik, baik secara langsung datang ketempat produksi maupun
membeli sayuran sawi hidroponik ke temapt agen yang terdekat.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil setelah melaksanakan kegiatan magang di CV. Smile Hidroponik adalah sebagai berikut:
1.
Teknik budidaya hidroponik di CV. Smile Hidroponik meliputi pembibitan dan persemaian, pemeliharaan, pemanenan,
sortasi, pengemasan, dan pemasaran atau pendistribusian.
2.
Manajemen pemasaran yang
dilakukan oleh CV.
Smile Hidroponik adalah terdiri dari empat konsep
kegiatan pemasaran, yaitu produk (product),
harga (price), saluran distribusi (place) dan promosi (promotion).
5.2 Saran
Saran yang dapat
diberikan setelah melaksanakan kegiatan magang di CV. Smile Hidroponik adalah
sebagai berikut:
1.
Pemanfaatan lahan kosong disekitar desa ataupun lahan kosong pribadi CV. Smile Hidroponik perlu ditingkatkan
karena banyak lahan potensial yang sekarang ini belum dimanfaatkan secara
optimal untuk peningkatan proses produksi atau usaha.
2.
Perlu adanya pemanfaatan bagian-bagian tanaman yang terbuang pada proses
pencucian dan paking untuk pakan ternak atau pupuk kompos sehingga ada produk
keluaran lain yang bermanfaat selain sayuran segar yang telah ada selama ini.
3.
CV. Smile Hidroponik
harus mengembangkan usahanya dengan cara selalu memperluas jaringan mitra usaha
dan memperluas hubungan kerjasama dengan pihak-pihak konsumen agar hubungan
usaha yang telah terjalin dapat dipertahankan dan dikembangkan.
4.
CV. Smile Hidroponik harus
selalu memperhatikan dan meningkatkan kegiatan manajemen mutu yang telah
diterapkan untuk mempertahankan kualitas mutunya dimata konsumen dan mitra,
sehingga akan tercipta citra kualitas produk CV. Smile Hidroponik yang unggul.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardian.
(2007). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Pada Berbagai Tipe Emitter dan
Formulasi Nutrisi Hidroponik. Dinamika Pertanian, 22(3), 195–200.
Arifin,
R. (2016). Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Jakarta: Agro Media Pustaka
Basu
Swastha dan Irawan, (2005),. Asas-asas Marketing, Liberty, Yogyakarta.
Cahyono,
B., (2003). Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan
Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Hal : 12-62.
Fandy
Tjiptono,. (1997). Strategi Pemasaran,
(Yogyakarta, ANDI, 1997), hal. 95
Fuad,
Ahmad., (2010),. Budidaya Tanaman Sawi (Brassica
Juncea. L). Laporna Praktek. Perputakanuns. Progran Studi Aribisnis
Hortikultura dan Arsitektur Pertanaman. Universitas Sebelas Maret.
Hartus,
T. (2008). Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Haryanto,
W. ; T. Suhartini dan E. Rahayu. (2003). Sawi dan Selada. Edisi Revisi Penebar
Swadaya, Jakarta. Hal: 5-26
Indriasti,
Ratna. (2013). Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur Segar
Kabupaten Bogor, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kotler,
Philip. (2002),. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Milenium, Jakarta :
Prenhalindo.
Lakitan,
B. (2004). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lingga,
P. (2009). Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Niaga Swadaya. Jakarta.
Mas’ud,
H. (2009). Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2, 131- 136.
Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian. (2013). Analisis PDB Sektor Pertanian
Tahun 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Jakarta.
Rakhman
A, Lanya B, Rosadi R.A Bustomi, Kadir M. Zen., (2015). Pertumbuhan Tanaman Sawi
Menggunakan Hidroponik dan Akuaponik. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4.
No. 4 (245-254).
Rukmana,
R., (2007). Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta. Hal: 11-35
Savaringga,
Rendy. (2013). Strategi Pengembangan Usaha Cabai Paprika Hidroponik di Koperasi
Petani Mitra Sukamaju Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suhardiyanto,
H. (2011). Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/8405/4_teknologi_hi
droponik_utk_budidya_tanaman_hery-suhar.pdf. [06/09/2017]
Sunarjono,
H. H., (2004). Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 78-82.
Susila,
Anas, D. (2013). Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, IPB.
Soeseno,
S. (1991). Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Gramedia, Jakarta.
Wibowo,
S., dan S. Asriyanti. (2013). Aplikasi hidroponik NFT pada budidaya pakcoy
(Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 3 (3): 159-167.
William
J. Stanton, (2004), Fundamental of Marketing, 10th, ed, Tokyo: Mc- Graw Hill
Kogakusha.
No comments:
Post a Comment