DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESEHAN................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iv
DAFTARTABEL.................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Blakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan
Praktek Lapang.................................................................................. 4
1.4 Manfaat
Penelitian......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1 Klasifikasi
Tanaman Sawi ............................................................................. 5
2.2 Morfologi
Tanaman Sawi ............................................................................. 5
2.3 Syarat Tumbuh
Tanaman Sawi ..................................................................... 8
2.4 Budidaya
Tanaman Sawi Secara Aquaponik............................................... 10
2.5 Peranan Media
Tanam Dalam Aquaponik................................................... 11
2.6 Teknik
Budidaya Tanaman Sawi Secara Hidroponik.................................. 12
2.7 Keunggulan Sistem Aquaponik................................................................... 13
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 16
3.1 Tempat Dan
Waktu Penelitian..................................................................... 16
3.2 Alat Dan
Bahan .......................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 18
4.1 Pengaruh Media Tanam .............................................................................. 18
4.2 Tinggi Tanaman........................................................................................... 20
4.3 Jumlah Daun................................................................................................ 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 25
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 25
5.2 Saran ........................................................................................................... 25
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 26
LAMPIRAN FOTO............................................................................................. 27
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1 Hasil
pengukuran tinggi
tanaman umur 14 hari HST........................................ 21
2 Hasil
pengukuran tinggi
tanaman umur 25 hari HST........................................ 21
3 Hasil
pengukuran tinggi
tanaman umur 30 hari HST........................................ 21
4 Hasil
pengukuran jumlah
daun umur 14 hari HST............................................ 23
5 Hasil
pengukuran jumlah
daun umur 25 hari HST............................................ 23
6 Hasil
pengukuran jumlah
daun umur 30 hari HST............................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sawi / caisim ( Brassica
juncea L ) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis
sayur sayuran yang dimanfaatkan daunnya yang masih muda. Sawi selain
dimanfaatkan sebagai bahan makanan sayuran juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
karena memiliki berbagai macam kandungan gizi yang baik ( Cahyono, 2003 ).
Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk, penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki
fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan
kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P,
Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C ( Aji. C, 2009 ).
Pengembangan sawi di Indonesia mengalami beberapa
kendala antara lain luasan lahan produktif yang semakin sempit akibat adanya
berbagai macam praktek konservasi dan kompetisi penggunaan lahan, kondisi iklim
yang selalu berubah – ubah seperti curah hujan yang tinggi dan kemarau panjang,
serta adanya masalah degredasi lahan. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan produk
sayuran yang berkualitas secara kontinyu diperlukan budidaya dengan sistem
hidroponik. Hidroponik merupakan budidaya tanaman menggunakan media selain
tanah dengan penambahan nutrisi hara untuk pertumbuhan.
Di
antara berbagai jenis sistem hidroponik, cara bertanam hidroponik system aquaponik
( sumbu ) adalah jenis yang paling sederhana. Cara bertanam hidroponik wick sistem merupakan sebuah sistem
pemberian nutrisi pada media tumbuh melalui sumbu yang digunakan sebagai
reservoir. Kultur substrat ini merupakan sistem yang paling mudah diadopsi
selain sistem NFT (Raffar 1990) dan merupakan salah satu sistem yang banyak
dikembangkan para petani / pengusaha agrobisnis di Indonesia (Sumarni N, 2005).
Dalam budidaya hidroponik sistem wick
diperlukan media sebagai tempat untuk mendukung pertumbuhan dan berdiri tanaman
selama hidupnya. Oleh sebab itu, penggunaan media tanam dalam hidroponik harus
mempunyai beberapa kriteria antara lain sifat fisik yang baik, sistem tata udara
yang baik, mempunyai kemampuan menyimpan air dan unsur hara.
Berbagai
jenis media tanam yang dapat digunakan dalam budidaya hidroponik antara lain
pasir, serbuk gergaji, arang sekam, cocopeat, zeolit, vermikulit, perlit, dan
lain – lain (Fahmi, Z. 2013). Menurut Wuryaningsih ( 2003) arang sekam
mempunyai sifat menahan air yang tinggi, sirkulasi udara tinggi, berwarna
kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif. Cocopeat
dapat menahan kandungan air dan unsur kimia nutrisi serta menetralkan kemasaman
tanah. Karena sifat tersebut, sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai media
yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Anonim, 2013). Menurut Bambang B. Santoso
( 2010 ) Serbuk gergaji sangat baik untuk media tanam khususnya sayur-sayuran
karena memiliki daya tahan memegang air yang tinggi.
Selain
media tanam, penggunaan nutrisi secara efektif merupakan salah satu faktor
keberhasilan bagi pertumbuhan tanaman dalam sistem hidroponik, karena nutrisi
merupakan substansi organik yang dibutuhkan tanaman untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan sistem kesehatan. Namun, sejalan
dengan banyaknya permintaan masyarakat akan produk segar organic maka perlu
dilakukan upaya untuk mengatasi kondisi tersebut salah satunya dengan
penggunaan urine sapi sebagai alternatif pengganti nutrisi kimia sintetic.
Dalam
penerapannya, kualitas dan konsentrasi POC urine sapi sangat menentukan
keberhasilan dalam budidaya hidroponik. Jika konsentrasi larutan nutrisi tidak
sesuai dengan jenis dan umur tanaman maka kuantitas dan kualitas hasil tanaman
akan rendah. Selain itu, konsentrasi
larutan nutrisi perlu diketahui karena seluruh kebutuhan unsur hara
tanaman pada hidroponik disuplai dari larutan nutrisi yang diberikan. Hal yang
lain adalah pemberian nutrisi pada media tumbuh mempunyai batas-batas tertentu
seperti kemampuan media dalam menyerap nutrisi dan kemampuan media dalam menghantarkan
air atau larutan ke perakaran tanaman. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan jenis media dan konsentrasi POC urine sapi yang
sesuai serta mengetahui pengaruh kedua factor tersebut terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman caisim.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah
jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi secara
aquaponik.
1.3 Tujuan Praktek Lapang
Untuk
mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman sawi secara
aquponik
1.4 Manfaat Praktek Lapang
a.
Memberikan informasi tentang teknik budidaya
tanaman sawi secara aquaponik
b.
Menambah referensi tentang pemanfaatan media
tanam organic untuk budidaya tanaman sawi secar aquaponik.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman Sawi
Klasifikasi
tanaman sawi hijau, menurut (Kloppenburg, 2008 ) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Pantae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Family : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica
juncea L.
2.2 Morfologi Tanaman Sawi
Tanaman
sawi merupakan tanaman tahunan. Daun tanaman sawi dengan daun brokoli sekilas
terlihat sama. Orang awam terkadang ada yang masih sukar membandingkannya.
Namun, perbedaan tersebut tidak terbatas
pada daunnya saja, namun masih ada bagian lain yang menjadi pembeda dengan
sayuran lain meskipun masuk dalam satu family, sebagai berikut:
1. Akar
Tanaman sawi memiliki
sistem perakaran yaitu akar serabut yang tumbuh secara menyebar di sekitar
tanah. Akar tersebut menembus tanah tidak terlalu dalam yaitu hanya sekitar 5
cm saja. Struktur akar pada sawi sangat mudah putus. Selain itu, akar ini bisa
tumbuh dengan optimal pada tanah yang subuh, gembur dan mengandung banyak air.
Akar tersebut berbentuk
fili dan diameternya kecil. Akar pada sawi ujungnya meruncing dengan kulit yang
berwarna hijau muda hingga kuning pucat. Jika dibelah, bagian dalam akar
berwarna putih cerah.
2. Batang
Sawi mempunyai batang yang
beruas dan pendek bahkan batang ini hampir sukar dibedakan dari tangkai daun.
Batang sawi juga berfungsi sebagai penopang serta pembentuk daun sawi. Batang
ini berwarna hijau keputihan dengan tekstur berair dan mudah patah. Tekstur
permukaan batang halus dan tidak ditumbuhi biji.
3. Daun
Daun sawi berbentuk lonjong
dan memiliki tangkai daun yang panjang hasil pertumbuhan dari batang. Tangkai
daun sawi berukuran besar, berdaging dan mengandung banyak air. Permukaan daun
memiliki tekstur yang halus, mengkilat dan tidak ditumbuhi bulu. Umumnya, daun
sawi tumbuh secara berserak atau roset, tersusun rapat dan rapih sehingga
sangat sulit untuk membentuk krop.
Daun ini memiliki tekstur
yang mudah sobek dan lunak. Daun ini memiliki tipe tulang daun menyirip.
Daun sawi berbentuk oval dengan ujung yang membulat. Pada daun muda
berwarna hijau muda sedangkan pada daun tua berwarna hijau tua. Namun, beberapa
factor seperti lingkungan dan genetic dari sawi bisa menyebabkan perbedaan
morfologi.
4. Bunga
Sawi memiliki bunga yang
tersusun dalam tangkai bunga dan biasa disebut dengan tipe inflorentia.
Bunga ini memiliki cabang yang banyak dan memanjang. Bunga sawi tergolong
sebagai bunga lengkap karena dalam setiap bunga terdapat putik dan benang sari.
Dalam tiap kuntum bunga terdapat enam benang sari yang terdiri dari empat
benang sari bertangkai panjang dan dua benang sari bertangkai pendek.
Sawi juga memiliki satu
putik yang berongga dua dan empat mahkota bunga yang berwarna kuning. Permukaan
mahkota bunga sangat halus dan tidak berambut. Ovarium pada tanaman sawi
berkembang dan memiliki stigma dengan dua lobus. Awalnya, rongga pada putik
hanya satu, namun selama perkembangannya lapisan dinding yang tipis di dalamnya
tumbuh dan membagi rongga menjadi dua.
Tanaman ini sangat mudah
berbunga baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Penyerbukan pada
tanaman sawi biasanya dibantu oleh serangga kecil maupun angin.
5. Buah
Ternyata tanaman sawi
memiliki buah yang berbentuk lonjong dan ada juga yang bulat. Buah ini berwarna
hijau keputihan. Buah ini berupa kapsul yang terbuka dengan dua katup. Buah
tersebut berbentuk polong. Dalam tiap buah terdapat 2 hingga 8 biji. Pada
buah terdapat rongga yang di dalamnya terdapat butiran biji.
6. Biji
Biji sawi berukuran sangat
kecil dan berwarna cokelat kehitanaman. Namun, pada sawi putih biji ini
berwarna kuning muda dengan diameter sebesar 2,5 mm.Biji sawi berbentuk bulat
telur atau oval. Bagian permukaan bijinya licin dan mengkilap. Biji tersebut
juga memiliki tekstur yang keras. Pada bagian luar biji terdapat selaput,
sementara pada sawi tidak memiliki endosperma.
Biji sawi tidak berbau khas
bahkan saat dikunyah atau di tumbuk. Biji sawi tergolong sebagai biji berkeping
satu atau biasa disebut dengan monokotil. Sekian ulasan tentang klasifikasi dan
morfologi tanaman sawi yang sangat mudah digunakan untuk identifikasi. Semoga
artikel kali ini bisa membuat kita lebih paham tentang perbedaan sawi dengan
tumbuhan lain yang masuk satu family dengannya.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5
meter sampai 1,200 meter dpl. Namun biasanya tanaman ini di budidayakan di
daerah yang berketinggian 100-500 meter dpl. Sebagian besar daerah-daerah
Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto et al, 1995).
Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan
energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlikan
tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang
diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400
cal/cm2 setiaphari. Sawi memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono,
2003).
Kondisi iklim yang dikehendaki
untuk pertumbuhan tanamam sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari
15,60C dan siang harinya 21,10C serta penyinaran matahari
antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan
terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan beproduksi dengan baik di daerah yang suhunya
diantara 270C-320C (Rukmana, 2007).
Kelembaban udara yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman sawi yang optimal berkisar antara 80%-90%. Tanaman
sawi tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim
hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai
untuk pembudidayaan tanaman sawi adalah 1,000-1,500 mm/tahun. Daerah yang
memiliki curah hujan sekitar 1,000-1,500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran
tinggi. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang
(Cahyono, 2003).
Tanah yang cocok untuk
ditanamisawi adalah tanh yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta
pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhanya adalah antara pH 6-7 (Haryanto, et al., 1995). Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun
paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada
tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan secara sempurna, antara lain
pengolahan tanah yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam
jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 2007)
2.4 Budidaya Tanaman Sawi Secara Aquaponik
Akuaponik
merupakan suatu kombinasi sistem dalam akuakultur dan budidaya tanaman
hidroponik. Dalam akuaponik, ikan dan tanaman dapat tumbuh dalam satu sistem
yang terintegrasi, dan dapat menciptakan adanya suatu simbiotik antara keduanya
(Widyastuti, 2008). Prinsip dari sistim akuaponik yaitu menggunakan sistim
resirkulasi dimana memanfaatkan air budidaya secara terus menerus dari
pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan (Akbar,
2003).
Sistem
akuaponik muncul atas permasalahan budidaya semakin sulitnya mendapatkan sumber
air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik
merupakan salahsatu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan
dengan berbagai tanaman sayuran (Widyastuti, 2008).
Penggunaan
sistem akuaponik pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu memelihara
lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan ikan
secara optimal. Kelebihan sistem akuaponik dalam mengendalikan, memelihara dan
mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem akuaponik memiliki hubungan
yang erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah,
terutama aspek biologisnya. Disamping itu teknologi akuaponik juga mempunyai
keuntungan lainnya berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan
memperbesar keuntungan para pembudidaya ikan (Akbar, 2003).
Ikan
lele adalah jenis ikan yang memiliki laju metabolisme cukup tinggi, memiliki
tingkat pertumbuhan yang cepat, dan daya tahan terhadap lingkungan yang baik
sehingga dapat digunakan dalam sistem akuaponik (Widyastuti, 2008). Tanaman
Sawi umumnya adalah tanaman yang merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari
dan memiliki daya jual yang cukup tinggi yang cocok untuk kombinasi sistim
akuaponik ikan lele (Diver, 2006).
2.5 Peranan Media Tanam Dalam Aquaponik
Media untuk tanaman aquaponik
berfungsi sebagai tempat tumbuh tanaman saja. Persyaratan terpenting untuk
media aquaponik harus ringan, dan porous. Tiap media mempunyai bobot dan
porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media tanam sebaiknya di
cari yang paling riingan dan yang mempunyai porositas yang baik.
Media tanam aquaponik dapat berasal
dari bahan organic dan anorganik. Media tanam dari bahan orgaanikumumnya
memiliki poro-poei makro dan mikro yang seimbang, sehingga sirkulasi udara
cukup tinggi. Media tanam organic juga dapat menyediakan nutrisi bagi tanaman
dan mengalami pelapuka. Media tanam organic yang sering digunakan adalah arang
sekam, arang kayu, dan serbuk sabut kelapa. Media anorganik yang sering
digunakan adalah pasir, kerikil alam, kerikil buatan, dan rokwoll.
Sifat fisik media menentukan jumlah
air yang diberikan. Tekstur media tanam yang lebih halus mempunyai kemampuab
memegang air yang lebih kuat. Kebutuhan air media tanam yang bertekstur halus
lebih banyak daripada media tanam yang bertekstur lebih kasar. Media tanam yang
baik mampu mempertahankan kelembapan di sekitarnya. Banyak ahli akuaponik
menganggap pasir cenderung terlalu basah dan agak memboroskan zat makana.
Arang sekam adalah sekam pafi bakar
yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pemmbakaran yang tidak sempurna \.
Warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahri dengan efektif. Media
sekam telah banyak digunakan oleh pengusaha aquaponik diindonesia. Komposisi
arang sekam padi paling banyak di tempati oleh
2.6 Teknik Budidaya Tanaman Sawi Secara Aquaponik
Perkembangan yang pesat di
perkotaan berdampak pada semakin berkurangnya lahan pertanian yang ada. Seiring
maraknya pembangunan perekonomian dan pemukiman di wilayah perkotaan, semakin
meningkat pula alih fungsi lahan yang terjadi di perkotaan. Lahan-lahan yang
dulunya merupakan lahan pertanian, berubah menjadi pemukiman penduduk.
Dengan semakin menyempitnya
potensi lahan di perkotaan yang bisa dimanfaatkan, maka pemanfaatan pekarangan
merupakan salah satu opsi yang bisa dipilih untuk mendukung
pembangunan pertanian di perkotaan. Pemanfaatan pekarangan kemudian sangat erat
kaitannya dengan usaha mencapai ketahanan pangan masyarakat yang dimulai dari
skala yang paling kecil, yaitu skala rumah tangga. Salah satu cara yang bisa
digunakan dalam pemanfaatan pekarangan adalah teknologi budidaya tanaman dengan
metode aquaponik.
Aquaponik merupakan sebuah
alternatif menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah. Proses dimana
tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila
dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikannya. Lalu tanaman akan
berfungsi sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi
zat yang tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan
untuk memelihara ikan. Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling
menguntungkan dan bagi kita yang mengaplikasikanya tentu saja akan sangat
menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.
Ikan adalah kunci dalam
sistem aquaponik. Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman. Ada
berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem aquaponik. Jenis ikan ini
tergantung pada iklim lokal dan jenis yang tersedia di pasaran, tetapi yang
paling saring digunakan yaitu ikan nila.
Aquaponik tidak hanya baik
untuk sayuran hijau. Aquaponik akan menumbuhkan hampir semua jenis sayuran.
Beberapa varietas sayuran buah yang berkinerja baik adalah; terung (ungu),
tomat, cabe, melon dll.
2.7 Keunggulan Sistem Akuaponik
a.
Hemat Air
Sistem
akuaponik merupakan sebuah ekosistem lingkungan antara ikan dan tumbuhan yang
sangat hemat air. Penurunan volume air tetap terjadi, tetapi jumlahnya relatif
sedikit yang disebabkan oleh proses penguapan air dan terserap oleh tanaman.
Penambahan air hanya dilakukan sekitar seminggu sekali hingga ketinggian air
yang telah ditentukan, sedangkan sistem perikanan konvensional harus mengganti
atau mengisi kolam berulang kali agar ikan tidak keracunan dari limbah ikan itu
sendiri.
b. Zero Waste
Dalam
sistem perikanan konvensional, kotoran ikan dan sisa pakan harus dibersihkan,
jika tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan amonia yang dapat meracuni ikan.
Pada sistem akuaponik, air yang mengandung limbah diubah oleh mikroorganisme
menjadi nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tidak ada
air dan sisa pakan yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan kembali.
c.
Mudah Perawatannya
Pada sistem
perikanan konvensional, waktu yang dihabiskan untuk merawat ikan sekitar 5 – 10
menit per hari, menguras dan membersihkan kolam juga harus dilakukan secara
rutin. Dengan aplikasi akuaponik, perawatan tidak membutuhkan tenaga yang
terlalu banyak dan cukup dilakukan 3 - 4 hari sekali, meliputi pengecekan suhu,
pH, dan tingkat amonia serta membersihkan beberapa komponen instalasi.
d.
Tanpa Bahan Kimia
Tanaman
pada sistem akuaponik tidak menggunakan pupuk kimia selama pertumbuhannya dan
ikan pada sistem akuaponik tidak membutuhkan unsur kimia selama dibudidayakan.
Akuaponik memanfaatkan limbah atau kotoran ikan sebagai pupuk bagi tanaman,
pertumbuhan tanaman menjadi alami dan hasil panen akuaponik terjamin bebas dari
unsur kimia.
e.
Hama Berkurang
Pada sistem
akuaponik kehadiran hama pengganggu tanaman atau ikan bisa dibilang minim. Sama
halnya dengan hidroponik, hama pengganggu pada sistem bertanam tanpa tanah ini
hampir tidak ada. Jika ada kendala selama budidaya tanaman secara akuaponik,
biasanya terjadi karena penyakit, seperti busuk akar. Penyakit busuk akar dapat
dicegah dengan memelihara kebersihan lingkungan dan melakukan perawatan
komponen akuaponik secara berkala.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat Dan Waktu
Praktek lapangan ini telah
dilaksanakan di Dinas Pangan Pertanian Kelautan Dan Perikanan Gampong Pande,
Kota Banda Aceh. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober sampai dengan Desember
2020.
3.2 Alat Dan Bahan.
3.2.1 Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam Praktek Lapang ini adlah sebagai berikut :
·
Ember
·
Gelas pelastik
·
Kawat
·
Solder
3.2.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam Praktek Lapang ini adalah sebagai berikut:
1.
Benih
Benih
sawi caisim yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah benih sawi caisim
varietas SHINTA.
2.
Nutrisi Aquaponik( limbah ikan)
Nutrisi yang digunakan dalam praktek
lapang ini menggunakan limbah ikan lele.
3.
Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam
praktek lapang ini adalah : Arang, Sekam bakar, Cocopeat, dan rokwoll.
4.
Tempat / Wadah Untuk Media Tanam
Wadah untuk media tanam yang
digunakan yaitu: gelas plastik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh
Media Tanam Terhadap Tanaman Sawi Pakcoy
Media
tanam sangat erat kaitannya dengan akar sebab media tanam merupakan tempat
pertumbuhan akar, tempat pijakan bagi akar serta pendukung penyerapan hara
sehingga dengan media yang berbeda jenis maupun sifatnya maka pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar juga berbeda.
a.
Sekam Bakar
Sekam
adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak sempurna. Cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan menyangrai atau membakar. Keunggulan sekam
bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta melindungi
tanaman. Sekam bakar yang digunakan adalah hasil pembakaran sekam padi yang
tidak sempurna, sehingga diperoleh sekam bakar yang berwarna hitam, dan bukan
abu sekam yang bewarna putih. Sekam padi memiliki aerasi dan drainasi yang
baik, tetapi masih mengandung organisme-organisme patogen atau organisme yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu sebelum menggunakan sekam
sebagai media tanam, maka untuk menghancurkan patogen sekam tersebut dibakar
terlebih dahulu (Gustia, 2013).
b.
Cocopeat
Cocopeat mengandung klor yang cukup tinggi, bila klor
bereaksi dengan air maka akan terbentuk asam klorida. Akibatnya kondisi media
menjadi asam, sedangkan tanaman membutuhkan lokasi netral untuk pertumbuhannya.
Kadar klor pada cocopeat yang
di persyaratkan tidak lebih dari 200 mg/l. Cocopeat juga memiliki keunggulan sebagai media tanam yang dapat
menyimpan air yang mengandung unsur hara, sedangkan kekurangannya adalah
memiliki zat tanin yang diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan
tanaman (Sukendro, 2013).
c.
Arang
Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk
tanaman daerah dengan kelembaban tinggi.
Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak.
Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan
demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di
dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan. Bahan media ini juga
tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat
merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh
karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi
pemupukan. Selain itu, media ini mempunyai partikel yang besar, 9 drainase
tinggi sehingga mudah kering dan air langsung lolos menguap, kurang menyimpan
air dan unsur hara. (Azizah, 2009).
d.
Rockwool
Rockwool merupakan lembaran busa yang terbuat dari
campuran berbagai serat hasil lelehan batuan vulkanis seperti basalt atau
kapur. Dengan proses pembuatannya, rockwool memiliki kemampuan untuk mengikat
akar dan menyimpan air dan oksigen dalam komposisi yang tepat dengan mumpuni.
Tepatnya adalah 14 kali dari volume air yang bisa disimpan oleh tanah
konvensional.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah karena kandungan
batuan yang ada di dalamnya, rockwool punya pH yang cukup tinggi dan perlu
dipersiapkan dengan perlakuan khusus dan ditanami tanaman yang bisa tumbuh di
rentang pH 7.8 - 8.02.
4.2 Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman sawi caisim adalah bertambahnya ukuran tanaman sawi
caisim yang ditandai yang ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman (cm),
bertambah jumlah daun (helai), bertambah panjang daun (cm) dan pertambahan
lebar daun (cm). Menurut tjitrosoepomo (2007), pertumbuhan yang ditandai dengan
suatu organ pada tanaman yang mengalami perubahan antara lain yaitu daun,
batang, biji, dan buah. Semua bagian kehidupan tumbuhan, yaitu terutama berguna
untuk penyebaran, pengolahan, pengangkutan dan penimbungan zat.
Pertumbuhan merupakan
suatu proses dakam kehidupan tanaman, dari proses tersebut akan terjadi
perubahan ukuran yaitu tanaman akan tumbuh semakin besar dan dan akan
berkolerasi positif dalam menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tersebut
secara keseluruhan dikendalikan oleh sifat genetik disamping faktor – faktor
lainnya seperti lingkungan. Sedangkan pada perkembangan merupakan hasil
interaksi antara genetik dengan lingkungan, pada dasarnya dipengaruhi oleh
faktor – faktor yang melibatkan hormon yang akan mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan.
Tabel 1. Hasil
Pengukuran Tinggi Tanaman Sawi Caisim Umur 14 Hari Setelah Tanam (HST)
Jenis media Tanam |
Umur |
Tinggi tanaman |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
14 Hari |
7 cm |
6,5 cm |
Sekam Bakar |
14 Hari |
9 cm |
9,5 cm |
Arang |
14 Hari |
5 cm |
8 cm |
Rokwoll |
14 Hari |
6 cm |
7 cm |
Tabel 2. Hasil
Pengukuran Tinggi Tanaman Sawi Caisim Umur 22 Hari Setelah Tanam (HST)
Jenis media Tanam |
Umur |
Tinggi tanaman |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
25 hari |
1o cm |
10 cm |
Sekam bakar |
25 hari |
10.2 cm |
11 cm |
Arang |
25 hari |
8 cm |
10.5 cm |
Rokwoll |
25 hari |
10.5 cm |
9 cm |
Tabel 3 Hasil
Pengukuran Tinggi Tanaman Sawi Caisim Umur 30 Hari Setelah Tanam (HST)
Jenis media Tanam |
Umur |
Tinggi tanaman |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
30 hari |
15 cm |
14 cm |
Sekam bakar |
30 hari |
16 cm |
13 cm |
Arang |
30 hari |
15 cm |
15 cm |
Rokwoll |
30 hari |
14 cm |
12 cm |
Hasil pengamatan tinggi tanaman menunjukan bahwa pada hari ke 14, 22, dan
29 terdapat perbedaan rata – rata tinggi tanaman pada setiap perlakuan.
Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan tanaman 2 pada masing – masing
media yang digunakan menghasilkan ukuran tinggi tanaman yang berbeda – beda.
Namun berdasarkan data tinggi tanaman tertinngi dijumpai pada media tanam sekam
bakar.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman sawi
untuk proses pertumbuhan tidak hanya diperoleh dari nutrisi yang diberikan
namun juga berasal dari mediatanam. Sifat sekam bakar yang prous dan steril
oleh karena itu sekam menjadi mudah basah dan kering oleh proses penguapan,
selain itu suhu yang tertinggi akan meningkatkan laju pengiapan. Ketahanan
sekam bakar terhadap proses pencucian sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh
air atau larutan media sekam bakar lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebi h intensif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan sawi akan lebih baik jika
sistem aquaponik yang digunakan menggunakan sekam bakar atau arang bakar dengan
memanfaatkan nutrisi limbah ikan lele. Karena pada dasarnyya sistem aquaponik
lele ini adalah yang paling diterapkan pada model – model aquaponik, hal ini
karena ikan lele menghasilkan kotoran
dan sisa – sisa makanan yang jumlah nya lebih banyakdibandingkan jenis
ikan lannya. Selain itu sisa makanan dan kotoran tersebit dapat diubah menjadi
nutrisi bagi tanaman .
4.3 Jumlah Daun
Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama. Pengamatan
jumlah daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator pertumbuhan yang
dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman. Pengamatan daun dapat berdasarkan
atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Fungsi daun
adalah sebagai penghasil fotosintat yang sangat diperlukan tanmaan sebagai sumber
energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.
Tabel 4. Hasil pengukuran jumlah daun umur 14 hari
Jenis media Tanam |
Umur |
Jumlah Daun |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
14 hari |
5 lembar |
6 lembar |
Sekam bakar |
14 hari |
6 lembar |
6 lembar |
Arang |
14 hari |
9 lembar |
5 lembar |
Rokwoll |
14 hari |
5 lembar |
5 lembar |
Tabel 5. Hasil pengukuran jumlah daun umur 25 hari
Jenis media Tanam |
Umur |
Jumlah Daun |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
25 hari |
6 lembar |
7 lembar |
Sekam bakar |
25 hari |
8 lembar |
7 lembar |
Arang |
25 hari |
8 lembar |
7 lembar |
Rokwoll |
25 hari |
6 lembar |
6 lembar |
Tabel 6. Hasil pengukuran jumlah daun umur 30 hari
Jenis media Tanam |
Umur |
Jumlah daun |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Cocopet |
30 hari |
8 lembar |
8 lembar |
Sekam bakar |
30 hari |
9 lembar |
8 lembar |
Arang |
30 hari |
7 lembar |
7 lembar |
Rokwoll |
30 hari |
7 lembar |
6 lembar |
Hasil pengamatan jumlah daun menunjukan bahwa pada hari ke 14, 22, dan 29
terdapat perbedaan rata – rata jumlah daun pada setiap perlakuan. Peningkatan
yang terjadi pada tanaman 1 dan tanaman 2 pada masing – masing media yang
digunakan menghasilkan ukuran jumlah daun yang berbeda – beda. Namun
berdasarkan data lebar dijumpai pada media tanam sekam bakar.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman sawi
untuk proses pertumbuhan tidak hanya diperoleh dari nutrisi yang diberikan
namun juga berasal dari mediatanam. Sifat sekam bakar yang prous dan steril
oleh karena itu sekam menjadi mudah basah dan kering oleh proses penguapan,
selain itu suhu yang tertinggi akan meningkatkan laju penguapan. Ketahanan
sekam bakar terhadap proses pencucian sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh
air atau larutan media sekam bakar lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan
yang lebi h intensif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan sawi akan lebih baik jika
sistem aquaponik yang digunakan menggunakan sekam bakar atau arang bakar dengan
memanfaatkan nutrisi limbah ikan lele. Karena pada dasarnyya sistem aquaponik
lele ini adalah yang paling diterapkan pada model – model aquaponik, hal ini
karena ikan lele menghasilkan kotoran
dan sisa – sisa makanan yang jumlah nya lebih banyakdibandingkan jenis
ikan lannya. Selain itu sisa makanan dan kotoran tersebit dapat diubah menjadi
nutrisi bagi tanaman .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapang yang telah
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
bahwa perlakuan berbagai media tanam organik berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman sawi pakcoy yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah
daun. Media tanam yang terbaik yaitu media tanam arang dan sekam bakar untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktek lapang, tanaman sawi pakcoy
tidak bisa hidup sempurna apabila nutrisi yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhannya, dan perlu disesuaikan kebutuhan nutrisinya agar panen
dan hasil produksi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Margiyanto
E., 2010. Cahaya Tani http:// Budidaya Tanaman Sawi « Cahaya Tani.htm. ( Diakses pada tanggal 12 desember 2020)
Rahimah,
D. S., 2012. Hidroponik di bawah langit. TRUBUS no. 513 Edisi Agustus
2012/XLIII.
Rianto,
2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm.
(Diakses pada tanggal 12 Desember 2020)
Rukmana,
R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisuis. Yogyakarta
Rukmana,
R., 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisuis. Yogyakarta
Zulkarnain,
2010. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta
No comments:
Post a Comment