DAFTAR
ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan Praktek Lapang....................................................................... 3
1.4 Manfaat Praktek Lapang.................................................................... 3
1.5 Hipotesis............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
2.1 Taksonomi Tanaman Sawi
Pakcoy..................................................... 5
2.2 Morfologi Tanaman Sawi
Pakcoy....................................................... 5
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Pakcoy.............................................. 8
2.4 Peranan Media Tanam dalam
Sistem Akuaponik............................... 8
2.5 Teknik Budidaya Tanaman
Pakcoy Secara Akuaponik.................... 10
2.6 Keunggulan Sistem
Akuaponik........................................................ 11
BAB III METODE PRAKTIKUM................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan................................................................................. 13
3.2.1 Alat.......................................................................................... 13
3.2.2 Bahan ..................................................................................... 13
3.3 Pelaksanaan....................................................................................... 14
3.3.1 Persiapan Tempat.................................................................... 14
3.4 Pengamatan....................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 16
4.1 Pengaruh Media Tanam
Tanaman Sawi Pakcoy............................... 16
4.1.1 Tinggi Tanaman....................................................................... 16
4.1.2 Jumlah Daun............................................................................ 18
4.1.3 Lebar Daun.............................................................................. 21
4.2 Pembahasan...................................................................................... 23
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 26
5.2 Saran.................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
LAMPIRAN FOTO............................................................................................. 28
DAFTAR
TABEL
No Teks Halaman
1.
Hasil pengukuran tinggi tanaman
sawi pakcoy umur 14 hari Setelah tanam (HST) 17
2.
Hasil pengukuran tinggi tanaman
sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) 17
3.
Hasil pengukuran tinggi tanaman
sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) 18
4.
Hasil hitung jumlah daun
tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) 19
5.
Hasil hitung jumlah daun
tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) 20
6.
Hasil hitung jumlah daun
tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) 20
7.
Hasil pengukuran lebar daun
tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) 21
8.
Hasil pengukuran lebar daun
tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) 22
9.
Hasil pengukuran lebar daun
tanaman sawi pakcoy umur 28 harisetelah tanam (HST) 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) adalah
jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan
pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5
secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini
merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamily dengan Chinese vegeTabel. Saat
ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan
Thailand.
Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang gemar dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi
sehari-hari, sawi biasa dijadikan lalapan dan sayuran tumisan bersama dengan
sayuran yang lain. Kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sawi sehari-harinya
relatif cukup tinggi sehingga tanaman sawi sangat potensial dibudidayakan untuk
menjadi sayuran yang komersial dan memiliki prospek pasar yang baik. Sawi
memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan, diantaranya menghilangkan
rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, serta
memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Kandungan yang terdapat pada sawi
berupa protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin
C. Setiap 100 g daun segar tanaman sawi mengandung yaitu 6.460 SI vitamin A;
0,09 mg vitamin B, dan 120 mg vitamin C (Haryanto, Suhartati dan Rahayu, 2002).
Pertanian organik kini kembali
menjadi trend dikalangan masyarakat karena dapat meminimalkan modal dan hasil
panennya tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan tubuh. Dengan semakin
berkembangnya zaman kini pertanian organik ada yang tidak menggunakan media
tanah sebagai media hidup tanaman, salah satunya yaitu hidroponik. Hidroponik
adalah suatu metode menanam tanaman menggunakan air sebagai media hidup
sekaligus sumber energi tanaman.
Dari metode hidroponik tersebut
muncullah ide kreatif yang menggabungkan budidaya tanaman secara hidroponik
dengan budidaya ikan yang juga sama – sama menggunakan air sebagai media hidup
objek budidaya, yaitu akuaponik. Akuaponik berasal dari kata akuakultur yang
artinya budidaya ikan dan hidroponik yang artinya budidaya tanaman menggunakan
media tanpa tanah. Akuaponik ini dinilai sangat bagus karena dapat memanfaatkan
lahan yang harusnya hanya bisa dipakai untuk akuakultur ternyata dapat pula
digunakan untuk hidroponik secara bersamaan dalam satu tempat.
Teknik akuaponik tentu merupakan
kabar gembira bagi petani atau pembudidaya ikan yang ingin mendapatkan keuntungan
yang lebih dari usaha budidaya ikan sebelumnya. Hanya dengan menambah sedikit
modal untuk media tumbuh tanaman saja bisa melakukan tekhnik akuaponik dan
tentu dapat menambah pendapatan petani. Awalnya akuaponik dinilai tidak bisa
menghasilkan seperti yang diinginkan. Akan tetapi setelah dilakukan beberapa
penelitian mengenai akuaponik ternyata akuaponik tidaklah mustahil dilakukan,
bahkan antara tanaman dan ikan budidaya saling menguntungkan satu sama lain.
Akuaponik merupakan perpaduan antara
akuakultur (budidaya ikan) dan budidaya tanaman secara hidroponik dalam satu
tempat. Prinsip dasar akuaponik adalah dapat dilakukan pada waktu yang
bersamaan dengan cara memanfaatkan limbah kotoran ikan dan sisa makanan ikan
sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan. Limbah ini dapat
menurunkan kondisi perairan dan memberikan pengaruh buruk terhadap tingkah
laku, proses fisiologis, pertumbuhan, serta mortalitas ikan. Air limbah ikan
lele yang mengandung bahan organik tersebut akan dimanfaatkan tanaman sebagai
sumber nutrisi untuk pertumbuhannya. Prinsip ini menggunakan resirkulasi yaitu
penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan. Keuntungan dari sistem ini dapat
mengurangi kebutuhan air.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah jenis media tanam berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy secara akuaponik.
1.3 Tujuan Praktek Lapang
Praktek lapang ini bertujuan untuk
mengetahui cara budidaya tanaman pakcoy dengan menggunakan sistem akuaponik dan
media tanam yang berbeda.
1.4 Manfaat Praktek Lapang
a.
Memberikan informasi tentang
teknik budidaya tanaman pakcoy secara akuaponik.
b.
Menambah referensi tentang
pemanfaatan media tanam organik untuk budidaya tanaman pakcoy secara akuaponik.
1.5 Hipotesis
a.
Apakah beberapa jenis media
tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy.
b.
Apakah feses ikan lele
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Tanaman
Sawi Pakcoy
Menurut Yenti (2005) adapun klasifikasi
tanaman Sawi Pakcoy adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L.
2.2 Morfologi
Tanaman Sawi Pakcoy
Tanaman
pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayuran
sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan
masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk di budidayakan
karena perawatan yang tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman
yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat
dengan menggunakan media tanam dalam polybag ataupun secara hidroponik.
Pakcoy kurang peka terhadap suhu dibanding sawi putih, sehingga
tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih tinggi. Pakcoy ditanam dengan
kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25 tanaman/meter². Pakchoy memiliki umur
panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari pada suhu
0 ºC dan RH 95%.
Budidaya pakcoy, sebaiknya dipilih daerah yang memiliki suhu 15-30
˚C dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, sehingga tanaman ini cukup
tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya pakcoy di dataran
rendah dan dataran tinggi juga tidak terlalu berbeda yaitu meliputi penyiapan
benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan proses
pemeliharaan tanaman (Sukmawati, 2012).
Menurut Perwitasari (2012) kandungan betakaroten pada pakcoy dapat
mencegah penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy
juga mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat,
serat, Ca, Mg, sodium, vitamin A, dan Vitamin C.
Secara morfologi, organ-organ penting
yang terdapat pada tanaman pakcoy adalah sebagai berikut:
a.
Akar
Pakcoy memiliki akar tunggang dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (slindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30-40 cm. Akar berfungsi untuk menghisap air dan
zat-zat makanan dari dalam tanah serta menguatkan berdirinya batang.
b.
Batang
Batang atau caulis pakcoy pendek dan
beruas-ruas, batang ini memiliki peran sebagai penopang dan menyangga
berdirinya daun pakcoy diatasnya. Sedangkan tangkainya memiliki bentuk pipih.
c.
Buah
Tanaman ini memiliki buah dengan
bentuk bulat, memiliki warna keputihan hingga kehijauan, dan dalam satu buah
memiliki 2-8 biji. Biji berbentuk bulat dan kecil berwarna coklat hingga
kehitaman, memiliki permukaaan licin, mengkilap, keras, dan juga sedikit
berlendir.
d.
Bunga
Bunga tanaman pakcoy memiliki bentuk
memanjang dan memiliki banyak cabang. Tanaman pakcoy memiliki bunga dari empat
kelopak daun, empat mahkota bunga yang memiliki warna kuning pucat, empat helai
benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. Sedangkan dalam proses
penyerbukan tanaman ini dilakukan secara alami dengan bantuan angin dan
binatang kecil sekitar.
e.
Daun
Tanaman pakcoy ini memiliki daun yang
bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak
membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Pakcoy
a.
Iklim dan Ketinggian
Tempat
Tanaman pakcoy tumbuh didaerah yang
memiliki ketinggian 5 m-1.200 mdpl. Namun bisa juga dibudidayakan pada daerah
yang mempunyai ketinggian 100 m-500 mdpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh ditempat
yang mempunyai suhu rendah dan tinggi sehingga dapat diusahakan didataran
rendah juga dataran tinggi, tetapi pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih
baik didataran tinggi. Jika dibudidayakan didataran tinggi umumnya akan cepat
berbunga, karena dalam pertumbuhannya membutuhkan hawa yang sejuk dan lembab.
Akan tetapi, tanaman ini juga tidak baik pada air yang menggenang. Dengan
demikian, tanaman pakcoy cocok bila ditanam diakhir musim penghujan.
b.
Tanah
Tanah yang cocok untuk di tanami
pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan
airnya baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya
adalah antara pH 6-7.
2.4
Peranan Media Tanam dalam Sistem Akuaponik
Media tanam merupakan salah satu
faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal
ini karena media selain sebagai tempat tumbuhnya tanaman, juga sebagai
pendukung dalam menjalankan berbagai proses metabolisme. Widodo (1996)
menyatakan bahwa perakaran tanaman akan berkembang dengan baik apabila didukung
oleh air, hara, dan udara yang cukup dari media tumbuh. Media tanam merupakan
komponen utama dalam pertumbuhan tanaman. Bagi tanaman, media tanam memiliki
banyak peran, tempat bertumpu agar tanaman dapat berdiri tegak, yang didalamnya
terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Jenis media tanam yang digunakan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik
media tanam yang baik adalah membuat unsur hara tetap tersedia dan kelembapan
terjamin. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara, dan
oksigen serta tidak mengandung zat racun bagi tanaman. Sedangkan bahan tanam
yang sering digunakan untuk tanaman pakcoy hidroponik yaitu cocopeat, sekam
bakar, arang, rockwool.
a.
Cocopeat
Cocopeat merupakan sabut kelapa yang
diolah menjadi butiran-butiran halus. cocopeat menyimpan kandungan air dan
unsur kimia pupuk yang dapat menetralkan keasaman tanah. Sebab sifat tersebut,
cocopeat bisa digunakan sebagai media yang baik buat pertumbuhan tanaman
hortikultura dan media tanam hidroponik.
b.
Rockwool
Rockwool merupakan bahan tanam
anorganik yang dibuat dengan cara meniupkan udara kedalam batuan yang
dilelehkan. Rockwool memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah yang
banyak serta baik untuk mendukung perkembangan akar tanaman.
c.
Sekam Bakar
Sekam
padi yang dibakar, media tanam ini memiliki bobot yang ringan sehingga nggak
akan membebani akar. Sifat padi yang sangat poros membuat akar juga bisa
bertumbuh dengan lebih bebas. Media tanam ini pun juga bebas hama dan
bibit penyakit lainnya karena sudah melalui tahap sterilisasi melalui
pembakaran.
d.
Arang
Tanaman yang
diletakkan pada media arang sekam lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat
tumbuh.Ini tidak lepas dari kapilaritas susunan arang yang lebih bagus dibandingkan
susunan pecahan genting.
2.5
Teknik Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy secara Akuaponik
Aquaponik merupakan sebuah alternatif
menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah. Proses dimana tanaman
memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila dibiarkan
di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikannya. Lalu tanaman akan berfungsi
sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang
tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk
memelihara ikan.Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling menguntungkan dan
bagi kita yang mengaplikasikanya tentu saja akan sangat menguntungkan
sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.
Ikan adalah kunci dalam sistem aquaponik.
Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan
yang dapat digunakan dalam sistem aquaponik. Jenis ikan ini tergantung pada
iklim lokal dan jenis yang tersedia di pasaran, tetapi yang paling saring
digunakan yaitu ikan nila.
Aquaponik tidak hanya baik untuk sayuran hijau.
Aquaponik akan menumbuhkan hampir semua jenis sayuran. Beberapa varietas
sayuran buah yang berkinerja baik adalah; terung (ungu), tomat, cabe, melon
dll.
2.6 Keunggulan Sistem Akuaponik
a.
Hemat Air
Sistem akuaponik merupakan sebuah ekosistem lingkungan antara ikan
dan tumbuhan yang sangat hemat air. Penurunan volume air tetap terjadi, tetapi
jumlahnya relatif sedikit yang disebabkan oleh proses penguapan air dan
terserap oleh tanaman. Penambahan air hanya dilakukan sekitar seminggu sekali
hingga ketinggian air yang telah ditentukan, sedangkan sistem perikanan
konvensional harus mengganti atau mengisi kolam berulang kali agar ikan tidak
keracunan dari limbah ikan itu sendiri.
b.
Zero Waste
Dalam sistem perikanan konvensional, kotoran ikan dan sisa pakan
harus dibersihkan, jika tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan amonia yang
dapat meracuni ikan. Pada sistem akuaponik, air yang mengandung limbah diubah
oleh mikroorganisme menjadi nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman,
sehingga tidak ada air dan sisa pakan yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan
kembali.
c.
Mudah Perawatannya
Pada sistem perikanan konvensional, waktu yang dihabiskan untuk
merawat ikan sekitar 5 – 10 menit per hari, menguras dan membersihkan kolam
juga harus dilakukan secara rutin. Dengan aplikasi akuaponik, perawatan tidak
membutuhkan tenaga yang terlalu banyak dan cukup dilakukan 3 - 4 hari sekali,
meliputi pengecekan suhu, pH, dan tingkat amonia serta membersihkan beberapa
komponen instalasi.
d.
Tanpa Bahan Kimia
Tanaman pada sistem akuaponik tidak menggunakan pupuk kimia selama pertumbuhannya
dan ikan pada sistem akuaponik tidak membutuhkan unsur kimia selama
dibudidayakan. Akuaponik memanfaatkan limbah atau kotoran ikan sebagai pupuk
bagi tanaman, pertumbuhan tanaman menjadi alami dan hasil panen akuaponik
terjamin bebas dari unsur kimia.
e.
Hama Berkurang
Pada sistem akuaponik kehadiran hama pengganggu tanaman atau ikan
bisa dibilang minim. Sama halnya dengan hidroponik, hama pengganggu pada sistem
bertanam tanpa tanah ini hampir tidak ada. Jika ada kendala selama budidaya
tanaman secara akuaponik, biasanya terjadi karena penyakit, seperti busuk akar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan
Waktu Penelitian
Praktek lapang ini telah dilaksanakan
di Dinas Pangan Pertanian Kelautan Dan Perikanan Gampong Pande, Kota Banda
Aceh. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
Praktek Lapang ini adalah sebagai berikut : ember, gelas plastik, kawat,
solder.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam
Praktek Lapang ini adalah sebagai berikut :
1.
Benih
Benih tanaman sawi pakcoy yang
digunakan dalam praktek lapang ini adalah benih sawi pakcoy varietas Nauli F1.
2.
Nutrisi Akuaponik (Limbah Ikan)
Nutrisi yang digunakan dalam Praktek
Lapang ini adalah menggunakan limbah ikan lele.
3.
Media Tanam
Media tanaman yang digunakan dalam
praktek lapang ini adalah : Arang, sekam bakar, cocopeat, rockwool.
4.
Tempat/Wadah Untuk Media Tanam
Wadah
untuk media tanam yang di gunakan yaitu: gelas plastik.
3.3 Pelaksanaan Praktek Lapang
3.3.1 Persiapan Tempat
Kegiatan praktek lapang dimulai
dengan dilakukan pemilihan lokasi yang sesuai untuk penanaman, yaitu dekat
dengan sumber air. Lokasi kemudian dibersihkan dari pertumbuhan gulma sehingga
diperoleh lahan yang bersih dan datar, sehingga akan memudahkan dalam
penempatan alat akuaponik.
a.
Pembuatan Tempat Akuaponik
Tempat akuaponik ini dibuat dengan
ember yang di isi ikan lele, 4 ember 40 ikan lele, 1 ember 10 ikan lele. Media tanam
yang digunakan yaitu arang, sekam bakar,
cocopeat, rockwool. Tempat/Wadah media tanam menggunakan gelas plastik yang dilubangkan
menggunakan solder.
b.
Penanaman Benih
Benih sawi pakcoy disemai ke dalam
nampan selama 10 hari, lalu di pindahkan ke dalam gelas plastik yang sudah
diletakkan di ember.
c.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dengan
cara manual (menggunakan tangan) dalam pengendalian tanaman yang diserang
(hama/penyakit).
3.4 Pengamatan
a.
Tinggi tanaman
Diukur dari permukaan media tanam
sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy
sudah berumur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan
centimeter (cm).
b.
Jumlah Daun
Dihitung jumlah daun yang sempurna
pertanaman. Dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy sudah berumur 14, 21, dan
28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan helai.
c.
Lebar Daun
Diukur lebar daun yang sempurna
pertanaman. Dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy sudah berumur 14, 21, dan
28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan centimeter (cm).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengaruh Media Tanam Terhadap Tanaman Sawi Pakcoy
Media tanam sangat erat kaitannya
dengan akar sebab media tanam merupakan tempat pertumbuhan akar, tempat pijakan
bagi akar serta pendukung penyerapan hara sehingga dengan media yang berbeda
jenis maupun sifatnya maka pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
akar juga berbeda.
4.1.1
Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman sawi pakcoy
adalah bertambahnya ukuran tanaman sawi pakcoy yang ditandai dengan
bertambahnya tinggi tanaman (cm), pertambahan jumlah daun (helai), pertambahan
panjang daun (cm) dan pertambahan lebar daun (cm). Menurut Tjitrosoepomo
(2007), pertumbuhan yang ditandai dengan suatu organ pada tanaman yang
mengalami perubahan antara lain yaitu daun, batang, biji dan buah. Semua bagian
tumbuh-tumbuhan yang secara langsung maupun tidak langsung berguna bagi
kehidupan tumbuhan, yaitu terutama berguna untuk penyerapan, pengolahan,
pengangkutan dan penimbungan zat.
Pertumbuhan merupakan suatu proses
dalam kehidupan tanaman, dari proses tersebut akan terjadi perubahan ukuran
yaitu tanaman akan tumbuh semakin besar dan akan berkolerasi positif dalam
menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tersebut secara keseluruhan
dikendalikan oleh sifat genetik disamping faktor-faktor lainnya seperti
lingkungan. Sedangkan pada perkembangan merupakan hasil interaksi antara
genetik dengan lingkungan, pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
melibatkan hormon yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan (Nasaruddin,
2010).
Tabel 1. Hasil
pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)
Jenis Media Tanam |
Tinggi Tanaman (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
7,2 cm |
8 cm |
15,2 cm |
Cocopeat |
3,5 cm |
3 cm |
6,5 cm |
Arang |
8 cm |
7 cm |
15 cm |
Rockwool |
6 cm |
7 cm |
13 cm |
Hasil pengamatan tanaman sawi pakcoy
umur 14 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat pada jenis media
tanam sekam bakar dengan rata-rata tinggi tanaman 15,2 cm, karena sekam bakar
berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi
tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga
pengambilan hara oleh akar akan optimal.
Tabel 2. Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 21 hari
setelah tanam (HST)
Jenis Media Tanam |
Tinggi Tanaman (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
8 cm |
8 cm |
16 cm |
Cocopeat |
5 cm |
5 cm |
10 cm |
Arang |
8,5 cm |
8 cm |
16,5 cm |
Rockwool |
8 cm |
8 cm |
16 cm |
Hasil pengamatan tinggi tanaman sawi
pakcoy pada umur 21 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat
pada jenis media tanam arang dengan rata-rata tinggi tanaman 16,5 cm, karena
arang mampu menyerap air dan menyimpan air. Arang juga memiliki kandungan
karbon (C) sehingga media tanam tersebut menjadi media yang ideal yang mampu
menghantarkan nutrisi yang diberikan menjadi mudah diserap oleh tanaman.
Tabel 3. Hasil pengukuran tinggi
tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)
Jenis Media Tanam |
Tinggi Tanaman (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
10 cm |
10 cm |
20 cm |
Cocopeat |
8,5 cm |
7 cm |
15,5 cm |
Arang |
9 cm |
8 cm |
17 cm |
Rockwool |
10 cm |
9 cm |
19 cm |
Hasil pengamatan tinggi tanaman pada
umur 28 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat pada jenis
media tanam sekam bakar dengan rata-rata tinggi tanaman 20 cm, karena sekam
bakar berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi
tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga
pengambilan hara oleh akar akan optimal.
4.1.2
Jumlah Daun
Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama.
Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator
pertumbuhan yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman. Pengamatan daun
dapat berdasarkan atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat
fotosintesis. Fungsi daun adalah penghasil fotosintat yang sangat diperlukan
tanaman sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
(Sukawati, 2011).
Tabel 4. Hasil hitung jumlah
daun tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)
Jenis Media Tanam |
Jumlah Daun (Helai) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
6 Helai |
7 Helai |
13 Helai |
Cocopeat |
5 Helai |
5 Helai |
10 Helai |
Arang |
6 Helai |
7 Helai |
13 Helai |
Rockwool |
6 Helai |
7 Helai |
13 Helai |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) terdapat
perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi
pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun
berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat
pada media tanam sekam bakar, arang, rockwool.
Tabel 5. Hasil hitung jumlah
daun tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST)
Media Tanam |
Jumlah Daun (Helai) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
8 Helai |
8 Helai |
16 Helai |
Cocopeat |
7 Helai |
7 Helai |
14 Helai |
Arang |
6 Helai |
9 Helai |
15 Helai |
Rockwool |
7 Helai |
6 Helai |
13 Helai |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) terdapat
perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi
pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun
berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat
pada media tanam sekam bakar.
Tabel 6. Hasil hitung jumlah daun
tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)
Media Tanam |
Jumlah Daun (Helai) |
Rata – Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
9 Helai |
9 Helai |
18 Helai |
Cocopeat |
8 Helai |
8 Helai |
16 Helai |
Arang |
9 Helai |
7 Helai |
16 Helai |
Rockwool |
9 Helai |
9 Helai |
18 Helai |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) terdapat
perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi
pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun
berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat
pada media tanam sekam bakar, rockwool.
4.1.3
Lebar Daun
Tabel 7. Hasil
pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 14 Hari Setelah Tanam (HST)
Media Tanam |
Lebar Daun (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
2 cm |
2 cm |
4 cm |
Cocopeat |
0,7 cm |
1 cm |
1,7 cm |
Arang |
2 cm |
2,3 cm |
4,3 cm |
Rockwool |
1,5 cm |
1,9 cm |
3,4 cm |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
lebar daun tanaman pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan
lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2
pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data
jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam arang dengan jumlah lebar daun 4,3 cm.
Tabel 8. Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 21 hari
setelah tanam (HST)
Media Tanam |
Lebar Daun (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
2,5 cm |
2,9 cm |
5,4 cm |
Cocopeat |
7 cm |
2 cm |
9 cm |
Arang |
3,8 cm |
3,3 cm |
7,1 cm |
Rockwool |
2,5 cm |
2,3 cm |
4,8 cm |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
lebar daun tanaman pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan
lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2
pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data
jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam arang dengan jumlah lebar daun 7,1 cm.
Tabel 9. Hasil pengukuran
lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 28 hari setelah tanam (HST)
Media Tanam |
Lebar Daun (cm) |
Rata - Rata |
|
Tanaman 1 |
Tanaman 2 |
||
Sekam Bakar |
8 cm |
2,7 cm |
10,7 cm |
Cocopeat |
2,8 cm |
3 cm |
5,8 cm |
Arang |
4 cm |
3 cm |
7 cm |
Rockwool |
3,5 cm |
3,2 cm |
6,7 cm |
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat
lebar daun tanaman pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan
lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2
pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data
jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam sekam bakar dengan jumlah lebar daun 10,7 cm.
4.2
Pembahasan
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini yaitu arang, sekam
bakar, cocopeat, rockwool yang
diketahui memiliki sejumlah nutrisi yang di butuhkan pada tanaman salah satunya
nitrogen dimana nitrogen kita ketahui berperan dalam pembentukan daun, tinggi
tanaman, dan lain-lain.
Hasil data pengamatan menunjukkan
bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool pada umur 14
hari setelah tanam (HST) terdapat tanaman sawi pakcoy tertinggi pada media
tanam sekam bakar karena berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat
kimia, dan melindungi tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang
dengan baik sehingga pengambilan hara oleh akar akan optimal.
Sedangkan pada umur 21 hari setelah tanam (HST) tanaman sawi
pakcoy tertinggi terdapat pada jenis media tanam arang karena arang mampu
menyerap dan menyimpan air. Arang juga berperan penting dalam perbaikan
struktur media tanam sehingga aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih
baik. Arang juga memiliki kandungan karbon (C) sehingga media tanam tersebut
menjadi media yang ideal yang mampu menghantarkan nutrisi yang diberikan
menjadi mudah diserap oleh tanaman.
Hasil data pengamatan tanaman sawi pakcoy umur 28 hari
setelah tanam (HST) menunjukkan bahwa perlakuan media tanam sekam bakar
tertinggi tanamannya.
Kemungkinan hal ini disebabkan karena
nutrisi yang dibutuhkan tanaman sawi pakcoy untuk proses pertumbuhannya tidak
hanya diperoleh dari nutrisi ikan yang diberikan namun juga berasal dari media
tanam. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang cukup dan sesuai
menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terpacu secara optimal sehingga diperoleh
produksi berupa berat segar pada tanaman dengan kombinasi perlakuan media
tanam.
Pada parameter warna daun terlihat bahwa rata-rata tanaman sawi
pakcoy memiliki warna daun kuning sebagian. Hal ini diduga karena tanaman sawi
pakcoy mengalami gejala defisiensi unsur hara N. Air yang berisi kotoran ikan
yang kaya akan unsur hara N tidak diserap secara maksimal oleh akar tanaman.
Bahwa unsur hara makro atau unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi
salah satunya adalah N, karena N merupakan unsur pokok pembentukan protein,
asam nukleat dan klorofil yang berguna dalam proses pertumbuhan. Menurut
Haryanto (2006) tanaman sayuran daun membutuhkan pupuk dengan unsur nitrogen
yang cukup tinggi agar sayuran dapat tumbuh dengan baik, segar dan enak
dimakan. Selain mempengaruhi warna daun, kekurangan unsur hara N juga
menyebabkan ukuran bonggol tanaman sawi pakcoy menjadi kecil.
Hal ini sama halnya dengan hasil penelitian Mahanani (2003) pada
tanaman pakcoy, bahwa penggunaan unsur hara N pada tanaman pakcoy dapat
menambah zat hijau daun yang digunakan untuk pembentukan asam amino dan
protein. Sedangkan tanaman pakcoy yang kekurangan atau tidak mendapat unsur
hara N, tanaman tetap kecil dan daun lebih cepat berubah menjadi kuning, karena
N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofil sehingga
menyebabkan kemampuan tanaman untuk tumbuh menjadi berkurang dan produksi
karbohidratnya berkurang.
Jika suhu udara melebihi 21 oC maka dapat mengakibatkan tanaman sawi
pakcoy tidak tumbuh dengan baik. Karena suhu udara yang tinggi lebih dari
batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses
fotosintesis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga
produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan
(respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis
lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna.
Sisa pakan dan
sisa metabolisme (feses) ikan lele ini apabila terbuang begitu saja dapat
mencemari lingkungan, oleh karena itu sisa pakan dan sisa metabolisme (feses)
ikan dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman. Dalam penyediaan unsur hara
untuk tanaman, perlu adanya pemilihan media tanam yang tepat untuk menunjang
pertumbuhan bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi berperan meningkatkan
efektifitas pembersihan air dari amonia agar tidak menjadi racun bagi tanaman.
Kemudian peranan media tanam juga dibutuhkan untuk dijadikan filter mekanis
yang akan selalu menjaga kualitas dan kemurnian air, dan turut mengoptimalkan
pertumbuhan tanaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek lapang yang
telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan berbagai media tanam
organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy yang
diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Media tanam yang terbaik yaitu
media tanam arang dan sekam bakar untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
pakcoy.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil praktek lapang,
tanaman sawi pakcoy tidak bisa hidup sempurna apabila nutrisi yang diberikan
tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya, dan perlu disesuaikan kebutuhan
nutrisinya agar panen dan hasil produksi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
AAK, Petunjuk Praktis Bertanam
Sayuran, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Tawar (2016), Baku Mutu Air Untuk BudidayaIkan.http://www.bbpbat.net/index.php/artikel/60-baku-mutukualitas-air-budidaya.
Diakses 20 Desember 2017
Bambang Cahyono, Budi Daya Ikan
Air Tawar, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Bambang Gunadi dan Rani Hafsaridewi,
“Pengendalian Limbah Amonia Budidaya Ikan
Lele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah”. J.
Ris. Akuakultur, Vol. 3 No. 3 (Tahun 2008), h. 437-448. Cahyo Saparinto, Panduan
Lengkap Bisnis dan Budidaya Lele Unggul, Yogyakarta: Lily Publisher, 2012.
Cahyo Saparinto, Rini Susiana, Panduan
Lengkap Budidaya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik, Yogyakarta: Lily
Publisher, 2014.
Dewangga Kusuma, Optimalisasi
Produksi Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar, Bogor: IPB, 2006.
Eko Haryanto, et.al. Sawi dan
selada, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007.
Fathulloh A.S., N. S. Budiana, Akuaponik
Panen Sayur Bonus Ikan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2015.
H. Khairuman, Khairil Amri, Pembesaran
Nila di Kolam Air Deras, Jakarta Selatan: PT. Agro Media Pustaka, 2012.
M. Ghufran H, Kordi K, Budidaya
Ikan Lele di Kolam Terpal, Yogyakarta: ANDI, 2010.
Nofiandi Riawan, Step by Step
Membuat Instalasi Akuaponik PorTabel 1 m2 Hingga Memanen, Jakarta:
AgroMedia Pustaka, 2016.
Pinus Lingga, Hidroponik:
Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Jakarta: Penebar Swadaya, 1999.
Rofiq Fariudin, Endang
Sulistyaningsih, Sriyanto Waluyo, “Pertumbuhan Dan Hasil Dua Kultivar Selada (Lactuca
sativa L.) Dalam Akuaponika Pada Kolam Gurami Dan Kolam Nila”. Jurnal
Pertanian (Tahun 2014), h. 246-262
Zulkarnain, Budidaya Sayuran
Tropis, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
No comments:
Post a Comment