Saturday, 13 November 2021

Laporan Praktek Lapang RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUAPONIK PADA MEDIA TANAM YANG BERBEDA

 

DAFTAR ISI

 

  Halaman

 

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... i

KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................................................. v

 

BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1  Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah............................................................................... 3

1.3  Tujuan Praktek Lapang....................................................................... 3

1.4  Manfaat Praktek Lapang.................................................................... 3

1.5  Hipotesis............................................................................................. 4

 

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

2.1  Taksonomi Tanaman Sawi Pakcoy..................................................... 5

2.2  Morfologi Tanaman Sawi Pakcoy....................................................... 5

2.3  Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Pakcoy.............................................. 8

2.4  Peranan Media Tanam dalam Sistem Akuaponik............................... 8

2.5  Teknik Budidaya Tanaman Pakcoy Secara Akuaponik.................... 10

2.6  Keunggulan Sistem Akuaponik........................................................ 11

 

BAB III METODE PRAKTIKUM................................................................... 13

3.1  Waktu dan Tempat........................................................................... 13

3.2  Alat dan Bahan................................................................................. 13

3.2.1  Alat.......................................................................................... 13

3.2.2  Bahan ..................................................................................... 13

3.3  Pelaksanaan....................................................................................... 14

3.3.1  Persiapan Tempat.................................................................... 14

3.4  Pengamatan....................................................................................... 15

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 16

4.1  Pengaruh Media Tanam Tanaman Sawi Pakcoy............................... 16

4.1.1  Tinggi Tanaman....................................................................... 16

4.1.2  Jumlah Daun............................................................................ 18

4.1.3  Lebar Daun.............................................................................. 21

4.2  Pembahasan...................................................................................... 23

 

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 26

5.1 Kesimpulan........................................................................................ 26

5.2 Saran.................................................................................................. 26

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27

LAMPIRAN FOTO............................................................................................. 28

DAFTAR TABEL

 

 

No                                                        Teks                                                  Halaman

 

1.        Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 14 hari Setelah tanam (HST)                    17

2.        Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 21 hari  setelah tanam (HST)                    17

3.        Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)                     18

4.        Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)                   19

5.        Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST)                   20

6.        Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)                   20

7.        Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)             21

8.        Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST)             22

9.        Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy umur 28 harisetelah tanam (HST)              22


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)  adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy  berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamily dengan Chinese vegeTabel. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand.

Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang gemar dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat. Untuk konsumsi sehari-hari, sawi biasa dijadikan lalapan dan sayuran tumisan bersama dengan sayuran yang lain. Kebutuhan masyarakat terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi sehingga tanaman sawi sangat potensial dibudidayakan untuk menjadi sayuran yang komersial dan memiliki prospek pasar yang baik. Sawi memiliki beberapa manfaat yang baik untuk kesehatan, diantaranya menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Kandungan yang terdapat pada sawi berupa protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Setiap 100 g daun segar tanaman sawi mengandung yaitu 6.460 SI vitamin A; 0,09 mg vitamin B, dan 120 mg vitamin C (Haryanto, Suhartati dan Rahayu, 2002).

Pertanian organik kini kembali menjadi trend dikalangan masyarakat karena dapat meminimalkan modal dan hasil panennya tidak mengandung bahan yang dapat membahayakan tubuh. Dengan semakin berkembangnya zaman kini pertanian organik ada yang tidak menggunakan media tanah sebagai media hidup tanaman, salah satunya yaitu hidroponik. Hidroponik adalah suatu metode menanam tanaman menggunakan air sebagai media hidup sekaligus sumber energi tanaman.

Dari metode hidroponik tersebut muncullah ide kreatif yang menggabungkan budidaya tanaman secara hidroponik dengan budidaya ikan yang juga sama – sama menggunakan air sebagai media hidup objek budidaya, yaitu akuaponik. Akuaponik berasal dari kata akuakultur yang artinya budidaya ikan dan hidroponik yang artinya budidaya tanaman menggunakan media tanpa tanah. Akuaponik ini dinilai sangat bagus karena dapat memanfaatkan lahan yang harusnya hanya bisa dipakai untuk akuakultur ternyata dapat pula digunakan untuk hidroponik secara bersamaan dalam satu tempat.

Teknik akuaponik tentu merupakan kabar gembira bagi petani atau pembudidaya ikan yang ingin mendapatkan keuntungan yang lebih dari usaha budidaya ikan sebelumnya. Hanya dengan menambah sedikit modal untuk media tumbuh tanaman saja bisa melakukan tekhnik akuaponik dan tentu dapat menambah pendapatan petani. Awalnya akuaponik dinilai tidak bisa menghasilkan seperti yang diinginkan. Akan tetapi setelah dilakukan beberapa penelitian mengenai akuaponik ternyata akuaponik tidaklah mustahil dilakukan, bahkan antara tanaman dan ikan budidaya saling menguntungkan satu sama lain.

Akuaponik merupakan perpaduan antara akuakultur (budidaya ikan) dan budidaya tanaman secara hidroponik dalam satu tempat. Prinsip dasar akuaponik adalah dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan cara memanfaatkan limbah kotoran ikan dan sisa makanan ikan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan. Limbah ini dapat menurunkan kondisi perairan dan memberikan pengaruh buruk terhadap tingkah laku, proses fisiologis, pertumbuhan, serta mortalitas ikan. Air limbah ikan lele yang mengandung bahan organik tersebut akan dimanfaatkan tanaman sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya. Prinsip ini menggunakan resirkulasi yaitu penggunaan kembali air yang telah dikeluarkan. Keuntungan dari sistem ini dapat mengurangi kebutuhan air.

 

1.2  Rumusan Masalah

Apakah jenis media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy secara akuaponik.

 

1.3  Tujuan Praktek Lapang

Praktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui cara budidaya tanaman pakcoy dengan menggunakan sistem akuaponik dan media tanam yang berbeda.

 

1.4  Manfaat Praktek Lapang

a.       Memberikan informasi tentang teknik budidaya tanaman pakcoy secara akuaponik.

b.      Menambah referensi tentang pemanfaatan media tanam organik untuk budidaya tanaman pakcoy secara akuaponik.

1.5 Hipotesis

a.       Apakah beberapa jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy.

b.      Apakah feses ikan lele berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Taksonomi Tanaman Sawi Pakcoy

Menurut Yenti (2005) adapun klasifikasi tanaman Sawi Pakcoy adalah sebagai berikut:

Kingdom                Plantae

Divisi                      Spermatophyta

Kelas                      Dicotyledonae

Ordo                       Rhoeadales

Famili                     Brassicaceae

Genus                     Brassica

Spesies                    Brassica rapa L.

 

2.2 Morfologi Tanaman Sawi Pakcoy

            Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) termasuk dalam jenis sayuran sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk di budidayakan karena perawatan yang tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polybag ataupun secara hidroponik.

 

Pakcoy kurang peka terhadap suhu dibanding sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih tinggi. Pakcoy ditanam dengan kerapatan tinggi yaitu sekitar 20-25 tanaman/meter². Pakchoy memiliki umur panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari pada suhu 0 ºC dan RH 95%.

Budidaya pakcoy, sebaiknya dipilih daerah yang memiliki suhu 15-30 ˚C dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, sehingga tanaman ini cukup tahan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Tahapan budidaya pakcoy di dataran rendah dan dataran tinggi juga tidak terlalu berbeda yaitu meliputi penyiapan benih, pengolahan lahan, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan proses pemeliharaan tanaman (Sukmawati, 2012).

Menurut Perwitasari (2012) kandungan betakaroten pada pakcoy dapat mencegah penyakit katarak. Selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, Ca, Mg, sodium, vitamin A, dan Vitamin C.

Secara morfologi, organ-organ penting yang terdapat pada tanaman pakcoy adalah sebagai berikut:

a.         Akar

Pakcoy memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (slindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-40 cm. Akar berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah serta menguatkan berdirinya batang.

 

b.        Batang

Batang atau caulis pakcoy pendek dan beruas-ruas, batang ini memiliki peran sebagai penopang dan menyangga berdirinya daun pakcoy diatasnya. Sedangkan tangkainya memiliki bentuk pipih.

c.         Buah

Tanaman ini memiliki buah dengan bentuk bulat, memiliki warna keputihan hingga kehijauan, dan dalam satu buah memiliki 2-8 biji. Biji berbentuk bulat dan kecil berwarna coklat hingga kehitaman, memiliki permukaaan licin, mengkilap, keras, dan juga sedikit berlendir.

d.        Bunga

Bunga tanaman pakcoy memiliki bentuk memanjang dan memiliki banyak cabang. Tanaman pakcoy memiliki bunga dari empat kelopak daun, empat mahkota bunga yang memiliki warna kuning pucat, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua. Sedangkan dalam proses penyerbukan tanaman ini dilakukan secara alami dengan bantuan angin dan binatang kecil sekitar.

e.         Daun

Tanaman pakcoy ini memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar.

 

 

 

2.3  Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Pakcoy

a.         Iklim dan Ketinggian Tempat 

Tanaman pakcoy tumbuh didaerah yang memiliki ketinggian 5 m-1.200 mdpl. Namun bisa juga dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 m-500 mdpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh ditempat yang mempunyai suhu rendah dan tinggi sehingga dapat diusahakan didataran rendah juga dataran tinggi, tetapi pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik didataran tinggi. Jika dibudidayakan didataran tinggi umumnya akan cepat berbunga, karena dalam pertumbuhannya membutuhkan hawa yang sejuk dan lembab. Akan tetapi, tanaman ini juga tidak baik pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman pakcoy cocok bila ditanam diakhir musim penghujan.

b.        Tanah

Tanah yang cocok untuk di tanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara  pH  6-7. 

 

2.4  Peranan Media Tanam dalam Sistem Akuaponik

Media tanam merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini karena media selain sebagai tempat tumbuhnya tanaman, juga sebagai pendukung dalam menjalankan berbagai proses metabolisme. Widodo (1996) menyatakan bahwa perakaran tanaman akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh air, hara, dan udara yang cukup dari media tumbuh. Media tanam merupakan komponen utama dalam pertumbuhan tanaman. Bagi tanaman, media tanam memiliki banyak peran, tempat bertumpu agar tanaman dapat berdiri tegak, yang didalamnya terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik media tanam yang baik adalah membuat unsur hara tetap tersedia dan kelembapan terjamin. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara, dan oksigen serta tidak mengandung zat racun bagi tanaman. Sedangkan bahan tanam yang sering digunakan untuk tanaman pakcoy hidroponik yaitu cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool.

a.         Cocopeat

Cocopeat merupakan sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran halus. cocopeat menyimpan kandungan air dan unsur kimia pupuk yang dapat menetralkan keasaman tanah. Sebab sifat tersebut, cocopeat bisa digunakan sebagai media yang baik buat pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanam hidroponik.

b.        Rockwool

Rockwool merupakan bahan tanam anorganik yang dibuat dengan cara meniupkan udara kedalam batuan yang dilelehkan. Rockwool memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah yang banyak serta baik untuk mendukung perkembangan akar tanaman.

c.         Sekam Bakar

Sekam padi yang dibakar, media tanam ini memiliki bobot yang ringan sehingga nggak akan membebani akar. Sifat padi yang sangat poros membuat akar juga bisa bertumbuh dengan lebih bebas. Media tanam ini pun juga bebas hama dan bibit penyakit lainnya karena sudah melalui tahap sterilisasi melalui pembakaran.

d.        Arang

Tanaman yang diletakkan pada media arang sekam lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat tumbuh.Ini tidak lepas dari kapilaritas susunan arang yang lebih bagus dibandingkan susunan pecahan genting.

 

2.5  Teknik Budidaya Tanaman Sawi Pakcoy secara Akuaponik

Aquaponik merupakan sebuah alternatif menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah. Proses dimana tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikannya. Lalu tanaman akan berfungsi sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi zat yang tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan untuk memelihara ikan.Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling menguntungkan dan bagi kita yang  mengaplikasikanya tentu saja akan sangat menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.

Ikan adalah kunci dalam sistem aquaponik. Ikan menyediakan hampir semua nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem aquaponik. Jenis ikan ini tergantung pada iklim lokal dan jenis yang tersedia di pasaran, tetapi yang paling saring digunakan yaitu ikan nila.

 

 

Aquaponik tidak hanya baik untuk sayuran hijau. Aquaponik akan menumbuhkan hampir semua jenis sayuran. Beberapa varietas sayuran buah yang berkinerja baik adalah; terung (ungu), tomat, cabe, melon dll.

 

2.6  Keunggulan Sistem Akuaponik

a.         Hemat Air

Sistem akuaponik merupakan sebuah ekosistem lingkungan antara ikan dan tumbuhan yang sangat hemat air. Penurunan volume air tetap terjadi, tetapi jumlahnya relatif sedikit yang disebabkan oleh proses penguapan air dan terserap oleh tanaman. Penambahan air hanya dilakukan sekitar seminggu sekali hingga ketinggian air yang telah ditentukan, sedangkan sistem perikanan konvensional harus mengganti atau mengisi kolam berulang kali agar ikan tidak keracunan dari limbah ikan itu sendiri.

b.        Zero Waste

Dalam sistem perikanan konvensional, kotoran ikan dan sisa pakan harus dibersihkan, jika tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan amonia yang dapat meracuni ikan. Pada sistem akuaponik, air yang mengandung limbah diubah oleh mikroorganisme menjadi nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tidak ada air dan sisa pakan yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan kembali.

c.         Mudah Perawatannya

Pada sistem perikanan konvensional, waktu yang dihabiskan untuk merawat ikan sekitar 5 – 10 menit per hari, menguras dan membersihkan kolam juga harus dilakukan secara rutin. Dengan aplikasi akuaponik, perawatan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu banyak dan cukup dilakukan 3 - 4 hari sekali, meliputi pengecekan suhu, pH, dan tingkat amonia serta membersihkan beberapa komponen instalasi.

d.        Tanpa Bahan Kimia

Tanaman pada sistem akuaponik tidak menggunakan pupuk kimia selama pertumbuhannya dan ikan pada sistem akuaponik tidak membutuhkan unsur kimia selama dibudidayakan. Akuaponik memanfaatkan limbah atau kotoran ikan sebagai pupuk bagi tanaman, pertumbuhan tanaman menjadi alami dan hasil panen akuaponik terjamin bebas dari unsur kimia. 

e.         Hama Berkurang

Pada sistem akuaponik kehadiran hama pengganggu tanaman atau ikan bisa dibilang minim. Sama halnya dengan hidroponik, hama pengganggu pada sistem bertanam tanpa tanah ini hampir tidak ada. Jika ada kendala selama budidaya tanaman secara akuaponik, biasanya terjadi karena penyakit, seperti busuk akar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Praktek lapang ini telah dilaksanakan di Dinas Pangan Pertanian Kelautan Dan Perikanan Gampong Pande, Kota Banda Aceh. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020.

 

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam Praktek Lapang ini adalah sebagai berikut : ember, gelas plastik, kawat, solder.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam Praktek Lapang ini adalah sebagai berikut :

1.        Benih

Benih tanaman sawi pakcoy yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah benih sawi pakcoy varietas Nauli F1.

2.        Nutrisi Akuaponik (Limbah Ikan)

Nutrisi yang digunakan dalam Praktek Lapang ini adalah menggunakan limbah ikan lele.

3.        Media Tanam

Media tanaman yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah : Arang, sekam bakar, cocopeat, rockwool.

4.        Tempat/Wadah Untuk Media Tanam

Wadah untuk media tanam yang di gunakan yaitu: gelas plastik.

 

3.3  Pelaksanaan Praktek Lapang

3.3.1 Persiapan Tempat                                                               

Kegiatan praktek lapang dimulai dengan dilakukan pemilihan lokasi yang sesuai untuk penanaman, yaitu dekat dengan sumber air. Lokasi kemudian dibersihkan dari pertumbuhan gulma sehingga diperoleh lahan yang bersih dan datar, sehingga akan memudahkan dalam penempatan alat akuaponik.

a.         Pembuatan Tempat Akuaponik

Tempat akuaponik ini dibuat dengan ember yang di isi ikan lele, 4 ember 40 ikan lele, 1 ember 10 ikan lele. Media tanam yang digunakan yaitu  arang, sekam bakar, cocopeat, rockwool. Tempat/Wadah media tanam menggunakan gelas plastik yang dilubangkan menggunakan solder.

b.        Penanaman Benih

Benih sawi pakcoy disemai ke dalam nampan selama 10 hari, lalu di pindahkan ke dalam gelas plastik yang sudah diletakkan di ember.

c.         Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dengan cara manual (menggunakan tangan) dalam pengendalian tanaman yang diserang (hama/penyakit).

 

 

 

 

 

 

 

3.4  Pengamatan

a.         Tinggi tanaman

Diukur dari permukaan media tanam sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy sudah berumur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan centimeter (cm).

b.        Jumlah Daun

Dihitung jumlah daun yang sempurna pertanaman. Dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy sudah berumur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan helai.

c.         Lebar Daun

Diukur lebar daun yang sempurna pertanaman. Dilakukan pada saat tanaman sawi pakcoy sudah berumur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST) dinyatakan dalam satuan centimeter (cm).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1    Pengaruh Media Tanam Terhadap Tanaman Sawi Pakcoy

Media tanam sangat erat kaitannya dengan akar sebab media tanam merupakan tempat pertumbuhan akar, tempat pijakan bagi akar serta pendukung penyerapan hara sehingga dengan media yang berbeda jenis maupun sifatnya maka pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar juga berbeda.

4.1.1        Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman sawi pakcoy adalah bertambahnya ukuran tanaman sawi pakcoy yang ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman (cm), pertambahan jumlah daun (helai), pertambahan panjang daun (cm) dan pertambahan lebar daun (cm). Menurut Tjitrosoepomo (2007), pertumbuhan yang ditandai dengan suatu organ pada tanaman yang mengalami perubahan antara lain yaitu daun, batang, biji dan buah. Semua bagian tumbuh-tumbuhan yang secara langsung maupun tidak langsung berguna bagi kehidupan tumbuhan, yaitu terutama berguna untuk penyerapan, pengolahan, pengangkutan dan penimbungan zat.

Pertumbuhan merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman, dari proses tersebut akan terjadi perubahan ukuran yaitu tanaman akan tumbuh semakin besar dan akan berkolerasi positif dalam menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tersebut secara keseluruhan dikendalikan oleh sifat genetik disamping faktor-faktor lainnya seperti lingkungan. Sedangkan pada perkembangan merupakan hasil interaksi antara genetik dengan lingkungan, pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melibatkan hormon yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan (Nasaruddin, 2010).

Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)

 

Jenis Media Tanam

Tinggi Tanaman (cm)

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

7,2 cm

8 cm

15,2 cm

Cocopeat

3,5 cm

3 cm

6,5 cm

Arang

8 cm

7 cm

15 cm

Rockwool

6 cm

7 cm

13 cm

 

Hasil pengamatan tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat pada jenis media tanam sekam bakar dengan rata-rata tinggi tanaman 15,2 cm, karena sekam bakar berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga pengambilan hara oleh akar akan optimal.

Tabel 2. Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST)

 

Jenis Media Tanam

Tinggi Tanaman (cm)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

8 cm

8 cm

16 cm

Cocopeat

5 cm

5 cm

10 cm

Arang

8,5 cm

8 cm

16,5 cm

Rockwool

8 cm

8 cm

16 cm

 

Hasil pengamatan tinggi tanaman sawi pakcoy pada umur 21 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat pada jenis media tanam arang dengan rata-rata tinggi tanaman 16,5 cm, karena arang mampu menyerap air dan menyimpan air. Arang juga memiliki kandungan karbon (C) sehingga media tanam tersebut menjadi media yang ideal yang mampu menghantarkan nutrisi yang diberikan menjadi mudah diserap oleh tanaman.

Tabel 3.  Hasil pengukuran tinggi tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)

 

Jenis Media Tanam

Tinggi Tanaman (cm)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

10 cm

10 cm

20 cm

Cocopeat

8,5 cm

7 cm

15,5 cm

Arang

9 cm

8 cm

17 cm

Rockwool

10 cm

9 cm

19 cm

 

Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 28 hari setelah tanam (HST) adalah tanaman tertinggi terdapat pada jenis media tanam sekam bakar dengan rata-rata tinggi tanaman 20 cm, karena sekam bakar berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga pengambilan hara oleh akar akan optimal.

4.1.2        Jumlah Daun

Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama. Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator pertumbuhan yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman. Pengamatan daun dapat berdasarkan atas fungsi daun sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Fungsi daun adalah penghasil fotosintat yang sangat diperlukan tanaman sebagai sumber energi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Sukawati, 2011).

Tabel 4.  Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST)

 

Jenis Media Tanam

Jumlah Daun (Helai)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

6 Helai

7 Helai

13 Helai

Cocopeat

5 Helai

5 Helai

10 Helai

Arang

6 Helai

7 Helai

13 Helai

Rockwool

6 Helai

7 Helai

13 Helai

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat pada media tanam sekam bakar, arang, rockwool.

 

 

 

 

Tabel 5.  Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST)

 

 

Media Tanam

Jumlah Daun (Helai)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

8 Helai

8 Helai

16 Helai

Cocopeat

7 Helai

7 Helai

14 Helai

Arang

6 Helai

9 Helai

15 Helai

Rockwool

7 Helai

6 Helai

13 Helai

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat pada media tanam sekam bakar.

Tabel 6.  Hasil hitung jumlah daun tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST)

 

 

Media Tanam

Jumlah Daun (Helai)

 

Rata – Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

9 Helai

9 Helai

18 Helai

Cocopeat

8 Helai

8 Helai

16 Helai

Arang

9 Helai

7 Helai

16 Helai

Rockwool

9 Helai

9 Helai

18 Helai

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat jumlah helai daun tanaman pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan jumlah helai daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam jumlah helai daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah helai daun yang sempurna terdapat pada media tanam sekam bakar,  rockwool.

4.1.3        Lebar Daun

Tabel 7.  Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 14 Hari Setelah Tanam (HST)

 

 

Media Tanam

Lebar Daun (cm)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

2 cm

2 cm

4 cm

Cocopeat

0,7 cm

1 cm

1,7 cm

Arang

2 cm

2,3 cm

4,3 cm

Rockwool

1,5 cm

1,9 cm

3,4 cm

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat lebar daun tanaman pakcoy umur 14 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam  arang dengan jumlah lebar daun 4,3 cm.

 

 

 

 

 

Tabel 8. Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 21 hari setelah tanam (HST)

 

 

Media Tanam

Lebar Daun (cm)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

2,5 cm

2,9 cm

5,4 cm

Cocopeat

7 cm

2 cm

9 cm

Arang

3,8 cm

3,3 cm

7,1 cm

Rockwool

2,5 cm

2,3 cm

4,8 cm

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat lebar daun tanaman pakcoy umur 21 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam  arang dengan jumlah lebar daun 7,1 cm.

Tabel 9.   Hasil pengukuran lebar daun tanaman sawi pakcoy pada umur 28 hari setelah tanam (HST)

 

 

Media Tanam

Lebar Daun (cm)

 

Rata - Rata

Tanaman 1

Tanaman 2

Sekam Bakar

8 cm

2,7 cm

10,7 cm

Cocopeat

2,8 cm

3 cm

5,8 cm

Arang

4 cm

3 cm

7 cm

Rockwool

3,5 cm

3,2 cm

6,7 cm

 

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool terdapat lebar daun tanaman pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) terdapat perbedaan lebar daun pada setiap perlakuan. Peningkatan yang terjadi pada tanaman 1 dan 2 pada masing-masing media tanam lebar daun berbeda-beda. Namun berdasarkan data jumlah lebar daun yang sempurna terdapat pada media tanam  sekam bakar dengan jumlah lebar daun 10,7 cm.

 

4.2              Pembahasan

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini yaitu arang, sekam bakar, cocopeat, rockwool yang diketahui memiliki sejumlah nutrisi yang di butuhkan pada tanaman salah satunya nitrogen dimana nitrogen kita ketahui berperan dalam pembentukan daun, tinggi tanaman, dan lain-lain.

Hasil data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan media tanam cocopeat, sekam bakar, arang, rockwool pada umur 14 hari setelah tanam (HST) terdapat tanaman sawi pakcoy tertinggi pada media tanam sekam bakar karena berperan penting dalam perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi tanaman. Kondisi ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sawi pakcoy, dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga pengambilan hara oleh akar akan optimal.

Sedangkan pada umur 21 hari setelah tanam (HST) tanaman sawi pakcoy tertinggi terdapat pada jenis media tanam arang karena arang mampu menyerap dan menyimpan air. Arang juga berperan penting dalam perbaikan struktur media tanam sehingga aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik. Arang juga memiliki kandungan karbon (C) sehingga media tanam tersebut menjadi media yang ideal yang mampu menghantarkan nutrisi yang diberikan menjadi mudah diserap oleh tanaman.

Hasil data pengamatan tanaman sawi pakcoy umur 28 hari setelah tanam (HST) menunjukkan bahwa perlakuan media tanam sekam bakar tertinggi tanamannya.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan tanaman sawi pakcoy untuk proses pertumbuhannya tidak hanya diperoleh dari nutrisi ikan yang diberikan namun juga berasal dari media tanam. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang cukup dan sesuai menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terpacu secara optimal sehingga diperoleh produksi berupa berat segar pada tanaman dengan kombinasi perlakuan media tanam.

Pada parameter warna daun terlihat bahwa rata-rata tanaman sawi pakcoy memiliki warna daun kuning sebagian. Hal ini diduga karena tanaman sawi pakcoy mengalami gejala defisiensi unsur hara N. Air yang berisi kotoran ikan yang kaya akan unsur hara N tidak diserap secara maksimal oleh akar tanaman. Bahwa unsur hara makro atau unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi salah satunya adalah N, karena N merupakan unsur pokok pembentukan protein, asam nukleat dan klorofil yang berguna dalam proses pertumbuhan. Menurut Haryanto (2006) tanaman sayuran daun membutuhkan pupuk dengan unsur nitrogen yang cukup tinggi agar sayuran dapat tumbuh dengan baik, segar dan enak dimakan. Selain mempengaruhi warna daun, kekurangan unsur hara N juga menyebabkan ukuran bonggol tanaman sawi pakcoy menjadi kecil.

Hal ini sama halnya dengan hasil penelitian Mahanani (2003) pada tanaman pakcoy, bahwa penggunaan unsur hara N pada tanaman pakcoy dapat menambah zat hijau daun yang digunakan untuk pembentukan asam amino dan protein. Sedangkan tanaman pakcoy yang kekurangan atau tidak mendapat unsur hara N, tanaman tetap kecil dan daun lebih cepat berubah menjadi kuning, karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofil sehingga menyebabkan kemampuan tanaman untuk tumbuh menjadi berkurang dan produksi karbohidratnya berkurang.

Jika suhu udara melebihi 21 oC maka dapat mengakibatkan tanaman sawi pakcoy tidak tumbuh dengan baik. Karena suhu udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintesis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna.

Sisa pakan dan sisa metabolisme (feses) ikan lele ini apabila terbuang begitu saja dapat mencemari lingkungan, oleh karena itu sisa pakan dan sisa metabolisme (feses) ikan dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman. Dalam penyediaan unsur hara untuk tanaman, perlu adanya pemilihan media tanam yang tepat untuk menunjang pertumbuhan bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi berperan meningkatkan efektifitas pembersihan air dari amonia agar tidak menjadi racun bagi tanaman. Kemudian peranan media tanam juga dibutuhkan untuk dijadikan filter mekanis yang akan selalu menjaga kualitas dan kemurnian air, dan turut mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek lapang yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan berbagai media tanam organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy yang diamati yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Media tanam yang terbaik yaitu media tanam arang dan sekam bakar untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi pakcoy.

 

5.2    Saran

Berdasarkan hasil praktek lapang, tanaman sawi pakcoy tidak bisa hidup sempurna apabila nutrisi yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhannya, dan perlu disesuaikan kebutuhan nutrisinya agar panen dan hasil produksi lebih meningkat.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

AAK, Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

 

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2016), Baku Mutu Air Untuk BudidayaIkan.http://www.bbpbat.net/index.php/artikel/60-baku-mutukualitas-air-budidaya. Diakses 20 Desember 2017

 

Bambang Cahyono, Budi Daya Ikan Air Tawar, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

 

Bambang Gunadi dan Rani Hafsaridewi, “Pengendalian Limbah Amonia Budidaya  Ikan Lele dengan Sistem Heterotrofik Menuju Sistem Akuakultur Nir-Limbah”. J. Ris. Akuakultur, Vol. 3 No. 3 (Tahun 2008), h. 437-448. Cahyo Saparinto, Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Lele Unggul, Yogyakarta: Lily Publisher, 2012.

 

Cahyo Saparinto, Rini Susiana, Panduan Lengkap Budidaya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik, Yogyakarta: Lily Publisher, 2014.

 

Dewangga Kusuma, Optimalisasi Produksi Budidaya Ikan Konsumsi Air Tawar, Bogor: IPB, 2006.

 

Eko Haryanto, et.al. Sawi dan selada, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007.

 

Fathulloh A.S., N. S. Budiana, Akuaponik Panen Sayur Bonus Ikan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2015.

 

H. Khairuman, Khairil Amri, Pembesaran Nila di Kolam Air Deras, Jakarta Selatan: PT. Agro Media Pustaka, 2012.

 

M. Ghufran H, Kordi K, Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal, Yogyakarta: ANDI, 2010.

 

Nofiandi Riawan, Step by Step Membuat Instalasi Akuaponik PorTabel 1 m2 Hingga Memanen, Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2016.

 

Pinus Lingga, Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Jakarta: Penebar Swadaya, 1999.

 

Rofiq Fariudin, Endang Sulistyaningsih, Sriyanto Waluyo, “Pertumbuhan Dan Hasil Dua Kultivar Selada (Lactuca sativa L.) Dalam Akuaponika Pada Kolam Gurami Dan Kolam Nila”. Jurnal Pertanian (Tahun 2014), h. 246-262

 

Zulkarnain, Budidaya Sayuran Tropis, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

No comments:

Post a Comment