DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... ........ i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR
TABEL ............................................................................................... iv
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktek Lapang................................................................................ 4
1.3 Manfaat Praktek Lapang.............................................................................. 5
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1 Klafikasi Tanaman Kopi Arabika................................................................. 6
2.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika............................................................... 7
2.3 Manfaat Kopi Arabika ................................................................................ 8
2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Arabika..................................................... 10
2.5 Teknik Perbanyakan Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica L)....... ..... 12
2.6 Pemeliharaan Tanaman .............................................................................. 14
2.7
Peranan
Penyungkupan pada Penyambungan (Grafting)Tanaman
Kopi Arabika 15
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 16
3.1 Tempat dan Waktu..................................................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data........................................................................ 16
3.4 Metode Percobaan...................................................................................... 16
3.5 Pengamatan................................................................................................ 17
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 18
4.1 Hasil Praktek Lapang................................................................................. 18
4.2 Pembahasan................................................................................................ 25
BAB
V PENUTUP.............................................................................................. 28
1.1 Kesimpulan................................................................................................. 28
1.2 Saran........................................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 29
LAMPIRAN
........................................................................................................ 30
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1.
Rata-rata
tinggi tanaman kopi arabika pada umur 1
MST............................ 19
2.
Rata-rata
tinggi tanaman kopi arabika pada
umur 2 MST........................... 19
3.
Rata-rata
tinggi tanaman kopi arabika pada umur 3 MST........................... 20
4.
Rata-rata
tinggi tanaman kopi arabika pada umur 4 MST........................... 20
5.
Rata-rata
lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 1 MST..................... 21
6.
Rata-rata
lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 2 MST.................... 21
7.
Rata-rata
lebar dauni tanaman kopi arabika pada umur 3 MST.............. ..... 22
8.
Rata-rata
lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 4
MST.................... 22
9.
Rata-rata
jumlah daun taman kopi arabika pada umur 1 MST................ ..... 23
10.
Rata-rata
jumlah daun taman kopi arabika pada umur 2
MST..................... 23
11.
Rata-rata
jumlah daun taman kopi arabika pada umur
3 MST.................... 24
12.
Rata-rata
jumlah daun taman kopi arabika pada umur 4 MST.................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi adalah
produk dari suatu jenis tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis, dan tidak
dapat tumbuh didaerah tropis, dan tidak dapat tumbuh baik pada tempat yang
terlalu tinggi atau temperatur yang sangat rendah. kopi ditemukan pertama kali
adalah di Arabia (pertengahan abad XV) dan pada tahun 1510-1550 menyebar luas
di Negara Kairo dan Turkey-Timur Tengah, dan pada Tahun 1616 kopi ini mulai
masuk di Eropa. Pada mulanya Kultivar kopi yang terpenting adalah (Coffea arabica L. = Kopi Arabika) yang menghasilkan 90% dari kopi dunia pada waktu
sebelum Robusta (Purseglove); Coffea
Canephora 9% dan Coffea liberica kurang
dari 1% dalam pengembangan dan produksi kopi (Nazaruddin, 1993).
Jenis kopi yang
terkenal di Indonesia adalah robusta (Coffea
canephora) dan arabika (Coffea arabica
L.). menurut kementrian pertanian (2017), pada tahun 2016, produksi kopi
Indonesia telah mencapai 693,3 ribu ton. Kopi robuta memiliki proporsi 81% dari
total keseluruhan produksi kopi di Indonesia dan sisanya adalah kopi arabika.
Jawa Barat termasuk kedalam sentra produksi kopi arabika terbesar di Indonesia
dengan total produksi kopi arabika terbesar di Indonesia dengan total produksi
hingga 9,37 ribu ton per tahun. Selain kopi jenis arabika dan robusta, terdapat
jenis kopi lain yang tidak kalah terkenal, yaitu jenis kopi lain yang tidak
kalah terkenal, yaitu jenis kopi liberika (Coffea
liberica).
Kopi liberika jumlahnya
masih sangat terbatas di Indonesia. Kopi ini memiliki ciri khas aroma yang
lebih menyengat dibandingkan kopi arabika dan robusta.
Kopi Arabika merupakan
tanaman perkebunan yang menjadi produk ekspor unggulan di Indonesia. Harga
kopi arabika lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta karena adanya
citarasa khas. Untuk kualitas ekspor saat ini harga kopi arabika, tanaman
kopi di Indonesia tersebar terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Nusa
Tenggara sekitar 95% dari luas areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat,
sedangkan tanaman kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Salah satu daerah penghasil utama kopi Indonesia adalah Provinsi
Aceh, setelah Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Pada tahun 2017 produksi
kopi di Provinsi Aceh dengan rata-rata 750 kg sampai 1 ton per hektar.
Salah
satu daerah penghasil utama kopi Indonesia adalah Provinsi Aceh. Masyarakat
Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah sangat identik dengan kehidupan
perkopian, karena sebagian besar penduduk di wilayah dataran tinggi ini
menggantungkan kehidupannya dari komoditas kopi. Varietas kopi Arabika yang
diusahakan oleh masyarakat sangat variatif dan ditanam bersamaan dalam satu
hamparan yang dapat mengakibatkan mutu citarasa dari kopi Arabika organik di
Bener Meriah yang tidak khas. Oleh karena itu, varietas-varietas ini harus
dipisahkan berdasarkan habitat dengan ketinggian tempat tumbuhnya yang ideal.
Selain dari bahan tanam atau varietas yang dibudidayakan, masyarakat juga belum
memiliki kualitas yang baik, terutama kualitas kemasan kopi Arabika.
Dalam
pembiakan atau penggandaan tanaman dapat kita kenal salah satu metodenya yaitu
penyambungan. Penyambungan dapat mempunyai arti lain dari pada pembiakan
vegetatif lainnya, di karenakan ketika tanaman yang tidak dapat dibiakkan secara cangkok, stek,
merunduk atau lainnya dapat di lakukan metode penyambungan, karena hanya dengan
metode penyambungan inilah tanaman tesebut dapat di biakkan. Seperti pada
berbagai tanaman buah-buahan yang tidak dapat diperbanyak dengan cara stek,
runduk, anakan dan cangkok, tetapi mudah di lakukan penyambungan (enten) dan
penyusunan, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada
batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. misalnya pada kopi, mangga, durian, dan lain
sebagainya.Dilakukannya penyambungan itu pun harus mempertimbangkan beberapa
faktor, faktor-faktor tersebut baik yang datang dari tanaman itu sendiri seperti hubungan
kekerabatan antara tanaman yang digunakan sebagai batang atas dengan tanaman yang digunakan sebagai
batang bawah. Dan faktor lain yang harus dipertimbangkan juga adalah faktor
lingkungan dan faktor pelaksanaan yang mencangkup pemotongan dan
pemeliharaan sambungan.
Jadi pada proses
penyambungan merupakan salah satu jenis alternatif yang dapat dilakukan ketika
tanaman tidak dapat di kembangbiakan secara vegetatif selain penyambungan itu
sendiri. Karena apabila proses penyambungan tidak di lakukan maka regenerasi
bagi tanaman tersebut tidak dapat dilakukan, sehingga dapat mengakibatkan
kepunahan secara cepat dari pada tanaman tersebut.
Proses
penyambungan ini juga merupakan warisan budaya dari leluhur kita, di karenakan
keberadaan proses ini tidak memerlukan cara yang rumit serta alat dan bahannya
pun dapat mudah di temukan serta murah. Oleh karena itu proses pembiakan jenis
ini dapat di pilih sebagai solusi ketika perekonomian pas-pasan dan tidak di
mungkinkannya tanaman untuk di biakan dengan cara lain selain menyambung itu
sendiri.
Pembiakan tanpa
kawin adalah cara pembiakan yang akan menghasilkan tanaman yang sama persis
secara genetik dengan induknya. Pembiakan dengan cara tersebut, biasa
dilakukan orang untuk memperbanyak suatu varietas secara mudah dan cepat.
Setek dan cangkok, adalah perbanyakan untuk secepatnya mendapatkan tanaman
dengan tajuk yang lebat, tetapi cara ini tidak cepat menghasilkan caudex atau
bonggol yang besar dan indah. Untuk menghasilkan tanaman adenium
dengan caudex atau bonggol yang besar dan indah, serta
menghasilkan tajuk yang identik dengan induknya, maka ditempuh dua cara
perbanyakan, yaitu perbanyakan dari biji untuk menghasilkan tanaman dengan
bonggol yang indah, dan selanjutnya dilakukan cara grafting untuk mendapatkan
tajuk tanaman yang identik sifat atau karakteristiknya dengan induk yang
dikehendaki .
1.2 Tujuan
Praktek Lapang
1.
Untuk mengetahui
tingkat keberhasilan perbanyakan secara vegetatif kopi arabika melalui metode
grafting pucuk.
2.
Untuk menambah
wawasan penulis tentang bagaimana teknik perbanyakan kopi arabika.
3.
Untuk menjadi
referensi bagi masyarakat dan akademik agar mengetahui bagaimana teknik
perbanyakan tanaman kopi arabika dengan cara grafting pucuk.
1.3 Manfaat Praktek Lapang
a. Penelitian
ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dalam upaya memperdalam pengetahuan
dalam bidang ilmu agroteknologi khususnya dan ilmu-ilmu pertanian pada umumnya.
b. Penelitian
berguna sebagai bahan informasi bagi petani yang membudidaya kopi arabika.
Sehingga petani memiliki pedoman dalam perbanyakan tanaman kopi arabika.
Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa Agroteknologi
Universitas Abuyatama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi Arabika merupakan jenis kopi tertua yang dikenal dan dibudidayakan
di dunia dengan varietas-varietasnya. Kopi Arabika menghendaki iklim subtropis
dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonsia tanaman kopi Arabika
cocok di kembangkan di daerah-daerah dengn ketinggian antara 800-1500 m di atas
permukaan laut dan dengan suhu rata-rata 15-24°C. Pada suhu 25°C.kegiatan
fotosintesis tumbuhnya akan menurun dan akan berpengaruh langsung pada hasil
kebun. Mengingat belum banyak jenis Kopi Arabika yang tahan kan penyakit karat
daun, di anjurkan penanaman Kopi Arabika tidak di daerah-daerah di bawah
ketinggian 800 m dpl.
2.1 Klasifikasi
Tanaman Kopi Arabika
Klasifikasi tanaman kopi
Arabika (Coffea arabica L.) menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatopyhta
Divisi : Magnoliopyhta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica
L.
2.2 Morfologi
Tanaman Kopi Arabika
Terdapat
ciri-ciri Kopi Arabika yang membedakannya dengan jenis kopi lainnya yaitu :
1.
Batang
Perakaran tanaman Arabika termasuk dangkal dan masuk
ke dalam tanah sekitar 30 cm. tanaman Kopi Arabika yang terawat dengan baik
akan tumbuh seperti pohon perdu dengan baik akan tumbuh seperti pohon perlu
dengan tinggi sekitar 2-3 meter, bahkan mencapai 5 meter jika tidak dilkukan
pemangkasan. Pencabangan pohon Arabika terdiri dari dua jenis, yaitu
percabangan vertikal dan horizontal.
2.
Daun
Bentuk daun Arabika berukuran kecil dengan panjang
12 cm hingga 15 cm dan lebar sekitar 6 cm. Daun tanaman Arabika mengkilap
seperti berlapis lilin dan berwarna hijau. Mata tunas tumbuh di ketiak daun dan
akan berubah menjadi cabang atau bunga tergantung kondisi.
3.
Bunga
Bunga Arabika yang tumbuh di ketiak daun dapat
melakukan pernyerbukan sendiri. Pernyerbukan biasanya terjadi di pagi hari
secara alami, yaitu dengan bantuan anggin atau serangga. Akan tetapi, terdapat
pula faktor alam yang menggagalkan proses penyerbukan, yakni hujan. Setelah
terjadi penyerbukan, buah kopi arabika akan tumbuh dan siap panen 6 bulan
hingga 9 bulan.
4.
Buah
Jika dibandingkan dengan buah robusta, buah arabika
cenderung lebih besar. Buah yang telah matang secara alami akan rontok dari
tangkainya. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan secara hati-hati sebelum
buah rontok.
5.
Biji
Biji kopi arabika terbentuk khas dan memiliki ukuran
yang lebih panjang disbanding biji kopi robusta.
2.3 Syarat
Tumbuh Tanaman Kopi Arabika
Kopi merupakan salah satu komoditi pertanian yang cukup menggiurkan untuk
dikembangkan, melihat potensi pasar mencapai mancanegara sehingga dalam
perkembangannya, kopi mengalami modernisasi. Tuntutan pasar untuk mendapatkan
kopi yang berkualitas semakin tinggi. Oleh karena itu, petani harus mengetahui
syarat dan lokasi tumbuh tanaman kopi bila supaya lebih laku di pasaran. Adapun
penilaian akan kualitas kopi secara umum dibedakan melalui 2 cara yaitu 1) Mutu
Fisik yang ditentukan berdasarkan nilai cacat dalam biji kopi berdasarkan SNI
(Standar Nasional Indonesia) atau SCAA (Standar
Specialty Coffee Association of America) dan 2) Mutu Cita Rasa yang
ditentukan melalui uji organoleptik oleh analis sensorial yang dilakukan oleh
panelis.
Berikut ini akan dijabarkan
tentang syarat dan lokasi tumbuh tanaman kopi untuk mendapatkan biji kopi yang
berkualitas:
1.
Varietas
Secara umum, kopi dibedakan atas 3 jenis yang
dikenal oleh masyarakat yaitu kopi jenis Arabika dan Robusta namun masih ada
lagi jenis kopi lain yaitu kopi Liberika tetapi tidak begitu dikenal. Ketiga
jenis kopi tersebut terbagi dalam berbagai varietas yang berbeda-beda untuk
menentukan produksi serta mutu kopi yang diinginkan.
2.
Iklim
Kopi yang berkualitas akan diperoleh bila tumbuh
pada iklim yang sesuai. Kopi Arabika utamanya tumbuh di atas ketinggian 1000
mdpl. Ketinggian tersebut menyebabkan terjadinya aroma pada kopi. Hal ini
dipengaruhi oleh curah hujan yang paling sering pada Arabika yaitu sekitar 1-3
bulan.
3.
Kualitas Tanah
Kualitas tanah yang baik akan memberikan mutu yang
baik pada biji yang dihasilkan oleh tanaman kopi, mengingat kandungan di dalam
tanah diserap sebagai makanan oleh tanaman kopi untuk menghasilkan biji kopi
berkualitas. Utamanya, kandungan tanah akan berpengaruh secara langsung
terhadap rasa yang dihasilkan oleh kopi.
Rasa dasar dikelompokkan atas 4 yakni sweet (manis),
sour (asam), salt (asin) dan umami (gurih). Adapun faktor yang mempengaruhi
kualitas tanah ialah kemiringan tanah < 30%, kedalaman tanah efektif 100 cm,
tekstur tanah berlempung dengan lapisan atas remah, kadar bahan organik 3,5%
atau kadar C > 2 %, Kapasitas Tukar Kation >15 me/100 g, kejenuhan
basa > 35 %, pH tanah 5,5 – 6,5 serta memiliki kandungan unsur hara yang
tinggi meliputi N, P, K, Ca, dan Mg.
4.
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan yang tepat akan memberikan hasil
yang berkualitas pula. Kesesuaian ini ditentukan berdasarkan tipe penggunaan
lahan yang dilakukan dalam bertanam kopi. Adapun kesesuaian lahan terdiri dari
3 kategori tempat tumbuh yaitu sebagai berikut.
Sangat
sesuai : tanaman
kopi ditanam di lahan yang sangat sesuai sehingga penerapan pengelolaan lahan
yang dibutuhkan tidak akan berpengaruh nyata terhadap produktivitas lahan yang
dikelola.
Sesuai :tanaman kopi ditanam di lahan yang sesuai sehingga
penerapan pengelolaan lahan yang dibutuhkan akan berpengaruh nyata terhadap
produktivitas lahan yang dikelola sehingga memerlukan masukan untuk
meningkatkan keuntungan.
Tidak
Sesuai : tanaman
kopi ditanam pada lahan marginal bahkan tidak sesuai sehingga lebih baik untuk
tidak melanjutkan pengembangan lahan serta melakukan penilaian atas keuntungan
yang diperoleh.
2.4 Manfaat
Kopi Arabika
Manfaat kopi arabika ternyata memiliki sejumlah kandungan zat gizi yang
baik untuk tubuh, bahkan terkenal menjadi salah satu obat untuk kanker. Pada
umumnya kopi dijadikan pelengkap disaat mengawali aktivitas dipagi hari. Minuman
berwarna hitam pekat tersebut menyuguhkan cita rasa yang unik, tidak heran
banyak sekali orang yang memilihnya menjadi minuman favorit. Di Indonesia
sendiri banyak di wilayah-wilayah tertentu, meminum kopi dijadikan sebuah
budaya yang unik.
Perlu untuk diketahui, aktivitas meminum kopi diselingi makan akan
berdampak baik untuk kesehatan. Bermacam manfaat kopi arabika untuk tubuh
adalah Riboflavin (Vitamin B2): 11% dari AKG, Asam pantotenat (vitamin B5): 6%
dari AKG, Mangan dan Kalium: 3% dari AKG, Magnesium dan Niacin (B3): 2% dari
AKG.
Banyak
masyarakat yang menyukai kenikmatan secangkir kopi, tapi dibalik nikmatnya
terdapat bermacam-macam manfaat. Berikut ini beberapa manfaat kopi arabika di
antaranya adalah:
1.
Penambah Stamina
Kopi mempunyai kandungan zat kafein yang tinggi.
Adenosin didalam tubuh bekerja sebagai sel yang menyebabkan rasa ingin tidur
kepada otak. Kafein dalam kopi menyebabkan kinerja sel dan menjadikan
pergerakannya lebih pelan. Maka akan membuat perasaan segar lebih lama.
2.
Mencegah Kanker
Antioksidan pada kopi bisa melawan resiko gejala
kanker pada tubuh. Menurut Penelitian di Jepang pada sejumlah wanita yang
mengonsumsi kopi 2 kali sehari, kemungkinan terjadinya kanker usus besar
berkurang kurang lebih 25%.
3.
Kopi Menjaga Kesehatan Mulut
Kopi mempunyai sifat anti bakterial yang bagus untuk
kebersihan mulut. Hal ini bisa mempercepat penyembuhan gigi berlubang, plak dan
infeksi gusi. Tentu saja berpeluang besar untuk menekan resiko kanker mulut.
4.
Kopi Sebagai Masker Wajah
Manfaat kopi arabika banyak dipakai untuk pembuatan
masker wajah pada salon-salon kecantikan. Fungsihnya ialah bisa membuat kulit
lebih kencang dan mengangkat sel-sel kulit mati. Kopi juga dapat digunakan
sebagai krim anti mikroba untuk membersihkan wajah.
5.
Pemeliharaan Kulit Kepala
Menurut penelitian para ahli, kandungan kafein pada
kopi melahirkannya sebagai anti kerontokan rambut. Antioksidan tersebut yang
terdapat pada kopi memiliki peran aktif untuk melindungi kulit kepala.
6.
Menyejukan Kulit Tubuh
Manfaat kopi arabika memaksimalkan pelepasan sel-sel
kulit mati yang berdampak pada peremajaan kulit, maka kulit tampak selalu sehat
dan bercahaya. Cukup gunakan scrub berbahan kopi sebagai pemeliharaan kulit
secara terus menerus.
2.5 Teknik
Perbanyakan Tanaman Kopi Arabika (Coffea
arabica L .)
Tanaman kopi arabika dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan
bagian dari tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan
secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih
singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan
bibit secara vegetatif (klonal). Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan
kopi secara klonal adalah sebagai berikut:
·
Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya
·
Mutu hasil seragam
·
Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah
·
Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal.
Syarat
batang bawah
·
Perakaran harus cukup kuat dan tahan terhadap keadaan tanah yang kurang
menguntungkan, termasuk hama penyakit dalam tanah
·
Memiliki daya adaptasi luas
·
Berbatang kuat
Syarat
batang atas
·
Berasal dari tanaman induk yang berdaya hasil dan berkualitas tinggi
·
Dari pohon yang kuat serta memas dari keabnormalan dan hama penyakit
·
Bentuk batang lurus dengan diameter disesuaikan dengan batang bawah
·
Dapat menyesuiakan diri dengan batang bawah sehingga sambungan serasi
(compatible)
Penyambungan kopi adalah penggabungan batang atas atau disebut entres
pada bibit kopi dewasa yang digunakan sebagai batang bawah. Pelaksanaan
penyambungan dilakukan di rumah saya menggunakan bibit kopi batang bawah umur
5-6 bulan, dari saat benih disemaikan. Teknik dan tata cara penyambungan bibit
kopi dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1.
Menyiapkan entres batang atas dan bibit batang bawah umur 5-6 bulan,
kriteria bibit siap sambung ukuran batang bawah sama besar dengan batang atas.
2.
Penyambungan dilakukan dengan memotong batang bibit batang bawah
ketinggian 15-20 cm.
3.
Batang bibit batang bawah yang telah dipotong, diiris dibagian tengah
sepanjang 2-3 cm, untuk penyambungan entres batang atas.
4.
Entres batang atas diambil dari kebun entres, dan dipotong satu ruas
panjang 7 cm (3 cm di atas ruas dan 4 cm di bawah ruas).
5.
Daun pada entres dihilangkan, dan pangkal entres diiris dua sisi
menbentuk huruf V.
6.
Penyambungan entres batang atas ke batang bibit batang bawah, dan
sambungan diikat dengan tali rafia atau plastik. - Sambungan diberi sungkup 10
tanaman dan 10 tanaman tidak diungkup kantung plastik transparan, pangkal
sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk.
7.
Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu, sambungan hidup
bila entres masih segar atau hijau dan bila sambungan mati entres berwarna
hitam sungkup dibuka/dilepas apabila tunas tumbuh yang cukup besar.
8.
Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai
mengganggu pertumbuhan batang.
2.6 Pemeliharaan
Tanaman
1.
Penyiraman
Penyiraman di lakukan 2 kali sehari tergantung
cuaca. Metode penyiraman dapat dilakukan dengan manual ataupun dengan kran
otomatis atau fertigasi. Penyiraman dengan fertigasi sangat menguntungkan
pekerjaan dilakukan jika pohon di tanam dalam jumlah besar.
2.
Pengendalian hama
Untuk tanaman yang di sungkup tidak ada hama yang
masuk dan mengangu pertumbuhan bibit tanaman kopi dan untuk tanaman yang tidak
disungkup ada beberapa hama yng mengangu tanaman kopi seperti belalang.
2.7
Peranan Penyungkupan pada Penyambungan
(Grafting) Tanaman Kopi Arabika
Umumnya, teknik sungkup plastik dilakukan pada penanaman dengan teknik
grafting atau sambung pucuk. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi tanaman yang
terluka atau sel-sel yang terbuka dari patogen penyebab penyakit tanaman
asalkan daerah dalam sungkup tersebut steril. Jenis plastik sungkup yang umum
digunakan yaitu tipe plastik gula.
Plastik jenis ini sangat elastis dan bermacam-macam ukurannya. Penggunaan
plastik ini maksimal dua kali pakai karena tingkat sterilitasnya yang semakin
berkurang. Plastik yang tidak steril dapat mempermudah masuknya patogen tanaman
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan
Waktu
Praktek
Lapang ini dilakukan di Desa Rembune Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener
Meriah. Waktu pelaksanaan di mulai tanggal 02 November 2020 sampai dengan
tanggal 03 Desember 2020.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
1.
Cutter/silet
2.
Plastik
pembungkus (plastik gula)
3.
Tali raffia
4.
Alat
tulis-menulis
3.2.2 Bahan
1.
Bibit kopi
arabika (Coffea
arabica L)
3.3 Metode
Pengumpulan Data
Adapun metode
pengumpulan data berasal dari referensi penelitian, jurnal dan berbagai
publikasi lainnya.
3.4 Metode
Percobaan
Metode
percobaan yang digunakan dalam praktek lapang ini adalah dengan cara menghitung
jumlah persentase tingkat keberhasilan grafting pucuk kopi arabika. Jumlah
grafting yang dicobakan yaitu berjumlah 20 batang bibit. Rumus yang digunakan
yaitu :
Persentase pertumbuhan =
3.5 Pengamatan
Pengamatan
dilakukan dengan melihat penyambungan (grafting) pucuk yang tersambung, apakah
tumbuh. kriteria hasil grafting pucuk yang tumbuh adalah dengan terlihatnya
tunas baru yang muncul pada bagian ketiak daun. Berikut pengamatan yang diamati
adalah
1.
Persentase tanaman disungkup
2.
Persetase tanaman tidak disungkup
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktek Lapang
Berdasarkan hasil
pelaksanaan Praktek Lapang yang telah dilakukan oleh penulis, dapat di uraikan
sebagai berikut.
4.1.1 Persentase Keberhasilan
Berdasarkan
hasil penghitungan yang telah dilakukan bahwa persentase tingkat keberhasilan
sabung pucuk yang telah dilakukan oleh
penulis dapat dihitung melalui rumus :
Persentase tanaman di sungkup =
Persentase
tanaman di sungkup =
= 90%
Persentase
tanaman tidak di sungkup =
Persentase
tanaman tidak di sungkup =
= 30%
Dari persentase
tanaman di atas dapat di simpulkan bahwa tanaman kopi yang disungkup 90%
tingkat keberhasilannya sedangkan tanaman yang tidak di sungkup hanya 30% tingkat keberhasilan tumbuhnya.
a.
Tinggi Tanaman
Hasil pengukuran disetiap
parameter tanaman dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3, dan 4
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kopi
arabika pada umur 1 MST
No |
Perlakuan |
Tinggi Tanaman |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
23 cm 21 cm 20 cm 20 cm 25 cm 27 cm 25 cm 30 cm 23 cm 20 cm |
28 cm 30 cm 20 cm (busuk) 20 cm 26 cm (busuk) 25 cm 25 cm 27 cm 28 cm 26 cm |
Rata-rata |
23.4 cm |
25.5
cm |
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman kopi
arabika pada umur 2 MST
No |
Perlakuan |
Tinggi Tanaman |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
30 cm 24 cm 22 cm 22 cm 28 cm 30 cm 28 cm 33 cm 26 cm 24 cm |
30 cm 33 cm 20 cm (busuk) 22 cm 26 cm (busuk) 24 cm 26 cm (busuk
batang) 30 cm 30 cm 28 cm |
Rata-rata |
26.7 cm |
26.9 cm |
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman kopi
arabika pada umur 3 MST
No |
Perlakuan |
Tinggi Tanaman |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
33 cm 26 cm 26 cm 25 cm 30 cm 33 cm 32 cm 36 cm 30 cm 28 cm |
33 cm 36 cm 20 cm (busuk) 26 cm (mulai
busuk) 26 cm (kering) 27 cm (busuk
batang) 23 cm (busuk,
patah) 22 cm
((busuk,patah) 33 cm 22 cm
(busuk,patah) |
Rata-rata |
29.9 cm |
26.8 cm |
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman kopi
arabika pada umur 4 MST
No |
Perlakuan |
Tinggi Tanaman |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
36 cm 28 cm 29 cm 28 cm 34 cm 35 cm 36 cm 40 cm 33 cm 32 cm |
35 cm 38 cm 20 cm (kering) 26 cm (mulai
busuk) 26 cm (kering) 27 cm (busuk
batang) 28 cm (patah) 22 cm (patah) 36 cm 22 cm (patah) |
Rata-rata |
33.1 cm |
28 cm |
Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel 1,2,3 dan 4 menunjukkan bahwa
perbedaan tinggi tanaman yang disungkup lebih tinggi di bandingkan tanaman yang
tidang disungkup.karena tanaman yang disungkup kelembapan udaranya terjaga dan
terlindungi dari hama, penyakit, hujan dan anggin sehingga tanaman tetap kuat
dan tumbuh dengan baik. Sedangkan tanaman yang tidak disungkup mudah sekali
busuk dan patah karena terkena angin, hujan dan kelembapan udaranya tidak
terjaga.
b. Lebar
Daun Tanaman Kopi Arabika
Tabel 1. Rata-rata lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 1 MST
No |
Perlakuan |
Lebar Daun |
|
disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 cm 1 cm 2 cm 2 cm 3 cm 3 cm 0 cm 3 cm 2 cm 1 cm |
3 cm 3 cm 0 cm 0 cm 0 cm 1 cm 3 cm 3 cm 3 cm 2 cm |
Rata-rata |
1.7 cm |
1.8 cm |
Tabel 2.
Rata-rata lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 2 MST
No |
Perlakuan |
Lebar Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 cm 3 cm 4 cm 5 cm 5 cm 5 cm 1 cm 5 cm 5 cm 4 cm |
5 cm 5 cm 0 cm 0 cm 0 cm 2 cm 5 cm 5 cm 5 cm 4 cm |
Rata-rata |
3.7 cm |
3.1 cm |
Tabel 3.
Rata-rata lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 3 MST
No |
Perlakuan |
Lebar Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 cm 5 cm 6 cm 7 cm 6 cm 6 cm 1 cm 7 cm 6 cm 6 cm |
7 cm 6 cm 0 cm 0 cm 0 cm 3 cm 0 cm 0 cm 8 cm 0 cm |
Rata-rata |
5 cm |
2.4 cm |
Tabel 4.
Rata-rata lebar daun tanaman kopi arabika pada umur 4 MST
No |
Perlakuan |
Lebar Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 cm 6 cm 7 cm 10 cm 8 cm 7 cm 2 cm 8 cm 7 cm 7 cm |
2 cm 6 cm 0 cm 0 cm 0 cm 3 cm 0 cm 0 cm 8 cm 0 cm |
Rata-rata |
6.2 cm |
1.6 cm |
Hasil penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1, 2, 3 dan 4 menunjukan bahwa perbedaan lebar daun tanaman
kopi arabika yang disungkup lebih lebar dibandingkan tanaman yang tidak
disungkup. Ini disebabkan tanaman yang disungkup lebih terjaga kelembapan
udaranya sehingga etres dapat tumbuh dengan baik sedangkan tanaman yang tidak
disungkup tidak, sehingga tanaman yang tidak disungkup daun tanaman banyak yang
gugur karena etres layu, busuk batang, daun menguning dan mulai gugur.
c.
Jumlah Daun Tanaman Kopi Arabika
Tabel 1.
Rata-rata jumlah daun taman kopi arabika pada umur 1 MST
No |
Perlakuan |
Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 helai 0 helai 1 helai 1 helai 1 helai 1 helai 0 helai 0 helai 0 helai 1 helai |
2 helai 4 helai 0 helai 0 helai 0 helai 1 helai 5 helai 4 helai 2 helai 3 helai |
Rata-rata |
0.5 helai |
2.1 helai |
Tabel 2.
Rata-rata jumlah daun taman kopi arabika pada umur 2 MST
No |
Perlakuan |
Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 helai 0 helai 2 helai 2 helai 2 helai 2 helai 0 helai 1 helai 1 helai 2 helai |
2 helai 5 helai 0 helai 0 helai 0 helai 1 helai 5 helai 0 helai 3 helai 0 helai |
Rata-rata |
1.2 helai |
1.6 helai |
Tabel 3.
Rata-rata jumlah daun taman kopi arabika pada umur 3 MST
No |
Perlakuan |
Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 helai 1 helai 4 helai 3 helai 2 helai 3 helai 1 helai 3 helai 2 helai 3 helai |
1 helai 4 helai 0 helai 0 helai 0 helai 1 helai 0 helai 0 helai 3 helai 0 helai |
Rata-rata |
2.2 helai |
0.9 helai |
Tabel 4.
Rata-rata jumlah daun taman kopi arabika pada umur 4 MST
No |
Perlakuan |
Daun |
|
Disungkup |
Tidak disungkup |
||
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 |
Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman 3 Tanaman 4 Tanaman 5 Tanaman 6 Tanaman 7 Tanaman 8 Tanaman 9 Tanaman 10 |
0 helai 2 helai 6 helai 4 helai 4 helai 4 helai 1 helai 5 helai 2 helai 4 helai |
1 helai 4 helai 0 helai 0 helai 0 helai 0 helai 0 helai 0 helai 3 helai 0 helai |
Rata-rata |
3.2 helai |
0.8 helai |
Hasil penelitian
dapat tunjukan pada tabel 1, 2, 3 dan 4 menunjukan bahwa jumlah daun tanaman
kopi arabika yang disungkup lebih banyak dan tanaman tetap segar didalam
sungkup. Sedangkan tanaman yang tidak disungkup banyak daun yang gugur karena
etres layu, busuk daun menguning dan mulai gugur. Sehingga mengakibatkan etres mati dan gagal. Lama kelamaan etres akan mati
dan gagal karena dibiarkan begitu saja.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan angka persentase tingkat pertumbuhan yang ada, maka
usaha grafting pucuk termasuk salah satu alternatif untuk mengembangkan
varietas kopi arabika dengan cara vegetatif. apabila dibandingkan dengan cara
generatif, cara vegetatif jauh lebih efektif dan efisien.selain daripada itu,
cara vegetatif grafting pucuk kopi arabika juga akan memberikan keuntungan bagi
petani yang akan membudidayakan kopi arabika tersebut, keuntungan yang di dapat
oleh para petani antara lain : cepat berbuah, memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan induknya serta memiliki kualitas yang sama dengan induknya.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif sangat penting artinya
untuk mngembangkan klon dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kegiatan untuk mengembangkan karakter
suatu tanaman. Oleh karena peranannya yang sangat besar dalam
meningkatkan perolehan genetik jika dibandingkan dengan benih hasil penyerbukan
(generatif). Selain itu keberhasilan pembibitan kopi arabika dengan cara
grafting pucuk sangat dipengaruhi oleh sumber indukan yang berkualitas, kondisi
lingkungan yang memadai serta perawatan yang dilakukan harus sesuai.
4.1.2
Faktor Pendungkup Keberhasilan Grafting Pucuk
·
Sumber indukan
Memilih batang tanaman yang akan digunakan sebagai batang
bawah berumur 5 bulan dan batang atas tanaman. hal tersebut di karenakan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dari hasil penyambungan, dimana batang atas seharusnya
yang dipakai adalah batang atas tanaman yang berasal dari pohon induk yang kuat
dan bebas dari ke abnormalan tumbuh dan hama penyakit, berbatang lurus serta
berdiameter lebih dari 1 cm, berasal dari tanaman yang berkualitas
tinggi/unggul. Sedangkan untuk tanaman bawahnya di harapkan dari tanaman yang
kekuatan perakarannya baik dan tahan terhadap tanah yang menguntungkan termasuk
tahan terhadap penyakit dalam tanah, mempunyai adaptasi yang baik, mempunyai
kecepatan tumbuh yang sesuai dengan batang atas yang terbentuk sebagai hasil
sambungan. Oleh karena itu maka keberhasilan dari teknik penyambungan sangat
dipengaruhi oleh kapatibilitas antara dua jenis tanaman yang di sambung maka
presentasi keberhasilan dari penyambungan akan lebih tinggi.
·
Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan bibit di
hasilkan oleh grafting pucuk sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
perkembangan bibit kopi arabika, pada awal masa grafting, sebaiknya lokasi
pembibitan harus memiliki kanopi, ssehingga jumlah sinar matahari yang masuk tidak sampai 100%. Hal tersebut di
karenakan pada mas awal grafting, bibit yang kita sambung pucuk belum memerlukan
cahaya dalam jumlah banyak untuk
pertumbuhannya, sebab sambungan yang di hasilkan masih belum menyatu. Alangkah
baiknya jika kita memperkecil tingkat transpirasi pada bibit tersebut dengan
cara mengurangi intensitas cahaya yang masuk
·
Perawatan
Perawatan yang dilakukan terhadap bibit kopi arabika mulain
dari awal grafting pucuk sampai kepada fase akhir pembibitan haruslah dilakukan
dengan cermat, kareta perawatan yang baik akan menghasilkan bibit yang baik
pula, adapun perawatan yang dilakukan terhadap bibit kopi arabika antara lain :
1)
Selama dalam proses penyungkupan dilakukan penyiraman pada
pagi hari dengan frekuensi 1–2 hari sekali tergantung kondisi. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer, untuk menghasilkan semburan yang
halus.
2)
Dua minggu setelah sambung dilakukan pemeriksaan hasil
sambungan. Sambungan jadi ditandai dengan tidak layunya bibit hasil sambungan
3)
Dilakukan Hardening (penguatan) yaitu dengan cara membuka
sungkup secara bertahap
4)
Selanjutnya bibit dipelihara sebagaimana memelihara bibit
pada umumnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek
lapang yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa :
1.
persentase tingkat keberhasilan penyambungan (Grafting) pucuk
kopi arabika yang dilakukan oleh penulis termasuk sangat tinggi, hal itu ditandai
dengan persentase tanaman yang disungkup mencapai 90% dari total bahan grafting
pucuk yang ditanam dapat tumbuh dengan baik dan tanaman yang tidak di sungkup
hanya 30% dari total bahan grafting pucuk yang ditanam tidak tumbuh dengan
baik.
2.
Keberhasilan penyambungan bibit kopi arabika dengan cara
grafting pucuk sangat dipengaruhi oleh
sumber indukan yang berkualitas, kondisi lingkungan yang memadai serta
perawatan yang dilakukan harus sesuai.
3.
Keuntungan yang
dihasilkan dari perbanyakan secara vegetatif antara lain tanaman cepat berbunga
dan berbuah serta memiliki keunggulan seperti indukannya.
5.2
Saran
Dalam melakukan usaha perbanyakan kopi arabika
dengan cara penyambungan (grafting) pucuk sebaiknya dilakukan dalam kondisi
yang steril dan untuk mempercepat masa penyatuan batang yang telah menyambung,
sebaiknya tali raffia di lepas setelah batang tersambung dengan maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 2006. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta:
Kanisius. Girisonta. 2006. Kopi. Yogyakarta:Kanisius.
Kementrian pertanian. (2017). Outlook kopi
2017. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat
Jenderal-Kementrian Pertanian.
Largo, M. (2014). The Big, Bad Book of
Botany. New York City: HarperCollins.
Nazarudin.1993. Kopi Arabika Ekspor Pertama :
Tanaman Kebun, Rempah dan Obat, Jakarta: Penebar Swadaya.
Putri, M. A. (2013). Sitem Pemasaran Kopi
Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah Provinsi Aceh :
Pendekatan structure, dan performance. Bogor : Intitut Pertanian Bogor.
https://www.youtube.com/watch?v=FNPBUVCIR2w
No comments:
Post a Comment