1.
Keterangan
Buku / Novel
Judul Resensi : Keberhasilan bagi
yang Bersungguh-sungguh
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku : Xii + 423 halaman
Harga Buku : Rp 50.000,00,
Cover : Warna
2.
Orientasi
Novel Negeri 5 Menara
Novel negeri 5 menara adalah novel karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan
oleh gramedia tahun 2010. Novel ini termasuk dalam kategori novel religius yang
bertemakan pendidikan. Novel ini menyajikan tentang dunia pendidikan khas
pesantren, lengkap dengan segala kehidupan santrinya.Secara umum, sang penulis
mengisahkan pengalaman hidup enam orang pemuda yang menempuh pendidikan di
sebuah pesantren terkenal bernama Pesantren Madani. Keenam tokoh tersebut
adalah Alif Fikri yang berasal dari Padang, Atang yang berasal dari Bandung,
Raja dari Medan, Dulmajid yang datang dari daerah Sumenep, Said dari kota
Mojokerto, dan terkahir Baso yang berasal dari sebuah daerah di Sulawesi Selatan
bernama Gowa. Keenam sahabat itu bersama-sama mengarungi kehidupan pendidikan
di Pesantren Madani.
3.
Sinopsis
Singkat Novel Negeri 5 Menara
Dikisahkan sebuah cerita dari tanah Minangkabau, yaitu Alif. Sejak kecil
Alif memiliki cita-cita untuk menjadi seseorang seperti B.J. Habibie, tetapi
ibunya menginginkan Alif menjadi seseorang seperti Buya Hamka. Hal itulah yang
menjadi penghalang bagi tercapainya cita-cita Alif. Ssat itu Alif diberikan dua
pilihan untuk melanjutkan sekolahnya, yaitu sekolah di bidang keagamaan atau
mondok di pesantren. Pilihan itu membuat Alif sangat marah, karena dia tidak
bisa menggapai cita-citanya. Akhirnya, Alif memilih untuk mondok di sebuah
pesantren di Jawa Timur, yaitu pondok Madani. Mendengar keputusan Alif, ibunya
merasa berat hati karena Alif tidak memilih sekolah ataupun pondok yang berada
di Minang. Kekhawatiran ibunya disebabkan oleh Alif yang tidak pernah keluar
dari tanah Minang.
Di pondok Madani, Alif merasa berat hati,karena dalam hati kecilnya dia
ingin melanjutkan kuliah di ITB. Namun, ada satu hal yang membuat Alif berubah
pandangan, bahwa mondok dipesantren sama halnya dengan sekilah umum, sebuah
kalimat yang diucapkan oleh pimpinan pondok, yakni Kiai Rais yang mengucapkan
“Man Jadda Wa Jadda” barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hal
yang paling berat ketika di Pondok Madani adalah Alif dan kelima temannya harus
belajar selama 24 jam dan hanya tidur beberapa menit saja, hal itu dilakukan
untuk mempersiapkan mental mereka menghadapi ujian lisan dan tertulis. Disela
sibuknya belajar Alif dan kelima temannya menyempatkan diri berkumpul di bawah
menara masjid untuk membicarakan seputar cita-cita mereka sambil melihat awan
untuk berimajinasi. Tahun berikutnya, Alif dan kelima temannya sudah mulai terbiasa
dengan kondisi pondok dan bisa menyesuaikan diri. Namun, teman Alif yang paling
cerdas dan rajin yang bernama Baso memutuskan untuk keluar dari pondok Madani
dengan alasan ekonomi dan permasalahan keluarga. Alif dan teman-temannya merasa
sangat sedih karena harus berpisah dengan Baso. Hal itu membuat Alif, Dulmajid,
Atang, Raja, dan Said lebih bersemangat untuk segera lulus dari pendidikannya
dan kelak bisa menjadi orang yang sukses serta mampu mewujudkan cita-citanya
menjelajah bebua Eropa dan benua Amerika. Atas usaha dan perjuangan mereka,
kini cita-cita yang sebelumnya hanyalah sebuah mimpi menjadi kenyataan. Alif berada di Amerika,
Baso di Asia, Atang di Afrika, Raja di Eropa, Said dan Dulmajid berada di Indonesia.
Alif dan kelima temannya berada di bawah menara yang berbeda.
4.
Tokoh-tokoh
Utama Novel Negeri 5 Menara
1)
Alif Fikri Chaniago dari Maninjau
2)
Raja Lubis dari Medan
3)
Said Jufri dari Surabaya
4)
Dulmajid dari Sumenep
5)
Atang dari Bandung
6)
Baso Salahuddin dari Gowa
5.
Tokoh-tokoh
lain dalam Novel Negeri 5 Menara
1)
Amak
2)
Ayah/Fikri Syafnir/Katik Parpatiah Nan Mudo
3)
Pak Sikumbang
4)
Pak Etek Muncak
5)
Pak Etek Gindo Marajo
6)
Pak Sutan
7)
Ismail Hamzah
8)
Burhan
9)
Ustadz Salman
10)
Kiai Amin Rais
11)
Kak Iskandar Matrufi
12)
Rajab Sujai/Tyson
13)
Ustadz Torik
14)
Raymond Jeffry/Randai
15)
Ustadz Surur
16)
Ustadz Faris
17)
Ustadz Jamil
18)
Ustadz Badil
19)
Ustadz Karim
20)
Kak Jalal
21)
Amir Tsani
22)
Pak Yunus
23)
Kurdi
24)
Ustadz Khalid
25)
Shaliha
26)
Sarah
27)
Mbok Warsi
28)
Zamzam
6.
Tafsiran
dari Novel Negeri 5 Menara
Pada bab pertama buku ini, menceritakan tentang Alif Fikri sebagai tokoh
utama yang telah berhasil menjadi wartawan di Washington DC. Cerita berawal
ketika ia mendapatkan pesan dari teman lamanya yang bernama Atang yang telah
menjadi orang sukses di Kairo. Ketika mendapatkan pesan tersebut, Alif teringat
akan masa lalunya di Maninjau dan Pesantren Madani bersama teman temannya. Bab
selanjutnya buku ini, sang penulis menceritakan masa lalu Alif di Maninjau.
Alif baru tamat madrasah negeri,sekolah sederajat SMP yang bernuansa islam.
Alif lulus dengan nilai tertinggi di Kabupaten Agam. Alif berencana akan
melanjutkan pendidikannya ke SMA di Bukit Tinggi, tetapi hal itu ditentang
keras oleh amak (ibu) Alif karena amak menyuruh alif melanjutkan pendidikannya
ke madrasah aliyah. Amak beraggapan jika Alif menuntut ilmu dalam bidang agama,
maka Alif bisa menggapai dunia maupun akhirat. Alif sangat kecewa ketika amak
melarangnya untuk melanjutkan ke SMA , Alif mengurung dirinya di kamar selama
tiga hari.
Pada suatu hari, alif mendapatkan surat dari Pak Etek (paman) yang sedang
belajar di Mesir, nama Pak Etek nya Gindo. Dalam surat itu, pamannya
menyarankan Alif untuk melanjutkan pendidikannya di Pesantren Madani, Jawa
Timur. Setelah membaca surat dari pamannya, Alif langsung membulatkan tekadnya
untuk bersekolah di Pondok Pesantren Madani.Akhirnya, Alif berangkat ke Jawa
Timur ditemani oleh Ayah dan pamannya yang bernama Muncak menggunakan bus.
Setelah menempuh tiga hari perjalanan, akhirnya Alif sampai di Pondok Pesantren
Madani. “Man Jadda Wa Jadda” begitulah si penulis membuat judul bab selanjutnya
yang menceritakan tahap awal Alif dan teman-temannya bertemu. Keenam sahabat
ini memiliki sifat dan karakter yang berbeda .Bab selanjutnya menceritakan
tentang kisah menarik enam sahabat ini. Mereka menamai persahabatan mereka
dengan sahibul menara, dikarenakan tempat berkumpul favorit mereka adalah
menara.
Setelah empat tahun di Pondok Madani, ada satu hal yang membuat Alif
kecewa dan sedih ketika dia mendapat surat dari teman lamanya Randai yang
mengabarinya bahwa dia telah diterima di ITB. Diterima di ITB adalah harapan
besar Alif dan Randai. Pada saat itu pikirannya guyah dan berencana untuk
berhenti sekolah di Pondok Madani. Setelah empat tahun berlalu, Alif diterima
disalah satu universitas di Bandung yaitu Universitas Padjajaran. Alif
mengambil jurusan hubungan internasional dan berhasil menjadi wartawan Tempo.
Kemudian, dia mendapat beasiswa ke Washington DC.
7.
Evaluasi
dari Novel Negeri 5 Menara
Kekurangan novel ini adalah terlalu menggunakan bahasa daerah, sehingga
membuat pembaca yang bukan berasal dari Minangkabau kesulitan untuk mengerti
arti kosakatanya. Oleh karena itu, disetiap kosakata suit, dibawahnya
dituliskan arti kosakata tersebut. Kekurangan dalam novel ini ditutupi oleh
kelebihannya. Kelebihan novel ini dapat menyihir pembaca untuk merasakan
suasana pesantren dan apa yang dilakukan oleh Alif dan kelima sahabatnya.
Setelah membaca novel ini, kita akan menyadari bahwa pondok pesantren tidak
hanya memberikan ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Selain itu, kita akan
menghapus anggapan bahwa anak lulusan pondok palingan hanya akan menjadi pemuka
agama.
8.
Kelebihan
dari Novel Negeri 5 Menara
novel ini memberikan otivasi,
khususnya kaum muda untuk selalu semangat, berusaha, optimis, dan yakin dengan
apa yang mereka cita-citakan, karena setiap manusia tentu memiliki cita-cita
yang mulia dan perlu untuk diperjuangkan hingga apa yang menjadi mimpi akan
berubah menjadi kenyataan yang membanggakan.
9.
Kekurangan
dari Novel Negeri 5 Menara
kekurangan pada novel ini adalah penggunaan alurnya yang campuran,
sehingga ceritanya sedikit rumit untuk dipahami, harga bukunya cukup mahal bagi
kalangan pelajar maupun mahasiswa.
10. Rangkuman dari Novel Negeri 5 Menara
Dengan mengesampingkan kekurangan novel tersebut, novel ini dapat
menginspirasi mengenai persahabatan, keikhlasan, kesungguhan atau kerja keras.
Apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah dan suku yang berbeda
sangat cocok sekali untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang penuh
dengan perbedaan. Selain itu, semangat yang dilandasi oleh keikhlasan, dan
kerja keras dalam novel ini dapat memotivasi generasi muda untuk lebih baik
menentukan masa depan yang baik dengan pendidikannya.
No comments:
Post a Comment