BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang
pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada fisiologi dan anatomi
jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia, wajar
saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun.
Usia lanjut adalah usia yang sangat
rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit
disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di
usia muda, penyakit karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok,
minum alkohol dan sebagainya) dan juga penyakit tertentu yang mudah sekali
menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada usia lanjut,semakin
banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan
baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung koroner pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk
itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif.
Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan
dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang
tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif
tertentu.
Penyakit degeneratif adalah suatu
penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor
risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama
menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri
dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit
jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan
mengenai penyakit jantung koroner pada lansia dapat berkembang sangat
luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang satu
dengan penyakit yang lain.
Berdasarkan data yang didapat dari
penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang sering ditemukan adalah
Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan Katup
4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
B. Tujuan
a. Untuk Mengetahui apa itu “PJK” pada
Lansia
b. Untuk Mengetahui apa saja penyebab
dari “PJK” pada Lansia
c. Untuk Mengetahui apa tanda dan
gejala dari “PJK” pada Lansia
d. Untuk Mengetahui bagaimana cara
mengobati “PJK” pada Lansia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Penyakit
jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik)
merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner.
Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria
kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat
mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh
akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar
obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan
sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena
obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi
permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes,
1993.
Penyakit
Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) ditandai dengan adanya endapan lemak
yang berkumpul didalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan
menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secra
bertahap dan tersebar dipercabangan besar dari kedua arteri utama, yang
mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma
ini disebut aterosklerosis. (Medicastore.com,2008)
B. Anfis
(Anatomi Fisiologi) Jantung
Jantung
merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah, Berat jantung kira – kira 300 gram. Kedudukan jantung
berada dalam rongga toraks, antara kedua paru – paru dan di belakang sternum,
dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan. Kedudukannya yang tepat dapat
di gambarkan pada kulit dada. Sebuah garis yang di tarik dari tulang rawan iga
ketiga kanan, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua
kiri. 1 sentimeter dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat
pembuluh darah masuk dan keluar. Titik di sebelah kiri antara iga kelima dan
keenam, atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 sentimeter dari garis
medial, menunjuk kedudukan apex jantung yang merupakan ujung tajam dari
ventrikel (Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung
terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yakni kiri dan kanan.
Sesudah lahir tidak ada hubungan satu dengan yang lain antara kedua belahan
ini. Setiap belahan kemudian di bagi lagi dalam ruang, yang atas disebut
atrium, dan yang di bawah ventrikel. Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1
ventrikel, dan di kanan juga 1 atrium dan 1 ventrikel. Di setiap sisi ada
hubungan antara ada hubungan atrium dan ventrike melalui lubang
atrio–ventrikuler dan pada setiap lubang tersebut tersebut terdapat katup yang
kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri bernama katup bikuspidalis
(Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung
tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus oleh membran yang
disebut perikardium. Membran ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral
adalah membran serus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal
adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus
jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan ini maka jantung berada di
dalam dua lapis kantong perikardium, dan di antara dua lapisan itu ada
cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka jantung dapat
bergerak bebas. Di sebelah dalam jantung dilapisi Endotelium, lapisan ini
disebut endokardium. Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal.
Tebal dinding jantung dilukiskan sebagai terdiri atas tiga lapisan:perikardium
(pembungkus luar), miokardium (lapisan otot tengah), dan endokardium (batas
dalam). Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel
paling tebal dan dinding di sebelah kiri lebih tebal dari dinding
ventrikel sebelah kanan. Sebab kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh
lebih besar dari yang kanan. Dinding atrium tersusun atas otot yang lebih tipis
(Evelyn C. Pearce, 2009).
Jantung
dipersarafi oleh nervus simpatikus/nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja
jantung dan nervus parasimpatis, khususnya cabang dari nervus vagus yang
bekerja memperlambat kerja jantung. Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan
menguncup yang disebabkan oleh adanya rangsangan yang berasal dari susunan
saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung pada simpul saraf yang
terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena cava yang disebut nodus
sinoatrial (sinus knop simpul keith flak). Dari sini rangsangan akan diteruskan
ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus atrioventrikuler
melalui berkas wenkebach. Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundel
atrioventrikuler (berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara
atrium dan ventrikel yang disebut anulus fibrosus, rangsangan akan terhenti
kira-kira 1/10 detik. Seterusnya rangsangan tersebut akan di teruskan ke bagian
apeks kordis dan melalui berkas purkinje disebarkan ke seluruh dinding
ventrikel, dengan demikian jantung berkontrksi (Syarifudin, 2006).
Lubang
dari aorta dan arteri pulmonaris dijaga oleh katup semilunar. Katup antara
ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang menghindarkan darah
mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis yang menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel
kanan.Dalam kerja jantung mempunyai tiga periode:
1. Periode kontraksi (periode sistole).
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup
bukus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup vulva semilunaris aorta dan
vulva semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel
dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan.
Sedangkan darah darah dari ventrikel sinistra mengair ke aorta kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode diastole).
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka,
sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari
atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra melalui vena pulmonalis masuk ke
atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava msuk ke atrium
dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu
antara periode kontriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10
detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80
kali/menit. Pada tiap-tiap kontraksi jantung akan memindahkan darah ke aorta
sebanyak 60-70 cc (Syarifudin, 2006).
Daya pompa jantung pada orang yang
sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml
setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit
dipompa dengan demikian adalah 70 X 70 atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak
bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut
lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap
menit.
C. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner pada
mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah
jantung (pembuluh koroner),dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai
proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan darah,dan
lain-lain yang
kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut.Hal ini
akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran
darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius,dari Angina
Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di
kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
1.
Beberapa
faktor resiko terpenting Penyakit Jantung Koroner :
a.
Kadar
Kolesterol Total dan LDL tinggi
b.
Kadar
Kolesterol HDL rendah
c.
Tekanan
Darah Tinggi (Hipertensi)
d.
Merokok
e.
Diabetes
Mellitus
f.
Kegemukan
g.
Riwayat
keturunan penyakit jantung dalam keluarga
h.
Kurang
olah raga
i.
Stress
Pria dan wanita dapat terkena
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun
temurun (keturunan).Anda
bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang
berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan
diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak
sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah
raga.
- Faktor resiko yang berkaitan
dengan penyakit jantung koroner dapat di
golongkan secara logis sebagai berikut:
a.
Sifat
pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid
darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan
besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b.
Kebiasaan
hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
c.
Faktor
resiko kecil dan lainnya. Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini
tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit
jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui
bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada
antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan
& Stamler, 1991).
D. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner dan
micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan
oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen
di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine
Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70
% oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut
sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh
percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan
mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan
menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat
jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai
darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya
obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi
menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan
akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya
disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu
fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik
menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan
penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel
kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri
pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung
pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta
ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris,
penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial
infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).
E. Manisfestasi
Klinis
Dada terasa tak enak(digambarkan
sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan,
leher, punggung, atau rahang)
a.
Nyeri
bag. Dada
b.
Sesak
napas
c.
Berdebar-deba
d.
Denyut
jantung lebih cepat
e.
Pusing
f.
Mual
g.
Kelemahan
yang luar biasa
Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan
masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di
USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian
penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan
upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh
individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan
penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1.
Sifat
pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid
darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan
besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2.
Kebiasaan
hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi
individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan
kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol
(Kaplan & Stamler, 1991).
3.
Faktor
resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di
tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam
kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko
utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada
antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan
& Stamler, 1991).
Pencegahan
Resiko terjadinya penyakit arteri
koroner bisa dikurangi dengan
melakukan beberapa tindakan berikut:
a.
Berhenti
merokok
b.
Menurunkan
tekanan darah
c.
Mengurangi
berat badan
d.
Melakukan
olah raga.
e.
Pemeriksaan
Penunjang
Tergantung kebutuhannya beragam
jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan
derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasive sifatnya.
- Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik
jantung atau gambaran elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang
untuk memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui
apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu,
penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
- Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat
menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga
dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto
rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah
berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
- Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar
trigliserida sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui
ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
- Bila dari semua pemeriksaan
diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung/
kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan
diagnostic PJK. Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam
aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat
aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu
dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat
diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan
dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk
wanita hanya 72%. Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%,
artinya dari 100 orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang.
Biasanya perlu pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
- Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan
atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan
alat rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang
dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin
tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai
beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat
ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan
intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah
kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
(Carko, 2009)
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit jantung koroner
meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan dan prosedur khusus.
a.
Perubahan
gaya hidup :
1.
Diet
sehat, mencegah atu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan
memp[ertahankan berat badan sehat.
2.
Berhenti
merokok
3.
Olah
raga
4.
Kurangi
berat badan bila overweigh atau obesitas
5.
Kurangi
stress
- Obat :
Beberapa obat mengurangi beban kerja
jantung dan menyembuhkan keluhan penyakit jantung koroner. Obat lain mengurangi
resiko serangan jantung atau kematian mendadak.
1.
Obat
penurun kolesterol
2.
Anti
koagulan
3.
Aspirin
membantu mencegah terbentuk clot di dalam arteri
4.
Penyekat
ACE
5.
Penyekat
BETA
6.
Penyekat
kalsium
7.
Nitrogliserin
8.
Nitrat
9.
Obat
Trombolitik
- Prosedur khusus :
1.
Angioplasti
: prosedur ini membuka arteri koroner yang tertutup atau menyempit. Prosedur
ini meningktkan aliran darah ke otot jantung , menyembuhkan sakit dada, dan
mencegah serangan jantung.
2.
Coronary
arteri By pass surgery / operasi bypass : prosedur ini menggunakan arteri atau
vena dari bagian tubuh lain untuk melewati/bypass arteri koroner yang
menyempit. Prosedur ini menyembuhkan sakit dada dan mencegah serangan jantung
3.
Latihan
/ exercise
- Pencegahan :
Pencegahan dimulai dengan mengenal
faktor-faktor resiko. Dengan mengontrol faktor-faktor resiko yang ada dengan
modifikasi gaya hidup dan obat-obatan kita mungkin mencegah atau menunda
perkembangan penyakit jantung koroner.
G. Komplikasi
Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark
myocardium(kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak cukup.
- Angina
pectoris yang tidak stabil,syok dan aritmia
- Gagal
jantung kongestif
- Tekanan
Darah Tinggi (hipertensi)
- Diabetes
- Patoflow Diagram
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1.
Biodata
a. Nama :
Ny. S
b. No. Reg :
65-53-48
c. Umur :
50 tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Alamat : GP. Rejo – Kediri
g. Pendidikan : Tamat SD
h. Pekerjaan : Ibu RT
i. Diagnosa Medis : PJK
j. Tanggal MRS : 4 Maret 2010
k. Tanggal Pengkajian : 5 Maret 2010
2.
Keluhan
Utama
Pasien mengeluh dada nyeri sebelah
kiri tembus punggung sejak ± 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah bila dibuat
aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat. Skala nyeri 5.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 4 Maret 2010 pasien dibawa
ke RS. Baptis Kediri. ± 3 hari yang lalu pasian mengeluh dada nyeri sebelah
kiri tembus punggung, mual, pusing keringat dingin. Setelah periksa oleh dokter
pasien di diagnosa dengan PJK. Oleh dokter disuruh opname.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernag menderita / mempunyai
riwayat HT dan DM 1 tahun yang lalu dan pasien belum pernah poname.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak mempunyai
penyakit PJK.
Genogram
Keterangan:
- : Laki-laki
- : Perempuan
- : Mama
- : Papa
- : Sudah Mati
- : Tinggal Satu Rumah
6. Riwayat Psikososial Dan Spiritual
a.
Psikososial
: pasien dapat berhubungan baik denagn pasien, perawat
maupun anggota keluarga.
b.
Spiritual
: Pasien beragama islam dan rutin menjalankan
sholat 5 waktu. Di rumah sakit tidak pernah menjalankan sholat karena sedang
sakit.
7. Pola Aktivitas Sehari – Hari
Pola Aktivitas
|
Di Rumah
|
Di RS
|
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Hygiene
Aktivitas
|
Makan
biasa 3 x/hari dengan nasi, lauk dan sayur
Minum
air putih ± 6-7 gelas/hari
BAK
: 4-5 x/hari
BAB :
3 x/hari konsistensi keras
Tidur
Siang ± 1 jan/hari
Malam ± 7 jam/hari
Mandi
2 x/hari, ganti baju dan gosok gigi dilakukan sendiri
Sebagai
Ibu RT
|
Lunak
jantung 3x/hari. Pasien hanya menghabiskan 2-3 sendok makan karena passion
mengeluh mual
Minum
air putih ± 5-6 gelas/hari
BAK
: 4-5 x/hari
BAB
: 1-3 x/ hari konsistensi lembek
Siang
± 2 jam/hari
Malam
± 6 jam/hari
Mandi
2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju dan gosok gigi dibantu
perawat / keluarga.
Lebih
banyak di tempat tidur karena pasien bedrest
|
8.
Keadaan/Penampilan/Kesan
Umum Pasien
Keadaan
umum pasien kelihatan pucat, menyeringai kesakitan tapi sadar baik.
9.
Tanda
– Tanda Vital
- Suhu
tubuh
: 37 º C
- Denyut
nadi : 92
x/menit
- Tensi /
TD :
160 / 100 mmHg
- Respirasi
: 22 x/menit
- TB/BB
: -
10.
Pemeriksaan
Fisik ( diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya)
1. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi
: kulit kepala bersih, rambut warna hitam
Palpasi
: tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh pusing
b. Mata
Inspeksi
: Conjungtiva merah muda, sclera putih
c. Telinga
Inspeksi
: Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris
Palpasi
: Tidak ada
nyeri tekan atau massa
d. Hidung
Inspeksi
: Lubang hidung simetris,
tidak ada secret di lubang hidung, pasien dapat mengidentifikasi bau
dengan benar
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis
e. Mulut
Inspeksi
: Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
f. Leher
Inspeksi
: Tidak ada pembengkakan
Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjaran
tiroid, tidak ada nyeri tekan
2. Pemeriksaan Integumen / Kulit dan
Kuku
a. Kulit
Inspeksi
: warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem
3. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
a. Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Thorax / Dada
a.
Inspeksi
thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan
dan
kiri bersamaan, ada nyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada
b.
Paru
: Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5. Pemeriksaan Jantung
a.
Palpasi
: tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales
b.
Auskultasi
: bunyi S1 dan S2 tungga
6. Pemeriksaan Abdomen
a.
Inspeksi
: Tidak terlihat adanya luka
b.
Palpasi
: Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak
terdapat nyeri tekan
c.
Perkusi
: bunyi abdomen timpani
d.
Auskultasi
: Terdengar bising usus 8 x/menit.
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tonus
otot
MMT 5
4
5
4
1. Ket :
4 :
Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu menahan beban
minimal
5 : Gerakan
normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan tekanan penuh
8. Pemerikasaan Neurologi
a. Reflek
patela : +/+
b. Reflek
pupil : +/+
c. GCS : 4 – 5 – 6
Ket:
· 4
: Bingung
· 5
: Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah
· 6
: Mengikuti perintah
9. Pemeriksaan Status Mental
a. Kesadaran composmentis
10. Pemeriksaan Penunjang Medis
a. Kimia darah tanggal 4 Maret 2010
B.U.N
11
N : 10-23 mg/dl
Glucose
sesaat 92 mg/d
Creatinine
0.72 mg/dl
N : 0.5-1.1 mg/dl
Na+
138
mEq/L N
: 136-145 mg/d
K+
3.74 mEq/L
N : 3.6-5.0 mEq/
Uric
Acid
3.4 mg/dl
N : 3.4-7.0 mg/dl
11. Darah Lengkap tanggal 4 Maret 2010
WBC
6.3 K/Ul
RBC
4.69 M/Ul
HGB
12.1 G/Dl
HCT
35.4 %
MCV
75.5 Fl
MCH
25.8 pg
MCHC
34.2 g/dL
RDW
13.8 %
12. Pelaksanaan/Terapi
a. Vaclo 4 tab 1x
b. Vaclo 1 tab 1-0-0
c. Inj. Mufitrasi prn
d. Bisoptolol 2.5 mg -0-0
e. Adalat 30 mg -0-0
f. Simuastatin 0-0-10
g. Inj. Arixtra 0.6 v Qh
13. Harapan Klien / Keluarga Sehubungan
Dengan Penyakitnya
a. Pasien dan keluarga berharap cepat
sembuh dan bias cepat pulang
B. analisa data
Nama Pasien : Ny. S
Umur
: 50 tahun
No.
Reg :
65-53-40
DATA GAYUT
DATA OBYEKTIF
DATA SUBYEKTIF
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
Data
Subyektif :
Pasien
menyatakan nyeri pada dad sebelah kiri
Data
Obyektif :
-
Pasien kelihatan menyeringai kesakitan
-
Pasien tampak pucat
-
TD : 160/100 mmHg
-
Skala nyeri 5
Data
Subyektif :
Pasien
mengeluh lemah, sesak nafas, sulit melakukan aktivitas yang berlebih, sering
terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada
Data
Obyektif :
-
TD : 160/100 mmHg
-
P : 96 x/mnt
-
Kulit dingin
-
N : 22 x/mnt
Data
Subyektif :
Pasien
mengeluh sesak bila bangun dari posisi tidur
Data
Obyektif :
-
Berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk
-
tanda vital setelah bangun
TD :
170/100 mmHg
P
: 100x/mnt
N
: 28x/mnt
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri
Penurunan
cardiac output
Intoleransi
aktivitas
|
Iskemia
jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria
Menurunnya
kontraksi jantung
Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
|
C. Diagnosa Keperawatan
Nama
Pasien : Ny. S
Umur
: 50 tahun
No.
Reg :
65-53-48
NO.
|
TANGGAL MUNCUL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL TERATASI
|
TTD
|
1.
2.
4
4.
|
5-3-2010
5-3-2010
5-3-2010
5-3-2010
|
Gangguan
nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan pada arteri
koronaria yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, pasien
kelihatan menyeringai kesakitan, pasien tampak pucat, TD : 160/100 mmHg, P :
96x/mnt, skala nyeri 5
Penurunan
cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi otot yang ditandai
dengan pasien mengeluh lemah, sesak napas, sulit melakukan aktivitas yang
berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada,
TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin, N : 22 x/mnt
Ganguan pemenuhan oksigen
berhubungan dengan hipoksia ditandai oleh sesak,tidak bebas
bergerak,gelisah, RR:28 x/I,berbaring ditempat tidur, os cemas,
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak bila bangun dari posisi
tidur, berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk,
Tanda vital setelah bangun tidur TD : 170/100 mmHg, P : 100x/mnt.
N : 28x/mnt
|
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Nama
Pasien : Ny. S
Umur
: 50 Tahun
No.
Reg :
65-53-48
NO.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
TTD
|
1.
2.
4.
|
Gangguan
nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan pada arteri
koronaria yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri,
pasien kelihatan menyeringai kesakitan, pasien tampak pucat, TD : 160/100
mmHg, P : 96x/mnt, skala nyeri 5
Penurunan
cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi otot yang ditandai
dengan pasien mengeluh lemah, sesak napas, sulit melakukan aktivitas yang
berlebih, sering terbangun pada malam hari karena sesak dan nyeri dada,
TD : 160/100 mmHg, P : 96x/mnt, kulit dingin, N : 22 x/mnt
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen yang ditandai dengan pasien mengeluh sesak bila angun dari posisi
tidur, berkeringat dingin bila merubah posisi dari tidur langsung duduk,
Tanda vital setelah bangun tidur TD : 170/100 mmHg, P : 100x/mnt.
N : 28x/mnt
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawtan dalam waktu 2 x 24 jam pasien mampu
menunjukkan rasa nyeri dada dengan
Kriteria
hasil :
-
Pasien tampak rileks
-
Skala nyeri 0
-
TD : 120/80 mmHg
-
P : 80 x/mnt
Setelah
dilakukan tindakan keperawtan dalam waktu 2×24 jam tidak terjadi penurunan
cardiac output dengan criteria hasil :
-
Pasien tampak semangat
-
tidak sesak napas
-
TD : 120/80 mmHg
-
P : 80 x/mnt
-
kulit normal tidak dingin
-
N : 20 x/mnt
Setelah
dialkukan tindakan keperawtan dalam waktu 2×24 jam, pasien menunjukkan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas dengan criteria hasil ;
-
TD : 120/80 mmHg
-
P : 80 x/mnt
-
N : 20 x/mnt
-
Pasien nyaman dalam tidur
|
1.
Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri
2.
Monitor tanda-tanda vital ( tekanan darah, nadi)
3.
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
4.
Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi
5.
Kolaborasi dengan deokter dalam pemberian analgesik
1.
Lakukan pengukuran tekanan darah ( bandingkan kedua lengan pada posisi
berdiri, duduk, dan tiduran jika memungkinkan
2.
Kaji kualitas nadi
3.
auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung
4.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan serial EGC, foto thorax, pemberian
obat-obatan anti disritmia
1.
Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum dan sesudah melalukan
aktivitas
2.
Anjurkan pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu
3.
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengejan saat
defekasi
4.
Jelaskan pada pasien tentang taha-tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh
pasien
|
4. Variasi penampilan
dan perilaku passien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
5.
Peningkatan tekanan darah dan nadi meningklat sebagai akibat nyeri dan
berhubungan dengan cemas
3.
Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
4.
Membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri
5.
Pilihan untuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sadari dan mnegurangi kerja
miokard
1.
Perubahan terjadi pada TD ( hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung
2.
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung menurun membuat kekuatan nadi
menungkat
3.
S3 dan S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau
beberapa obat
4.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi area iobstruksi atau kerusakan
arteri koroner yang memerlukan intervensi bedah
1.
Kecenderungan melakukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat
aktivitas
2.
Menurunkan kerja miokardia / konsumsi oksigen, menurunkan resiko komplikasi
3.
Aktifitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk ( manuvervalsalva) dapat
mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung dan takikardi dengan
peningkatan TD
4.
Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan
mencegah aktivitas berlebihan
|
E. Tindakan Keperawatan
Nama
Pasien : Ny. S
Umur
: 50 tahun
No.
Reg :
65-53-48
No.
|
No. DX
|
TGL/JAM
|
TINDAKAN
|
TTD
|
1.
2
3
|
1
2
3
|
6-3-2010
9 am
6-3-2010
10 am
6-3-2010
11 am
|
1.
Memantau tanda-tanda vital:
S
: 37oC
N : 22 x/menit
P
: 96 x/menit TD : 160/100 mmHg
2.
Membersihkan lingkungan tempat tidur pasien dan merapikannya
3.
Mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam
1.
Melakukan auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung pada pasien
2.
Melakukan pengukuran tekanan darah :
TD
: 160/100 mmHg
P
: 96 x/mnt
N
: 22 x/mnt
1.
Memberitahu pasien untuk beristirahat lebih banyak
2.
Memberitahu pasien untuk tidak mengejan saat BAB
|
F.
Evaluasi
Nama
Pasien : Ny. S
Umur
: 50 tahun
Tanggal
:
6-3-2010
No.
|
NO. DX
|
JAM
|
EVALUASI
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
1
2
3
|
12 am
12 am
12
am
|
S
: Pasien mengatakan nyeri berkurang
O
: – Pasien tampak rileks
-
Skala nyeri 0
-
TD : 140/90 mmHg
A
: Tujuan tercapai
P
: Hentikan intervensi
S
: Pasien mengatakan sesak berkurang
O
: – Pasien tampak
semangat
– tidak sesak
-
N : 20 x/mnt
A
: Tujuan tercapai
P
: Hentikan intervensi
S
: Pasien mengatakan sudah mengalami peningkatandalam aktivitas
O
: – Pasien sudah nyaman dalam tidur
-
Sudah bias duduk dengan tenang
A
: Tujuan tercapai
P
: Hentikan intervensi
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Penyakit degeneratif adalah
suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu
faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut bekerja sama
menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada
lansia. Penyakit jantung koroner (PJK) bertanggung jawab untuk
morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada pasien usia lanjut (yaitu, 65
tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala),ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek
merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan peningkatan kejadian
infark miokard (MI),stroke dan kematian.
B. Saran
Mengingat betapa pentingnya
kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga kesehatan memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka harapan hidup
lansiameningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar
Zulkarnaen.2012.MAKALAH PENYAKIT JANTUNG PADA
LANSIA.http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-penyakit-jantung-pada-lansia_26.html.
(Diakses: 11 agustus 2014)
Hafid.2013.ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN PENYAKIT JANTUNGKORONER(PJK)http://hafidnurse.wordpress.com/2013/04/21/asuhan-keperawatan-pada-ny-s-dengan-penyakit-jantung-koroner-pjk/.
(Diakses: 11 agustus 2014)
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-lansia-tn-s.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-36401-Kep%20Kardiovaskuler-Askep%20Penyakit%20Jantung%20Koroner.html
Doengoes,
Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Krdiovaskuler, Jakarta: departemen Kesehatan.
Kaplan,
Norman M., 1991, Pencegahan Penyakit Jantung Koroner, Jakarta: Balai penerbit
buku kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment