Makalah
MELAKUKAN KOMUNIKASI PADA PADA
BAYI dan ANAK-ANAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi
merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang memiliki peranan sangat
vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing manusia tidak bisa dilepas dari
jerat kebutuhan komuniasi. Begitu pula dengan perawat, yang tidak lain
merupakan salah satu profesi pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatan
bahwa perawat memiliki waktu yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien
ketimbang petugas kesehatan lainnya (Pribadi Zen MH, 2013).
Komunikasi
merupakan wahana yang digunakan perawat untuk mengenal klien, menetapkan
kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Ermawati dkk, 2009).
Kemampan
komunikasi pada anak merupakan saah satu indikator perkembangan anak.
Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat perkembangan anak dalam beraktivitas
dengan lingkungannya (Mundakir, 2006).
Komunikasi
dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi verbal seperti
ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis.
Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat,
gerak-gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap
sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik
(seni), simbol, photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi
abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melibihi
komunikasi verbal (bersifat subyektif), maka komunikasi abstrak kurang dapat
dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, khususya dalam
berkomunikasi dengan anak-anak (Mundakir, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
- Apa
saja petunjuk berkomunikasi dengan bayi dan anak ?
- Bagaimana
komunikasi pada bayi dan anak sesuai tahap perkembangannya?
- Bagaimana
bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi dan anak?
- Apa
saja pendekatan umum pada anak sebelum melakukan pemeriksaan?
- Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bayi dan anak?
- Bagaimana
teknik berkomuikasi dengan bayi dan anak?
- Apa
saja peran bicara dalam komunikasi anak ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi dan
Anak
A. Petunjuk Komunikasi dengan Bayi
1.
Bicara dengan suara yang wajar
Ini
merupakan cara yang alami untuk membantu bayi membedakan berbicara di
lingkungan yang tenang dengan di tempat yang ramai.
2.
Bicara saat suasana tenang
Hindari
bicara saat anak menangis. Sebaiknya, ia ditenangkan lebih dahulu.
3.
Kurangi suara-suara yang tidak perlu
Misalnya,
kecilkan suara musik saat bicara dengan bayi.
4.
Gendonglah bayi
Atau
ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian bicara sambil saling menatap
mata.Misalnya, anda sedang menari dengan bayi, katakan anda dan bayi sedang
menari.
5.
Ekspresi jelas
Berbicaralah
dengan ekspresi jelas. Apakah anda sedang gembira atau mengkhawatirkannya.
6.
Kenali sinyal-sinyal dan bahasa tubuh
bayi
Apakah
ia sudah ingin berhenti atau masih ingin beraktivitas.
7.
Pusatkan perhatian pada respon bayi
Tanggapi
pesan-pesan yang disampaikannya melalui bahasa tubuh atau ekspresi wajahnya.
8.
Gunakan komunikasi positif, jelas dan
konsisten.
Untuk
membantu bayi menyerap suara orang tua. Ini dapat membimbing bayi memahami
maksud orang tua.
9.
Jadilah pendengar aktif
Menunjukkan
minat dan menghargai lawan bicara sangatlah penting dalam berkomunikasi. Apakah
anda pendengar yang baik atau bukan, bayi akan meniru apa yang ia lihat. Anda
model bagi si kecil untuk menjadi pendengar aktif.
B. Petunjuk Komunikasi pada Anak
1.
Pilih waktu yang tepat supaya anak
merasa senang dengan keberadaan perawat.
2.
Berikan senyuman yang lembut serta
pandangan mata yang memancarkan persahabatan kepada anak.
3.
Berkomunikasi melalui transisi objek,
semisal menggunakan boneka.
4.
Berikan kesempatan kepada anak guna
berbicara tanpa harus mengikutsertakan keluarga.
5.
Atur posisi, supaya saat berkomunikasi
perawat bisa bertatapan dengan enak.
6.
Bicara yang jelas dan spesifik
menggunakan kata-kata yang sederhana atau mudah dicerna oleh anak.
7.
Berikan pujian sekaligus motivasi
terhadap anak supaya berani berbicara.
8.
Gunakan taknik komunikasi yang variatif.
9.
Harus jujur kepada anak dan pastikan
untuk menghindari memberikan janji yang tidak mungkin bisa ditepati atau
dilaksanakan.
2.2 Komunikasi pada Bayi dan Anak
Sesuai Tahap Perkembangannya
A. Masa bayi
1.
Belum bisa berkomunikasi dengan
kata-kata. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi non verbal.
2.
Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah
laku dan suara yang bisa diinterpretasikan oleh orang-orang disekitarnya,
seperti menangis, yang bisa jadi menunjukan lapar, sakit, pembatasan gerak,
atau kesepian. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan mengusap,
berbicara halus, menggendong, atau dipangku.
3.
Ketika bayi berumur 6 bulan, perilaku yang
basa dilakukan adalah menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Gerakan itu dilakukan
guna, menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Adapun tindakan yang bisa
dilakukan adalah dengan menepuk tubuh dengan perasaan.
4.
Ketika bayi berusia diatas 6 bulan,
biasanya selalu berpusat pada diri dan ibunya. Saat itu, bayi merasa takut pada
orang asing.
B. Anak usia kurang 5 tahun
1.
Sangat egosentris. Melihat sesuatu hanya
dengan sudut pandangnya sendiri (komunikasi yang berpusat pada dirinya
sendiri).
2.
Takut ketidaktahuan. Guna mengatasinya,
beritahuan apa yang akan terjadi pada dirinya, bagaimana merasakannya serta
diberi kesempatan guna menyentuh atau memegang alat yang menarik perhatiannya.
3.
Belum lancar dalam berbicara.
Pergunakkan kata-kata yang simpel, singkat, dan dikenal oleh anak dalam
berkomunikasi serta berikan pujian mengenai hal-hal yang sudah dicapainya.
4.
Sering-seringlah berpandangan dengan
mata sejajar kepada anak.
C. Usia sekolah
1.
Pada umunya, saat menemui masalah,
mereka hanya percaya pada apa yang dilihat dan diketahui tanpa membutuhkan
penjelasan lebih lanjut.
2.
Anak usia ini sangat memerhatikan
keberadaan tubuhnya. Mereka sangat peka terhadap segala sesuatu yang
diasumsikan bisa mengancam atau menyakiti tubuhnya.
D. Anak usia remaja
1.
Mulai memiliki pola pikir dan tingkah
laku, sebagai penanda peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
2.
Apabila sedang mengalami stres, biasanya
akan mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya atau orang dewasa
diluar keluarganya.
3.
Menolak sesorang yang diasumsikan dapat
menjatuhkan harga dirinya. Untuk hal ini, berikan mereka support dan pengertian
agar jangan melakukan interupsi. Selain itu, hindari ragam bentuk ertanyaan
yang berpotensi menimbulkan rasa malu.
2.3 Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada
Bayi dan Anak
Sebelum
anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi
tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah tahun pertama, sebelum
anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat
bentuk komunikasi prabicara yakni
1.
Tangisan
Pada
awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang
dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan
dia memberitahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan kebutuhan
untuk diperhatikan. Jika kebutuhanya segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis
bila ia mmerasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal
macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. Setelah
berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat
tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena
keinginan dan kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekuensi tangisan seharusnya
menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan berbicara.
2.
Ocehan dan Celoteh
Bentuk
komunikasi prabicara disebut “ ocehan “
(cooing) atau “ celoteh “ (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal
yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi
pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin,
menangis, dan mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan
sebagian akan hilang. Celotehan merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang
dan sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat
cepat antara bulan ke -6 dan ke-8.
Nilai
celoteh :
a.
Berceloteh adalah praktek verbal sebagai
dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh
mempercepat keterampilan berbicara.
b.
Celoteh mendorong keinginan
berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia
bagian dari kelompok sosial.
3.
Isyarat
Yaitu
gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap
bicara.
Contoh
isyarat umum pada masa bayi:
a.
Mendorong putting susu dari mulut
artingya kenyang/tidak lapar
b.
Tersenyum dan mengacungkan tangan
artinya ingin digendong
c.
Mengeliat, meronta, menangis, selama
berpakaian dan mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
4.
Ungkapan emosional
Adalah
ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh
:
a.
Gembira: mengendurkan badan, mengankat
tangan/kaki, tersenyum dan marah.
b.
Marah : menegakkan badan, gerak
membanting tangan atau kaki, roman muka tegang dan menangis.
2.4 Pendekatan Umum pada Anak Sebelum
Melakukan Pemeriksaan
1.
Ajak berbicara orang tua terlebih dahulu
sebelum melangsungkan komunikasi dengan anak.
2.
Lakukan komunikasi dengan metode cerita
atau teknik lainnya supaya anak mau berkomunikasi.
3.
Berikan mainan kepada anak sebelum masuk
kedalam inti pembicaraan.
4.
Berikan kesempatan terhadap anak guna
memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan.
5.
Lakukan pemeriksaan dari yang sederhana
ke kompleks serta pastikan bahwa pemeriksaan yang dilakukan tidak menyebabkan
anak menjadi trauma.
6.
Hindari pemeriksaan yang berpotensi
menimbulkan ketakutan pada diri anak. Selain itu, berikan kesempatan kepada
anak guna memegang alat alat periksa.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi Bayi dan Anak
A. Pada Bayi
1.
Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi
pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun pertama. Bayi baru
lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik isi, bentuk, dan pemakaian
bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk bahasa konvensional, kemampuan
kognitif bayi juga belum berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari
pada terencana. Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti
dan belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan
memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi
mengamati atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi
untuk evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk
membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati dan
bereaksi terhadap suara.
2.
Kata pertama
Terjadi
pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama milestone adalah
pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada akhir tahun pertama, berlanjut
sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga
tanda dimulainya pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti
pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke
benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
3.
Kalimat pertama
Terjadi
pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi banyak dan dimulainya
produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung
cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda
dengan kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan
pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan
pengalaman afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan
dalam memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi
bentuk kata benda dan kata kerja.
4.
Kemampuan bicara egosentris dan
memasyarakat
5.
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak
dengan mobilitas yang mulai meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang
lebih luas dan perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir
konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian bentuk fonem
dewasa
B. Pada Anak
1.
Pendidikan
2.
Pengetahuan
3.
Sikap
4.
Usia pertumbuhan
5.
Status kesehatan anak
6.
Sistem sosial
7.
Saluran
8.
Lingkungan
2.6 Teknik Berkomuikasi dengan Bayi dan
Anak
A. Pada Bayi
1.
Verbal
a.
Dengan cara menimang-nimang saat tidur
dan menyanyikannya lagu.
b.
Dengan cara merespon tangisannya.
c.
Mengajak bicara setiap akan melakukan
suatu hal
2.
Non Verbal
a.
Dengan cara sentuhan.
b.
Dengan nada suara.
c.
Dengan ekspresi.
B. Pada Anak
1.
Verbal
a.
Menulis
Menuis
adalah satu alternative pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan
praremaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis
anak-anak lebih riil dan nyata.
b.
Menggambar
Menggambar
adalah salah satu bentuk komunikasi berharga melalui pengamatan gambar. Dasar
asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan
tentang dirinya.
c.
Gerakan Gambar Keluarga
Menggambarkan
suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan
menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya.
Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
d.
Sosiogram
Menggambar
tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak
seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran
keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang
2.
Non Verbal
a.
Teknik orang ketiga
Teknik
semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, semisal “ia” atau
“mereka”. Teknik tersebut sangat membantu guna mengurangi perasaan terancam
pada diri anak dibandingkan dengan bertanya secara langsung pada diri mereka.
Cara semacam ini sangt efektif guna memberikan kesempatan kepada anak guna
memilih setuju tanpa ada keinginan untuk bertahan.
b.
NLP (Neuro Linguistik Programming)
Pendekatan
ini dilakukan untuk mengerti proses suatu komunikasi, yaitu dengan
memperhatikan cara, gaya, atau kelakuan individu. Seorang perawat bisa
menggunakan sensoris yang sama guna meningkatkan hubungan sekaligus
mengomunikasikan informasi yang lebih efektif, seperti jenis orang :
1)
Tipe Visual (penglihatan)
Orang
yang biasa memanfaatkan alat bantu visual, seperti diagram dan ilustrasi.
2)
Tipe Mendengar (Pendengaran)
Orang
yang biasa menggunakan kata-kata atau suara.
3)
Tipe kinestetis
Orang
yang memiliki kecenderungan belajar dari manipulasi objek.
c.
Facilitative Responding
Mendengarkan
secara seksama sama sekaligus membayangkan kembali perasaan pasien dan isi
pernyataan anak.
d.
Story Telling (Bercerita)
Fungsi
cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi berguna untuk
mengubah menghilangkan rasa takut dan
persepsi anak.
e.
Bibliotherapy
Adapun
petunjuk umum bagi seorang perawat dalam menggunakan bibliotherapy adalah:
1)
Jajaki perkembangan emosi serta
pengetahuan anak
2)
Hayati isi buku serta sesuaikan dengan
tingkat usia anak.
3)
Menikmati buku tersebut bersama anak.
4)
Menyisir secara lebih mendalam mengenai
isi yang terkandung dalam buku tersebut kemudian ceritakan kembali.
f.
Fantasi
Bentuk
khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasi, penting bagi
seorang perawat untuk memberikan penjelasan terhadap anak mengenai arti dari
cerita dongeng tersebut.
g.
Mimpi
Salah
satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi penafsiran mimpi dengan
menanyakan kepada anak atau orang tua mengenai mimpi yang dialaminya.
h.
Three Wishes
Tiga
permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat efektif serta merupakan
salah satu strategi guna mengundang anak-anak kedalam suatu komunikasi.
2.7 Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi
dan Anak
A. Pada Bayi
1.
Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
Melatih
bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat laun bayi akan
menirukannya.
Mengajak
bicara bayi akan merangsang kinerja syaraf otak dan pendengaran untuk
merangsang syaraf pada indera pengecapan.
Membuat
rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan dan merasa selalu
diperhatikan.
B. Pada Anak
1.
Persiapan fisik
Persiapan
ini tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama dalam hal
kematangan mekanisme bicara. Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang
sempurna sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak.
2.
Persiapan mental
Tergantung
pada kematangan otak ( asosiasi otak ),
yang berkembang antara 1 sampai 18 bulan,saat yang tepat di ajak bicara.
Meskipun bayi tidak dapat merespon dengan kata-kata, namun suara atau bicara
yang kita tunjukan pada bayi akan menjadi stimulus bayi dan akan direspon
dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan senyum atau tertawa.
3.
Model untuk ditiru
Salah
satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah stimulus suara.
Ucapan-ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi menjadi model yang bisa
ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara selanjutnya. Dengan demikian
ucapan-ucapan yang kita sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.
4.
Kesempatan praktek/ untuk berlatiAgar
bayi atau anak dapat segera bicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberikan
untuk meniru kata-kata yang sering kita ucapkan.
5.
Motivasi dan tantangan
Ajaran
dan dorongan bayi untuk mengucapkan dan apa yang bisa diucapkan oleh bayi.
Dalam hal ini perlu disadari bahwa yang diucapkan bayi belum sempurna, mungkin
yang keluar baru berupa suara-suara atau kata-kata yang belum jelas sehingga
butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada bayi/anak.
6.
Bimbingan
Upaya
untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara :
menyediakan model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta
membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi
adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui
lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan
ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi
pada anak dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya
adalah cara berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi
dan faktor yang mempengaruhi komuikasi.
Komunikasi
dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,
melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data
yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak
sangat perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan -
hambatan yang mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi
dengan anak sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut.
Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3),
anak-anak pra sekolah (3-5), anak usia sekolah (5-12).
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku
Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan
Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi
Efektif untuk Bekal Keperawatan Profesional. Yogyakarta: D-Medika.
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul MELAKUKAN KOMUNIKASI PADA PADA BAYI dan
ANAK-ANAK
Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin
Aceh Besar,
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang...................................................................................... 1
1.2
Rumuan
Masalah................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1
Petunjuk
Komunikasi Dengan Bayi dan Anak..................................... 3
A.
Petunjuk
Komunikasi dengan Bayi.................................................. 3
B.
Petunjuk
Komunikasi pada Anak............................................. ....... 4
2.2
Komunikasi
pada Bayi dan Anak Sesuai Tahap
Perkembangannya.......................................................................... ....... 4
A.
Masa
bayi......................................................................................... 4
B.
Anak
usia kurang 5 tahun................................................................. 5
C.
Usia
sekolah..................................................................................... 5
D.
Anak
usia remaja.............................................................................. 5
2.3
Bentuk
Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi dan Anak................... ....... 6
2.4
Pendekatan
Umum pada Anak Sebelum Melakukan
Pemeriksaan.......................................................................................... 7
2.5
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi dan
Anak...................................................................................................... 8
A.
Pada
Bayi......................................................................................... 8
B.
Pada
Anak................................................................................ ....... 9
2.6
Teknik
Berkomuikasi dengan Bayi dan Anak.................................... 10
A.
Pada
Bayi....................................................................................... 10
B.
Pada
Anak...................................................................................... 10
2.7
Peran
Bicara Dalam Komunikasi Bayi dan Anak............................... 13
A.
Pada
Bayi....................................................................................... 13
B.
Pada
Anak...................................................................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................................. 15
A.
Kesimpulan......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
No comments:
Post a Comment