BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien. Dalam
pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang
digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi
merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu
untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
besar (Afdinisa, 2010).
Untuk
itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
Perawat
yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting
adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama
manusia.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan komunikasi
terapiutik?
2.
Apa fase-fase dalam melakukan komunikasi
terapiutik?
3.
Apa teknik-teknik dari komunikasi
terapiutik?
4.
Apa Saja Faktor-faktor komunikasi
terapiutik dalam keperawatan?
5.
Apa Fungsi komunikasi terapeutik ?
C. Tujuan makalah
1.
Membekali perawat pada saat akan
melekukan tindakan kepada pasien
2.
Agar perawat dan pasien terjalin
komunikasi yang baik
3.
Membantu pasien untuk memperjelas dan
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
4.
Mengetahui Faktor-Faktor dalam
komunikasi Terapeutik.
5.
Mengetahui fungsi komunikasi terapeutik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi terapeutik
Komunikasi
terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan
perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke
arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang
efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang
dirinya.
Teori
komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan Videbeck, S. L. (2008). karena
:
Komunikasi
merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses komunikasi
terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
Maksud
komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi
keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan
untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
Komunikasi
adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi.
Dalam
membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan
masalahnya. Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan,
penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan
penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang
disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara
berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Perawat
dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal; nada,
kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana
emosi.
Gerakan;
reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakan yang
lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati. Jarak (space) Jarak dalam
berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.
Sentuhan
: dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaaan.
Agar
perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya :
kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien
jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien.
Komunikasi
terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di
pertimbangkan dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat
melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat,
canggung, semu dan seperti di buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk
mempersepsikan masing-masing hubungan pasien karena adanya kesempatan untuk
mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian
tujuan terapeutik.
B. Fase – fase komunikasi terapeutik
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)
Tahap
Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi
dengan klien (Asrin, R. K. (2006)). Pada tahap ini perawat menggali perasaan
dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga
mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk
pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat
untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa
dia siap untuk berinteraksi dengan klien (Suryani, 2005).
Tugas
perawat pada tahap ini antara lain:
a.
Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan
kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya
sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
b.
Menganalisis kekuatan dan kelemanhan
sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi
kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien.
c.
Mengumpulkan data tentang klien.
Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang
klien perawat bisa memahami klien.
d.
Merencanakan pertemuan yang pertama
dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan
merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan
klien (Asrin, R. K. (2006)). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan
ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005).
Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang
telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Tugas
perawat pada tahap ini antara lain:
a.
Membina rasa saling percaya, menunjukkan
penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci
dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005),
b.
Merumuskan kontrak pada klien (Asrin, R.
K. (2006)). Kontrak ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah
interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005).
c.
Menggali pikiran dan perasaan serta
mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
d.
Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan
tujuan interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan
sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
3. Tahap Kerja
Tahap
kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja
bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini
dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan
pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis
yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal
klien.
Pada
tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada
tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active
listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat
juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting
dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah
membantu klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine &
Fletcner dalam Suryani, 2005)
4. Tahap Terminasi
Terminasi
merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Asrin, R. K. (2006)).
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W
dalam Suryani, 2005).
Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah
ditentukan.Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.
Tugas
perawat pada tahap ini antara lain:
a.
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari
interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif.
b.
Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi
subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
c.
Menyepakati tindak lanjut terhadap
interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan
rumah untuk klien.
d.
Membuat kontrak untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat
dan klien untuk pertemuan berikutnya.
Stuart
G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika
hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan
dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi
oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan
klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
C. Tehnik-Tehnik Komunikasi Terapeutik
Dalam
menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan berbagai
teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1987; 124):
- Bertanya
Bertanya
(questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.
a.
Pertanyaan fasilitatif dan
nonfasilitatif
Pertanyaan
fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya perawat
sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan
masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif (nonfacilitative question)
adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak
fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang
pengertian terhadap klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
b.
Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan
terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang
banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien
mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Pertanyaan
tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang
singkat.
c.
Inapropriate quantity question
Inapropriate
quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan,
yang mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan
merupakan tindakan yang tidak tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk
menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).
d.
Inapropriate quality question
Inapropriate
quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan
biasanya dimulai dengan kata “why” (mengapa). Why question ini dipertimbangkan
tidak tepat karena :
1)
Terkesan menginterogasi, sehingga klien
merasa seolah-olah diintimidasi (Sturat, G.W dalam Suryani, 2005). Hal ini bisa
menghambat keterbukaan klien terhadap perawat.
2)
Tidak akan dapat menggali perasaan klien
yang sebenarnya karena why question mengiring klien untuk menjawab secara
rasional atau mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan
bagaimana perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
- Mendengarkan
Mendengarkan
(listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat, Budi
Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005)
dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang
diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).
Selama
mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh
perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu untuk
mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).
- Mengulang
Mengulang
(restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya
untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan
suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).
- Klarifikasi
Klarifikasi
(clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak
jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D
dalam Suryani, 2005).
Pada
saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan
berdasarkan pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada
perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam
memahami klien.
- Refleksi
Refleksi
(reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Tehnik-tehnik
refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)
a.
Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa
yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian
perawat.
b.
Refleksi perasaan, yaitu memberi respon
pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan
menerima perasaanya.
Gunanya
adalah untuk :
1)
Mengetahui dan menerima ide dan
perasaan.
2)
Mengoreksi.
3)
Memberi keterangan lebih jelas.
Ruginya
adalah :
1)
Mengulang terlalu sering dan sama.
2)
Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan
frustasi.
- Memfokuskan
Memfokuskan
(focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah
inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005). Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan
penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan
metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah penting (Suryani, 2005).
- Diam
Tehnik
diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum
menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan
klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam
Suryani, 2005). Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan
menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan dukungan,
pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk berkomunikasi
dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan
(Suryani, 2005).
- Memberi Informasi
Memberikan
tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien.
Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada
klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan
klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian
dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam
memberikan alternatif pemecahan masalah (Suryani, 2005).
- Menyimpulkan
Menyimpulkan
(summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin
penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien
untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama
dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan
(Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).
Manfaat
dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)
a.
Memfokuskan pada topik yang relevan
b.
Menolong perawat dalam mengulang aspek
utama interaksi
c.
Membantu klien untuk merasa bahwa
perawat memahami perasaannya
d.
Membantu klien untuk dapat mengulang
informasi dan membuat tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya
- Mengubah Cara
Pandang
Tehnik
mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang
lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya
saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaan terutama
ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari
sisi negatifnya. Seorang perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat
ketika klien mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan : “sebenarnya apa yang
anda pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Reframing akan membuat klien
mampu melihat apa yang dialaminya dari sisi positif (Gerald, D dalam Suryani,
2005) sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan yang lebih baik
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
- Eksplorasi
Eksplorasi
bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang
dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa
diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang
detail tentang masalah yang dialami klien.
- Membagi Persepsi
Stuart
G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi (sharing
peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada
perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.
- Mengidentifikasi
Tema
Perawat
harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap
tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan
pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani,
2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan
pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
- Humor
Humor
bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale
dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman
pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.
Dalam
beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a.
Pada saat klien mengalami kecemasan
ringan sampai sedang, humor mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.
b.
Jika relevan dan konsisten dengan sosial
budaya klien.
c.
Membantu klien mengatasi masalah lebih
efektif.
- Memberikan Pujian
Memberikan
Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien
ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan
harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat
nonverbal.
D. Fungsi Komunikasi Terapeutik
Fungsi
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila
perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah
hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien,
tetapi hubungan sosial biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemampuan
menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta
ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi
dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga
kepuasan bagi perawat.
Komunikasi
juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan
sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan factor penunjang
yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
B. Saran
Dalam
melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi dengan klien untuk
mendapatkan persetujuan tindakan yang akan di lakukan.
Dalam
berkomunikasi dengan klien hendaknya perawat menggunakan bahasa yang mudah di
mengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.
Dalam
menjalankan profesinya hendaknya perawat selalu memegang teguh etika
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Afdinisa.
(2010). Terapeutik,Komunikasi Terapeutik. Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam
Pemulihan Pasien Gangguan Jiwa .
Asrin, R. K.
(2006). Therapeutic Comumunication. Gambaran Praktik Komunikasi Terapeutik Dan
Komunikasi Sosial Perawat Dalam Pemberian Pelayanan Keperawatan .
Enjang, D.
(2012). Komunikasi Terapeutik. Komunikasi Terapeutik Perawat Di Rumah Sakit
Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Semarang .
Manurung.
(2004). Penerapan Komunikasi . Penerapan Komunikasi Perawat Dengan Klien Di
Rumah Sakit .
Nurjannah, I. S.
(2005). Komunikasi Terapeutik ( Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat).
Yogyakarta: Mocomedia.
Suryani. (2005).
Komunikasi Terapeutik : Teori Dan Praktik . Jakarta: Egc.
Susila, S.
(2014). Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran Dan Kesehatan.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Videbeck, S. L.
(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Egc.
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Komunikasi Terapeutik.
Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin
Aceh Besar,
November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Pengertian
Komunikasi Terapeutik....................................................... 3
B.
Fase-fase
Komunikasi Terapeutik......................................................... 4
C.
Tehnik-tehnik
Komunikasi Terapeutik.................................................. 7
D.
Fungsi
Komunikasi Terapeutik........................................................... 13
BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A.
Kesimpulan......................................................................................... 14
B.
Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
No comments:
Post a Comment