KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat,taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dalam
membuat makalah yang berjudul “KONSEP STERILISASI.” Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi
kelompok kami.
Makalah ini
disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami dan pengupulan data
dari beberapa buku panduan yang ada,
serta dengan bantuan dari dunia maya yaitu melalui situs internet, dan yang
lainnya.
kami menyadari
bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu dengan adanya
bantuan dari semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan
makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal mungkin, namun kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, maka kami
mengharapkan masukan ataupun saran dari Dosen pembimbing serta teman-teman
lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat bermamfaat bagi
seluruh pembaca.
Wassalamualaikum
Wr.Wb.
Aceh Besar, Desember
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian
Sterilisasi.................................................................................... 3
B. Tujuan
Sterilisasi dan Faktor yang Mempengaruhi...................................... 5
C. Jenis
Peralatan yang Dapat Disterilisasi....................................................... 5
D. Macam-Macam
Metode Sterilisasi............................................................... 6
E. Metode
Sterilisasi......................................................................................... 9
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tahapan penting yang mutlak harus
dilakukan selama bekerja di ruang praktikum mikrobiologi adalah prinsip
sterilisasi. Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya,
baik yang menganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses
baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikrooranisme disebut dengan sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya
proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri
yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan
(Cappuccino, 1983)
Pembiakan mikroba dalam
laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan
pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam
metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi,
zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen,
serta unsur-unsur lainnya. Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan
faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin, atau nukleotida (Lim, 1998). Dalam dunia keperawatan pun sering kali terjadi insiden pasien yang
tertular penyakit ataupun sebaliknya, perawat yang di tulari penyakit oleh si
pasien. Untuk mencegah hal-hal yang membahayakan seperti ini, maka perlu di
ambil langkah-langkah pencegahan. Dan hal utama yang harus dilakukan adalah
sterilisasi. Hal ini dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari si pasien
ke bidan ataupun dari bidan kepada pasien.
Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi,
yang penting dan rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi
yang dianjurkan. Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk
meminimalkan penularan penyakit secara silang adalah melakukan sterilisasi
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari sterilisasi?
2. Apa
tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi?
3. Apa
saja peralatan yang dapat disterilisasi?
4. Bagaimana
macam-macam dan metode sterilisasi?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian sterilisasi
2. Untuk
mengetahui tujuan dilakukannya sterilisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses sterilisasi
3. Untuk
mengetahui macam-macam peralatan yang dapat disterilisasi
4. Untuk
mengetahui macam-macam dan metode sterilisasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau
setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Dalam bidang
mikrobiologi baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril
merupakan syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan kita dilaboratorium.
Sterilisasi
dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas
(kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh
bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi
kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 2009).
Sterilisasi
adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah
mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat
dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses
fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target
suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut.
Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006)
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan dan membinasakan semua alat dan media dari gangguan
organisme mikroba, termasuk virus, bakteria dan spora dan fungi beserta
sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mengeliminasi semua mikroorganisme.
Sterilisasi yaitu proses membunuh semua
mikroorganisme termasuk spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi
dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan
kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan. Metode
sterilisasi antara lain :
a.
Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama
sterilisasi dengtan bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi
atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas.
Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh
panas kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan basah dapat memakai otoklaf,
tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat serupa tangki minyak yang
dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode dengan mendidihkan
medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara
disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa merusak
fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran. Selain
itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek (Waluyo, 2005).
b.
Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai
antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan
daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan
bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi.
Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa
klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal,
derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap
formaldehid ataupun beta-propilakton (Volk, 1993).
c.
Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan
dengan penyaringan. Penyaringan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui
suatu bahan penyaring
B. Tujuan Sterilisasi dan Faktor
yang Mempengaruhi
Tujuan dilakukannya sterilisasi diantaranya :
1.
Mencegah terjadinya infeksi
2.
Mencegah kontaminasi dari
mikroorganisme
3.
Menjamin kebersihan alat
4.
Menjaga peralatan agar lebih awet
5.
Menunjang penyembuhan dalam
proses perawatan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses sterilisasi diantaranya:
1. Jenis
mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian
lainnya dapat dengan mudah dibunuh.
2. Jumlah
mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme dari pada
yang banyak.
3. Jumlah
dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut. Darah
atau jaringan yang menempel pada alat – alat yang kurang bersih berfungsi
sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
4. Jumlah
retakan dan celah pada peralatan tempat menempel mikroorganisme.
Mikroorganisme berkumpul didalam dan dilindungi oleh goresan, retakan dan
celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dari cunam jaringan. Akhirnya,
tanpa pembersihan yang teliti untuk membuang sisa bahan organik yang melindungi
mikroorganisme selama proses sterilisasi pada alat – alat, tidak akan dapat
menjamin tercapainya sterilisasi, walaupun waktu sterilisasi diperpanjang.
C.
Jenis
Peralatan yang Dapat Disterilisasi
1.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan
lain-lain.
4.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari plastik, misalnya selang infuse dan lain-lain
8.
Peralatan kesehatan yang terbuat
dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, dock operasi, baju, sprei, sarung
bantal dan lain-lain
D.
Macam-Macam
Metode Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1.
Sterilisasi dengan pemanasan
kering
a.
Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin
sterilisasinya, namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya:
benda-benda dari logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari
porselen.
Caranya yaitu:
1)
Siapkan bahan yang disterilkan,
baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2)
Kemudian brand spritus dituangkan
secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3)
Alat-alat instrumen dimasukkan ke
dalam nyala api.
b.
Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi
pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu
benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.
Caranya yaitu:
1)
Alat bahan harus dicuci, sikat
dan desinfeksi terlebih dahulu
2)
Dikeringkan dengan lap dan diset
menurut kegunaannya
3)
Berilah indikator pada setiap set
4)
Bila menggunakan pembungkus,
dapat memakai aluminium foil.
5)
Oven harus dipanaskan dahulu
sampai temperatur yang diperlukan.
6)
Kemudian alat dimasukkan dan
diperhatikan derajat pemanasannya.
2.
Sterilisasi dengan pemanasan
basah.
Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a)
Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ÂşC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat
dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar
efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
1)
Alat atau bahan instrumen dicuci
bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2)
Kemudian dimasukkan langsung ke
dalam air mendidih.
3)
Tambahkan nitrit 1% dan phenol
5%, agar bentuk sporanya mati
4)
Waktu pensterilan 30-60 menit
(menurut pharmacope –Rusia).
5)
Seluruh permukaan harus terendam.
b)
Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan
dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar
uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30
menit.
Caranya yaitu:
1)
Alat-alat yang akan disterilkan
dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2)
Kemudian dibungkus dengan kertas
perkamen dan dimasukkan dalam dandang
3)
Sterilisasi dengan uap air
bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan
dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
a)
Alat-alat atau bahan-bahan yang
akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi
b)
Kemudian diset menurut
penggunaannya dan diberi indikator.
c)
Kemudian dibungkus kain/kertas.
d)
Masukkan alat/bahan yang telah
dibungkus ke dalam autoclave.
3.
Sterilisasi dengan penambahan
zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan
kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau
cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia :
Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4.
Sterilisasi dengan radiasi
ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi
udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar
operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan
dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5.
Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan.
Filtrasi udara disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah
untuk filtrasi cairan secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan
atau pada sistem irigasi dalam ruang operasi, maupun dalam perawatan medik
lainnya yang membutuhkan adanya cairan steril. Jenis filternya yang penting
ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman. Pori-pori filter
ukurannya minimal 0,22 micron.
E.
Metode
Sterilisasi
1. Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang
digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan
didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan
uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit
(Hadioetomo, 1985). Tekanan uap merupakan metode
sterilisasi yang paling sering digunakan di rumah sakit. Uap akan menghancurkan
mikroba dengan koagulasi dan denaturasi protein seluler.
Metode sterilisasi uap umumnya
digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan
terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air,
larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup
karet dan plastic serta media untuk pekerjaan mikrobiologi
2. Pemanasan Kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering
kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk
sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas
laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan
oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992).
Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak
adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu
peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan
uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam
sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan
suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz,
1992). Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak
mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu
tinggi. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah.
3. Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan
kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan
bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan
menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut.
Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora
dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan
berikutnya (Fardiaz, 1992).
4. Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih
atau uap air pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz,1992).
Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan
(Lay dan Hastowo, 1992). Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum
spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif
mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu
perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap
hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)
5. Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung
energi yang jauh lebih tinggi dari pada sinar ultraviolet. Oleh karena itu
mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi
adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Kebanyakan
peralatan yang berasal dari pabrik telah disterilisasi dengan metode radiasi
ionisasi (kobalt 60).
Selain kobalt, sinar Ultraviolet
juga dapat digunakan untuk melakukan sterilisasi. Sinar
ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial
yang sangat kuat, namun masih berada dibawah kobalt. Daya kerjanya adalah
absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel.
6. Metode kimia
Bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat
disterilkan secara kimiawi. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain:
1.
Alkohol, daya kerjanya adalah
mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80
% karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2.
Khlor, Gas khlor dengan air akan
menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga
membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3.
Yodium, daya kerjanya adalah
bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein
mikroorganisme. Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada
sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.
4.
Formaldehida 8 % merupakan
konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme.
Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. Bahan ini
bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%.
Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam
bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
5.
Glutaraldehide, bahan ini
bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid, hanya
diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri. Bahan ini aktif melawan bakteri
vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang tidak.
6.
Gas etilen oksida, gas ini
digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
7.
Natrium diklorososianurat, bahan
ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor. Diterapkan pada tumpahan darah atau
cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian
dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8.
Kloramina, bahan ini berbentuk
serbuk berisi 25% klor, dan hamper tidak berbau. Bahan ini dapat digunakan
untuk membasmi kuman air pada minuman. Ketika digunakan pada konsentrasi akhir
dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor
9.
Klor dioksida, bahan ini adalah
sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat. Bahan aktif ini didapat dengan
cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10. Senyawa
fenolik, senyawa ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun
tidak aktif dalam melawan spora. Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan
Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptik.
11. Senyawa
Amonium Kuartener, banyak digunakan sebagai campuran dan juga dikombinasikan
dengan germisida lain, seperti alkohol.
12. Hidrogen
peroksida dan peracis, merupakan oksidan kuat dan germisida efektif yang
berspektrum luas. Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn
daripada klor.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses yang sangat
penting dalam pelaksanaan suatu tindakan, karena apabila sterilisasi tidak
dilakukan secara benar maka akan menyebabkan infeksi silang dan juga
memperbesar resiko infeksi nosokomial. Langkah-langkah standart pengoperasian
system sterilisasi juga diperlukan agar alat-alat yang diproses dapat steril
secara maksimal tanpa meninggalkan zat-zat toksik.
Sterilitas alat yang dilakukan
sterilisasi dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya jenis dan jumlah
mikroorganisme maupun materi organic yang menempel pada alat, serta adanya
retakan atau celah yang dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri atau
mikroorganisme lainnya. Selain itu metode yang digunakan untuk sterilisasi juga
dapat mempengaruhi sterilitas peralatan. Macam-macam metode sterilisasi
diantaranya:
1)
Pemanasan basah
2)
Pemanasan kering
3)
Pemanasan bertahap
4)
Perebusan
5)
Radiasi ionisasi
6)
Sterilisasi dengan zat
kimia
DAFTAR
PUSTAKA
www.bedahradiologi.fkh.ipb.ac.id
diakses pada 5 Agustus 2015
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/surgerysterilitation.pdf
diakses pada 5 Agustus 2015
https://wordpress.com/2013/12/15/makalah-sterilisasi/
diakses pada 5 Agustus 2015
http://wordpress.com/category/sterilisasi/
diakses pada 5 Agustus 2015
http://www.ocw.usu.ac.id
diakses pada 5 Agustus 2015
http://www.journal.ugm.ac.id/index.php
diakses pada 5 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment