Thursday, 28 March 2019

MAKALAH AKTUALISASI DIRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Aktualisasi diri menjadi salah satu tema besar dalam kajian humanistic.Dalam pandangan humanistic sendiri, manusia diyakini memiliki kehendak bebas atau free will. Manusia dikenal sebagai makhluk yang aktif. Pada umumnya pula, manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk mewujudkan diri menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualiasasikan diri.
Kecenderungan atau tendensi aktualisasi diri pada manusia juga menggambarkan bahwa manusia bukanlah makhluk yang statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kehendak untuk maju.Menurut humanistic sendiri, kecenderungan aktulisasi diri pada manusia adanya need dan dorongan-dorongan dalam diri mereka. Dan pada akhirnya, kecenderungan aktualisasi diri manusia akan membawa dirinya pada aktualisasi diri yang sesungguhnya.
Menurut Maslow (Privette, 2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), aktualisasi diri merupakan sebuah prototype akan sehatnya kepribadian seseorang. Dalam hirarki kebutuhan, Maslow menempatkan aktualisasi diri dalam posisi yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa aktualisasi diri merupakan sebuah peristiwa yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan seseorang. Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pertumbuhan seseorang menuju kondisi idealnya. Oleh karena itu, aktualisasi diri bukan sebuah kondisi yang statis atau kondisi stabil pada seseorang.
Aktualisasi diri pada akhirnya akan merujuk pada peak performance dan peak experience. Menurut privette (2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), peak performance adalah kondisi terbaik seseorang, yaitu ketika pikiran dan tubuh bekerja secara bersamaan.Sedangkan peak experience merupakan sebuah momen yang berharga ketika manusia mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika aktualisasi merupakan prototype dari kesehatan kepribadian, peak performance dan peak experience merupakan prototype dari pengalaman yang positif.

1.2      Tujuan
a.       Untuk mengetahui gambaran kecenderungan aktualisasi diri pada manusia
b.      Untuk mengetahui gambaran tentang fully function person.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Aktualisasi Diri
2.1.1        Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami dan naluriah yang di miliki manusia untuk melakukan usaha terbaik yang ia bisa. Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Proses Aktualisasi diri akan di bantu serta di hambat oleh pengalaman dan proses belajar kita dalam masa kanak kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup dan pengalaman seseorang.
Aktualisasi diri juga dapat di artikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas serta kapasitas yang dimiliki manusia. Aktualisasi dapat meningkatkan pematangan serta pertumbuhan seseorang. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri"nya mulai berkembang. Kemudian setelah itu, tekanan aktualisasi pun akan beralih beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Karena bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari paling terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu baru muncul kebutuhan di tingkat selanjutnya. Kebutuhan tertinggi dalam hirarki Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Dalam hierahki tersebut di jelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan hal yang sangat penting dan harga mati apabila seorang individu ingin mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Dimana seseorang itu sadar, mengerti dan paham akan siapa dirinya, apa kemampuannya, apa potensinya. Dalam bukunya Hierarchy of Needs, Abraham Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi manusia. Maslow menjelaskan bahwa setiap manusia dimanapun dan budaya apapun akan mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya.
Kebutuhan tersebut meliputi:
1.      Kebutuhan fisiologis (physiological), ini merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan manusia, yakni kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis
2.      Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), yakni kebutuhan akan keamanan, kemerdekaan dari rasa takut atau tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam
3.      Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), yakni kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, seperti persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih sayang
4.      Kebutuhan akan penghargaan (esteem), ialah kebutuhan akan harga diri, status, dan penghargaan dari orang lain.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), dalam hierarki maslow ini adalah tahap kebutuhan tertinggi, yakni kebutuhan untu memenuhi keberadaan diri (self fulfillment)  dengan memaksimalkan penggunaaan kemampuan serta potensi diri.
Seseorang akan dapat beraktualisasi diri ketika kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi dengan baik. Kemudian seseorang melakukan aktualisasi diri diri guna mengembangkan sifat-sifat serta potensi yang memang dimiliki sesuai dengan keunikannya sehingga menjadi keseluruhan kepribadian yang utuh.
Cara pemuasan Efek deprivasi  Patology berhubungan dengan kebutuhan Fisiologis           Lapar – makan  Malnutrisi        Makan berlebihan, anorexaia Safety Mendapatkan pekerjaan yang baik       Kecemasan            Tidak aman Love and belonging        Bergabung dengan kelompok, mencari pasangan kesendirian            Kepribadian antisosial Esteem Mendapatkan pujian  Tak berharga, inferior  Depresi Self actualization Pekerjaan kreatif, menolong orang lain           Kebosanan, tanpa makna Sinisme, alienasi

2.1.2        Mengapa Seseorang Melakukan Aktualisasi Diri
Seperti yang sudah di bahas di atas. Diantara ilmuwan yang secara aktif memperkenalkan konsep tentang aktualisasi diri ialah Abraham Maslow (1908-1970). Idenya tersebut dikenalkan dalam bingkai teori kepribadian. Maslow memperkenalkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan puncak dari diri manusia diatas kebutuhan fisiologisnya (seperti kebutuhan seks, makan, minum, serta bernafas), kebutuhan akan rasa aman serta ketentraman, kebutuhan untuk dicintai, mencintai dan dibutuhkan orang lain serta kebutuhan akan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri (self-respect). Hal berikut di bawah ini akan dapat menjawab pertanyaan kita tentang mengapa seseorang melakukan aktualisasi diri : seseorang akan mulai memasuki tahap aktualisasi diri jika dia dapat memenuhi jenis jenis kebutuhan dibawahnya secara seimbang dan baik. kebutuhan kebutuhan awal yang harus di penuhi tersebut adalah kebutuhan kebutuhan yang dirasa dalam keadaan kekurangan (misalnya ketika seseorang kesepian ia merasa kurang ada teman yang memperhatikan, akhirnya ia rendah diri kemudian kurang terampil dan kurang mendapat apresiasi, dan seterusnya).
Oleh karenanya kebutuhan-kebutuhan ini disebut D-needs, dari kata deficit needs, kebutuhan yang harus terpenuhi agar seseorang dapat termotifasi lebih tinggi lagi. Dan jenis kebutuhan deficit lain adalah Kebutuhan sandang pangan papan, kebutuhan mencintai dan di cintai, kebutuhan di hargai orang lain. Semua kebutuhan ini harus di lewati dengan baik. Setelah itu proses aktualisasi diri tersebut akan terus tumbuh. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, sekali dia dipenuhi akan lahir kebutuhan yang lebih tinggi lagi dan disebut B-needs, dari being needs, yang bisa disebut juga pertumbuhan motivasi. Hal ini sangat terkait dengan keinginan sinambung untuk mewujudkan segala potensi “menjadi segala yang kita bisa”, menjadi “sekomplit mungkin diri kita”. Dan kita akan menjadi tau siapa sebenarnya didiri kita, apa sebenarnya yang kita mampu dan bisa, serta dapat benar benar mengenal potensi diri kita dengan baik. Dari sinilah istilah aktualisasi diri (self-actualization) muncul.

2.1.3        Arah Aktualisasi diri 
Menurut Broadley, aktualisasi diri memiliki arah yang bersifat membangun. Artinya, manusia memiliki kecenderungan untuk terus memperbaiki diri. Broadley menjelaskan bahwa arah aktualisasi diri terdiri dari dua aspek, yaitu aktualisasi diri yang mengarahkan pada usaha untuk mempertahankan integritas individu serta aktualisasi diri yang mengarah  pada realization, fulfillment, dan perfection.
Aktualisasi diri yang mengarah pada usaha untuk mempertahankan integritas pada akhirnya akan berdampak terhadap pemeliharaan identitas diri dan keutuhan sebagai seorang manusia. Sedangkan pada aspek yang kedua, aktualisasi diri merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dari upaya untuk pemenuhan potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu, Broadley menyimpulkan bahwa aktualisasi diri merupakan proses yang selektif dalam upaya memelihara dan mempertahankan keutuhan manusia.

2.1.4        Tokoh
A.    Carl Rogers
Carl Roger (1951) adalah tokoh yang meletakkan pondasi awal teori kepribadian. Dia mengatakan: “organisme mempunyai tendensi awal untuk beraktualisasi, melestarikan, mengembangkan pengalamannya. Selain itu banyak juga kebutuhan lainnya,hal ini membuktikan bahwa semua dorongan biologis dapat dipilah-pliah kedalam beberapa aspek.
B.     Abraham Maslow 
Maslow adalah salah satu tokoh besar dalam humanistic. Menurutnya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau needs yang terbagi ke dalam beberapa level. Tingkatan kebutuhan tersebut, oleh Maslow, kemudian diformulasikan dalam sebuah hirarki yang pada akhirnya dikenal dengan hirarki Maslow.Salah satunya adalah kebutuhan dalam hirarki tersebut adalah untuk mengaktualisasikan diri (self-actualizing).Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri merupakan kebutuhan yang menduduki puncak sebuah hierarki.

2.1.5        Karakteristik Aktualisasi Diri.
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Terdapat 11 karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri (Schneider,K.J, dkk, 2001), diantaranya.
a.       Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Seseorang akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa secara kritis dan logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan atau ditakuti orang lain.
b.      Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Ia juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang lain kepada dirinya.
c.       Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak dibuat-buat, spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang dada terhadap kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipnya. Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani menentang dengan asertif.
d.      Terpusat pada persoalan
Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran, perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan pada persoalan-persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.
e.       Membutuhkan kesendirian
Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
f.       Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh  lingkungan. Ia akan mudah beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.
g.      Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri, menerima, dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa saja.
h.      Kesadaran social
Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan  bermasyarakat.
i.        Hubungan interpersonal
Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
j.        Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain.


k.      Rasa humor yang bermakna dan etis
Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan atau menjelekkan orang lain.
l.        Kreativitas
Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
m.    Independensi
Seseorang akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa terpengaruh oleh berbagai kepentingan lain.
n.      Pengalaman Puncak (Peak Experience)
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peakexperience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.

2.1.6        Langkah-langkah untuk Aktualisasi Diri
Ada beberapa langkah dan cara seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Yaitu :
A.    Mengenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri         
Tidak menyembunyikan bakat yang dimiliki, karena bakat diciptakan untuk digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh karena itu seseorang harus dan wajib mengenali dan mengetahui bakat serta potensi unik yang ada dalam dirinya. Bakat merupakan anugerah Tuhan yang tidak ternilai.Tiap orang terlahir dengan bakat dan potensi yang luar biasa. Yang harus di lakukan adalah memahami, mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang di miliki agar berguna bagi dirinya sendiri.
B.     Mengasah kemampuan unik setiap hari
Seseorang yang sukses ialah seseorang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan jutaan orang lain di dunia. Di latih di pertajam setiap harinya.Agar makin berkembang, agar semakin matang.Semua berawal dari hal kecil tersebut. Semakin lama akan semakin berkembang dan besar. Serta bermanfaat.
C.     Berbeda yang baik. Menjadi bermanfaat bagi orang lain
Tiap orang di ciptakan berbeda satu sama lain oleh tuhan, mempunyai keunikan masing masing. Dengan menjadi seseorang yang berbeda, namun tak sekedar berbeda, tapi juga unik. Menghargai diri sendiri, percaya bahwa diri adalah alah satu maha karya terbaik ciptaan tuhan. Yang memliki manfaat bagi orang lain. Dengan menghargai orang lain dan berbuat baik kepada orang lain.

2.2    Fully Function Person
2.2.1        Pengertian Fully Function Person
Rogers (dalam Schneider.K.J., dkk, 2001) mengemukakan bahwa fully function person adalah orang yang telah berkembang secara optimal. Yaitu dimana seseorang akan berusaha bertujuan untuk memenuhi potensinya secara penuh. Untuk dapat disebut sebagai fully function person, maka seseorang harus memiliki kriteria sebagai berikut :
·         Openness to Experience
Bagi seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri maka akan cenderung terbuka dengan perasaannya. Perasaan merupakan bagian penting dari keterbukaan karena perasaan tersebut menyampaikan nilai pada organisme lain.


·         Existential Living
Merupakan realitas yang menegaskan bahwa kita hidup disini dan saat ini. Karakter ini menekankan bahwa seseorang tidak harus belajar atau mengingat di masa lalu ataupun merencanakan atau bermimpi tentang masa depan.
·         Organismic Trusting
Organismic merupakan suatu proses dimana seseorang merasa percaya diri, melakukan apa yang terasa benar, apa yang datang secara alami. Bagi seseorang yang cenderung beraktualisasi maka ia akan membiarkan dirinya percaya dan mengikuti proses organismic.
·         Experiental Freedom
Karakter ini menjelaskan bahwa kita merasa memiliki kebebasan jika dihadapkan pilihan yang tersedia. Rogers mengatakan bahwa seseorang dengan fully function akan merasa bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya.
·         Creativity
Saat seseorang telah merasa bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya, maka ia akan cenderung berpartisipasi dan berkontribusi guna mengaktualisasikan kehidupan orang laon. Banyak cara yang dilakukan melalui kreativitas seperti seni atau ilmu, kepedulian sosial, maupun melakukan salah satu yang terbaik di pekerjaan seseorang.

2.3    Hubungan Fully Functioning dan Aktualisasi Diri
Fully functioning menggambarkan kondisi seseorang untuk memenuhi potensinya  sebagai manusia, bertujuan mewujudkan apa yang ia inginkan. Sedangkan aktualisasi diri merupakan salah satu tugas individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya. Kedua konsep ini memiliki kesamaan, pada intinya keduanya menjadikan individu untuk dapat terbuka terhadap dunia dan perasaannya dengan cara mengerahkan potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai apa yang mereka inginkan (Schneider,K.J, dkk, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Ardi Al Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada  10 April 2014 dari,http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html

Adi Jujunan Musa (2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11 April 2014, dari, http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasi-diri/

Ardi Al Maqqassary (2012).Cara Mengaktualisasi Diri. Diakses pada  10 April 2014 dari, http://www.psychologymania.com/2012/12/cara-mengaktualisasikan-diri.html

Broadley, Barbara Temaner. The Actualizing Tendency Concept in Client-Centered Theory. Chicago: Illinois School

Schneider,K.J., dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage Publication.inc




No comments:

Post a Comment