BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Aktualisasi diri menjadi salah satu tema
besar dalam kajian humanistic.Dalam pandangan humanistic sendiri, manusia
diyakini memiliki kehendak bebas atau free will. Manusia dikenal sebagai
makhluk yang aktif. Pada umumnya pula, manusia memiliki dorongan atau keinginan
untuk mewujudkan diri menjadi seseorang yang lebih baik. Maka wajar apabila
manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualiasasikan diri.
Kecenderungan atau tendensi aktualisasi
diri pada manusia juga menggambarkan bahwa manusia bukanlah makhluk yang
statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya dan memiliki kehendak untuk maju.Menurut humanistic sendiri,
kecenderungan aktulisasi diri pada manusia adanya need dan dorongan-dorongan
dalam diri mereka. Dan pada akhirnya, kecenderungan aktualisasi diri manusia
akan membawa dirinya pada aktualisasi diri yang sesungguhnya.
Menurut Maslow (Privette, 2001, dalam
Schneider,K.J, dkk, 2001), aktualisasi diri merupakan sebuah prototype akan
sehatnya kepribadian seseorang. Dalam hirarki kebutuhan, Maslow menempatkan
aktualisasi diri dalam posisi yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa aktualisasi
diri merupakan sebuah peristiwa yang memiliki nilai tinggi dalam kehidupan
seseorang. Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pertumbuhan seseorang
menuju kondisi idealnya. Oleh karena itu, aktualisasi diri bukan sebuah kondisi
yang statis atau kondisi stabil pada seseorang.
Aktualisasi diri pada akhirnya akan
merujuk pada peak performance dan peak experience. Menurut privette (2001,
dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), peak performance adalah kondisi terbaik
seseorang, yaitu ketika pikiran dan tubuh bekerja secara bersamaan.Sedangkan
peak experience merupakan sebuah momen yang berharga ketika manusia mencapai
kebahagiaan yang sesungguhnya. Jika aktualisasi merupakan prototype dari
kesehatan kepribadian, peak performance dan peak experience merupakan prototype
dari pengalaman yang positif.
1.2
Tujuan
a.
Untuk mengetahui
gambaran kecenderungan aktualisasi diri pada manusia
b.
Untuk mengetahui
gambaran tentang fully function person.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Aktualisasi
Diri
2.1.1
Pengertian
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami
dan naluriah yang di miliki manusia untuk melakukan usaha terbaik yang ia bisa.
Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), menyatakan aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi psikologis yang unik. Proses Aktualisasi diri akan di bantu serta di
hambat oleh pengalaman dan proses belajar kita dalam masa kanak kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup dan pengalaman
seseorang.
Aktualisasi diri juga dapat di artikan
sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua
kualitas serta kapasitas yang dimiliki manusia. Aktualisasi dapat meningkatkan
pematangan serta pertumbuhan seseorang. Ketika individu makin bertambah besar,
maka "diri"nya mulai berkembang. Kemudian setelah itu, tekanan
aktualisasi pun akan beralih beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis.
Karena bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa,
perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian.
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham
Maslow, manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa sejak
lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari paling terendah
sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan
terlebih dahulu baru muncul kebutuhan di tingkat selanjutnya. Kebutuhan tertinggi
dalam hirarki Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Dalam hierahki tersebut
di jelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan hal yang sangat penting dan harga
mati apabila seorang individu ingin mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang
mulai disadarinya ada dalam dirinya. Dimana seseorang itu sadar, mengerti dan
paham akan siapa dirinya, apa kemampuannya, apa potensinya. Dalam bukunya
Hierarchy of Needs, Abraham Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri (self
actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi manusia. Maslow
menjelaskan bahwa setiap manusia dimanapun dan budaya apapun akan mengalami
tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya.
Kebutuhan
tersebut meliputi:
1.
Kebutuhan fisiologis
(physiological), ini merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan manusia, yakni
kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis
2.
Kebutuhan keamanan dan
keselamatan (safety), yakni kebutuhan akan keamanan, kemerdekaan dari rasa
takut atau tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam
3.
Kebutuhan rasa
memiliki, sosial dan kasih sayang (social), yakni kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain, seperti persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi
dan kasih sayang
4.
Kebutuhan akan
penghargaan (esteem), ialah kebutuhan akan harga diri, status, dan penghargaan
dari orang lain.
5.
Kebutuhan aktualisasi
diri (self actualization), dalam hierarki maslow ini adalah tahap kebutuhan
tertinggi, yakni kebutuhan untu memenuhi keberadaan diri (self
fulfillment) dengan memaksimalkan
penggunaaan kemampuan serta potensi diri.
Seseorang akan dapat beraktualisasi diri
ketika kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi dengan baik. Kemudian
seseorang melakukan aktualisasi diri diri guna mengembangkan sifat-sifat serta
potensi yang memang dimiliki sesuai dengan keunikannya sehingga menjadi
keseluruhan kepribadian yang utuh.
Cara pemuasan Efek deprivasi Patology berhubungan dengan
kebutuhan Fisiologis Lapar – makan Malnutrisi Makan
berlebihan, anorexaia Safety Mendapatkan pekerjaan
yang baik Kecemasan Tidak aman Love and belonging Bergabung dengan kelompok, mencari
pasangan kesendirian Kepribadian antisosial Esteem Mendapatkan pujian Tak berharga, inferior Depresi Self
actualization Pekerjaan kreatif, menolong orang
lain Kebosanan, tanpa makna Sinisme, alienasi
2.1.2
Mengapa
Seseorang Melakukan Aktualisasi Diri
Seperti yang sudah di bahas di atas.
Diantara ilmuwan yang secara aktif memperkenalkan konsep tentang aktualisasi
diri ialah Abraham Maslow (1908-1970). Idenya tersebut dikenalkan dalam bingkai
teori kepribadian. Maslow memperkenalkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan
puncak dari diri manusia diatas kebutuhan fisiologisnya (seperti kebutuhan
seks, makan, minum, serta bernafas), kebutuhan akan rasa aman serta
ketentraman, kebutuhan untuk dicintai, mencintai dan dibutuhkan orang lain
serta kebutuhan akan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri
(self-respect). Hal berikut di bawah ini akan dapat menjawab pertanyaan kita
tentang mengapa seseorang melakukan aktualisasi diri : seseorang akan mulai
memasuki tahap aktualisasi diri jika dia dapat memenuhi jenis jenis kebutuhan
dibawahnya secara seimbang dan baik. kebutuhan kebutuhan awal yang harus di
penuhi tersebut adalah kebutuhan kebutuhan yang dirasa dalam keadaan kekurangan
(misalnya ketika seseorang kesepian ia merasa kurang ada teman yang
memperhatikan, akhirnya ia rendah diri kemudian kurang terampil dan kurang
mendapat apresiasi, dan seterusnya).
Oleh karenanya kebutuhan-kebutuhan ini
disebut D-needs, dari kata deficit needs, kebutuhan yang harus terpenuhi agar
seseorang dapat termotifasi lebih tinggi lagi. Dan jenis kebutuhan deficit lain
adalah Kebutuhan sandang pangan papan, kebutuhan mencintai dan di cintai,
kebutuhan di hargai orang lain. Semua kebutuhan ini harus di lewati dengan
baik. Setelah itu proses aktualisasi diri tersebut akan terus tumbuh.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut, sekali dia dipenuhi akan lahir kebutuhan yang lebih
tinggi lagi dan disebut B-needs, dari being needs, yang bisa disebut juga
pertumbuhan motivasi. Hal ini sangat terkait dengan keinginan sinambung untuk
mewujudkan segala potensi “menjadi segala yang kita bisa”, menjadi “sekomplit
mungkin diri kita”. Dan kita akan menjadi tau siapa sebenarnya didiri kita, apa
sebenarnya yang kita mampu dan bisa, serta dapat benar benar mengenal potensi
diri kita dengan baik. Dari sinilah istilah aktualisasi diri
(self-actualization) muncul.
2.1.3
Arah
Aktualisasi diri
Menurut Broadley, aktualisasi diri
memiliki arah yang bersifat membangun. Artinya, manusia memiliki kecenderungan
untuk terus memperbaiki diri. Broadley menjelaskan bahwa arah aktualisasi diri
terdiri dari dua aspek, yaitu aktualisasi diri yang mengarahkan pada usaha
untuk mempertahankan integritas individu serta aktualisasi diri yang
mengarah pada realization, fulfillment,
dan perfection.
Aktualisasi diri yang mengarah pada
usaha untuk mempertahankan integritas pada akhirnya akan berdampak terhadap
pemeliharaan identitas diri dan keutuhan sebagai seorang manusia. Sedangkan
pada aspek yang kedua, aktualisasi diri merupakan suatu proses yang tidak
terpisahkan dari upaya untuk pemenuhan potensi-potensi yang dimiliki oleh
manusia. Oleh karena itu, Broadley menyimpulkan bahwa aktualisasi diri
merupakan proses yang selektif dalam upaya memelihara dan mempertahankan
keutuhan manusia.
2.1.4
Tokoh
A.
Carl Rogers
Carl
Roger (1951) adalah tokoh yang meletakkan pondasi awal teori kepribadian. Dia
mengatakan: “organisme mempunyai tendensi awal untuk beraktualisasi,
melestarikan, mengembangkan pengalamannya. Selain itu banyak juga kebutuhan
lainnya,hal ini membuktikan bahwa semua dorongan biologis dapat dipilah-pliah
kedalam beberapa aspek.
B.
Abraham Maslow
Maslow
adalah salah satu tokoh besar dalam humanistic. Menurutnya, manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan atau needs yang terbagi ke dalam beberapa level. Tingkatan
kebutuhan tersebut, oleh Maslow, kemudian diformulasikan dalam sebuah hirarki
yang pada akhirnya dikenal dengan hirarki Maslow.Salah satunya adalah kebutuhan
dalam hirarki tersebut adalah untuk mengaktualisasikan diri
(self-actualizing).Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri merupakan kebutuhan
yang menduduki puncak sebuah hierarki.
2.1.5
Karakteristik
Aktualisasi Diri.
Seseorang yang telah mencapai
aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Terdapat 11 karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri
(Schneider,K.J, dkk, 2001), diantaranya.
a. Mampu
melihat realitas secara lebih efisien
Seseorang
akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan
kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa secara kritis dan
logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa yang seharusnya
didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan atau ditakuti orang
lain.
b.
Penerimaan terhadap
diri sendiri dan orang lain apa adanya
Dengan
aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang tinggi
dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain. Ia
juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang
lain kepada dirinya.
c.
Spontanitas,
kesederhaan dan kewajaran
Karakteristik
ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak dibuat-buat,
spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang dada terhadap
kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipnya.
Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani menentang dengan asertif.
d.
Terpusat pada persoalan
Dengan
aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran, perilaku, dan
gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan pada
persoalan-persoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.
e.
Membutuhkan kesendirian
Seseorang
akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu yang
dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
f.
Otonomi (kemandirian
terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Dengan
karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan melakukan
apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh
lingkungan. Ia akan mudah beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan
yang datang.
g. Kesegaran
dan apresiasi yang berkelanjutan
Dengan
aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri, menerima, dan
tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa saja.
h. Kesadaran
social
Seseorang
yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk bersikap
empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan
bermasyarakat.
i.
Hubungan interpersonal
Dengan
aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
j.
Demokratis
Orang
yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul
berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai
dan lain-lain.
k.
Rasa humor yang
bermakna dan etis
Seseorang
dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan atau
menjelekkan orang lain.
l.
Kreativitas
Kreativitas
ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli,
tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
m.
Independensi
Seseorang
akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa terpengaruh oleh
berbagai kepentingan lain.
n.
Pengalaman Puncak (Peak
Experience)
Orang
yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan
alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam semesta. Artinya,
orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku,
bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu,
ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.
Karakter-karakter ini merupakan cerminan
orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peakexperience).
Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain,
alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.
2.1.6
Langkah-langkah
untuk Aktualisasi Diri
Ada beberapa langkah dan cara
seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Yaitu :
A.
Mengenali potensi dan
bakat unik yang ada dalam diri
Tidak
menyembunyikan bakat yang dimiliki, karena bakat diciptakan untuk digunakan,
demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh karena itu seseorang harus dan
wajib mengenali dan mengetahui bakat serta potensi unik yang ada dalam dirinya.
Bakat merupakan anugerah Tuhan yang tidak ternilai.Tiap orang terlahir dengan
bakat dan potensi yang luar biasa. Yang harus di lakukan adalah memahami,
mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang di miliki agar
berguna bagi dirinya sendiri.
B.
Mengasah kemampuan unik
setiap hari
Seseorang
yang sukses ialah seseorang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada
dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan jutaan orang lain di dunia. Di
latih di pertajam setiap harinya.Agar makin berkembang, agar semakin
matang.Semua berawal dari hal kecil tersebut. Semakin lama akan semakin berkembang
dan besar. Serta bermanfaat.
C.
Berbeda yang baik.
Menjadi bermanfaat bagi orang lain
Tiap
orang di ciptakan berbeda satu sama lain oleh tuhan, mempunyai keunikan masing
masing. Dengan menjadi seseorang yang berbeda, namun tak sekedar berbeda, tapi
juga unik. Menghargai diri sendiri, percaya bahwa diri adalah alah satu maha
karya terbaik ciptaan tuhan. Yang memliki manfaat bagi orang lain. Dengan
menghargai orang lain dan berbuat baik kepada orang lain.
2.2
Fully
Function Person
2.2.1
Pengertian
Fully Function Person
Rogers (dalam Schneider.K.J., dkk, 2001)
mengemukakan bahwa fully function person adalah orang yang telah berkembang
secara optimal. Yaitu dimana seseorang akan berusaha bertujuan untuk memenuhi
potensinya secara penuh. Untuk dapat disebut sebagai fully function person,
maka seseorang harus memiliki kriteria sebagai berikut :
·
Openness to Experience
Bagi
seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri maka akan cenderung terbuka
dengan perasaannya. Perasaan merupakan bagian penting dari keterbukaan karena
perasaan tersebut menyampaikan nilai pada organisme lain.
·
Existential Living
Merupakan
realitas yang menegaskan bahwa kita hidup disini dan saat ini. Karakter ini
menekankan bahwa seseorang tidak harus belajar atau mengingat di masa lalu
ataupun merencanakan atau bermimpi tentang masa depan.
·
Organismic Trusting
Organismic
merupakan suatu proses dimana seseorang merasa percaya diri, melakukan apa yang
terasa benar, apa yang datang secara alami. Bagi seseorang yang cenderung
beraktualisasi maka ia akan membiarkan dirinya percaya dan mengikuti proses
organismic.
·
Experiental Freedom
Karakter
ini menjelaskan bahwa kita merasa memiliki kebebasan jika dihadapkan pilihan
yang tersedia. Rogers mengatakan bahwa seseorang dengan fully function akan
merasa bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya.
·
Creativity
Saat
seseorang telah merasa bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya, maka ia
akan cenderung berpartisipasi dan berkontribusi guna mengaktualisasikan
kehidupan orang laon. Banyak cara yang dilakukan melalui kreativitas seperti
seni atau ilmu, kepedulian sosial, maupun melakukan salah satu yang terbaik di
pekerjaan seseorang.
2.3
Hubungan
Fully Functioning dan Aktualisasi Diri
Fully functioning menggambarkan kondisi
seseorang untuk memenuhi potensinya sebagai
manusia, bertujuan mewujudkan apa yang ia inginkan. Sedangkan aktualisasi diri
merupakan salah satu tugas individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya.
Kedua konsep ini memiliki kesamaan, pada intinya keduanya menjadikan individu
untuk dapat terbuka terhadap dunia dan perasaannya dengan cara mengerahkan
potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai apa yang mereka inginkan
(Schneider,K.J, dkk, 2001).
DAFTAR
PUSTAKA
Ardi
Al Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada 10 April 2014
dari,http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html
Adi
Jujunan Musa (2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11
April 2014, dari, http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasi-diri/
Ardi
Al Maqqassary (2012).Cara Mengaktualisasi Diri. Diakses pada 10 April 2014 dari, http://www.psychologymania.com/2012/12/cara-mengaktualisasikan-diri.html
Broadley,
Barbara Temaner. The Actualizing Tendency Concept in Client-Centered Theory.
Chicago: Illinois School
Schneider,K.J.,
dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage
Publication.inc
No comments:
Post a Comment