BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang
penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi,
tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat
1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan
puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan,
sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek
tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan,
dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai,
muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat
di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air
juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada
bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air)
dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut Pengelolaan sumber daya air yang
kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan
bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur
sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
bagaimana yang dimaksud air bersih itu....
2.
dari mana sumber air itu...
3.
Bagaimana syarat-syarat air bersih
itu....
4.
Pengolahan Air Bersih PDAM...
5.
Pengolahan Air
Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi...
6.
Teknologi
Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up
Flow"...
7.
proses saringan
pasir cepat...
1.3
Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
:
1. Untuk mengetahui MAKSUD air bersih
2. untuk
mengetahui sumber air
3. untuk
mengetahui
syarat-syarat
air bersih
4. untuk
mengetahui Pengolahan Air Bersih PDAM
5. untuk mengetahui Pengolahan Air Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi
6. .untuk mengetahui Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan
Pasir Lambat "Up Flow
7. untuk mengetahui proses
saringan pasir cepat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air dan Air Bersih
Air adalah cairan tidak berwarna, tidak beras, dan tidak
berbau yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Air merupakan senyawa dengan
rumus kimia H2O yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air hampir
menutupi 71% permukaan Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan
pada lapisan lapisan es (di kutub dan puncak puncak gunung), akan tetapi air
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, danau, uap air,
lautan es. Air dalam obyek obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air,
yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran di atas tanah (runoff : meliputi mata air; sungai;muara) menuju laut.
Air berarti besar peranannya dalam kesehatan manusia. di
dalam air bisa saja terdapat phatogenic
organisme yang dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti Salmonella typhy yang dapat menyebabkan
penyakit demam typhoid, Sighella
dysentriae yang menyebabkab penyakit disentri basiler dan lain sebaginya.
Di dalam air juga bisa saja terdapat non
phatogenic organisme yang menganggu dan dapat menimbulkan kerugian bagi
manusia, seperti Actinomycetes dan Algae yang terdapat dalam air kotor
dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak diharapkan. Terlepas dari hal itu,
air sangat berguna bagi tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri dari air,
kira-kira 60-70 % dari berat badanya. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara
lain untuk : proses pencernaan, metabolisme, keseimbangan tubuh dan lain lain.
Apabila tubuh kekurangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian.
Pengertian Air Bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pada BAB 1 tentang pengembangan
sistem penyediaan air minum,
Pasal 1, Ayat 1 : Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah
air yang
dapat berasal dari
sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan
yangmemenuhi baku mutu tertentu
sebagai air baku untuk air minum. Ada
beberapa pe syaratan
yang perlu diketahui mengenai
kualitas air tersebut baik secara fisik,
kimia dan juga mikrobiologi.
2.2 . Sumber Air
Seperti kita ketahui bahwa sumber
air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih, karena tanpa sumber
air maka suatu system penyediaan air tidak dapat berfungsi.
Berikut sumber sumber air :
1.
Air hujan
Air hujan sudah merupakan air bersih, asalkan penampunganya
dilakukan dengan cara yang benar.
2.
Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,
seperti lumpur, batang kayu, daun, kotoran, dan lain lain. Ada beberapa macam
air permukaan diantaranya :
a.
Air laut
Air ini sifatnya asin karena mengandung garam (NaCl). Kadar
garam dalam air laut hanya 3%, dengan keadaan aini air laut memenuhi syarat
untuk dijadikan air minum.
b.
Air sungai
Dalam penggunaan air sungai sebagai air minum, harus
mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat derajat pengotoran yang
sangat tinggi.
c.
Air rawa
Air rawa biasanya berwarna kuning kecoklatan yang disebabkan
oleh zat-zat organic yang telah membusuk, seperti asam humus, dan lain lain.
d.
Air danau
Danau adalah massa air yang seluruhnya dikelilingi daratan,
berbentuk cekungan yang permukaannya lebih tinggi dari laut.
3.
Air tanah
Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah
permukaan tanah. Kedalaman air tanah di berbagai tempat tidak sama, karena
dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan
lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur yang
di gali oleh penduduk.
4.
Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah.
2.3 . Syarat Air Bersih
1. Air
harus jernih atau tidak
keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan
oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan
semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
2. Tidak
berwarna. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa
berwarna kuning , air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar
dan lain-lain.
3. Rasanya
tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4. Tidak
berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak
berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk
mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh
mikroorganisme air.
5. Derajat
keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 – 8,5 .
Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa
pahit. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)
6. Tidak
mengandug zat kimia beracun, misalnya
arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak
serta bahan radioaktif.
7. Kesadahannya
rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh
kandungan ion kalsium (Ca2+)dan magnesium (Mg2+)
. Hal ini dapat dilihat bila sabun atau deterjen yang digunakan sukar
berbusa dan di bagian dasar peralatan yang dipergunakan untuk merebus air
terdapat kerak atau endapan. Air sadah dapat juga mengandung
ion-ion Mangan (Mn2+)dan besi (Fe2+)
yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau, serta akan menimbulkan noda-noda
kuning kecoklatanpada peralatan dan pakaian yang dicuci. Meskipun ion
kalsium, ion magnesium, ion besi dan ion mangan diperlukan oleh tubuh kita. Air
sadah yang banyak mengandung ion-ion tersebut tidak baik untuk dikonsumsi.
Karena dalam jangka panjang akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, dan hati.
Tubuh kita hanya memerlukan ion-ion tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit
sedikit sekali. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, mangan dan magnesium
merupakan zat yang membantu kerja enzim, besi dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah.Batas kadar ion besi yang diizinkan terdapat di dalam air minum
hanya sebesar 0,1 sampai 1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter).
Untuk ion mangan ; 0,005 – 0,5 ppm, ion kalsium : 75 – 200 ppm dan 1on
magnesium : 30 – 150 ppm.
8. Tidak
boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu
bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri
lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus,
paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu hingga mendidih,
bakteri tersebut akan mati.
Kualitas
Air Bersih
Syarat dari air bersih, secara
terperinci telah
diatur pada Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
dimana pada peraturan
tersebut kualitas air bersih khususnya
air minum diatur berdasarkan nilai kandungan maksimum dari
parameterparameter yang
berhubungan langsung dengan kesehatan
seperti parameter
mikrobiologi dan kimia
anorganik dan parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan seperti parameter fisik
dan kimiawi Permenkes, no. 492/Menkes/Per/IV/2010.
2.4 Pengolahan Air Bersih
Secara
umum, pengolahan air terdiri dari 3 aspek, yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara
mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan,
filtrasi, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat
penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya bahan ini
digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air.
Sedangkan pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme
sebagai media pengolahnya.
Secara
umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1.
Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai
bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya
diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring
kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam
air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
2.
Bak Prasedimentasi (optional)
Bak ini digunakan bagi sumber air
yang karakteristik turbiditasnya tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air
berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk
pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll. Selanjutnya
air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih yakni WTP.
3.
WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari
sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a.
Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi,
pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid,
karena pada dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan
berbagai partikel koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah
untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya
seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing
(pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat.
Bentuk alat pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat
menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan
batang pengaduk).
b.
Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit
flokulasi. Tujuannya adalah untuk membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang
terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada
pengadukan lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan
efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok
tersebut.
c.
Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk
mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit
sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel
kolid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Pada
masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada yang dibuat
tergabung yang disebut unit aselator.
d.
Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi
adalah untuk menyaring dengan media butiran. Media butiran ini biasanya terdiri
dari antrasit, pasir silica dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara
ini dilakukan dengan metode gravitasi.
e.
Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada
kemungkinan ada kuman dan bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa
kimia yang dapat mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor,
ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya,
yakni reservoir.
4.
Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa
secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep
gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih
tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa diatas
bukit atau gunung.
2.5 Pengolahan Air Bersih PDAM
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini
menggunakan Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat–syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP
RI
No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air,
sedangkan standar kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang Syarat- Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Bagan dari sistem pengolahan air bersih sendiri dapat dilihat pada Instalasi
Pengolahan Air Bersih PDAM.
Ø
Intake
Intake sendiri adalah proses
pemompaan air
baku sungai untuk dialirkan ke dalam sumur penyeimbang.
Ø
Aerator
Aerator
dimaksudkan untuk meningkatkan
kadar oksigen terlarut (DO) dalam
air baku, yang disebut proses aerasi. Peningkatan kadar oksigen terlarut ini
berguna untuk
menurunkan kadar besi, mangan, bahan organik, ammonia, dan sebagainya.
Ø
Prasedimentasi
Prasedimentasi
dimaksudkan untuk mengendapkan
partikel diskret atau partikel kasar
atau lumpur. Partikel
diskret adalah partikel
yang tidak mengalami perubahan bentuk
dan ukuran selama mengendap di dalam
air.
Ø Flash
Mixer
Flash
mixer adalah unit pengadukan cepat
yang berfungsi untuk melarutkan tawas ke dalam air hingga homogen. Flash mixer
ini merupakan
bagian dari proses koagulasiflokulasi.
Ø Clearator
Pada
clearator inilah proses koagulasi dan flokulasi terjadi,
dimana pada proses koagulasi,
koagulan dicampur
dengan air baku selama
beberapa saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi
destabilisasi koloid
yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi
mengalami saling tarik menarik
sehingga cenderung untuk membentuk
gumpalan yang lebih besar.
Ø
Filter
Filter
merupakan bangunan untuk menghilangkan
partikel yang tersuspensi dan koloidal
dengan cara menyaringnya dengan media
filter.
Ø
Desinfeksi
Desinfeksi
air minum bertujuan membunuh
bakteri patogen yang ada dalam air.
Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:pemanasan,
penyinaran antara
lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver,
asam atau
basa, senyawa-senyawa kimia, dan
chlorinasi.
Ø
Reservoir
Reservoir
pada sistem IPAM ini adalah untuk
menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan ke
konsumen dalam sistem
distribusi.
Ø
Proses Koagulasi
Koagulasi
adalah proses destabilisasi koloid
dan partikel-partikel yang tersuspensi didalam air baku karena adanya
pencampuran yang
merata dengan senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat. Ada tiga factor yang
mempengaruhi keberhasilan
proses koagulasi, yaitu :
a. Jenis
koagulan yang dipakai
b. Dosis
pembubuhan koagulan
c. Proses
pengadukan
Ø
Jenis Koagulan
Pemilihan
koagulan sangat penting untuk
menetapkan criteria desain dari system pengadukan serta system flokulasi yang efektif. Jenis koagulan
yang biasanya digunakan
adalah koagulan garam logam dan koagulan
polimer kationik. Contoh koagulan garam
logam diantaranya adalah :
a. Aluminium
Sulfat atau Tawas
b. (Al3(SO4)2.14H2O)
c. Feri
Khlorida (FeCl3)
d. Feri
Sulfat (Fe2(SO4)3)
Koagulan
yang digunakan di IPAM adalah aluminium sulfat atau tawas.
Ø
Dosis Koagulan
Dosis
koagulan berbeda-beda tergantung
dari jenis koagulan yang dibubuhkan,
temperature air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan
dapat dilakukan
melalui penelitian laboratorium
dengan
metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya mmerupakan
proses pengolahan air
skala
kecil.
Ø
Pengadukan
Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat
dimana pengadukan cepat
(koagulasi) dilakukan dengan berbagai cara, namun pada IPAM ,
proses
ini dilakukan dengan hydraulic jump mixing, merupakan
pengadukan cepat secara hidrolis.
Koagulasi
Hidrolis atau hydrolic mixing,
merupakan fenomena ilmiah dari proses hidrolisis yang
diamati pada aliran open channel seperti
sungai. Ketikan cairan pada kecepatan
tinggi bergerak ke area
yang memiliki
kecepatan aliran lebih rendah, kenaikan
yang tiba-tiba akan terjadi pada permukaan cairan. Sehingga cairan yang mengalir cepat
tiba-tiba melambat dan mengalami
kenaikan tinggi level cairan, mengubah
sebagaian energy kinetic awal aliran
menjadi energy potensial, dengan
beberapa
energy yang hilang melalui turbulensi
irreversible panas. Dalam aliran open channel, ini
bertransformasi sebagai aliran
cepat yang melambat dan menumpuk diatas
lapisan cairan itu sendiri, mirip bentuk shockwave. Jenis
aliran ini lebih mudah dalam pengoperasian
dan pemeliharaannya (Schulz dan Okun, 1984)
Rumus yang dipergunakan untuk
perhitungan pada
koagulasi hidrolis adalah sebagai berikut: Dimana P untuk
koagulasi hidrolis menggunakan
rumus : Sehingga
rumus untuk gradient kecepatan
pada
koagulasi hidrolisis adalah sebagai berikut :
Dimana
:
G
= gradient kecepatan (1/s)
P
= daya yang diberikan (kg.m2/s3)
p
= densitas cairan (kg/m3)
g
= percepatan gravitasi (m/s2)
hL
= head Loss (m)
Q
= debit (m3/s)
μ
= viskositas cairan (kg/m.s)
V
= volume (m3)
Perhitungan jgradient kecepatan pada
koagulasi hidrolisis
juga dapat ditentukan dengan jumus berikut : Dimana hf adalah nilai
dalam meter, saat kehilangan
tekanan air pada saat air
mengalir menuju
clearator.
2.6 Pengolahan
Air Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi
Konsep dasar dari pengolahan air dengan cara penyaringan
adalah memisahkan padatan atau koloid dari air dengan menggunakan alat
penyaring, atau saringan. Air yang mengandung padatan, dilewatkan pada media
saring dengan ukuran pori-pori atau lubang tertentu. Ukuran pori atau lubang
saringan harus lebuh kecil dari ukuran bahan padatan yang akan dipisah.
Pada proses pengolahan air minum, air limbah, air kotor,
penyaringan air ini bisa merupakan tahap awal, atau tahap lanjutan. Pada
pengolahan tertentu, penyaringan dilakukan setelah proses koagulasi, atau
penggumpalan. Di sini penyaringan merupakan tahap lanjutan dari proses
koagulasi.
Beberapa bahan padat dapat dilihat secara langsung karena
terapung di permukaan air, seperti ranting, daun, batang tanaman, sampah rumah
tangga, dan sebagainya. Beberapa bahan padat lainnya mungkin tidak
akan terlihat dengan mudah, seperti potongan logam, atau bahan lain yang
memiliki densitas lebih besar daripada air.
Untuk bahan padat yang berukuran besar, dapat disaring
dengan saringan kasar atau sedang menggunakan pasir kasar pada proses
penyaringan awal. Bahan padat yang berukuran sangat kecil, atau sangat halus
dan yang terlarut, mungkin akan lebih baik jika dilakukan proses
koagulasi terlebih dahulu. Hasil proses koagulasi merupakan endapan berukuran
relative besar. Baru kemudian dilakukan penyaringan untuk memisah produk
koagulasi dari air.
a) Ukuran Pori Atau Lubang Saringan.
Untuk penyaringan bahan padat kasar digunakan saringan yang
memiliki lubang berukuran antara 5 – 20 mm. Untuk bahan padatan ukuran halus
atau hiperfiltrasi digunakan saringan berlubang sangat halus, tergantung pada
diameter padatan.
Pada Gambar di bawah ditunjukkan jenis dan ukuran media
saring yang umum digunakan pada pengolahan air minum. Ukuran media saring kecil
akan menghasilkan pori atau lubang yang kecil, sedangkan ukuran media yang
besar akan menghasilkan pori atau lubang yang besar.
Berdasarkan tipenya, saringan dibedakan menjadi single
medium, dual medium, dan three medium. Skematika ketiga tipe medium ini dapat
dilihat pada gambar di bawah.
Single medium digunakan untuk menyaring bahan padatan yang
memiliki rentang ukuran sempit, atau seragam. Dual medium digunakan untuk
memisahkan bahan padatan yang memiliki dua selang ukuran. Padatan memiliki dua
ukuran rata-rata yang berbeda. Sedangkan three medium digunakan untuk menyaring
bahan padatan yang memiliki lebih dari dua ukuran atau memiliki ukuran yang
sangat bervariatif, atau memiliki rentang ukuran yang lebar.
Media
Saring Tipe Single Medium
Media
Saring Tipe Dual Dan Three Medium
b) Ukuran Media Penyaringan/Saring
Berdasarkan ukuran media saring dikelompokan sebagai
berikut:
Pasir
berukuran sangat besar, very coarse sand: 1,0 – 2,0 mm
Pasir
berukuran kasar, coarse sand: 0,5 – 1,0 mm
Pasir
berukuran sedang, medium sand: 0,25 – 0,5 mm
Pasir
berukuran halus, fine sand: 0,1 – 0,25 mm
Pasir
berukuran sangat halus, very fine sand: 0,05 – 0,1 mm.
c) Sistem Aliran Fluida/Air Pada
Pengolahan.
Pada gambar di bawah ditunjukkan pola atau sistem aliran fluida
atau air yang diolah. Sistem aliran air dibagi menjadi empat sistem yang
berbeda, yaitu: sistem aliran horisontal atau horizontal filtration, sistem
aliran gravitasi atau gravitation filtration atau vertikal dari atas ke bawah,
sistem aliran dari bawah ke atas atau up flow filtration, dan sistem aliran
ganda atau biflow flitration.
Sistem
Aliran Horisantal Dan Gravitasi Pada Pengolahan Air Minum
Sistem
Aliran Bawah Ke Atas Dab Ganda Pada Pengolahan Air Minum
2.7 Teknologi Pengolahan Air
Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up Flow"
a.
Saringan Pasir Lambat Konvensional
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat
konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung,
saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih .
Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air
baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya
tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya
pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak
telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan
misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan dengan bahan kimia.
Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan
baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan
proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas
pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan.
Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari
beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media
penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet
dan peralatan kontrol.
Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional
terdapat dua tipe saringan yakni :
- Saringan pasir lambat dengan kontrol pada inlet (Gambar 1).
- Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet. (Gambar 2).
Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan
sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow).
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari
sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass
untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem
saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.
Gambar 1: Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Inlet
Keterangan : A. Kran
untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant C. Indikator laju air D. Weir inlet E. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih F. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor G. Kran distribusi H. Kran penguras bak air bersih |
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir
lambat antara lain yakni :
·
Bagian Inlet
Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan
tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet
ini biasanya berbentuk segi empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan
air yang berada di atas media penyaring (pasir).
·
Lapisan Air di Atas media Penyaring
(supernatant)
Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaring (supernatant) dibuat
sedemikian rupa agar dapat menghasilkan tekanan (head) sehingga dapat mendorong
air mengalir melalui unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat
memberikan waktu tinggal air yang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai
dengan kriteria disain.
Gambar 2 : Komponen Dasa Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Outlet.
Keterangan : A. Kran
untuk inlet air baku
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant C. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih D. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor E. Kran pengatur laju penyaringan F. Indikator laju alir G. Weir inlet kran distribusi H. Kran distribusi I. Kran penguras bak air bersih |
|
·
Bagian Pengeluaran (Outlet)
Bagian outlet ini selain untuk pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai
weir untuk kontrol tinggi muka air di atas lapisan pasir.
·
Media Pasir (Unggun Pasir)
Media penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan inert(tidak larut dalam
air atau tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media penyaring
yang umum dipakai yakni pasir silika karena mudah diperoleh, harganya cukup
murah dan tidak mudah pecah. Diameter pasir yang digunakan harus cukup halus
yakni dengan ukuran 0,2-0,4 mm.
·
Sisten Saluran Bawah (drainage)
Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta sebagai
penyangga media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran utama dan saluran
cabang, terbuat dari pipa berlubang yang di atasnya ditutup dengan lapisan
kerikil. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk menyangga lapisan pasir agar pasir
tidak menutup lubang saluran bawah.
·
Ruang Pengeluaran
Ruang pengeluran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan sekat atau
dinding pembatas. Di atas dinding pembatas ini dapat dilengkapi dengan weir
agar limpasan air olahannya sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir ini
berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan di bawah atmosfir dalam lapisan
pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi level pada
reservoir. Dengan adanya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi
oksigen dalam air olahan akan bertambah besar.
Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem
saringan pasir lambat konvensional ini mempunyai keunggulan antara lain :
- Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
- Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
- Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
- Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
Sedangkan beberapa kelemahan dari
sistem saringan pasir lambat konvensiolal tersebut yakni antara lain :
- Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi pendek.
- Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas.
- Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.
- Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
Untuk mengatasi problem sering
terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat kekeruhan air baku yang
tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan pasir lambat
yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat “UP Flow (penyaringan
dengan aliran dari bawah ke atas).
b. Sistem Saringan Pasir Lambat “Up Flow”
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya
adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah
(down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan,
maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan
pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah
bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup
banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan
air baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang
sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi
dengan baik, terutama pada musim hujan.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim
hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka
perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak
pengendapan awal atau saringan “Up Flow” dengan media berikil atau batu pecah,
dan pasir kwarsa / silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke
bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang
keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di
alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen
dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.
Diagram proses pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan pasir
lambat Up Flow ditunjukkan pada Gambar (3).
Gambar (3) : Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan pasir lambat “Up Flow” ganda.
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan
telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka
kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas
lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash).
Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow
tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan
dapat dilakukan kapan saja.
Saringan pasir lambat “Up Flow” ini mempunyai
keunggulan dalam hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta
hasilnya sama dengan saringan pasir yang konvesional.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai
macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
c. Kriteria Perencanaan Saringan Pasir Lambat “UP FLOW”
Untuk merancang saringan pasir lambat “Up Flow”, beberapa kriteria perencanaan
yang harus dipenuhi antara lain :
- Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.
- Kecepatan penyaringan antara 5 – 10 M3/M2/Hari.
- Tinggi Lapisan Pasir 70 – 100 cm.
- Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
- Tinggi muka air di atas media pasir 90 – 120 cm.
- Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
- Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm
- Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
Unit pengolahan air dengan saringan
pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai
atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi
misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat
tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan
pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan “Up Flow” dengan media
berikil atau batu pecah.
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan
saringan pasir lambat Up Flow sama dengan saringan pasir lambat Up Flow terdiri
atas unit proses:
- Bangunan penyadap
- Bak Penampung / bak Penenang
- Saringan Awal dengan sistem “Up Flow”
- Saringan Pasir Lambat Utama “Up Flow”
- Bak Air Bersih
- Perpipaan, kran, sambungan dll.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai
macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
C. Percontohan
Salah satu rancangan detail konstruksi sistem saringan pasir lampat ‘Up Flow”
dengan kapasitas 100 M3 per hari ditunjukkan seperti pada Gambar 4.a
s/d gambar 4.c.
a). Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan percontohan unit pengolahan air bersih
dengan proses saringan pasir lambat Up Flow antara lain :
- Bak penenang manupun bak penyaring dibuat dengan konstruksi beton cor.
- Perpipaan menggunakan pipa PVC (poly vinyl chloride) diameter 4″.
- Media filter yang digunakan yakni batu pecah (split) ukuran 2-3 cm untuk lapisan penahan, dan pasir sungai/pasir silika untuk lapisan penyaring.
Gambar 4.a : Rancangan alat pengolah air bersih ” Saringan Pasir Lambat Up
Flow” kapasitas 100 M3/hari. Tampak Atas.
Gambar 4.b : Rancangan alat pengolah air bersih ” Saringan Pasir Lambat Up
Flow” kapasitas 100 M3/hari. Potongan A -A.
Gambar 4.c : Rancangan ” Saringan Pasir Lambat Up Flow” kapasitas 100 M3/hari. Potongan B-B dan C-C.4.2. Spesifikasi Teknis Percontohan Unit Saringan Pasir Lambat Up Flow
Salah satu contoh unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat “Up Flow”
adalah unit ala pengolah air yang dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa
barat, dengan kapasitas 100 M3/hari seperti ditunjukkan pada gambar
desain seperti pada Gambar 5.
D. Keunggulan Pasir Lambat dengan Arah
Aliaran Dari Bawah Ke Atas
Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan arah
aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain :
- Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
- Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
- Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
- Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
- Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan media pasirnya.
E. Hasil
Pengolahan
Berdasarkan hasil uji coba alat pengolah air saringan pasir lambat Up Flow yang
telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat, dengan kapasitas
operasi 120 M3/Hari, didapatkan hasil analisa kualias air sebelum
dan sesudah pengolahan seperti pada Tabel (1).
Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa dengan teknologi saringan pasir
lambat tersebut dapat menurunkan zat besi dari 1,16 mg/lt menjadi 0,36 mg/lt.
Konsentrasi ammonium juga turun dari 0,4 mg/lt menjadi tak terdeteksi.
Dari hasil analisa air tersebut secara umum dapat diketahui bahwa hasil air
olahan dengan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas
tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat
digunakan sebagai air minum sesuai dengan standar kesehatan.
F. Operasi dan Perawatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan pasir
lambat dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni :
- Kecepatan penyaringan harus diatur sesuai dengan kriteria perencanaan.
- Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai dengan kecepatan disain mimimum (5 M3/M2.Hari).
- Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama) sebaiknya dilakukan minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan pencucian pasir pada saringan ke dua dilakukan minimal setelah 3 – 4 minggu operasi.
- Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras pada tiap-tiap bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak dapat dibersihkan dengan cara mengalirkan air baku sambil dibersihkan dengan sapu sehingga lumpur yang mengendap dapat dikelurakan. Jika lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum bersih secara sempurna, maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air baku ke bak saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup besar sampai lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran yang ada di dalam lapisan pasir terangkat ke atas. Selanjutnya air yang bercampur lumpur yang ada di atas lapisan pasir dipompa keluar sampai air yang keluar dari lapisan pasir cukup bersih.
Gambar 6 : Foto pada waktu pencucian
pasir dengan pemompaan.
2.8
Saringan Pasir Cepat (SPC)
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan
pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus
diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber
air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Cara penjernihan
air baik secara alami maupun kimiawi
akan diuraikan dalam bab ini. Cara - cara yang
disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat.
Bahan-bahannya
antara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi,
tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
a.
Uraian Singkat
Cara penjernihan
air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak pada penyusunan
drum atau bak pengendapan dan bak
penyaringan, serta susunan lapisan bahan penyaring.
b.
Bahan dan peralatan
1) 10
(sepuluh) kg arang
2) 10
(sepuluh) kg ijuk
3)
pasir beton halus Penyaringan
Air dengan Metode Saringan Pasir Cepat 11/ MI-4APelatihan Tepat Guna Kesehatan LingkunganMateri
Inti
4) batu
kerikil
5) 2
(dua) buah stop kran dengan diameter 1 inci
6) batu
dengan garis tengah 2-3 cm
7) 1
(satu) buah bak penampungan
8) 1
(satu) buah drum bekas
c.
Peralatan
1) Alat
pertukangan
2) Alat
perpipaan
d.
Alat pelindung diri
(APD)
e.
Cara Pembuatan
1) Sediakan
sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai
bak penampungan.
2) Buat
bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak.
Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru
kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm .
Penyaringan Air dengan Metode
Saringan Pasir Cepat12/ MI-4APelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi
Intig. Penggunaan
1) Air
sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan,yang sebelumnya pada
pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2) Setelah
bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak
penyaringan air.
3) Kemudian
kran yang terletak di bawah bak dibuka,
selanjutnya beberapa menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak
keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang
keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.h.
g.
Pemeliharaan
1) Ijuk
dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2) Pasir
halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat
dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3) Batu
kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan
dijemur sampai kering.
4) Batu
yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat,
kemudian dijemur.
h.
Keuntungan
1) Air
keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai, rawa,
telaga, sawah dan sumur.
2) Cara
ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil.
i.
Kerugian
1) Air
tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu arus
diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan.
Beberapa
Unsur Penilaian Baku Mutu Air Bersih
Sebagaimana kita ketahui, air yang telah tercemar
menyebabkan penyimpangan standar kualitas air. Terdapat beberapa faktor yang
dapat menyebabkan perjadinya perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai lagi
dengan standar baku mutu yang dipersyaratkan. Beberapa faktor penyebab tersebut
antara lain :
- Secara alamiah sumber air yang digunakan mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang berlebihan sehingga memerlukan pengolahan yang lebih sempurna.
- Air yang telah memenuhi standar kualitas akan dapat tercemar, baik secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia.
- Kurangnya pengertian individu atau masyarakat yang menggunakan fasilitas air bersih.s
Beberapa komponen dan standar baku pada air bersih meliputi
berbagai aspek baik fisik, kimia, maupun bakteriologis. Beberapa aspek yang
dinilai sebagai acuan standar baku air tersebut meliputi unsur-unsur antara
lain :
- Suhu. Kenaikan suhu menimbulkan beberapa akibat antara lain menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia serta terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
- pH. Nilai pH air yang normal antara 6 – 8, sedangkan pH air terpolusi misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.
- Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain disebabkan adanya bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti telah terjadi pelarutan garam.
- Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b) terbentuknya lapisan kerak pada alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.
- Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Standar kualitas ditetapkan 0,1 – 1.0 mg/l.
- Mangaan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l sehari yang dapat dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik terhadap organ pernafasan. Standar kualitas ditetapkan 0,05 – 0,5 mg/l dalam air.
- Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh cenderung berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobine sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit ádalah zat yang bersifat racun sehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan.
- Cadmium (Cd). Cadmium merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobin darah dan pigmentasi gigi. Selain itu cadmium juga bersifat karsinogenik.
- Timbal (Pb). Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung terakumulasi dalam tubuh, serta meracuni jaringan syaraf.
- Kekeruhan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau inorganik, dan mikroorganisme air. Akibatnya air menjadi kotor dan tidak jernih sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyebab kekeruhan.
- Bakteri coli. Organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran air. Oleh karena itu organisme pathogen di perairan harus diketahui. Mengingat tidak mungkin mengindikasikan berbagai macam organisme pathogen, maka pengukuran pengukurannya menggunakan bakteri-coli sebagai indikator organisme. Standar Coli pada air bersih ditetapkan sebesar 10 coli/100 ml air.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Begitu
pentingnya kesehatan, salah satu faktor kesehatan adalah air sebagai salah satu
sumber kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi air sebagai sumber kehidupan di
bumi ini sudah banyak tercemar karena ulah manusia. Berbagai penyakit juga disebabakan oleh
pencemaran air, oleh karena itu dicari solusi mengolah air untuk mendapatkan
air bersih yang layak konsumsi.
Ada banyak cara untuk mengolah air,
diantaranya adalah :
Pembuatan bangunan intake (bangunan
pengumpul air)
Pembuatan bak prasedimentasi
WTP (Water Treatment Plant), yang
terdiri dari proses :
j.
koagulasi
k. flokulasi
l.
sedimentasi
m. filtrasi
n. desinfeksi.
o. Reservoir
Saringan Pasir
Lambat (SPL)
Saringan pasir lambat merupakan
saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan
kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air
baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
kerikil.
Saringan
Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas
lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni
dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air
baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
pasir.
3.2.
Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat untuk
mengolah air dengan bijak sehingga air layak konsumsi.
2. Dengan penugasan membuat makalah
seperti ini, akan memacu kreativitas berpikir, memperluas cakrawala berpikir,
dan meningkatkan minat membaca para siswa.
3. Kepada seluruh pembaca kiranya
memberikan kritikan yang bersifat membangun sehingga apa yang kita harapkan
dari isi tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Sarudji D. et Al. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PUSDIKNAKES.
Jakarta :Bhakti Husada
Annonimous, “Design
Criteria For Waterworks Facilities”, Japan Water Works Association, 1978.
Tambo, N.,
and Okasawara, K., “Jousui no Gijutsu”, Gihoudo Shuppan, Tokyo, 1992.
Viessman, W.
JR.and Hammer, “Water Supply And Pollution Control”, Fourth Edition,
Harper & Row Publishers, New York, 1985.
No comments:
Post a Comment