Sunday, 31 March 2019

MAKALAH SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

1.2    Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul rumusan masalah sebagai berikut :
1.          bagaimana yang dimaksud air bersih itu....
2.          dari mana sumber air  itu...
3.          Bagaimana syarat-syarat air bersih itu....
4.          Pengolahan Air Bersih PDAM...
5.          Pengolahan Air Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi...
6.          Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up Flow"...
7.          proses saringan pasir cepat...

1.3    Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui MAKSUD  air bersih
2.      untuk mengetahui sumber air  
3.      untuk mengetahui syarat-syarat air bersih
4.      untuk mengetahui  Pengolahan Air Bersih PDAM
5.      untuk mengetahui Pengolahan Air Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi
6.      .untuk mengetahui Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up Flow
7.      untuk mengetahui proses saringan pasir cepat






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Air dan Air Bersih
Air adalah cairan tidak berwarna, tidak beras, dan tidak berbau yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Air merupakan senyawa dengan rumus kimia H2O yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air hampir menutupi 71% permukaan Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan lapisan es (di kutub dan puncak puncak gunung), akan tetapi air dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, danau, uap air, lautan es. Air dalam obyek obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran di atas tanah (runoff : meliputi mata air; sungai;muara) menuju laut.
Air berarti besar peranannya dalam kesehatan manusia. di dalam air bisa saja terdapat phatogenic organisme yang dapat mengganggu kesehatan manusia, seperti Salmonella typhy yang dapat menyebabkan penyakit demam typhoid, Sighella dysentriae yang menyebabkab penyakit disentri basiler dan lain sebaginya. Di dalam air juga bisa saja terdapat non phatogenic organisme yang menganggu dan dapat menimbulkan kerugian bagi manusia, seperti Actinomycetes dan Algae yang terdapat dalam air kotor dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak diharapkan. Terlepas dari hal itu, air sangat berguna bagi tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri dari air, kira-kira 60-70 % dari berat badanya. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk : proses pencernaan, metabolisme, keseimbangan tubuh dan lain lain. Apabila tubuh kekurangan banyak air, maka akan mengakibatkan kematian.
Pengertian Air Bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pada BAB 1 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, Pasal 1, Ayat 1 : Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yangmemenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Ada beberapa pe syaratan yang perlu diketahui mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia dan juga mikrobiologi.
2.2 . Sumber Air
            Seperti kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air tidak dapat berfungsi.
            Berikut sumber sumber air :
1.        Air hujan
Air hujan sudah merupakan air bersih, asalkan penampunganya dilakukan dengan cara yang benar.
2.        Air permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, seperti lumpur, batang kayu, daun, kotoran, dan lain lain. Ada beberapa macam air permukaan diantaranya :
a.       Air laut
Air ini sifatnya asin karena mengandung garam (NaCl). Kadar garam dalam air laut hanya 3%, dengan keadaan aini air laut memenuhi syarat untuk dijadikan air minum.
b.      Air sungai
Dalam penggunaan air sungai sebagai air minum, harus mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat derajat pengotoran yang sangat tinggi.
c.       Air rawa
Air rawa biasanya berwarna kuning kecoklatan yang disebabkan oleh zat-zat organic yang telah membusuk, seperti asam humus, dan lain lain.
d.      Air danau
Danau adalah massa air yang seluruhnya dikelilingi daratan, berbentuk cekungan yang permukaannya lebih tinggi dari laut.

3.        Air tanah
Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah. Kedalaman air tanah di berbagai tempat tidak sama, karena dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur yang di gali oleh penduduk.
4.        Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

2.3 . Syarat Air Bersih
      1.  Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
2.  Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning , air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.
3.  Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4.  Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air.
5.  Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 – 8,5 . Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)
6.  Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif.
7.  Kesadahannya rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh kandungan ion kalsium (Ca2+)dan magnesium (Mg2+) . Hal ini dapat dilihat bila sabun atau deterjen yang digunakan sukar berbusa dan di bagian dasar peralatan yang dipergunakan untuk merebus air terdapat kerak atau endapan. Air sadah dapat juga mengandung ion-ion Mangan (Mn2+)dan besi (Fe2+) yang memberikan rasa anyir pada air dan berbau, serta akan menimbulkan noda-noda kuning kecoklatanpada peralatan dan pakaian yang dicuci. Meskipun ion kalsium, ion magnesium, ion besi dan ion mangan diperlukan oleh tubuh kita. Air sadah yang banyak mengandung ion-ion tersebut tidak baik untuk dikonsumsi. Karena dalam jangka panjang akan menimbulkan kerusakan pada ginjal, dan hati. Tubuh kita hanya memerlukan ion-ion tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit sedikit sekali. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi, mangan dan magnesium merupakan zat yang membantu kerja enzim, besi dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah.Batas kadar ion besi yang diizinkan terdapat di dalam air minum hanya sebesar 0,1 sampai 1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter). Untuk ion mangan ; 0,005 – 0,5 ppm, ion kalsium : 75 – 200 ppm dan 1on magnesium : 30 – 150 ppm.
8.  Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.

Kualitas Air Bersih
Syarat dari air bersih, secara terperinci telah diatur pada Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, dimana pada peraturan tersebut kualitas air bersih khususnya air minum diatur berdasarkan nilai kandungan maksimum dari parameterparameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan seperti parameter mikrobiologi dan kimia anorganik dan parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan seperti parameter fisik dan kimiawi Permenkes, no. 492/Menkes/Per/IV/2010.

2.4 Pengolahan Air Bersih
Secara umum, pengolahan air terdiri dari 3 aspek, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtrasi, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya bahan ini digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Sedangkan pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1.      Bangunan Intake (Bangunan Pengumpul Air)
Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari air sungai. Pada bangunan ini terdapat bar screen (penyaring kasar) yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah, daun-daun, batang pohon, dsb.
2.      Bak Prasedimentasi (optional)
Bak ini digunakan bagi sumber air yang karakteristik turbiditasnya tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll. Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih yakni WTP.
3.      WTP (Water Treatment Plant)
Ini adalah bangunan pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a.          Koagulasi
Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid mixing (pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau mekanis (menggunakan batang pengaduk).
b.          Flokulasi
Selanjutnya air masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan lambat (slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok tersebut.
c.          Sedimentasi
Bangunan ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel kolid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Pada masa kini, unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi telah ada yang dibuat tergabung yang disebut unit aselator.
d.         Filtrasi
Sesuai dengan namanya, filtrasi adalah untuk menyaring dengan media butiran. Media butiran ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica dan kerikil silica dengan ketebalan berbeda. Cara ini dilakukan dengan metode gravitasi.
e.          Desinfeksi
Setelah bersih dari pengotor, masih ada kemungkinan ada kuman dan bakteri yang hidup, sehingga ditambahkanlah senyawa kimia yang dapat mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni reservoir.


4.      Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi di Indonesia menggunakan konsep gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan di tempat dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi, bisa diatas bukit atau gunung.
                           
2.5 Pengolahan Air Bersih PDAM
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat–syarat dan Pengawasan Kualitas Air dan PP RI
No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat- Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Bagan dari sistem pengolahan air bersih sendiri dapat dilihat pada  Instalasi Pengolahan Air Bersih PDAM.


Ø  Intake
Intake sendiri adalah proses pemompaan air baku sungai untuk dialirkan ke dalam sumur penyeimbang.
Ø  Aerator
Aerator dimaksudkan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air baku, yang disebut proses aerasi. Peningkatan kadar oksigen terlarut ini berguna untuk menurunkan kadar besi, mangan, bahan organik, ammonia, dan sebagainya.
Ø  Prasedimentasi
Prasedimentasi dimaksudkan untuk mengendapkan partikel diskret atau partikel kasar atau lumpur. Partikel diskret adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran selama mengendap di dalam air.
Ø  Flash Mixer
Flash mixer adalah unit pengadukan cepat yang berfungsi untuk melarutkan tawas ke dalam air hingga homogen. Flash mixer ini merupakan bagian dari proses koagulasiflokulasi.
Ø  Clearator
Pada clearator inilah proses koagulasi dan flokulasi terjadi, dimana pada proses koagulasi, koagulan dicampur dengan air baku selama beberapa saat hingga merata. Setelah pencampuran ini, akan terjadi destabilisasi koloid yang ada pada air baku. Koloid yang sudah kehilangan muatannya atau terdestabilisasi mengalami saling tarik menarik sehingga cenderung untuk membentuk gumpalan yang lebih besar.
Ø  Filter
Filter merupakan bangunan untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan koloidal dengan cara menyaringnya dengan media filter.
Ø  Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:pemanasan, penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan
chlorinasi.
Ø  Reservoir
Reservoir pada sistem IPAM ini adalah untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan ke konsumen dalam sistem distribusi.
Ø  Proses Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang tersuspensi didalam air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat. Ada tiga factor yang mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi, yaitu :
a.       Jenis koagulan yang dipakai
b.      Dosis pembubuhan koagulan
c.       Proses pengadukan
Ø  Jenis Koagulan
Pemilihan koagulan sangat penting untuk menetapkan criteria desain dari system pengadukan serta system flokulasi yang efektif. Jenis koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan polimer kationik. Contoh koagulan garam logam diantaranya adalah :
a.       Aluminium Sulfat atau Tawas
b.      (Al3(SO4)2.14H2O)
c.       Feri Khlorida (FeCl3)
d.      Feri Sulfat (Fe2(SO4)3)
 Koagulan yang digunakan di IPAM  adalah aluminium sulfat atau tawas.

Ø  Dosis Koagulan
Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis koagulan yang dibubuhkan, temperature air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan dapat dilakukan melalui penelitian laboratorium
dengan metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya mmerupakan proses pengolahan air
skala kecil.
Ø  Pengadukan
Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat dimana pengadukan cepat (koagulasi) dilakukan dengan berbagai cara, namun pada IPAM ,
proses ini dilakukan dengan hydraulic jump mixing, merupakan pengadukan cepat secara hidrolis.
Koagulasi Hidrolis atau hydrolic mixing, merupakan fenomena ilmiah dari proses hidrolisis yang diamati pada aliran open channel seperti sungai. Ketikan cairan pada kecepatan tinggi bergerak ke area yang memiliki kecepatan aliran lebih rendah, kenaikan yang tiba-tiba akan terjadi pada permukaan cairan. Sehingga cairan yang mengalir cepat tiba-tiba melambat dan mengalami kenaikan tinggi level cairan, mengubah sebagaian energy kinetic awal aliran menjadi energy potensial, dengan
beberapa energy yang hilang melalui turbulensi irreversible panas. Dalam aliran open channel, ini bertransformasi sebagai aliran cepat yang melambat dan menumpuk diatas lapisan cairan itu sendiri, mirip bentuk shockwave. Jenis aliran ini lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya (Schulz dan Okun, 1984)
Rumus yang dipergunakan untuk perhitungan pada koagulasi hidrolis adalah sebagai berikut: Dimana P untuk koagulasi hidrolis menggunakan rumus : Sehingga rumus untuk gradient kecepatan
pada koagulasi hidrolisis adalah sebagai berikut :


Dimana :
G = gradient kecepatan (1/s)
P = daya yang diberikan (kg.m2/s3)
p = densitas cairan (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
hL = head Loss (m)
Q = debit (m3/s)
μ = viskositas cairan (kg/m.s)
V = volume (m3)

Perhitungan jgradient kecepatan pada koagulasi hidrolisis juga dapat ditentukan dengan jumus berikut : Dimana hf adalah nilai dalam meter, saat kehilangan tekanan air pada saat air mengalir menuju clearator.

2.6 Pengolahan Air Minum Dengan Penyaringan, Filtrasi
Konsep dasar dari pengolahan air dengan cara penyaringan adalah memisahkan padatan atau koloid dari air dengan menggunakan alat penyaring, atau saringan. Air yang mengandung padatan, dilewatkan pada media saring dengan ukuran pori-pori atau lubang tertentu. Ukuran pori atau lubang saringan harus lebuh kecil dari ukuran bahan padatan yang akan dipisah.
Pada proses pengolahan air minum, air limbah, air kotor, penyaringan air ini bisa merupakan tahap awal, atau tahap lanjutan. Pada pengolahan tertentu, penyaringan dilakukan setelah proses koagulasi, atau penggumpalan. Di sini penyaringan merupakan tahap lanjutan dari proses koagulasi.
Beberapa bahan padat dapat dilihat secara langsung karena terapung di permukaan air, seperti ranting, daun, batang tanaman, sampah rumah tangga, dan sebagainya.   Beberapa bahan padat lainnya mungkin tidak akan terlihat dengan mudah, seperti potongan logam, atau bahan lain yang memiliki densitas lebih besar daripada air.
Untuk bahan  padat yang berukuran besar, dapat disaring dengan saringan kasar atau sedang menggunakan pasir kasar pada proses penyaringan awal. Bahan padat yang berukuran sangat kecil, atau sangat halus dan yang terlarut, mungkin  akan lebih baik jika dilakukan proses koagulasi terlebih dahulu. Hasil proses koagulasi merupakan endapan berukuran relative besar. Baru kemudian dilakukan penyaringan untuk memisah produk koagulasi dari air.
a)      Ukuran Pori Atau Lubang Saringan.
Untuk penyaringan bahan padat kasar digunakan saringan yang memiliki lubang berukuran antara 5 – 20 mm. Untuk bahan padatan ukuran halus atau hiperfiltrasi digunakan saringan berlubang sangat halus, tergantung pada diameter padatan.
Pada Gambar di bawah ditunjukkan jenis dan ukuran media saring yang umum digunakan pada pengolahan air minum. Ukuran media saring kecil akan menghasilkan pori atau lubang yang kecil, sedangkan ukuran media yang besar akan menghasilkan pori atau lubang yang besar.
Berdasarkan tipenya, saringan dibedakan menjadi single medium, dual medium, dan three medium. Skematika ketiga tipe medium ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
Single medium digunakan untuk menyaring bahan padatan yang memiliki rentang ukuran sempit, atau seragam. Dual medium digunakan untuk memisahkan bahan padatan yang memiliki dua selang ukuran. Padatan memiliki dua ukuran rata-rata yang berbeda. Sedangkan three medium digunakan untuk menyaring bahan padatan yang memiliki lebih dari dua ukuran atau memiliki ukuran yang sangat bervariatif, atau memiliki rentang ukuran yang lebar.




Media Saring Tipe Single Medium

Media Saring Tipe Dual Dan Three Medium
b)     Ukuran Media Penyaringan/Saring
Berdasarkan ukuran media saring dikelompokan sebagai berikut:
Pasir berukuran sangat besar, very coarse sand: 1,0 – 2,0 mm
Pasir berukuran kasar, coarse sand: 0,5 – 1,0 mm
Pasir berukuran sedang, medium sand: 0,25 – 0,5 mm
Pasir berukuran halus, fine sand: 0,1 – 0,25 mm
Pasir berukuran sangat halus, very fine sand: 0,05 – 0,1 mm.
c)      Sistem Aliran Fluida/Air Pada Pengolahan.
Pada gambar di bawah ditunjukkan pola atau sistem aliran fluida atau air yang diolah. Sistem aliran air dibagi menjadi empat sistem yang berbeda, yaitu: sistem aliran horisontal atau horizontal filtration, sistem aliran gravitasi atau gravitation filtration atau vertikal dari atas ke bawah, sistem aliran dari bawah ke atas atau up flow filtration, dan sistem aliran ganda atau biflow flitration.


Sistem Aliran Horisantal Dan Gravitasi Pada Pengolahan Air Minum
Sistem Aliran Bawah Ke Atas Dab Ganda Pada Pengolahan Air Minum

2.7 Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up Flow"
a.      Saringan Pasir Lambat Konvensional
            Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih .
            Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan dengan bahan kimia.
            Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
            Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.
Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni :
  •  Saringan pasir lambat dengan kontrol pada inlet (Gambar 1).
  • Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet. (Gambar 2).
Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow).
            Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Gambar 1
:  Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Inlet
Keterangan : A. Kran untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant
C. Indikator laju air
D. Weir inlet
E. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
F. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor
G. Kran distribusi
H. Kran penguras bak air bersih

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir lambat antara lain yakni :
·         Bagian Inlet
            Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet ini biasanya berbentuk segi empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan air yang berada di atas media penyaring (pasir).
·         Lapisan Air di Atas media Penyaring (supernatant)
            Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaring (supernatant) dibuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan tekanan (head) sehingga dapat mendorong air mengalir melalui unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat memberikan waktu tinggal air yang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai dengan kriteria disain.

Gambar 2
:  Komponen Dasa Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Outlet.
Keterangan : A. Kran untuk inlet air baku
B. Kran untuk penggelontoran air supernatant
C. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih
D. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor
E. Kran pengatur laju penyaringan
F. Indikator laju alir
G. Weir inlet kran distribusi
H. Kran distribusi
I. Kran penguras bak air bersih

·         Bagian Pengeluaran (Outlet)
            Bagian outlet ini selain untuk pengeluran air hasil olahan, berfungsi juga sebagai weir untuk kontrol tinggi muka air di atas lapisan pasir.
·         Media Pasir (Unggun Pasir)
           Media penyaring dapat dibuat dari segala jenis bahan inert(tidak larut dalam air atau tidak bereaksi dengan bahan kimia yang ada dalam air). Media penyaring yang umum dipakai yakni pasir silika karena mudah diperoleh, harganya cukup murah dan tidak mudah pecah. Diameter pasir yang digunakan harus cukup halus yakni dengan ukuran 0,2-0,4 mm.
·         Sisten Saluran Bawah (drainage)
            Sistem saluran bawah berfungsi untuk mengalirkan air olahan serta sebagai penyangga media penyaring. Saluran ini tediri dari saluran utama dan saluran cabang, terbuat dari pipa berlubang yang di atasnya ditutup dengan lapisan kerikil. Lapisan kerikil ini berfungsi untuk menyangga lapisan pasir agar pasir tidak menutup lubang saluran bawah.
·         Ruang Pengeluaran
            Ruang pengeluran terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan dengan sekat atau dinding pembatas. Di atas dinding pembatas ini dapat dilengkapi dengan weir agar limpasan air olahannya sedikit lebih tinggi dari lapisan pasir. Weir ini berfungsi untuk mencegah timbulnya tekanan di bawah atmosfir dalam lapisan pasir serta untuk menjamin saringan pasir beroperasi tanpa fluktuasi level pada reservoir. Dengan adanya air bebas yang jatuh melalui weir, maka konsentrasi oksigen dalam air olahan akan bertambah besar.
Pengolahan air bersih dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat konvensional ini mempunyai keunggulan antara lain :
  • Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
  • Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
  • Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
  • Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat konvensiolal tersebut yakni antara lain :
  • Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar, sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi pendek.
  • Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas.
  • Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam bak saringan seperti semula.
  • Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
Untuk mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat “UP Flow (penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas).
b.  Sistem Saringan Pasir Lambat “Up Flow”
            Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan.
            Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan “Up Flow” dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa / silika. Selanjutnya dari bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan dan di alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan cara gravitasi atau dengan memakai pompa.
Diagram proses pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up Flow ditunjukkan pada Gambar (3).

Gambar (3) : Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan pasir lambat “Up Flow” ganda.
           Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras. Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau pengerukan media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan saja.
Saringan pasir lambat “Up Flow” ini mempunyai keunggulan dalam hal pencucian media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang konvesional.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
c. Kriteria Perencanaan Saringan Pasir Lambat  “UP FLOW”
            Untuk merancang saringan pasir lambat “Up Flow”, beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi antara lain :
  • Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.
  • Kecepatan penyaringan antara 5 – 10 M3/M2/Hari.
  • Tinggi Lapisan Pasir 70 – 100 cm.
  • Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
  • Tinggi muka air di atas media pasir 90 – 120 cm.
  • Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
  • Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm
  • Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan “Up Flow” dengan media berikil atau batu pecah.
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat Up Flow sama dengan saringan pasir lambat Up Flow terdiri atas unit proses:
  • Bangunan penyadap
  • Bak Penampung / bak Penenang
  • Saringan Awal dengan sistem “Up Flow”
  • Saringan Pasir Lambat Utama “Up Flow”
  • Bak Air Bersih
  • Perpipaan, kran, sambungan dll.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

C. Percontohan
            Salah satu rancangan detail konstruksi sistem saringan pasir lampat ‘Up Flow” dengan kapasitas 100 M3 per hari ditunjukkan seperti pada Gambar 4.a s/d gambar 4.c.

a). Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan percontohan unit pengolahan air bersih dengan proses saringan pasir lambat Up Flow antara lain :
  • Bak penenang manupun bak penyaring dibuat dengan konstruksi beton cor.
  • Perpipaan menggunakan pipa PVC (poly vinyl chloride) diameter 4″.
  • Media filter yang digunakan yakni batu pecah (split) ukuran 2-3 cm untuk lapisan penahan, dan pasir sungai/pasir silika untuk lapisan penyaring.

Gambar 4.a : Rancangan alat pengolah air bersih ” Saringan Pasir Lambat Up Flow” kapasitas 100 M3/hari. Tampak Atas.


Gambar 4.b : Rancangan alat pengolah air bersih ” Saringan Pasir Lambat Up Flow” kapasitas 100 M3/hari. Potongan A -A.

Gambar 4.c : Rancangan ” Saringan Pasir Lambat Up Flow” kapasitas 100 M3/hari. Potongan B-B dan C-C.4.2. Spesifikasi Teknis Percontohan Unit Saringan Pasir Lambat Up Flow
            Salah satu contoh unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat “Up Flow” adalah unit ala pengolah air yang dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa barat, dengan kapasitas 100 M3/hari seperti ditunjukkan pada gambar desain seperti pada Gambar 5.


D. Keunggulan Pasir Lambat  dengan Arah Aliaran  Dari Bawah Ke Atas
            Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain :
  • Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
  • Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
  • Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
  • Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
  • Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan media pasirnya.

E.  Hasil Pengolahan  
            Berdasarkan hasil uji coba alat pengolah air saringan pasir lambat Up Flow yang telah dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat, dengan kapasitas operasi 120 M3/Hari, didapatkan hasil analisa kualias air sebelum dan sesudah pengolahan seperti pada Tabel (1).
            Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa dengan teknologi saringan pasir lambat tersebut dapat menurunkan zat besi dari 1,16 mg/lt menjadi 0,36 mg/lt. Konsentrasi ammonium juga turun dari 0,4 mg/lt menjadi tak terdeteksi.
            Dari hasil analisa air tersebut secara umum dapat diketahui bahwa hasil air olahan dengan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat digunakan sebagai air minum sesuai dengan standar kesehatan.

F. Operasi dan Perawatan
            Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan pasir lambat dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni :
  • Kecepatan penyaringan harus diatur sesuai dengan kriteria perencanaan.
  • Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai dengan kecepatan disain mimimum (5 M3/M2.Hari).
  • Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama) sebaiknya dilakukan minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan pencucian pasir pada saringan ke dua dilakukan minimal setelah 3 – 4 minggu operasi.
  • Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras pada tiap-tiap bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak dapat dibersihkan dengan cara mengalirkan air baku sambil dibersihkan dengan sapu sehingga lumpur yang mengendap dapat dikelurakan. Jika lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum bersih secara sempurna, maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air baku ke bak saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup besar sampai lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran yang ada di dalam lapisan pasir terangkat ke atas. Selanjutnya air yang bercampur lumpur yang ada di atas lapisan pasir dipompa keluar sampai air yang keluar dari lapisan pasir cukup bersih.

Gambar 6 : Foto pada waktu pencucian pasir dengan pemompaan.

2.8 Saringan  Pasir Cepat (SPC)
Kebutuhan  akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Cara penjernihan air baik secara alami  maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini. Cara - cara yang  disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya  mudah didapat.
Bahan-bahannya antara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.

a.         Uraian Singkat
Cara penjernihan air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak pada penyusunan drum atau bak  pengendapan dan bak penyaringan, serta susunan lapisan bahan penyaring.

b.        Bahan dan peralatan
1)      10 (sepuluh) kg arang
2)      10 (sepuluh) kg ijuk
3)      pasir beton halus Penyaringan Air dengan Metode Saringan Pasir Cepat 11/ MI-4APelatihan Tepat Guna Kesehatan LingkunganMateri Inti
4)      batu kerikil
5)      2 (dua) buah stop kran dengan diameter 1 inci
6)      batu dengan garis tengah 2-3 cm
7)      1 (satu) buah bak penampungan
8)      1 (satu) buah drum bekas

c.         Peralatan
1)      Alat pertukangan
2)      Alat perpipaan

d.        Alat pelindung diri (APD)
e.         Cara Pembuatan
1)      Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter  sebagai bak penampungan.
2)      Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm .
f.         Penyaringan Air secara Fisika
Penyaringan Air dengan Metode Saringan Pasir Cepat12/ MI-4APelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Intig. Penggunaan
1)      Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan,yang sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2)      Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak penyaringan air.
3)      Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka,  selanjutnya beberapa menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.h.

g.        Pemeliharaan
1)      Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2)      Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3)      Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan dijemur sampai kering.
4)      Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat, kemudian dijemur.

h.        Keuntungan
1)      Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai, rawa, telaga, sawah dan sumur.
2)      Cara ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil.

i.          Kerugian
1)      Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu arus diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan.

Beberapa Unsur Penilaian Baku Mutu Air Bersih
Sebagaimana kita ketahui, air yang telah tercemar menyebabkan penyimpangan standar kualitas air. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan perjadinya perubahan kualitas air sehingga tidak sesuai lagi dengan standar baku mutu yang dipersyaratkan. Beberapa faktor penyebab tersebut antara lain :
  1. Secara alamiah sumber air yang digunakan mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang berlebihan sehingga memerlukan pengolahan yang lebih sempurna.
  2. Air yang telah memenuhi standar kualitas akan dapat tercemar, baik secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia.
  3. Kurangnya pengertian individu atau masyarakat yang menggunakan fasilitas air bersih.s
Beberapa komponen dan standar baku pada air bersih meliputi berbagai aspek baik fisik, kimia, maupun bakteriologis. Beberapa aspek yang dinilai sebagai acuan standar baku air tersebut meliputi unsur-unsur antara lain :
  1. Suhu. Kenaikan suhu menimbulkan beberapa akibat antara lain menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia serta terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
  2. pH. Nilai pH air yang normal antara 6 – 8, sedangkan pH air terpolusi misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya.
  3. Warna, bau dan rasa. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain disebabkan adanya bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti telah terjadi pelarutan garam.
  4. Kesadahan. Standar kesadahan total adalah 500 mg/l, jika melebihi akan dapat menimbulkan beberapa resiko seperti : a) mengurangi efektivitas sabun, b) terbentuknya lapisan kerak pada alat dapur, c) kemungkinan terjadi ledakan pada boiler, d) sumbatan pada pipa air.
  5. Besi (Fe). Dalam jumlah kecil zat besi dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan zat besi di dalam air yang melebihi batas akan menimbulkan gangguan. Standar kualitas ditetapkan 0,1 – 1.0 mg/l.
  6. Mangaan (Mn). Tubuh manusia membutuhkan mangaan rata-rata 10 mg/l sehari yang dapat dipenuhi dari makanan. Mangaan bersifat toksik terhadap organ pernafasan. Standar kualitas ditetapkan 0,05 – 0,5 mg/l dalam air.
  7. Nitrit (NO2) dan Nitrat (NO3). Jumlah nitrat yang besar dalam tubuh cenderung berubah menjadi nitrit dan dapat membentuk methaemoglobine sehingga dapat menghambat perjalanan oksigen dalam tubuh, hal ini dapat menyebabkan penyakit blue baby. Nitrit ádalah zat yang bersifat racun sehingga kehadiran bahan ini dalam air minum tidak diperbolehkan.
  8. Cadmium (Cd). Cadmium merupakan zat beracun yang bersifat akumulasi dalam jaringan tubuh sehingga dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung, kerapuhan tulang, mengurangi hemoglobin darah dan pigmentasi gigi. Selain itu cadmium juga bersifat karsinogenik.
  9. Timbal (Pb). Timbal sangat berbahaya bagi kesehatan karena cenderung terakumulasi dalam tubuh, serta meracuni jaringan syaraf.
  10. Kekeruhan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organik atau inorganik, dan mikroorganisme air. Akibatnya air menjadi kotor dan tidak jernih sehingga bakteri pathogen dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyebab kekeruhan.
  11. Bakteri coli. Organisme pathogen di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran air. Oleh karena itu organisme pathogen di perairan harus diketahui. Mengingat tidak mungkin mengindikasikan berbagai macam organisme pathogen, maka pengukuran pengukurannya menggunakan bakteri-coli sebagai indikator organisme. Standar Coli pada air bersih ditetapkan sebesar 10 coli/100 ml air.
                                           



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Begitu pentingnya kesehatan, salah satu faktor kesehatan adalah air sebagai salah satu sumber kehidupan di muka bumi ini. Akan tetapi air sebagai sumber kehidupan di bumi ini sudah banyak tercemar karena ulah manusia. Berbagai penyakit juga disebabakan oleh pencemaran air, oleh karena itu dicari solusi mengolah air untuk mendapatkan air bersih yang layak konsumsi.
Ada banyak cara untuk mengolah air, diantaranya adalah :
Pembuatan bangunan intake (bangunan pengumpul air)
 Pembuatan bak prasedimentasi
 WTP (Water Treatment Plant), yang terdiri dari proses :
j.        koagulasi
k.      flokulasi
l.        sedimentasi
m.    filtrasi
n.      desinfeksi.
o.      Reservoir
Saringan Pasir Lambat (SPL)
      Saringan pasir lambat merupakan saringan air yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil.
   Saringan Pasir Cepat (SPC)
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas (up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku melewati lapisan kerikil terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan pasir.


3.2. Saran
1.      Diharapkan kepada masyarakat untuk mengolah air dengan bijak sehingga air layak konsumsi.
2.      Dengan penugasan membuat makalah seperti ini, akan memacu kreativitas berpikir, memperluas cakrawala berpikir, dan meningkatkan minat membaca para siswa.
3.      Kepada seluruh pembaca kiranya memberikan kritikan yang bersifat membangun sehingga apa yang kita harapkan dari isi tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Sarudji D. et Al. 2001. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PUSDIKNAKES. Jakarta :Bhakti Husada






Annonimous, “Design Criteria For Waterworks Facilities”, Japan Water Works Association, 1978.

Tambo, N., and Okasawara, K., “Jousui no Gijutsu”, Gihoudo Shuppan, Tokyo, 1992.

Viessman, W. JR.and Hammer, “Water Supply And Pollution Control”, Fourth Edition, Harper & Row Publishers, New York, 1985.




No comments:

Post a Comment