Sunday, 31 March 2019

Makalah APLIKASI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kozier Barabara ( 1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concepts and Procedures mengatakan  bahwa kosep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfiguasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistik, philosopi perawatan, paktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-sosi al-spiritual. Oleh karenanya tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komprehensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam  proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu  nilai-nilai, yang mempengaruhi pembentukan karakter,  pola pikir, pola perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Seorang perawat kesehatan adalah petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seorang perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam waktu yang lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seorang perawat dalam menjalankan fungsinya. Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan. Profesionalitas akan  terus tumbuh dan berkembang bila seorang perawat mempunyai kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan multidisiplin. Seorang perawat kesehatan harus mampu membuat konfigurasi berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang berbeda-beda ( multikausal ).
            Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan yang tehirarkisnya telah dibuat oleh Maslow. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of experience ( pengalaman masa lampau hidupnya ) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien.
            Nilai-nilai budaya berifat kompleks, karena setiap manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan hidup, pengalaman hidup, tidak sama. Perkembangan IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang mempenga ruhi paradigma  seseorang terhadap persepsi sesuatu yang dihadapinya. Realitas yang seperti itu menuntut seorang perawat yang selalu berhadapan dengan pasien harus banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam yang men jadi milik pasien harus dimengerti dan difahami , agar harapan pasien sebagai manusia dapat dipenuhi secara komprehensif dan holistik.
            Pelayanan perawatan akan masuk dalam katagori berkwalitas bila tindakan layanan yang dilakukan oleh seorang tanaga perawatan dilandasi pada standard keperawatan yang mampu memenuhi harapan pasien
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.  Kegiatan  proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.  Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.
Prospek perawat profesional di masa depan sangat ditentukan oleh banyak faktor, mulai faktor keadaan kestabilan sosial-ekonomi-politik di Indonesia dan faktor internal pada diri perawat sendiri.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
            Menjadi seorang tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah. Seorang perawat harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang perawat sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah perawat memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari profesi tenaga medis. perawat yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau penyembuhan. Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani  masyarakat  di beberapa daerah terpencil  merupakan hal yang baru dan tidak mudah ubtuk beradtasi dengan budaya dan kebiasaan masyarakat.
            Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.  Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama dan status sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau sekelompok masyarakat. 
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan.  Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian.  Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

B.  Tujuan
a.       Mengetahui tentang gambaran prospek social budaya terhadap pelayanan kesehatan khusunya keperawatan
b.      Mengetahui pengaruh social budaya terhadap penerapan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
c.       Mengetahui damapak- dampak dari social budaya dalam penerapan pelayanan kesehatan
d.      Sebagai bahan ajar dan penambahan pengetahuan tentang gambaran prospek social budaya dalam pelayanan kesehatan.




BAB II
PEMABAHASAN
           
A. Pengertian Transcultural Nursing
Transcultural Nursing adalah suatu keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

B. Konsep Transcultural Nursing
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. (Leininger, 2002).

C. Konsep Utama Transcultural Nursing:
Care                                   :    perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien  untuk meningkatkan kondisi klien
Caring                               :    tindakan  mendukung, berbentuk aksi atau tindakan  
Culture                               :    perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan budaya klien
Cultural care                     : kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan
Nilai kultur                         :    keputusan/kelayakan  untuk bertindak
Perbedaan kultur               :    berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai   keperawatan
Cultural care university     :    hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya
Etnosentris                         :    keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain
Cultural Imposion                kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien

D. Paradigma Transcultural Nursing
Leininger (2002) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
1.      Manusia /klien
2.      Menurut Leininger (2002), manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.
3.      Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien  dalam  mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002)
4.      Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995).
5.      Keperawatan
            Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan klien sesuai dengan budaya klien.

E. Peran Perawat Pada Asuhan Keperawatan Transkultural Nursing
 Pada saat seorang perawat melakukan anemnese terjadi interaksi antara perawat dengan pasien atau klien saat itu  terjadi transcutural nursing process.Proses adaptasi live value yang dimiliki oleh seorang perawat dengan pasien atau klien terjadi. Nilai-nilai kehi-dupan antara mereka bisa berbeda, mungkin juga tidak jauh berbeda, walaupun demikian perbedaan tetap ada, karena frame of reference dan field of experience setiap individu akan berbeda.
            Pertemuan nilai-nilai budaya yang berbeda yang menjadi landasan prinsip  dan nilai kehidupan seseorang akan bisa terjadi titik temu. Pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang ber beda melalui proses yang disebut dengan transculural. Dalam pengkajian terjadi bentuk interaksi yang sifatnya cooperative. Seorang perawat untuk melakukan anamnese harus mampu menciptakan kenyamanan, kepercayaan. Kenyamanan, kepercayaan merupakan point penting dalam menyamakan suatu persepsi terhadap sesuatu yang dilakukan oleh  seorang perawat terhadap pasien atau kliennya. Kesamaan persepsi diperlukan karena pada setiap interview, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap pasien atau klien diperlukan kolaborasi. Kolaborasi akan berjalan lancar bila perjalanan , lintas nilai-nilai budaya pasien dan  perawat terjadi proses asimilasi, yang akan membuahkan nilai-nilai baru yang menjadi milik pasien  atau klien dan perawat. Pasien atau klien akan bersedia berkolaborasi bila setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat  dimengerti, difahami berdasarkan pada tolok ukur nilai-nilai pasien atau klien yang mendasari persepsi setiap tindakan pada dirinya.Adekuat perspepsi  antara perawat dan  pasien atau klien dalam setiap tindakan dalam proses perawatan merupakan salah satu pendorong terjadinya percepatan therapy
            Seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan memahami bahwa setiap tindakan pelayanan perawatan kepada pasien ada proses lin tas budaya yang mempengaruhi. Pelayanan perawatan seorang perawat dilakukan terhadap pasien atau klien yang tidak membedakan ras, agama, pendidikan, bangsa, jenis kelamin, golonga, suku. Pelayanan perawatan kesehatan adalah publik, siapapun yang membutuhkan  mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan atau tindakan keperawatan. Seorang yang sudah menentukan pilihan profesinya sebagai seorang perawat kesehatan atau paramedis, dalam sumpah profesi seorang perawat atau paramedis sudah mengucapkan sumpah bahwa dalam melakukan pelayanan tidak akan diskriminatif


F. Lintas Budaya dalam Perawatan dan Pendidikan Tenaga Perawatan
           Selama tiga dekade terakhir, tenaga keperawatan harus mengembangkan, meningkatkan pengetahuan / ilmunya, karena tuntutan klien dari hari kehari semakin kompleks, profesionalitas tenaga perawatan terus menerus harus ditingkatkan kwalitas-nya bila profesi keperawatan mengharapkan tidak ditinggal atau diabaikan oleh masyara-kat dan atau oleh profesi kesehatan lain.
            Era global tidak pernah akan dapat dihindari oleh siapapun termasuk profesi kepe rawatan. Pertukaran informasi begitu cepat, sarana transportasi, kemajuan iptek terus melaju, ini semua akan sangat mempercepat transcultural process dalam setiap profesi, termasuk profesi perawat.
            Pendidikan tenaga perawatan mau tidak mau, senang maupun tidak senang harus membekali peserta didiknya tentang asuhan keperawatan yang  adekuat dengan nilai-nilai kultur yang menjadi milik klien / pasien, selain management keperawatan yang harus men jadi acuan dalam setiap intervensi. Pada dewasa ini ( era global ), nilai-nilai kultural menjadi suatu yang urgent.dalam setiap tindakan perawatan.
            Tantangan yang signifikan bagi profesi keperawatan pada abad duapuluh satu, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Ryan dan kawan-kawan di Amerika Serikat tentang transcultural nursing menghasilkan rekomendasi :
1.      Tenaga perawatan harus mengerti, memahami transcultural nursing
2.      Transcultural nursing sebagai kesatuan integral dalam setiap intervensi, setiap tenaga paramedis diharapkan mempunyai kompetensi.
3.      Setiap lembaga pendidikan tenaga paramedis hendaknya memberikan kompe tensi transcultural nursing kepada mahasiswa/i,
4.      Pengetahuan dan Penelitian tentang transcultural nursing terus menerus dilakukan dalam praktik atau pelayanan.
5.      Di lahan praktik atau pelayanan perlu adanya pendamping yang mengerti dan mengerti transcultural nursing
            Leininger dan McFarland, mengatakan bahwa pada tahun 2015,  semua tenaga parmedis   ( perawat ) sudah siap secara adekuat pada setiap tindakan keperawatan antara pengetahuan atau konsep keperawatan dengan nilai-nilai lintas budaya pada setiap pasien atauklien yang dilayaninya, karena tantangan lintas nilai-nilai budaya pada milenium ketiga akan sangat berpengaruhi terhadap keberhasilan, kwalitas pelayanan atau intervensi kepada pasien atau klien.
Prospek pengembangan pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan social buadaya  khusunya keperawat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari kekayaan budaya di indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan pelayanan kesehatan ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatn. Antara faktor penyokongnya tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga menjadi warisan budaya bangsa, isu global “back to nature” sehingga meningkatkan pasar produk herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan kebijakan pemerintah.
Social budaya  erat kaitannya dengan pendekatan ilmu antropoligi yaitu Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu yang mempelajari manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika, Antropologi adalah ilrnu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
 berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek social budaya dalam pelayanan kesehatan khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi pada keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati nurari dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lian
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory.  Teori ini  berasal  dari  disiplin  ilmu  antropologi  dan  dikembangkan dalam kontek  keperawatan
Teori ini menjabarkan konsep. keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

G. Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan
1.      Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang  budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).yang prospeknya terdiri dari
a.       Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi
b.      Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi  terhadap budaya tertentu yang lebih  menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c.       Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

2.      Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model).
 Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
a.       Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu:
1.      Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2.      Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit,cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak  positif  terhadap  kesehatan.
3.      Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4.      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat
6.      Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7.      Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
c.       Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
1)      Cultural care preservation/maintenance
a.       Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat 
b.      Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
c.       Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
2)      Cultural careaccomodation/negotiation
a.       gunakan bahasa yang di pahami oleh klien
b.      Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c.       Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien  dan standar etik.


3)      Cultual care repartening/reconstruction
a.       Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
b.      Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
c.       Gunakan pihak ketiga bila perlu
d.      Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
e.       Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing- masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

d.Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Prospek social budaya terhadap Keperawatan adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya dan menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya tanpa merugikan kesehatan atau melanggar prosedur asuhan keperawatan.
2.      Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks social budaya sangat diperlukan untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
3.      Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
4.      Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5.      Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

B.  Saran
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan ajar untuk penyusunan berikutnya


DAFTAR PUSTAKA


Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Ditelusuri tanggal 17 desember 2010”http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Akhmadi. 2011. "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)". Lecture/Class

Gajah Mada University,unpublisied.

No comments:

Post a Comment