BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital sangat
dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa
diagnose tentang apa yang dialami pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik
diantaranya adalah pemeriksaan pernafasan, nadi, tekanan darah dan
suhu.
Pemeriksaan
tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi
yang diberikan. Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang
memungkinkan diussunnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda –
tanda vital ini dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada
keadaan umum klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja prosedur pelaksanaan dan tanda – tanda vital
2. Apa saja masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda
vital
3. Berapakah batasan normal setiap tanda – tanda vital
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengatahui
prosedur pelaksanaan dari tanda – tanda vital
2.
Untuk mengatahui
masalah yang harus dikaji dan tanda – tanda vital
3.
Untuk mengetahui
batasan normal setiap tanda – tanda vital
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Tanda – Tanda Vital
Tanda – tanda vital
merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk
mengetahui respons terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis
dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut tanda – tanda
vital.
Waktu untuk mengukur
tanda – tanda vital:
1.
Saat klien pertama
kali masuk ke fasilitas
2.
Saat memeriksa klien
pada kunjungan rumah
3.
Di rumah
sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
4.
Sebelum dan sesudah
prosedur bedah atau diagnostic invasif
5.
Sebelum, saat, dan
setelah transfuse darah
6.
Saat keadaan umum
klien berubah
7.
Sebelum, saat, dan
sesudah pemberian obat.
8.
Sebelum dan sesudah
intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital
9.
Saat klien mendapat
gejala fisik yang non spesifik
10. Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu
dalam tubuh.
2.2
Jenis – Jenis Tanda –
Tanda Vital
a. Tekanan Darah
Tekanan
darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Darah mengalir
karena adanya perubahan tekanan, dimana terjadi perpindahan dari area
bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah. Tekanan puncak terjadi saat
ventrikel berkonstraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan darah sistemik
atau arterial merupakan indicator yang paling baik untuk kesehatan
kardiovaskuler. Tekanan diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolic, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 – 140/90. Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80.
Menurut
Hayens (2003) tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah
berperan penting dalam proses ini di mana jantung sebagai pompa muscular yang
menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah dan pembuluh darah yang
memiliki dinding yang elastic dan kehanan yang kuat. Tekanan darah
di ukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Untuk mengukur tekanan darah
maka perlu dilakukan pengukuran darah secara rutin.
b. Pemeriksaan tekanan darah
Alat yang digunakan
1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Buku catatan
c. Pelaksanaan
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat kesamping klien
3. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
4.
Mengatur posisi klien
5.
Membuka pakaian yang
menutupi lengan atas
6.
Membalutkan kantong
tensi meter pada lengan atas kira – kira 3 cm di atas fosa cubiti, dengan tinta
karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu kencang.
7.
Memakai stetoskop
8.
Meraba detik arteri
brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk. Pastikan tidak diperkenankan
menggenggamkan tangan atau menempelkan tangannya.
9.
Meletakkan piringan
stetoskop diatas arteri brakialis.
10. Mengunci skrup balon karet
11. Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat
balon berulang – ulang, air raksa didalam pipa naik, dipompa terus sampai
denyut arteri tidak terdengar lagi
12. Membuka sekrup balon dengan menurunkan tekanan dengan
perlahan – lahan
13. Mendengar denyut dengan teliti dan memperhatikan
sampai angka berapa pada skala mulai terdengar denyut pertama dan mencatat
sebagai tekanan sistole.
14. Meneruskan membuka skrup tadi perlahan – lahan sampai
suara nadi terdengar lambat dan menghilang, dicatat sebagai tekanan diastole.
15. Membuka kantong karet, digulung dengan rapi.
16. Mengunci tensi meter ke arah
17. Merapikan pasien
18. Membereskan alat
19. Mencuci tangan
20. Mendokumentasikan
d. Masalah Yang Harus Dikaji Pada Tekanan Darah
1)
Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yaitu
tekanan diastolic mencapai 140mmHg atau lebih, terapi tekanan diastolik kurang
dari 90mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia, hampir
setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 80 kemudian berkurang perlahan – lahan bahkan menurun
drastis. Hipertensi ini juga disebabkan oleh berbagai masalah kebutuhan
nutrisi, seperti penyebab dari adanya obesitas serta asupan kalsium, natrium
dan gaya hidup.
Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menganjurkan
pasien untuk memakai obat anti hipertensi dan turunkan jumlah dosisnya yang
disediakan dengan langkah - langkah :
a)
Menurunkan berat
badan bila terdapat kelebihan (indek masa tubuh lebih dari 27 kg)
b)
Meningkatkan
aktivitas fisik aerobik (30/35 menit/hari)
c)
Mengurangi asupan
natrium (< 100 mmol Na/2,4 gr Na/ 6gr Nacl/hari)
d)
Mempertahankan asupan
kalsium yang adekuat (90 mmHg/hari)
e)
Berhenti merokok dan
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
2)
Yang perlu dikaji
pada pasien hipertensi:
a)
Aktivitas dan istirahat
Gejala:
kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton
Tanda
: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
b)
Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi,
arteri korosis penyakit jantung koroner/katup dan penyakir cerebral vaskuler
Kenaikan tekanan darah
(pengukuran serial dan kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis.
·
Bunyi jantung
terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan ventrikel kiri/hipertrofi
ventrikel kiri.
·
Desiran vaskuler
terdengar diatas karotis
·
DVJ (distensi vena
jugularis)
·
Ekstermitas :
perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler mungkin lambat tertunda
(vasokontriksi).
·
Kulit pucat,
sianosis dan diaphoresis konghesif/inpoksemia) kemerahan
(veoktamusisoma)
c)
Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan
kepribadian ansietas, depresi, atau marah kronik.
Tanda : gelisah, penyempitan
kontinu pertahanan, gerak tangan, sempit, peningkatan pola bicara.
d)
Eliminasi
Gejala
: gangguan ginjal saat ini/yang lalu seperti infeksi atau riwayat penyakit masa
lalu
e)
Makanan dan cairan
Gejala
: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol, keju, telur, gula merah.
Tanda
: berat badan normal atau obeisitas, adanya edema, konghesti vena. DVJ/Distensi
Vena Jugularis
f)
Nyeri
Gejala
: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung (nyeri hilang timbul
pada tungkai).
g)
Pernafasan
Gejala
: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja takipnea, ortopnea,
dispnea nontural, potok sismol, batuk tanpa seputum, riwayat merokok.
Tanda
: bunyi nafas tambahan, distress respiorasi atau penggunaan otot aksesoris
pernafasan sianosis.
h)
Keamanan
Gejala
: gangguan koordinasi atau cara berjalan, episode perestasia, unilateral,
transen, hipotensi postural.
i)
Penyuluhan
Gejala:
faktor – faktor resiko keluarga: hipertensi arteroskalerosis, penyakit jantung,
DM, penyakit cerebros vaskuler ginjal.
3)
Batasan normal
tekanan darah
Umur
|
Tekanan
sistolik/diatolik (mmHg)
|
1 bulan
|
86/54
|
6 bulan
|
90/60
|
1 tahun
|
96/65
|
2 tahun
|
99/65
|
4 tahun
|
99/65
|
6 tahun
|
100/60
|
8 tahun
|
105/60
|
10 tahun
|
110/60
|
12 tahun
|
115/60
|
14 tahun
|
118/60
|
16 tahun
|
120/65
|
2.3
Nadi
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh
darah arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut
nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai dari NODES SINOURI atau
NODUS SINOS ATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung. Salah satu
indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut nadi pada saat
beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan
yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi irama
dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh darah
arteri yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu
jantung memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
1. Untuk mengetahui kerja jantung
2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa
pada pembuluh darah.
3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut
jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh system saraf
simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah denyut:
emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila
tekanan darah turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.
a)
Pemeriksaan nadi
Alat
yang digunakan
1.
Alat penghitung
denyut nadi
2.
Jam tangan / arloji
3.
Buku catatan
Pelaksanaan
1.
Menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan
2.
Mempersiapkan alat
yang dibutuhkan
3.
Membawa alat kedekat
pasien
4.
Mengatur posisi
pasien
5.
Meraba / menghitung
denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis, karotis, apikal,
brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis pedis),
sesuai keadaan umum pasien .
6.
Menghitung dengan
ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
7.
Mengetahui atau
melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung denyut jantung
8.
Jika denyut teratur
hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila denyut tidak
teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama 1 menit
penuh.
9.
Mencuci tangan
10. Mencatat hasil.
b)
Masalah Yang Harus
Dikaji Pada Pemeriksaan Nadi
Kecepatan
Nadi (Pulse Rate)
Pulse Rate (jumlah denyutan perifer yang dirasakan selama 1 menit)
à dihitung dengan menekan arteri perifer dengan menggunakan ujung jari
Tachycardia: nadi >100 -150 x/mnt jantung overwork
oksigenasi sel tidak adequat
Palpitasi : perasaan berdebar-debar, sering menyertai tachycardi
Bradycardia : denyut nadi < 60 x/mnt àkejadian lebih sedikit
dibandingkan tachycardia
Denyut Nadi sangat
fluktuatif dan meningkat dengan :
1.
exercise,
2.
illness,
3.
injury
4.
emotions.
c)
batasan normal nadi
Usia
|
Denyut
nadi (x/permenit)
|
Balita
|
120-160
|
Anak
|
90 – 140
|
Pra sekolah
|
80 – 110
|
Sekolah
|
75 – 100
|
Remaja
|
60 – 90
|
Dewasa
|
60-100
|
2.4
Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa
dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi. Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20
x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada orang dewasa.
Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik kecepatan
bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan panas.
Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernafasan.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
a.
Faktor fisiologis
1)
Menurunnya kemampuan
meningkatkan O2 seperti pada anemia
2)
Menurunnya konsentrasi
O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan bagian atas.
3)
Hivopolemia sehingga
tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya O2
4)
Kondisi yang
mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obeisitas,
penyakit kronis, seperti TBC paru.
b.
Faktor perkembangan
1)
Anak usia sekolah dan
remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
2)
Dewasa, muda dan
pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan
penyakit jantung dan paru.
3)
Dewasa tua adanya
proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun
c.
Faktor perilaku
1)
Nutrisi
2)
Exercise: akan
meningkatkan kebutuhan oksigen
3)
Merokok: nikotin
menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4)
Kecemasan
d.
Faktor lingkungan
1)
Tempat kerja
2)
Suhu lingkungan
3)
Ketinggian dari
permukaan air laut
2. Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
a.
Olahraga
b.
Stress
c.
Peningkatan suhu
lingkungan
d.
Penurunan konsentrasi
oksigen pada darah yang tinggi
3. Tujuan menghitung pernafasan :
a.
Mengetahui keadaan
umum pasien
b.
Mengikuti
perkembangan penyakit
c.
Membantu menentukan
salah satu penyokong diagnose
4. Menghitung pernafasan
Alat yang digunakan
a.
Jam tangan/arloji
b.
Buku catatan
Pelaksanaan
a.
menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan
b.
membawa alat kesamping
klien
c.
mencuci tangan
d.
hitunglah naik
turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan menekukkan
ke dada klien seperti pura – pura menghitung denyut nadi (mengupayakan agar
pasien tidak merasa di observasi).
e.
jika irama respirasi
teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua. Jika irama
respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
f.
membereskan alat
g.
mencuci tangan
h.
mencatat hasil
5. Masalah yang harus dikaji pada pernafasan
a.
.Ritme pernafasan
Eupnea : irama normal
Kusmaul : cepat dan dalam
Hiperventilasi : pernafasan
dalam, kecepatan normal
Biot’S : Cepat dan dalam,
berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)
Cheyne stoke : bertahap dangkal –
lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)
Retraksi
interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas
Orthopnea
: sesak pada waktu posisi berbaring
Suara
batuk : produktif / tidak
b.
Palpasi
1.
Nyeri dada tekan
:kemungkinan fraktur iga
2.
Kesimetrisan ekspansi
dada
Caranya :
letakkan kedua telapak tangan secara datar
Bisa pada anterior, sisi dan
posterior
Anjurkan tarik nafas
Amati : normal bila gerakan
tangan simetris
Taktil fremitus
Caranya :
·
letakkan tangan sama
dengan cara pemeriksaan ekspansi dada
·
anjurkan pasien
menyebut tujuh-tujuh / enem-enam
·
rasakan getaran
Kurang
bergetar : pleura effusion, pneumothoraks
·
lakukan pada seluruh
permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan,depan,belakang)
c.
Perkusi
1.
Suara perkusi
Paru normal : sonor/resonan
Pneumothoraks : hipersonor
Jaringan padat (jantung, hati) :
pekak/datar
Daerah yang berongga : tympani
2.
Batas organ
Sisi dada kiri : dari atas ke
bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Parlambung)
Sisi dada kanan : ICS 4/5
(paru-Hati)
Dinding posterior :-Supraskapularis
(3-4jari di pundak) batas atas paru
Setinggi vertebratorakal 10 garis
skapula batas bawah paru
d.
Auskultasi
1.
Suara / bunyi nafas
vesikuler
Terdengar disemua lapang paru
normal
Bersifat halus, nada rendah
Inspirasi lebih panjang dari
ekspirasi
2.
Bronchovesikuler
Ruang interkostal pertama dan
kedua area interskapula
Nada sedang, lebih kasar dari
vesikuler
Inspirasi sama dengan ekspirasi
3.
Bronchial
Terdengar di atas manubarium,
Bersifat kasar, nada tinggi
Inspirasi lebih pendek dari
ekspirasi
Suara ucapan
Anjurkan penderita mengucapkan
tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi
Lakukan dengan intonasi yang sama
kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua lapang paru dengan
menggunakan stetoskop
Bandingkan bagian kiri dan kanan
a.
Ronchi (ronchi
kering)
Suara
yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan
karena penyempitan : ada sekret kental/lengket
b.
Rales (ronchi basah)
Suara
yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat
inspirasi
c.
Wheezes – wheezing
Suara
terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi
dan inspirasi terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi.
6.
Batasan Normal
Pernafasan
Usia
|
Frekuensi
(x/menit)
|
Balita
|
30 – 60
|
Anak
|
30 – 50
|
Pra sekolah
|
25 – 32
|
Sekolah
|
20 – 30
|
Remaja
|
16 – 19
|
Dewasa
|
12 – 20
|
2.5
Suhu
Pemeriksaan suhu merupakan salah satu pemeriksaan yang
digunakan untuk menilai kondisi metabolisme dalam tubuh , dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu tubuh perlu
dijaga keseimbangannya, yaitu antara jumlah panas yang hilang dengan jumlah
panas yang diproduksi. Proses pengaturan suhu terletak pada hypothalamus dalam
sistem saraf pusat. Bagian depan hypothalamus dapat mengatur pembuangan panas
dan bagian hypothalamus belakang mengatur upaya penyimpanan panas.
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan
mempengaruhi titik pengaturan hypothalamus. Perubahan ini berhubungan dengan
produksi panas berlebihan, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di
atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh:
1. Usia : pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai
pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem.
2. Olahraga: meningkatkan produksi panas.
3. Kadar hormon: perempuan mengalami frekuensi suhu tubuh
yang lebih besar dari laki – laki.
4. Lingkungan : suhu tubuh secara normal berubah 0,5˚
selama 24 jam titik terendah pada pukul 1 – 4 dini hari.
a.
Pemeriksaan suhu
Dimulut Atau
Oral
Alat yang digunakan :
1)
Thermometer oral
2)
Botol berisi larutan
sabun
3)
Botol larutan
desinfektan
4)
Botol berisi air
bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5)
Potongan tertutup
pada tempatnya
6)
Bengkok
7)
Alat tulis
8)
Buku catatan
b.
Pelaksanaan :
1)
Mencuci tangan
2)
Menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan
3)
Mengatur posisi
pasien (duduk/tidur)
4)
Thermometer diperiksa
apakah air raksa sudah turun jika belum ayun – ayun dengan hati – hati sampai
air raksa penuh pada titik angka terendah (dibawah 35˚c).
5)
Anjurkan pasien untuk
membuka mulut, letakkan reservoin thermometer dibawah lidah kemudian anjurkan
pasien untuk menutup mulut.
6)
Tunggu 10 menit,
keluarkan thermometer dan keringkan dengan silstep 1 kali dengan tekanan yang
mantab dari atas ke reservoin dengan putaran.
7)
Baca hasilnya dengan
meletakkan thermometer horizontal setinggi mata putar – putar diantaranya jari
sampai batas air raksa jelas.
8)
Catat hasil di buku
catatan
Diketiak/ aksila
Alat yang digunanakan :
1)
Thermometer aksila
2)
botol berisi larutan
sabun
3)
botol berisi larutan
desinfektan
4)
botol berisi air
bersih didalamnya, dialasi dengan kain kasa
5)
potongan tertutup
pada tempatnya
6)
menempatkan
thermometer ke tengah ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan di bawah
klien.
7)
Biarkan thermometer
di tempat tersebut
Termomter
air raksa 5 – 10 menit
Thermometer
digital sampai sinyal terdengar
8)
Keluarkan thermometer
dengan hati – hati
9)
Lap thermometer
memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke reservoir, buang tisu di
bengkok.
10) Baca air raksa atau digitalnya
11) Membantu klien merapikan bajunya
12) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer
digital ke skala awal
13) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
14) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
15) Mencatat hasil
Dianus Atau Rectal
alat yang digunakan:
1.
Thermometer rektal
2.
Botol berisi larutan
sabun
3.
Botol berisi larutan
desinfektan
4.
Botol berisi air
bersih didalamnya dialasi dengan kain kasa
5.
Potongan tertutup
pada tempatnya
6.
Bengkok
7.
Alat tulis
8.
Buku catatan
Pelaksanaan :
1.
Menjelaskan pada
klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.
Mendekatkan alat ke
samping klien
3.
Mencuci tangan dan
memakai sarung tangan
4.
Memasang tirai
5.
Membuka pakaian bawah
6.
Mengatur posisis
klien
7.
Dewasa : SIM atau
miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
8.
Bayi atau anak :
tengkurap atau terlentang
9.
Melumasi ujung
thermometer dengan Vaseline
10. Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan
tangan kiri (untuk orang dewasa)
11. Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan
thermometer secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan
pada bayi 1,2 – 2,5 cm
12. Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang
dewasa) dan 5 menit (untuk orang laki – laki)
13. Keluarkan thermometer dengan hati – hati
14. Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar
dan buang tisu ke bengkok
15. Baca air raksa dan digitalnya
16. Merapikan pasien
17. Membersihkan thermometer air raksa
18. Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan
thermometer digital ke skala awal.
19. Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
20. Melepas sarung tangan
21. Mencuci tangan
22. Mencatat hasil
c.
Masalah yang harus
dikaji pada pemeriksaan suhu
Demam
Demam bisa terjadi disebabkan
karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk memertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas sehingga mengakibatkan suhu dalam tubuh
menjadi tidak normal.
Demam merupakan
mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C
meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat
infeksi karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus).
Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat
puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.
Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient.
Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
Hipertermia
Hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
Setiap penyakit atau
trauma pada hipotalamus dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol
produksi panas yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan
anastetik tertentu.
Hipotermia
Pengeluaran panas
akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk
memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia
diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti:
1.
Ringan: 33°-36°.
2.
Sedang: 30°-33°.
3.
Berat: 27°-30°.
4.
Sangat berat:
<30°.
Hipotermia aksidental
biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.
Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menilai.
Jika suhu tubuh turun
dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Kelelahan Akibat Panas
Kelelahan akibat
panas terjadi akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terlalu panas. Tanda dan gejala kurang volume
cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Heat Stroke
Lingkungan dengan
suhu tinggi dapat memengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heat stroke. Penderita heat stroke tidak
berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan malfungsi
hipotalamus.Heat stroke dengan suhu yang lebih besar dari 40,5°C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
Itulah beberapa
kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya perubahan suhu tubuh. Adanya
perubahan suhu tubuh memang sangat sulit dicegah dan manusia hanya dapat
melakukan peminimalan resiko dari penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
perubahan suhu tubuh seperti demam, kelelahan, heat stroke, dan
lainnya.
Hal tersebut bisa
dilakukan dengan rajin memeriksakan kondisi tubuh ke dokter secara rutin,
mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan mencukupi kebutuhan
tidur Anda.
Dengan demikian,
penyakit apapun bisa dicegah. Jika mampu menyerang sekalipun, resiko
penyakitnya tak akan terlalu parah dan juga proses penyembuhannya relatif cepat
karena orang yang senantiasa menjaga kebugaran dan kesehatan tubuhnya memiliki
daya imun yang kuat.
d.
Batasan normal
pemeriksaan suhu
Usia
|
Suhu
(Derajat Celcius)
|
|
3 bulan
|
37,5
|
|
1 tahun
|
37,7
|
|
3 tahun
|
37,2
|
|
5 tahun
|
37,0
|
|
7 tahun
|
36,8
|
|
9 tahun
|
36,7
|
|
13 tahun
|
36,6
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Setelah memahami tentang tanda-tanda vital. Dan
kesimpulannya adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama
bagi tanda-tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu
badan, dan berat badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting
kepada masyarakat atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Seperti pada tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka
tekanan darah akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh
seseorang itu juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
Dengan demikian suhu tutbuh dapat menunjukkan keadaan
metabolisme dalam tubuh, demyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan
tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardovaskular, yang dapat di
kaitkan dengan denyut nadi.
3.2
Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk
mengkaji suatu tanda – tanda vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam
mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa memberikan evaluasi respon
klien terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan tanda – tanda vital
merupakan bagian dari proses pemeriksaan pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul H. A. Aziz. 2009.
Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika.
2009. Kebutuhan Dasar Manusia
Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.
Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya .
Depkes RI.1994. Prosedur
Perawatan Dasar. Jakarta.
http://www.deherba.com
Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Keperawatan./.html#ixzz2N9JXTthu
No comments:
Post a Comment