BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan
antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain.
Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah di
tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif.
Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti
efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya.
B.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu arti Antikonvulsi .
2.
Untuk mengetahui mekanisme
terjadinya epilepsi .
3.
Untuk mengetahui mekanisme
kerja antiepilepsi .
4.
Untuk mengetahui efek
samping dan perhatian .
5.
Untuk mengetahui rute dan
dosis pemberian .
6.
Untuk mengertahui daftar
nama obat berbahaya untuk ibu hamil dan menyusui .
C.
Manfaat
1. Sebagai bahan untuk memberikan pengetahuan tentang Antikovulsi.
2. Sebagai bahan untuk bagaimana kita menyikapi tentang epilepsi .
3. Sebagai bahan untuk efek samping, perhatian, rute, dan dosis pemberian
obat Antikonvulsi .
D.
Identifikasi Masalah
1. Sejauh mana Antikunvulsi di pergunakkan .
2. Sejauh mana syarat-syarat untuk dosis dan rute pemberian obat .
3. Sejauh mana faktor-faktor yang mempengaruhi Obat Antikonvulsi .
E.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana epilepsi bisa terjadi .
2. Bagaimana cara menanggulangi epilepsi .
3. Bagaimana efek samping samping dan dosis pemberian Obat Antikonvulsi .
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian Antikonvulsi
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan
antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit
lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah di
tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif.
Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti
efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya. Di
Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat
ini mulai banyak di tinggalkan. Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini
masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping itukarbamazepin yang
relatif lebiih baru makin banyak digunakan, krena dibandingkan denganf
enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan
kognitif lebih kecil.
Epilepsi (dari bahasa Yunani Kuno ἐπιληψία Epilepsia'''') adalah gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan
kejang berulang tanpa alasan. Ini adalah tanda-tanda kejangsementara dan / atau
gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron diotak.
Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir 90%
dari orang-orang yang di negara-negara berkembang.Epilepsi lebih mungkin
terjadi pada anak-anak muda, atau orang di atas usia 65 tahun,namun dapat
terjadi setiap saat. Epilepsi biasanya dikontrol, tapi tidak sembuh,
denganpengobatan, meskipun operasi dapat dipertimbangkan pada kasus yang sulit.
Namun, lebih dari30% orang dengan epilepsi tidak memiliki kontrol kejang bahkan
dengan obat terbaik yang tersedia. Tidak semua sindrom epilepsi seumur hidup-
beberapa bentuk terbatas pada stadium tertentu dari masa kanak-kanak. Epilepsi
tidak harus dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapilebih sebagai sindrom
dengan gejala jauh berbeda tetapi semua yang melibatkan aktivitas
listrik episodik abnormal di otak.Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang
dicirikan dengan kerentanan untuk kejang berulang(peristiwa serangan berat,
dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik dari neuron pada otak).
Kejang merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang
menyebabkan perubahan sensorik, motorik, tingkah laku.
B.
Penyebab Terjadinya Kejang
Antara lain trauma terutama pada kepala,
encephalitis (radang otak), obat,birth
trauma(bayi lahir dengan cara vacuum
- kena kulit kepala - trauma),
penghentian obat depresan secara tiba-tiba, tumor,demam tinggi, hipoglikemia,
asidosis, alkalosis, hipokalsemia, idiopatik. Sebagian kecil disebabkan oleh penyakit menurun. Kejang yang
disebabkan oleh meningitis disembuhkan dengan obat anti epilepsi, walaupun
mereka tidak dianggap epilepsi. Menurut International League Against
Epilepsy (ILAE), kejang dapat dikategorikan
menjadi 2 kelompok utama yaitu kejang parsial ( Partial seizures) dan kejang keseluruhan (Generalized seizures). Kejang sebagian dibagi lagi menjadi kejang
parsial sederhana dan kejang parsialkompleks. Sedangkan kejang keseluruhan
dikelompokkan menjadi petit mal seizures (Absenceseizures);
atypical absences; myoclonic seizures; tonic clonic (grand mal)
seizures; tonic, clonic,atonic seizures.Pilihan Bangkitan Epilepsi Pemilihan obat untuk terapi masing-masing bentuk
epilepsi tergantung dari bentuk bangkitn epilepsy secara klinis dan
kelainan EEG nya. Tidak ada satupun pilahan epilepsi yang dapat memuaskan dan
diterima oleh semua ahli penyakit saraf. Pilahan epilepsy secara internasioal
tidak banyak membantu sebagai pedoman untuk pembahasan obat anti epilepsi.Untuk
maksud ini digunakan pilahan yang lazim dipakai di klinik dan berkaitan erat
dengan efektivitas obat antiepilepsi.
Pada
dasarnya, epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a.
Bangkitan
Umum ( Epilepsi Umum) yang terdiri dari
1.
Bangkitan
Tonik-klonik (Epilepsi Grand mal)
2.
Bangkitan
Lena (Epilepsi Petit mal atau absences) Bangkitan
Lena tidak khas (Atypical absence)
3.
Bangkitan
mioklonik (Epilepsi Mioklonik)
4.
Bangkitan
klonik
5. Bangkitan tonik
6.
Bangkitan
atonik
7.
Bangkitan
infantil (Spasme infantil)
b.
Bangkitan parsial atau focal atau local (Epilepsi parsial atau fokal)
1.
Bangkitan
parsial sederhana
2.
Bangkitan
parsial kompleks
3.
Bangkitan
parsial yang berkembang mejadi bangkitan umum misalnya bangkitan
tonik-klonik,bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja. Epilepsi Psikomotor atau epilepsi
lobus temporalis merupakan bangkitan parsial kompleks atau bangkitan parsial
yang berkembang menjadi epilepsi umum bilafokusnya terletak di lobus temporalis
anterior.
C.
Mekanisme Terjadinya Epilepsi
Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh
John Hughlings Jackson, bapak epilepsi modern. Pada fokus epilepsi di korteks
serebri terjadi letupan yang timbul kadang-kadang, secara tiba-tiba, berlebihan
dan cepat, letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron normal di sekitarnya
terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini masih tetap di anut dengan beberapa
perubahan kecil. Adanya letupan depolarisasi abnormal yang menjadi dasar
diagnosis diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan.
a.
Diagnosa
Diagnosis epilepsi biasanya membutuhkan bahwa kejang terjadi secara
spontan. Namun,sindrom epilepsi tertentu memerlukan pencetus tertentu atau
pemicu untuk kejang terjadi. Inidisebut refleks epilepsi. Sebagai contoh,
pasien dengan epilepsi baca utama mengalami kejang dipicu dengan membaca.
Epilepsi fotosensitif dapat terbatas pada kejang dipicu oleh lampu berkedip.
Pencetus lain dapat memicu kejang epilepsi pada pasien yang dinyatakan akan
rentan terhadap kejang spontan. Misalnya, anak-anak dengan epilepsi pada anak
tidak dapat menerima hiperventilasi. Bahkan, lampu berkedip dan hiperventilasi
yang mengaktifkan prosedur yang digunakan dalam EEG klinis untuk membantu
memicu kejang untuk membantu diagnosis.
Akhirnya, pencetus lainnya dapat memfasilitasi, daripada obligately
memicu, kejang pada individu yang rentan. Stres emosional, kurang tidur, tidur
sendiri, dan penyakit demam adalah contoh pencetus dikutip oleh pasien dengan
epilepsi. Terutama, pengaruh berbagai pencetus bervariasi dengan sindrom
epilepsi. Demikian pula, siklus menstruasi pada wanita dengan epilepsi dapat
mempengaruhi pola kekambuhan kejang. Epilepsi adalah kejang Catamenial yang
menunjukkan istilah terkait dengan siklus menstruasi.Di masa lalu, epilepsi
dikaitkan dengan pengalaman religius dan bahkan kepemilikan setan. Padazaman
kuno, epilepsi dikenal sebagai "Penyakit Suci" karena orang berpikir
bahwa serangan epilepsi adalah bentuk serangan oleh setan, atau bahwa
penglihatan yang dialami oleh orang-orang dengan epilepsi dikirim oleh para
dewa. Di antara keluarga animis Hmong, misalnya,epilepsi dipahami sebagai
serangan oleh roh jahat, tetapi orang yang terkena bisa menjadi dihormati
sebagai seorang dukun melalui pengalaman-pengalaman dunia lain.
Namun, dalam kebanyakan budaya, orang dengan epilepsy telah stigma,
dijauhi, atau bahkan dipenjarakan, dalam Salpêtrière, tempat kelahiran
neurologi modern, Jean-Martin Charcot menemukan orang-orang dengan epilepsi
sisi-sisi oleh-dengan mental terbelakang, mereka dengan kronis sifilis, dan
kriminal gila. Di Tanzania sampai hari ini, sebagaimana dengan bagian lain dari
Afrika, epilepsi terkait dengan kepemilikan oleh roh-roh jahat, sihir, atau
keracunan dan diyakini oleh banyak untuk menjadi menular. Di Roma kuno,
epilepsi dikenal sebagai''morbusComitialis''('penyakit aula perakitan') dan
dipandang sebagai suatu kutukan dari para dewa.Stigma berlanjut hingga hari
ini, baik di ruang publik dan swasta, tapi jajak pendapat menunjukkan
umumnya menurun dengan waktu, setidaknya di negara maju; Hippocrates mengatakan
epilepsy yang akan berhenti menjadi dianggap ilahi hari itu dipahami. Banyak
orang terkenal, dulu dan sekarang, telah melakukan diagnosis epilepsi. Dalam
banyak kasus, epilepsi adalah catatan kaki untuk prestasi mereka, untuk
beberapa, ini memainkan peran integral dalam ketenaran mereka. Sejarah diagnosa epilepsi tidak selalu
tertentu; ada kontroversitentang apa yang dianggap sebagai jumlah yang diterima
bukti yang mendukung diagnosis tersebut
D.
Mekanisme Kerja Antiepilepsi
Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu (1) dengan mencegah
timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus
epilepsi (2) dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal
akibat pengeruh fokus epilepsi. Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal
termasuk dalam golongan terakhir ini.Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit
yang di mengerti secara baik. Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi
berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system
inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.
Antiepilepsi
Obat
Antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. Empat golongan antiepilepsi
mempunyairumus dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu
golongan hidantoin,barbiturate, oksazolidindion dan suksinimid.Akhir-akhir ini
karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam pengobatan
epilepsy, karbamazepin untuk bangkitan parsial sederhana maupun
kompleks,sedangkan asam valproat terutama untuk bangkitan lena maupun bangkitan
kombinasi lena dengan bangkitan tonik-klonik.
1.
Golongan
Hidantoin
Dalam
golongan hidantoin dikenal tiga senyawa antikonvulsi, fenitoin
(Difenilhidatoin),mefinitoin dan etotoin dengan fenotoin sebagai prototipe. Fenitoin adalah obat utama
untuk hampir semua jenis epilepsy, kecuali bangkitan lena. Adanya gugus
fenil atau aromatic lainnya pada atom C penting untuk efek pengendalian bangkitan tonik-klonik, sedangkan gugus
alkilbertalian dengan efek sedasi, sifat yang terdapat pada mefenitoin dan
barbiturat, tetapi tidak padafenitoin. Adanya gugus metal pada atom N akan mengubah spectrum aktivitas
misalnyamefenitoin, dan hasil N dimetilisasi oleh enzim mikrosom hati
menghasilkan metabolit tidak aktif.
FARMAKOLOGI.
Fenitoin
berefek anntikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.Dosis toksik
menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigditas deserebrasi.Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan
pada penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagianlain otak. Efek
stabilitasi membran sel oleh fenitoin juga terlihat pada saraf tepi dan membran
sellainnya yang juga mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi jantung.
Fenitoin mempengaruhiperpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini
khususnya dengan menggiatkan pompano + neuron.
FARMAKOKINETIK
Absorbsi
fenitoin yang diperlukan berlangsung lambat, 10% daridosis oral diekskresikan
melalui tinja dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapaidalam 3-12
jam. Bila dosis muatan (loading dose) perlu diberikan, 600-800 mg, dalam
dosisterbagi antara 8-12 jam, kadar efektif plasma akan tercapai dalam 24 jam.
Pemberian fenitoinmengendap di tempat suntikan kira-kira 5 hari, dan absorbs
berlangsung lambat. \ Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh
albumin plasma kira-kira 90%. Pada orangsehat, termasuk wanita hamil dan wanita
pemakai obat kontrasepsi oral, fraksi bebas kira-kira10%, sedangkan pada pasien
dengan penyakit ginjal, penyakit hati atau penyakit hepatorenal danneonatus
fraksi bebas bebas rata-rata di atas 15%. Pada pasien epilepsi, fraksi bebas
berkisarantara 5,8%-12,6%. Fenitoin terikat kuat pada jaringan saraf sehingga
kerjanya bertahan lebihlama tetapi mula kerja lebih lambat dari fenobarbital.
INTERAKSI OBAT
Kadar
fenition dalam plasma akan meninggi bila diberikan bersama kloramfenikol,
disulfiram, INH, simetidin, dikumarol, dan beberapa sulfonamide tertentu, karna
obat-obat tersebut mengambat biotransformasi fenition, sedangkan sulfisoksazol,
fenilbutazon, salisilat dan asam valproat akan mempengaruhi ikatan protein
plasma fenitoin sehingga meninggikan juga
kadarnya dalam plasma. Teofilin menurunkan kadar fenitoin bila diberikan
bersamaan, diduga karena teofilin
meningkatkan biotransformasi fenitoin juga mengurangi absorpsinya
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
SUSUNAN SARAF PUSAT
Efek
samping fenitoin tersering ialahdiplopia,ataksia,vertigo,nistagmus, sukar
bebicara (slurred speech) disertai gejala lain ,misalnya tremor, gugup, kantuk,
rasa lelah, gangguan mental yang sifatnya berat ,ilusi,halusinasi sampai
psikotik.defisiensi folat yang cukup lama merupakan factor yang turut berperan
dalam terjadinyagangguan mental.efek samping SSP lebih sering terjaadi dengan
dosis melebihi 0,5 g sehari.
SALURAN CERNA DAN GUSI.
Nyeri
ulu hati,anoreksia,mual dan muntah,terjadi karenafenitoin bersifat
alkali.Ploriferasi epitel dan jaringan ikat gusi dapat terjadi pada penggunaan
kronik ,dan menyebabkan hyperplasia pada 20% pasien .
KULIT
Efek
samping pada kulit terjadi pada 2-5% pasien ,lebih sering pada anak dan remaja
yaitu berup aruam morbiliform.beberapa kasus diantaranya disertai
hiperpireksia,eosinofilia,dan terjadi ruam kulit sebaiknya pemberian obat dihentikan ,dan diteruskan
kembali dengan berhati-hati bila kelainan kulit telah hilang.Pada wanita muda
,pengobatan fenitoin secara kronik menyebabkan keratosis danhirsutisme,karena
meningkatnya aktivitaas korteks suprarenalis.
LAIN-LAIN.
Bila
timbul gejala hepatotoksisitas berupa ikterus atau hepatitis, anemia
megaloblastik (antara lain akibat defisiensi folat) atau kelainan darah jenis
lain,pengobatan perlu dihentikan. Fenitoin bersifat teratogenik.kemungkinan
melahirkan bayi dengan cacat kongnital meningkat menjadi 3 kali , bila ibunya
mendapatkan terapi fenitoin selama trimester pertama kehamilan .cacat
congenital yang menonjol ialah keiloskisis dan palatoskisis. Pada kehamilan
lanjut ,fenitoin menyebabkan abnormalitas tulang pada neonatus . pengunaan
fenitoin pada wanita hamil tetap diteruskan berdasarkan pertimbangan bahwa
bangkitan epilepsi sendiri dapat menyebabkan cacatpada anak sedanfg tidak semua
ibu yang minum fenitoin mendapat anak cacat.
INDIKASI,
Fenitoin
di indikasikan terutama untuk bangkitan tonik-klonik dan bangkitan persial atau
fokal. Banyak ahli penyakit saraf di Indonesia lebih menyukai penggunaan
fenobarbital karena batas keamanan yang sempit, efek samping dan efek toksik,
sekalipun ringantetapi cukup mengganggu terutama pada anak.Indikasi lain
fenitoin ialah untuk neuralgia trigerminal dan aritmia jantung. Fenitoin juga
digunakan pada terapi renjatan listrik (ECT) untuk meringankan konvulsinya dan
bermanfaat pula terhadap kelainan ekstra piramidal iatrogenic.
SEDIAAN DAN POSOLOGI.
Fenitoin
atau difenilhidantoin tersedia sebagai garam Nadalam bentuk kapsul 100 mg dan
tablet kunyah 30 mg untuk pemberian oral, sedangkan sediaan suntik 100mg/2ml.
Disamping itu juga tersedia bentuk sirup dengan takaran 125mg/5ml.Harus
diperhatikan agar kadar plasma optimal, yaitu berkisar antara 10-20µg/ml.
kadardibawahnya kurang efektif untuk pengendalian konvulsi, sedangkan jika kadar
lebih tinggi akan bersifat toksik. Dosis fenitoin selalu harus disesuaikan
untuk masing-masing individu, patokankadar terapi antara 10-20µg/ml bukan
merupakan angka mutlak karena beberapa pasien menunjukan efektivitas fenitoin
yang baik pada kadar 8µg/ml, sedangkan pada pasien lain,nistagmus sudah terjadi
pada kadar 15µg/ml.Untuk pemberian oral, dosis awal untuk dewasa 300 mg,
dilanjutkan dengan dosis penunjang antara 300-400mg, maksimum 600mg sehari.
Anak diatas 6 tahun, dosis awal sama dengan dosis dewasa, sedangkan untuk anak
dibawah 6 tahun, dosis awal 1/3 dosis dewasa, dosis penunjang ialah 4-8 mg/kgBB
sehari, maksimum 300mg. Dosis awal dibagi dalam 2-3 kali pemberian
2. Golongan Barbiturat
Disamping
sebagai hipnotik-sedatif, golongan barbiturate efektif sebagai obat
antikonvulsidan yang biasa digunakan adalah barbiturate kerja lama (long acting barbiturates). Disini
dibicarakan efek antiepilepsi prototip barbiturate yaitu fenobarbital dan
pirimidon yang strukturkimia nya mirip dengan barbiturate.Sebagai antiepilepsi
fenobarbital menekan letupan di fokus epilepsy. Barbiturat menghambattahap
akhir oksidasi mitokondria,sehingga mengurangi pembentukan fosfat berenergi
tinggi.Senyawa fosfat ini perlu untuk sintesis neurotransmitor misalnya Ach,
dan untuk repolarisasimembrane sel neuron setelah depolarisasi.
FENOBARBITAL
Fenobarbital,
asam 5,5-fenil-etil barbiturate, merupakan senyawa organik pertama
yangdigunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran
aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Dosis efektifnya relatif
rendah. Efek sedatif, dalam hal ini dianggap sebagai efek samping, dapat
diatasi dengan pemberian stimulan sentral tanpa mengurangi efek
antikonvulsinya.Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua kali 100mg sehari.
Untuk mengendalikan epilepsy disarankan kadar plasma optimal. Berkisar antara
10-40µg/ml. Kadar plasma diatas40µg/ml sering disertai gejala toksik yang
nyata. Penghentian pemberian fenobarbital harussecara bertahap guna mencegah
kemungkinan meningkatnya frekuensi bangkitan kembali, ataumalahan bangkitan
status epileptikus.Interaksi fenobarbital dengan obat lain umumnya terjadi
karena frnobrbital meningkatkanaktivitas enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan
asam valproat akan menyebabkan kadarfenobarbital meningkat 40%.
3.
Golongan Oksazolidindion
TRIMETADION
Trimetadion
( 3,5,5 trimetiloksazolidin 2,4,dion), sekalipun telah terdesak oleh
suksinimid,merupakan prototip obat bangkitan lena. Trimetadion juga bersifat
analgetik dan hipnotik.
FARMAKODINAMIK.
Pada SSP,
trimetadion memperkuat depresi pascatransmisi,sehingga transmisi impuls
berurutan dihambat, transmisi impuls satu per satu tidak terganggu.Trimetadion
memulihkan EEG abnormal pada bagkitan lena.
FARMAKOKINETIK.
Trimetadion
per oral mudah di absorbsi dari saluran cerna dan didistribusi ke berbagai
cairan badan. Biotransformasi trimetadion terutama terjadi di hati dengan
demetilasi yang menghasilkan didion (5,5, dimetiloksazolidin ,2,4, dion ).
Senyawa ini masihaktif masih aktif terhadap bangkitan lena, tetapi efek
antikonvulsi nya lebih lemah.
INTOKSIKASI & EFEK SAMPING.
Intoksikasi
dan efek samping trimetadion yangbersifat ringan berupa sedasi hemeralopia,
sedang yang bersifat lebih berat berupa gejala padakulit,darah,ginjal dan hati.
Gejala intoksikasi lebih sering ttimbul pada pengobatan kronik.Sedasi berat
dapat diatasi dengan amfetamin tanpa mengurangi efek antiepilepsinya,
bahkansesekali amfetamin dapat menekan bangkitan lena.Efek samping pada kulit
berupa rua morbiliform dan kelainan akneform, lebih berat lagiberupa dermatitis
eksfoliatif atau eritema multiformis. Kelainan darah berupa neutropenia
ringan,tetapi anemia aplastik dapat bersifat fatal. Gangguan fungsi ginjal dan
hati,berupa syndromenefrotik dan hepatitis, dapat menyebabkan kematian.
INDIKASI.
Indikasi
utama trimetadion ialah bangkitan lena murni (tidak disertai komponenbangkitan
bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gambaran EEG dan meniadakankelainan
EEG akibat hiperventilasi maksimal pada 70% pasien. Bangkitan lena yang timbul
padaanak umumnya sembuh menjelang dewasa. Dalam kombinasi dengan trimetadion,
efek sedasifenobarbital dan primidon dapat memberat. Sebaiknya jangan
dikombinasikan denganmefenitoin, sebab gangguan pada darah dapat bertambah
berat.Penghentian terapi trimetadion harus secara bertahap karena bahaya
eksaserbasi bangkitandalam bentuk epileptikus, demikian pula obat lain yang
terlebih dulu diberikan.
KONTRAINDIKASI.
Trimetadion
di kontraindikasikan pada pasien anemia, leucopenia,penyakit hati, ginjal dan
kelainan n.opticus.
4.
Golongan
Suksinimid
Antiepilepsi
golongan suksinimid yang digunakan di klinik adalah etosuksimid,metsuksmid dan
fensuksimid. Berdasarkan penelitian pada hewan, terungkap bahwaspectrum
antikonvulsi etosuksimid sama dengan trimetadion. Sifat yang menonjol
darietosuksimid dan trimetadion adalah mencegah bangkitan konvulsi
pentilentetrazol.Etosuksimid, dengan sifat antipentilentetrazol terkuat,
merupakan obat yang paling selektif terhadap bangkitan lena.
Etosuksimid Etosuksimid di absorbs lengkap melalui saluran
cerna. Setelah dosis tunggal oral,diperlukan waktu antara 1-7 jam untuk
mencapai kadar puncak dalam plasma. Distribusimerata ke segala jaringan, dan
kadar cairan serebrospina saa dengan kadar plasma. Efek samping yang
sering timbul ialah mual, sakit kepala, kantuk dan ruam kulit. Gejala yanglebih
berat berupa agranulositosis dan pansitopenia. Dibandingkan dengan trimetadion.
etosuksimid lebih jarang menimbulkan
diskrasia darah, dan nefrotoksisitas belum pernahdilaporkan, sehingga
etosuksmid umumnya lebih disukai dari pada Trimetadion.Etosuksimid merupakan
obat terpilih untuk bangkitan lena. Terhadap bangkitan lena padaanak,
efektivitas etosuksimid sama dengan trimetadion, 50-70 % pasien dapat
dikendalikanbagkitannya. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan
bangkitan akinetik.Etosuksimid tidak efektif untuk bangkitan parsial kompleks
dan bangkitan tonik-klonik umum atau pasien kejang dengan kerusakan
organik otak yang berat.
5. Karbamazepin
Karbamazepin
pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia,kemudian ternyata
bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan tonik-klonik. Saat ini,karbamazepin
merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat.Karbamazepin memperlihatkan
efek analgesic selektif, misalnya pada tabes dorsalis danneuropati lainnya yang
sukar diatasi dengan analgesik biasa. Atas perhitungan untung-rugikarbamazepin
tidak dianjurkan untuk nyeri ringan.Efek samping dari karbamazepin dalam
pemberian obat jangka lama ialah pusing,vertigo, ataksia, diplopia, dan
penglihatan kabur. Frekuensi baangkitan dapat meningkat akibat dosis berlebih.
Karena potensinya untuk menimbulkan efek samping sangat luas, makapada
pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari darah
danmelakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.Fenobarbital dan fenitoin
dapat meningkatkan kadar karbamazepin, dan biotransformasikarbamazepin dapat
dihambat oleh eritromisin. Konversi primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan
oleh karbamazepin,sedangkan pemberian karbamazepin bersama asam valproatakan
menurunkan kadar asam valproat.
POSOLOGI.
Dosis
anak di bawah 6 tahun, 100mg sehari, 6-12 tahun, 2 kali 100mgsehari. Dosis
dewasa : dosis awal 2 kali 200 mg hari pertama selanjutnya dosis di tingkatkan
secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg sehari untuk
dewasa atau 20-30 mg/kgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar
terapi dalam serum 6-8µg/ml.
6. Golongan Benzodiazepin
DIAZEPAM
Diazepam
adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.
Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak
larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine dibagikedalam empat
kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1.
Benzodiazepin
ultra short-acting
2.
Benzodiazepin
short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya
triazolam, zolpidem dan zopiclone.
3.
Benzodiazepin
intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.
Termasuk didalamnya estazolam dan temazepam.
4.
Benzodiazepin
long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya
flurazepam, diazepam dan quazepam.
Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet,
injeksi dan gel rectal, dalam berbagaidosis sediaan. Beberapa nama dagang
diazepam dipasaran yaitu Stesolid®,Valium®,
Validex® dan Valisanbe®, untuk sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron®dan Danalgin®,
untuk sediaan kombinasi dengan metampiron dalam bentuk sediaan tablet.
MEKANISME
KERJA
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat
fungsi hambatan neuron GABA.Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf
pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggiterutama dalam korteks otak frontal
dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Padareseptor ini, benzodiazepin
akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas
farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan.
Dengan adanyainteraksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan
meningkat, dan dengan inikerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor
GABA, saluran ion klorida akan terbukasehingga ion klorida akan lebih banyak
yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah
ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya,kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.
Akibatnya,
PROFIL
FARMAKOKINETIKA
t½ : Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam.
Tergantung pada variasi subyek. t½meningkat pada mereka yang lanjut usia dan
bayi neonatus serta penderita gangguanliver. Perbedaan jenis kelamin juga harus
dipertimbangkan.
Volume Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5
mL/menit/Kg. Juga meningkat padamereka yang lanjut usia.
Waktu untuk mencapai plasma puncak : 0,5 – 2 jam.
Distribusi dalam Darah : Plasma (perbandingan
dalam darah) Diazepam 1,8 danDMDZ 1,7.Ikatan Protein : Diazepam 98 – 99% dan DMDZ 97%.
Didistribusi secaraluas. Menembus sawar darah otak. Menembus plasenta dan
memasuki ASI.
Jalur metabolisme : Oksidasi Dimetabolisme terutama oleh hati.
Beberapa produk metabolismenya bersifat aktif sebagai depresan SSP.
Metabolit klinis yang signifikan :
Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam &oksazepam.
PENGGUNAAN
TERAPI
Indikasi
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi
gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat
diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerangsecara tiba-tiba.
Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapatdigunakan
untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam
digunakansebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontraindikasi
1.
Hipersensitivitas
2.
Sensitivitas
silang dengan benzodiazepin lain
3.
Pasien
koma
4.
Depresi
SSP yang sudah ada sebelumnya
5.
Nyeri
berat tak terkendali
6.
Glaukoma
sudut sempit
7.
Kehamilan
atau laktasi
8.
Diketahui
intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi)
E.
Efek Samping & Perhatian
Efek Samping
Sebagaimana
obat, selain memiliki efek yang menguntungkan diazepam juga memiliki
efek samping yang perlu diperhatikan dengan seksama. Efek samping diazepam
memiliki tigakategori efek samping, yaitu :1. Efek samping yang sering terjadi,
seperti : pusing, mengantuk 2. Efek samping yang jarang terjadi, seperti :
Depresi, Impaired Cognition3. Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti :
reaksi alergi, amnesia, anemia,angioedema, behavioral disorders, blood
dyscrasias, blurred vision, kehilangankeseimbangan, constipation, coordination
changes, diarrhea, disease of liver, drugdependence, dysuria, extrapyramidal
disease, false Sense of well-being, fatigue, generalweakness, headache
disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia,libido
changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia
disorder,polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder, sialorrhea, skin rash,
sleep automatism,tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual changes,
vomiting, xerostomia.
Perhatian
Peringatan
Peringatan
yang perlu diperhatikan bagi pengguna diazepam sebagai berikut :
1.
Pada
ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada
derajat relativitasdari ikatan protein pada
ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatankehamilan dan
konsentrasi asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek sampingyang
dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah kelahiran
disebabkanoleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi antara
diazepam danbilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia pada bayineonatus.
2.
Sebelum
menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih dahulu.
3.
Jika
berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi
distribusi,eliminasi dan klirens dari benzodiazepine.
4.
Obat
ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini
menyebabkan mengantuk.
5.
Pada
pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu
sebelummenggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat
menurunkanefektifitas diazepam.
6.
Jangan
menggunakan diazepam apabila menderita glukoma narrowangle karena
dapatmemperburuk penyakit
7.
Katakan
pada dokter jika memiliki alergi.
8.
Hindarkan
penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi
pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea
9.
Hati-hati
penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan hatiatau
ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10.
Diazepam
tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states .
INTERAKSI
OBAT
Obat-obat :
1.
Alkohol,
antidepresan, antihistamin dan analgesik opioid pemberian bersamaan
mengakibatkan depresi SSP tambahan.
2.
Simetidin,
kontrasepsi oral, disulfiram, fluoksetin, isoniazid, ketokonazol,
metoprolol,propoksifen, propranolol, atau asam valproat dapat menurunkan
metabolisme diazepam,memperkuat kerja diazepam.
3.
Dapat
menurunkan efisiensi levodopa.
4.
Rifampicin
atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas
diazepam.
5.
Efek
sedatifnya dapat menurun karena teofilin.
6.
Ikatan
plasma dari diazepam dan DMDZ akan direduksi dan konsentrasin obat yang
bebasakan meningkat, segera setelah pemberian heparin secara intravena.
7.
Diazepam
yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal
jugamemberikan pengaruh terhadap proses absorbsi.
8.
Benzodiazepin
tidak digunakan bersamaan dengan intibitor protease-HIV,
termasuk alprazolam, clorazepate, diazepam, estazolam, flurazepam, dan
triazolam.
F.
Rute & Dosis Pemberian
Antiansietas,
Antikonvulsan.
1.
PO
(Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat
sekalisehari.
2.
PO
(anak-anak > 6 bulan) : 1-2,5 mg 3-4 kali sehari.
3.
IM, IV
(Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu
Pra-kardioversi
1.
IV
(Dewasa) : 5-15 mg 5-10 menit prakardioversi.
Pra-endoskopi
2.
IV
(Dewasa) : sampai 20 mg.
3.
IM
(Dewasa) : 5-10 mg 30 menit pra-endoskopi.
Status Epileptikus
1.
IV
(Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg,
programpengobatan ini dapat diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya
digunakanbila rute IV tidak tersedia).
2.
IM, IV
(Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4
jam.
3.
IM, IV
(Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai
maksimum 5mg, dapat diulang tiap 2-4 jam.
4.
Rektal
(Dewasa) : 0,15-0,5 mg/kg (sampai 20 mg/dosis).
5.
Rektal
(Geriatrik) : 0,2-0,3 mg/kg.
6.
Rektal
(Anak-anak) : 0,2-0,5 mg/kg
Relaksasi Otot Skelet
1.
PO (Dewasa)
: 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kalisehari.
2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.
2.
IM, IV
(Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulangdalam
2-4 jam.
Putus Alkohol
1.
PO
(Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kalisehari
2.
IM, IV
(Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai keperluan
OVER DOSIS
Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan
lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang mendalam atau manifestasi lain
depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, padakeadaan ini pasien
seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan
ini biasanya disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama
jantung tetap normal pada saat anoxia atau hipertensi berat. Toleransi
benzodiazepin terjadi dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat konsentrasi obat dalam darah
tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis akut
selama pemulihannya dapat terjadi ansietasdan insomnia, yang dapat berkembang
menjadi withdrawal syndrome (gangguan mental akibatpenghentian penggunaan zat
psikoaktif), dapat pula diikuti dengan kejang yang hebat, ini dapatterjadi pada
pasien yang sebelumnya menjadi pemakai kronik.- Sejak tahun 1980-1989, 1576
keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan benzodiazepin. 891
kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591 kasuslainnya
over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan tingkat
kematian dengan data penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung
indeks kematian karena keracunan per sejuta resep, pada individu yang overdosis
benzodiazepin memberikan kesankeracunan yang relatif berbeda. Studi terakhir
dari 303 kasus keracunan benzodiazepine didukung oleh perbedaan penemuan dalam
menilai keracunan akibat overdosis benzodiazepine yang relatif aman.- Pada over
dosis benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernafasan
dantekanan darah. Reaksi muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap
sadar. Mempertahankan keluar masuknya udara adalah hal yang penting apabila
pasien dalam keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus dengan
pengosongan lambung, pemberian arang aktif (carbo adsorben)untuk mereduksi
absorbsi. Flumazenil, merupakan antagonis spesifik reseptor
benzodiazepine,diindikasikan untuk penanganan parsial atau menyeluruh pada efek
sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis benzodiazepine.
TOKSISITAS
Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam
darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisifatal yang disebabkan oleh penggunaan
tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadibila konsentrasi dalam
darah lebih besar dari 5 mg/L.LD5 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240 mg/Kg pada
tikus.Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada
hari keenamsetelah pemberian pada hewan coba, monyet.
7.
Asam
Valproat
Asam
valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang
absens,kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik (11). Asam valproat dapat
meningkatkan GABAdengan menghambat degradasi nya atau mengaktivasi sintesis
GABA. Asam valproat jugaberpotensi terhadap respon GABA post sinaptik yang
langsung menstabilkan membran serta mempengaruhi kanal kalium (10). Dosis
penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari (11).Efek samping yang sering terjadi
adalah gangguan pencernaan (>20%), termasuk mual,muntah,anorexia dan peningkatan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin ditimbulkan adalah pusing, gangguan keseimbangan
tubuh, tremor, dan kebotakan. Asamvalproat mempunyai efek gangguan kognitif
yang ringan. Efek samping yang berat dari penggunaan asam valproat adalah
hepatotoksik.
Hyperammonemia
(gangguan
metabolism yang ditandai dengan peningkatan kadar amonia dalam darah) umumnya
terjadi 50%, tetapitidak sampai menyebabkan kerusakan hati (10).Interaksi
valproat dengan obat antiepilepsi lain merupakan salah satu masalah
terkaitpenggunaannya pada pasien epilepsi. Penggunaan fenitoin dan valproat
secara bersamaan dapatmeningkatkan kadar fenobarbital dan dapat memperparah
efek sedasi yang dihasilkan. Valproat sendiri juga dapat menghambat metabolisme
lamotrigin, fenitoin, dan karbamazepin. Obat yang dapat menginduksi enzim dapat
meningkatkan metabolisme valproat. Hampir 1/3 pasien mengalami efek samping
obat walaupun hanya kurang dari 5% saja yang menghentikan penggunaan obat
terkait efek samping tersebut (12).
8.
Antiepilepsi
Lain
FENASEMID
Fenasemid
suatu derivat asetilures,merupakan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi
tidak berbentuk cincin, efeknya baik digunakan terhadap bangkitan tonik-klonik.
FARMAKIDINAMIK.
Fenasemid
memiliki antikonvulsi yang berspektrum luas, mekanismekerja fenasemid ialah
dengan peningkatan ambang rangsang fokus serebral, sehinggahipereksitabilitas
dan letupan abnormal neuron sebagai akibat rangsang beruntun dapat ditekan.
INTOKSIKASI & EFEK
SAMPING.
Fenasemid
merupakan obat toksik, Efek sampingtesering ialah psikosis. Efek samping yang
mungkin fatal ialah nekrosis hati, anemia aplastik,dan neutropenia.
INDIKASI.
Fenasemid
efektif terhadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan bangkitan parsial.
Indikasi utama fenasemid ialah untuk terapi bangkitan parsial kompleks .
DOSIS.
Untuk
orang dewasa ialah 1,5-5,0 g sehari, sedangkan untuk anak yang berumur
antara5-10 tahun hasilnya sudah memuaskan dengan ½ dosis orang dewasa.
Fenasemid sampai saat inibelum di pasarkan di Indonesia.
Prinsip
Pemilihan obat pada terapi epilepsy
Strategi
terapi untuk epilepsi yaitu menggunakan terapi non farmakologis dan
terapifarmakologis. Terapi non farmakologi bisa dengan melakukan diet,
pembedahan dan vagal nervestimulation (VNS), yaitu implantasi dari perangsang saraf vagal, makan
makanan yang seimbang(kadar gula darah yang rendah dan konsumsi vitamin yang
tidak mencukupi dapat menyebabkanterjadinya serangan epilepsi), istrirahat yang
cukup karena kelelahan yang berlebihan dapatmencetuskan serangan epilepsi,
belajar mengendalikan stress dengan menggunakan latihan tarik nafas
panjang dan teknik relaksasi lainnya. Sedangkan untuk terapi farmakologis yaitu
denganmenggunakan Obat Anti Epilepsi (OAE). Pengobatan dilakukan tergantung
dari jenis kejang yang dialami. Pemberian obat anti epilepsi selalu dimulai
dengan dosis yang rendah, dosis obatdinaikkan secara bertahap sampai kejang
dapat dikontrol atau tejadi efek kelebihan dosis. Pada pengobatan kejang
parsial atau kejang tonik-klonik rata-rata keberhasilan lebih tinggimenggunakan
fenitoin, karbamazepin, dan asam valproat. Pada sebagian besar pasien dengan
1tipe/jenis kejang, kontrol memuaskan dapat dicapai dengan 1 obat anti
epilepsi. Pengobatandengan 2 macam obat mungkin ke depannya mengurangi
frekuensi kejang, tetapi biasanya toksisitasnya lebih besar. Pengobatan dengan
lebih dari 2 macam obat, hampir selalu membantu penuh kecuali kalau pasien
mengalami tipe kejang yang berbeda.Untuk mencapai hasil terapi yang optimal
perlu diperhatikan hal berikut ini. Pengobatan awal harus dimulai dengan obat
tunggal. Obat perlu di mulai dengan dosis kecil dan di naikkan secara bertahap
sampai efek terapi tercapai atau timbul efek samping yng tidak dapat di
toleransi lagi oleh pasien. Kombinasi beberapa obat sesekali di perlukan.
Kombinasi yang paling di sukaiuntuk bangkitan tonik-klonik adalah fenitoin dan
fenobarbital yang masing-masing dapat diberikan dalam dosis penuh , bila
diperlukan , karena toksisitasnya berbeda.
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi pada anak-anak usia 5 bulan-
5 tahun yang mengalamidema, tanpa disertai infeksi intrakarnial serta tidak
ditemukan gejala kejang lain. Pengobatan profilaksis tidak dianjurkan kecuali
disertai gangguan berikut. :
·
Gejala
neurologik yang abnormal
·
Bila
kejang demam terakhir berlangsung lebih dari 15 menit atau disertai
gejalaneurologik
·
Bila
ada riwayat kejang pada orang tua nya atau keluarga
·
Anak
dengan gejala kejang yang rekuren
·
Bila
anak dirawat untuk suatu kegawatan.Fenobarbital atau asam valproat merupakan
obat pilihan yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2 tahun setelah kejang
terakhir. Profilaksis kejang demam lainnyayang dianjurkan ialah pemberian
diazepam per rectal sewaktu kejang
G.
Penjelasan Dan Daftar Nama Obat Berbahaya Untuk Ibu Hamil Dan
Menyusui
Dewasa ini
banyak sekali produk-produk kesehatan yang ditawarkan kepada masyarakat. Dan
tidak sedikit pula yang menyasar ibu-ibu hamil. Sekiranya muncul pertanyaan
dalam benak ibu-ibu hamil tersebut, apakah produk ini aman untuk mereka dan apa
bahayanya mengkonsumsi obat tanpa seijin dokter. Berikut ini akan dibahas
mengenai obat-obat yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehamilan, baik
itu terhadap ibu maupun janinnya, jika digunakan tanpa petunjuk dokter.
Pada
wanita hamil, adalah penting untuk menjaga kesehatannya dengan jalan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta melakukan
olahraga secara teratur. Dan yang tidak kalah penting adalah menghindari
berbagai zat yang dapat membahayakan dirinya maupun janinnya. Zat-zat yang
dimaksud seperti: obat-obatan, alkohol, dan rokok.
Sekitar
lebih dari 90% wanita hamil menggunakan obat-obatan, baik yang diresepkan oleh
dokter ataupun tanpa resep. Secara umum, kecuali benar-benar dibutuhkan dan
dengan ijin dokter, penggunaan obat-obatan bebas sebaiknya dihindari karena
akan berdampak buruk pada janin yang dikandung. Diketahui pula bahwa di Amerika
Serikat sekitar 2-3% dari seluruh kelainan yang muncul pada bayi baru lahir
disebabkan karena penggunaan obat yang tidak sesuai.
Pada
beberapa kasus, pemberian obat dapat memberikan dampak yang baik pada ibu dan
janinnya. Walaupun demikian, seorang ibu seharusnya berkonsultasi dahulu dengan
dokter mengenai resiko dan keuntungan menggunakan obat-obat tersebut.
Obat-obatan
yang diminum oleh wanita hamil dapat sampai ke janin dengan melewati
plasenta/ari-ari, yang juga merupakan jalur yang digunakan untuk menyalurkan
oksigen dan nutrisi guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Obat-obatan yang
dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk dokter dapat berdampak buruk pada
janinnya oleh karena disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
·
Secara langsung berdampak
pada janin, menyebabkan kerusakan, perkembangan dan pertumbuhan janin yang abnormal,
sampai dengan menyebabkan kematian.
·
Mengubah fungsi plasenta
(ari-ari) dengan jalan mengecilkan atau mempersempit pembuluh darah sehingga
menurunkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Hal ini selanjutnya
akan menyebabkan bayi menjadi kurang berat badannya dan perkembangannya juga
terganggu.
·
Menyebabkan otot rahim
berkontraksi secara dini, sehingga menurunkan suplai darah ke janin atau memicu
kelahiran prematur.
Bagaimana suatu obat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung pada tahap perkembangan janin itu
sendiri dan juga pada kekuatan dan dosis obat yang dikonsumsi. Obat tertentu
yang dikonsumsi pada awal masa kehamilan (dalam 20 hari setelah pembuahan)
dapat berdampak negatif atau malah tidak berdampak sama sekali pada janin. Pada
masa tiga sampai delapan minggu setelah pembuahan, janin sangat rentan
mengalami defek pada pertumbuhannya karena pada masa tersebut organ-organ
sedang dibentuk (organogenesis). Pada periode ini, obat-obatan yang dikonsumsi
tidak dengan petunjuk dokter bisa jadi tidak berdampak apa pun pada janin, atau
malah menyebabkan keguguran, defek pertumbuhan yang nyata, atau pun defek yang
permanen yang baru terlihat setelah bayi lahir. Sedangkan apabila obat-obatan
tersebut dikonsumsi setelah proses organogenesis selesai akan dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Food and Drug Administration (FDA), yang berpusat di Amerika Serikat mengklasifikasikan obat menurut
derajat resiko yang dapat ditimbulkan pada janin jika obat-obat tersebut
digunakan secara bebas. Beberapa obat tergolong sangat toksik (highly toxic)
dan sangat dilarang penggunaannya pada wanita hamil. Sebagai contoh adalah
thalidomide. Beberapa dekade yang lalu, obat ini diketahui dapat menyebabkan
gangguan pembentukan lengan atas dan tungkai bawah, serta defek pada usus
halus, jantung dan pembuluh darah.
Sering pula beberapa jenis obat disubstitusi
dengan obat jenis lainnya karena lebih aman digunakan selama kehamilan, sebagai
contoh: untuk jenis antibiotika, golongan penicillin cenderung aman digunakan
pada masa kehamilan. Kemudian apabila harus memberikan obat-obatan
antihipertensi (pada wanita hamil yang menderita preeklampsia dan atas petunjuk
dokter) juga harus diperhatikan secara ketat, dan dihindari pemberian obat angiotensin
converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik thiazide, karena
kedua obat ini dapat menyebabkan masalah yang serius pada janin.
Berikut ini beberapa jenis obat ANTIKONVULSI yang
dapat menyebabkan masalah jika digunakan pada masa kehamilan :
·
Carbamazepine,
phenobarbital, phenytoin: menyebabkan perdarahan pada bayi baru lahir. Namun
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari sebelum persalinan
berlangsung atau dengan memberikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
·
Valproate: dapat menyebabkan
bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, tulang belakang.
·
Trimethadione: menyebabkan
keguguran, bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, maupun pada organ
abdomen.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anti
konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epiletic seizure)
dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan
golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang
karena Epileptik. Oleh karena itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan
kasus epilepsi. Pada penderita epilepsi, terkadang
sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak beraktivitas
sebagaimana mestinya.
Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam
process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol.
Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsy bukan
penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.
Pada umunya sebagian obat antiepilepsi di metabolisme di hati, kecuali
vigabatrin dangan bapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya
pencegahan dengan menangani obat dan pemeriksaan
klinis yang tepat dapat membantu penyembuhan penyakit ini
B.
Saran –Saran
Antiepilepsi dan efektifitasnya belum mapan ,sebaiknya tidak
digunakan dalam praktek umum. Tetapi diserahkan penggunaannya
kepada para ahli neurologi, guna memastikan nilai
manfaat yang sebenarnya .
DAFTAR ISI
Doegoes, E.
Marelyn. 1999. Konsep Dasar Diagnosa dan
Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A.
2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Salemba Medika. Jakarta.
McNemara,
J.O., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, vol 1, diterjemahkan
oleh alih bahasa sekolah farmasi ITB, EGC, Jakarta, 1517, 522, 524.
No comments:
Post a Comment