BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasanya suatu pola
hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan
kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang sering
terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar
dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama,
ialah poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa
lemas, perasaan seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki rasa berat
atau membengkak, perut kembung atau membuncit disertai kencing yang berkurang,
kadang-kadang terlihat kebiruan ( cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis
dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas dengan
perasaan tidak enak pada perut bagian atas.
Salah satu jenis
gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini yakni angina
pectoris. Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada
yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering
menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu
melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.
Oleh karena itu sebagai
calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan
asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep
yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1.2.1
Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?
1.2.2
Ada berapakah jenis Angina Pektoris?
1.2.3
Apa etiologi dari Angina Pektoris?
1.2.4
Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
1.2.5
Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris ?
1.2.6
Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Angina Pektoris ?
1.2.7
Bagaimanakah Patofisiologi dari Angina Pektoris?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengerti Pengertian dari Angina Pektoris
1.3.2
Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
1.3.3
Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
1.3.4
Menjelaskan Manifestasi Klinis dari Angina Pektoris
1.3.5
Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Angina Pektoris
1.3.6
Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Angina Pektoris
1.3.7
Menjelaskan Tentang Patofisiologi dari Angina Pektoris
1.4
Manfaat
1.4.1 Memberikan
gambaran dan penjelasan mengenai jantung dan msalah masalah yang terjadi di
dalamnya.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Angina pektoris adalah
suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dadadi dearah
sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas,
yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke
lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof.
Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996)
Sakit dada pada angina
pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard, karena suplai darah dan
oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai
5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien
mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris
biasa. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak
napas, perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin
Angina pektoris adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)
2.2
Etiologi
Penyebab yang paling
umum dari angina adalah penyakit arteri koroner. Penyebab yang kurang umum dari
angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-arteri koroner.
a.
Penyakit Arteri Koroner
Arteri-arteri koroner
mensuplai darah yang beroksigen pada otot jantung. Penyakit arteri koroner
berkembang ketika kolesterol mengendap di dinding arteri, menyebabkan
pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak kolesterol.
Akumulasi dari plak kolesterol dari waktu ke waktu menyebabkan penyempitan dari
arteri-arteri koroner, proses yang disebut arteriosclerosis. Arteriosclerosis
dapat dipercepat dengan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol yang naik,
dan diabetes. Ketika arteri-arteri koroner menjadi sempit lebih dari 50% sampai
70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan oksigen darah yang meningkat oleh
otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan oksigen pada otot jantung menyebabkan
nyeri dada (angina).
b.
Coronary artery spasm
Dinding-dinding dari
arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang cepat dari
serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba dari arteri-arteri.
Spasme dari arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan
menyebabkan angina. Angina sebagai akibat dari spasme (kekejangan) arteri
koroner disebut "variant" angina atau Prinzmetal angina. Prinzmetal
angina secara khas terjadi waktu istirahat, biasanya di jam-jam pagi dini.
Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta pada yang
disempitkan oleh arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan
oleh penggunaan atau penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang
disebbkan oleh cocaine dapat begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat
menyebabkan serangan jantung.
Sejumlah faktor yang
dapat menimbulkan nyeri angina:
1.
Latihan fisik dapat memicu serangan
dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.
Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan
vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan
oksigen.
3.
Makan makanan berat akan meningkatkan
aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan
ketersediaan darah unuk supai jantung.
4.
Stress atau berbagai emosi akibat
situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja
jantung juga meningkat.
2.3
Manifestasi Klinik
Iskemia otot jantung
akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan
pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau
sternum ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri
biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu,
bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.Pasien biasanya memperlihatkan rasa
sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di
lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama
terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik
utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.
2.4
Patofisiologi
Mekanisme timbulnya
angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel
miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang
cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido yang berfungsi untuk
menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau
blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %.
Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen
anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan
asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila
kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat
dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses
ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan
reda.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan
nyeri angina:
1.
Latihan fisik dapat memicu serangan
dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.
Pajanan terhadap dingin dapat
mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan
kebutuhan oksigen.
3.
Makan makanan berat akan meningkatkan
aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan
ketersediaan darah unuk supai jantung.
4.
Stress atau berbagai emosi akibat
situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja
jantung juga meningkat.
2.5
Tipe Angina
1.
Angina Pektoris Stabil
Disebut
juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah
raga atau naik tangga.
·
Awitan secara klasik berkaitan dengan
latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.
·
Nyeri segera hilang dengan istirahat
atau penghentian aktifitas.
·
Durasi nyeri 3 – 15 menit.
2.
Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra
infark; Angina kresendo)
Adalah
kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan
perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan
beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner,
yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
·
Adurasi serangan dapat timbul lebih lama
dari angina pektoris stabil.
·
Pencetus dapat terjadi pada keadaan
istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
·
Kurang responsif terhadap nitrat.
·
Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
·
Dapat disebabkan oleh ruptur plak
aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
3.
Angina Prinzmental (Angina Varian:
Istrahat)
Angina
yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko tinggi
terjadinya infark.
·
Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu
istirahat, seringkali pagi hari.
·
Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh
koroneraterosklerotik.
·
EKG menunjukkan elevasi segmen ST.
·
Cenderung berkembang menjadi infaark
miokard akut.
·
Dapat terjadi aritmia.
4.
Angina Nokturnal
Nyeri
terjadi saat malam hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan duduk
tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
5.
Angina Refrakter atau Intraktabel
Angina
yang sangat berat sampai tedak tertahankan.
6.
Angina Dekubitus
Angina
saat berbaring.
7.
Iskemia tersamar
Terdapat bukti
obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak menunjukkan
gejala.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.
Elektrokardiogram
Gambaran
elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST
dan gelombang T menjadi negatif.
2.
Foto Rontgen Dada
Foto
rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada
pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak
adanya kalsifikasi arkus aorta.
3.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun
demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering
dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH.
Enzim
tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya
masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan
trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti
hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan
diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina
pectoris.
4.
Uji Latihan Jasmani
Karena
pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu
istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau
sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG
terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di
tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5.
Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan
ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas
dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada
puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah
latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal.
Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.
Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
2.7
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan
medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk
meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi
farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat
dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi
antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang
menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup
penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat
obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang
dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas
koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk
mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.
2.8
Proses Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Angina Pektoris
1.
Pengkajian
Perawat
mengumpulkan informasi tentang seluruh segi aktivitas pasien, terutama mereka
yang ditemukan beresiko mengalami serangan jantung atau nyeri angina.
Pertanyaan yang sesuai mencakup:
·
Kapan terjadi serangan? Setelah makan?
Setelah melakukan aktivitas tertentu?
·
Setelah melakukan aktivitas secara umum?
Setelah mengunjungi anggota keluarga atau teman-teman??
·
Bagaimana hal itu terjadi dalam berapa
detik? Menit? Jam?
·
Apakah kualitas nyeri menetap atau
terus-menerus?
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien ini mencakup yang
berikut:
·
Nyeri berhubungan dengan iskemia
miokardium
·
Cemas berhubungan dengan rasa takut akan
kematian
·
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
berkurangnya curah jantung.
3.
Intervensi ( Rencana ) dan Implementasi
( Aplikasi )
Tujuan
utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi cemas, menghindari salah paham
terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberika, mematuhi program
perawatan diri dan mencegah komplikasi
Intervensi
:
·
Jelaskan semua prosedur tindakan.
·
Beritahu klien program medis yang telah
dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan
stabilitas jantung.
·
Tekankan perlunya mencegah serangan
angina.
·
Dorong untuk menghindari faktor/situasi
yang sebagai pencetus episode angina
·
Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan
kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
·
Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau
nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.
·
Diskusikan langkah yang diambil bila
terjadi serangan angina.
Intervensi Keperawatan
Pencegahan Nyeri. Pasien
harus memahami gejala kompleks dan harus menghindrari aktivitas yang diketahui
akan menyebabkan nyeri angina seperti latihan mendadak, pajanan terhadap
dingin, dan kegembiraan emosional.belajar untuk merubah, menyesuaikan dan
beradaptasi terhadap stres tersebut amatlah penting. Bagi pasien yang
serangannya terutama terjadi pada pagi hari, perlu dilakukan pembuatan jadwal
kegiatan sehari-hari. Idealnya kegiatan tidak dilakukan terburu-buru in
dilakukan sepanjang hari, sehingga semua tugas dan perjanjian yang direncanakan
dapat dijalankan tanpa rasa tertekan dan terburu-buru.
Mengurangi Kecemasan.
Pasien-pasien ini biasanya mempunyai rasa takut akan kematian. Untuk pasien
rawat inap, asuhan keperawatan direncanakan sedemikian rupa sehingga waktu
dimana ia jauh dari tempat tidur diusahakan seminimal mungkin, karena perasaan
takut akan meninggal tersebut sering dapat dikurangi dengan adanya kehadiran
fisik orang lain.pasien rawat jalan harus diberikan informasi mengenai
penyakitnya dan penjelasan mengenai pentingnya mematuhi petunjuk yang telah
diberikan.
Penyuluhan Pasien dan
Pendekatan Asuhan di Rumah. Program penyuluhan untuk pasien dengan angina
dirancang untuk menjelaskan sifat dasar penyakit dan menunjukan data yang
diperlukan untuk mengatur kembali kebiasaan hidup untuk mencapai tujuan sebagai
berikut: mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina, memperlambat
perkembangan penyakit yang mendasarinya, bila mungkin memberikan perlindungan
dari komplikasi lain.
3
Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.
Bebas dari nyeri.
2.
Menunjukkan penurunan kecemasan
a. Memahami
penyakit dan tujuan perawatannya.
b. Mematuhi
semua aturan medis.
c. Mengetahui
kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
d. Menghindari
tinggal sendiri saat terjadinya episode nyeri.
3.
Memahami cara mencegah komplikasi dan
menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi
a. Menjelaskan
proses terjadinya angina
b. Menjelaskan
alasan tindakan pencegahan komplikasi
c. EKG
dan kadar enzim jantung normal
d. Bebas
dari tanda dan gejala infark miokardium akut
4. Mematuhi
program perawatan diri
a. Menunjukkan
pemahaman mengenai terapi farmakologi
b. Kebiasaan
sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.
2.9
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan
Kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang
masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari : input, proses,
output, dampak, umpan balik & lingkungan.
1.
INPUT
·
Mrp subsistem yang akan memberikan
segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem.
·
Input sistem pelayanan kesehatan :
potensi masyarakat, tenaga & sarana kesehatan, dsb.
2.
PROSES
·
Kegiatan yg mengubah sebuah masukan
menjadi sebuah hasil yg diharapkan dari sistem tsb.
·
Proses dalam pelayanan kesehatan:
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.
OUTPUT
·
Merupakan hasil yang diperoleh dari
sebuah proses
·
Output pelayanan kesehatan : pelayanan
yang berkualitas & terjangkau sehingga masyarakat sembuh & sehat
4.
DAMPAK
·
Merupakan akibat dari output/hasil suatu
sistem, terjadi dalam waktu yg relatif lama.
·
Damapk sistem Pelayanan kesehatan adalah
masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian menurun.
5.
UMPAN BALIK/FEEDBACK
·
Merupakan suatu hasil yg sekaligus
menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yg saling berhubungan & saling
mempengaruhi.
·
Umpan balik dlm yankes : kualitas tenaga
kesehatan
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan :
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis
dimana klien mendapat serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah
sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan,
atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri,
kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah
Noer,1996).
Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
a.
Ateriosklerosis
b.
Spasmearterikoroner
c.
Anemia berat
d.
Artritis
e.
Aorta Insufisiensi
Tipe Angina
a.
Angina pektoris stabil
b.
Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra
infark; Angina kresendo)
c.
Angina Prinzmental (Angina Varian:
Istrahat)
d.
Angina Nokturnal
e.
Angina Refrakter atau Intraktabel
f.
Angina Dekubitus
g.
Iskemia tersamar
Pemeriksaan Penunjang
a.
Elektrokardiogram
b.
Foto Rontgen Dada
c.
Pemeriksaan Laboratorium
d.
Uji Latihan Jasmani
e.
Thallium Exercise Myocardial Imaging
DAFTAR
PUSTAKA
Noer,
H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.
smeltear
,C.suzanne dan Brenda G.Bare.2002.BUKU Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8.Jakarta:EGC
No comments:
Post a Comment