Friday, 29 March 2019

MAKALAH ANGIA FIKTORIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar dan sesak napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama, ialah poerasaan cepat lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan seperti mau pingsan (fainting) atau sinkope, kaki rasa berat atau membengkak, perut kembung atau membuncit disertai kencing yang berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan ( cyanotic spells ), batuk atau hemoptisis dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas dengan perasaan tidak enak pada perut bagian atas.
Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini yakni angina pectoris. Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang bila pasien beristirahat.
Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apakah pengertian dari Angina Pektoris ?
1.2.2 Ada berapakah jenis Angina Pektoris?
1.2.3 Apa etiologi dari Angina Pektoris?
1.2.4 Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris ?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris ?
1.2.6 Bagaimanakah asuhan keperawatan dari Angina Pektoris ?
1.2.7 Bagaimanakah Patofisiologi dari Angina Pektoris?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengerti Pengertian dari Angina Pektoris
1.3.2 Menjelaskan Jenis dari Angina Pektoris
1.3.3 Menjelaskan Etiologi dari Angina Pektoris
1.3.4 Menjelaskan Manifestasi Klinis dari Angina Pektoris
1.3.5 Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang dari Angina Pektoris
1.3.6 Menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Angina Pektoris
1.3.7 Menjelaskan Tentang Patofisiologi dari Angina Pektoris

1.4 Manfaat
1.4.1   Memberikan gambaran dan penjelasan mengenai jantung dan msalah masalah yang terjadi di dalamnya.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996)
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard, karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, bila sakit dada terus berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa. Pada pasien angina pektoris dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas, perasaan kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin
Angina pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler)

2.2 Etiologi
Penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit arteri koroner. Penyebab yang kurang umum dari angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-arteri koroner.
a.       Penyakit Arteri Koroner         
Arteri-arteri koroner mensuplai darah yang beroksigen pada otot jantung. Penyakit arteri koroner berkembang ketika kolesterol mengendap di dinding arteri, menyebabkan pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak kolesterol. Akumulasi dari plak kolesterol dari waktu ke waktu menyebabkan penyempitan dari arteri-arteri koroner, proses yang disebut arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat dipercepat dengan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol yang naik, dan diabetes. Ketika arteri-arteri koroner menjadi sempit lebih dari 50% sampai 70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan oksigen darah yang meningkat oleh otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan oksigen pada otot jantung menyebabkan nyeri dada (angina).
b.      Coronary artery spasm
Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang cepat dari serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba dari arteri-arteri. Spasme dari arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan menyebabkan angina. Angina sebagai akibat dari spasme (kekejangan) arteri koroner disebut "variant" angina atau Prinzmetal angina. Prinzmetal angina secara khas terjadi waktu istirahat, biasanya di jam-jam pagi dini. Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta pada yang disempitkan oleh arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan oleh penggunaan atau penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang disebbkan oleh cocaine dapat begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat menyebabkan serangan jantung.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1.      Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.      Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3.      Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4.      Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.3 Manifestasi Klinik
Iskemia otot jantung akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau sternum ketiga tengah (retrosentral).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas.Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal. Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan nyeri angina:
1.      Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2.      Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3.      Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
4.      Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.

2.5 Tipe Angina
1.      Angina Pektoris Stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
·         Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard.
·         Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
·         Durasi nyeri 3 – 15 menit.

2.      Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
·         Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
·         Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
·         Kurang responsif terhadap nitrat.
·         Lebih sering ditemukan depresisegmen ST.
·         Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
3.      Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria. Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya infark.
·         Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
·         Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
·         EKG menunjukkan elevasi segmen ST.
·         Cenderung berkembang menjadi infaark miokard akut.
·         Dapat terjadi aritmia.
4.      Angina Nokturnal
Nyeri terjadi saat malam hari,biasanya saat tidur dan dapat dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
5.      Angina Refrakter atau Intraktabel
Angina yang sangat berat sampai tedak tertahankan.
6.      Angina Dekubitus
Angina saat berbaring.
7.      Iskemia tersamar
Terdapat bukti obyektif iskemia (seperti tes pada stress) tetapi pasien tidak menunjukkan gejala.

2.6  Pemeriksaan Penunjang
1.      Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark moikard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi negatif.
2.      Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
3.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT, atau LDH.
Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien angina pectoris.
4.      Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5.      Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.



2.8 Proses Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Angina Pektoris
1.      Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang seluruh segi aktivitas pasien, terutama mereka yang ditemukan beresiko mengalami serangan jantung atau nyeri angina. Pertanyaan yang sesuai mencakup:
·         Kapan terjadi serangan? Setelah makan? Setelah melakukan aktivitas tertentu?
·         Setelah melakukan aktivitas secara umum? Setelah mengunjungi anggota keluarga atau teman-teman??
·         Bagaimana hal itu terjadi dalam berapa detik? Menit? Jam?
·         Apakah kualitas nyeri menetap atau terus-menerus?

2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien ini mencakup yang berikut:
·         Nyeri berhubungan dengan iskemia miokardium
·         Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian
·         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan berkurangnya curah jantung.
3.      Intervensi ( Rencana ) dan Implementasi ( Aplikasi )
Tujuan utama mencakup mencegah nyeri, mengurangi cemas, menghindari salah paham terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberika, mematuhi program perawatan diri dan mencegah komplikasi
Intervensi :
·         Jelaskan semua prosedur tindakan.
·         Beritahu klien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
·         Tekankan perlunya mencegah serangan angina.
·         Dorong untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina
·         Kaji pentingnya kontrol berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, perubahan diet dan olah raga.
·         Tunjukkan/ dorong klien untuk memantau nadi sendiri selama aktifitas, hindari tegangan.
·         Diskusikan langkah yang diambil bila terjadi serangan angina.

Intervensi Keperawatan
Pencegahan Nyeri. Pasien harus memahami gejala kompleks dan harus menghindrari aktivitas yang diketahui akan menyebabkan nyeri angina seperti latihan mendadak, pajanan terhadap dingin, dan kegembiraan emosional.belajar untuk merubah, menyesuaikan dan beradaptasi terhadap stres tersebut amatlah penting. Bagi pasien yang serangannya terutama terjadi pada pagi hari, perlu dilakukan pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari. Idealnya kegiatan tidak dilakukan terburu-buru in dilakukan sepanjang hari, sehingga semua tugas dan perjanjian yang direncanakan dapat dijalankan tanpa rasa tertekan dan terburu-buru.
Mengurangi Kecemasan. Pasien-pasien ini biasanya mempunyai rasa takut akan kematian. Untuk pasien rawat inap, asuhan keperawatan direncanakan sedemikian rupa sehingga waktu dimana ia jauh dari tempat tidur diusahakan seminimal mungkin, karena perasaan takut akan meninggal tersebut sering dapat dikurangi dengan adanya kehadiran fisik orang lain.pasien rawat jalan harus diberikan informasi mengenai penyakitnya dan penjelasan mengenai pentingnya mematuhi petunjuk yang telah diberikan.
Penyuluhan Pasien dan Pendekatan Asuhan di Rumah. Program penyuluhan untuk pasien dengan angina dirancang untuk menjelaskan sifat dasar penyakit dan menunjukan data yang diperlukan untuk mengatur kembali kebiasaan hidup untuk mencapai tujuan sebagai berikut: mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina, memperlambat perkembangan penyakit yang mendasarinya, bila mungkin memberikan perlindungan dari komplikasi lain.




3        Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1.      Bebas dari nyeri.
2.      Menunjukkan penurunan kecemasan
a.       Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
b.      Mematuhi semua aturan medis.
c.       Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
d.      Menghindari tinggal sendiri saat terjadinya episode nyeri.
3.      Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi
a.       Menjelaskan proses terjadinya angina
b.      Menjelaskan alasan tindakan pencegahan komplikasi
c.       EKG dan kadar enzim jantung normal
d.      Bebas dari tanda dan gejala infark miokardium akut
4.      Mematuhi program perawatan diri
a.       Menunjukkan pemahaman mengenai terapi farmakologi
b.      Kebiasaan sehari-hari mencerminkan penyesuaian gaya hidup.

2.9 Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari : input, proses, output, dampak, umpan balik & lingkungan.
1.      INPUT
·         Mrp subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem.
·         Input sistem pelayanan kesehatan : potensi masyarakat, tenaga & sarana kesehatan, dsb.


2.      PROSES
·         Kegiatan yg mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yg diharapkan dari sistem tsb.
·         Proses dalam pelayanan kesehatan: berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3.      OUTPUT
·         Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses
·         Output pelayanan kesehatan : pelayanan yang berkualitas & terjangkau sehingga masyarakat sembuh & sehat
4.      DAMPAK
·         Merupakan akibat dari output/hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yg relatif lama.
·         Damapk sistem Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian menurun.
5.      UMPAN BALIK/FEEDBACK
·         Merupakan suatu hasil yg sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yg saling berhubungan & saling mempengaruhi.
·         Umpan balik dlm yankes : kualitas tenaga kesehatan


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan :
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dadadi dearah sternum atau di bawah sternum (substernal) atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher atau ke lengan kanan. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. (Prof. Dr.H.M.Sjaifoellah Noer,1996).
Faktor penyebab Angina Pektoris antara lain:
a.       Ateriosklerosis
b.      Spasmearterikoroner
c.       Anemia berat
d.      Artritis
e.       Aorta Insufisiensi

Tipe Angina
a.       Angina pektoris stabil
b.      Angina Pektoris Tidak Stabil (Angina pra infark; Angina kresendo)
c.       Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat)
d.      Angina Nokturnal
e.       Angina Refrakter atau Intraktabel
f.       Angina Dekubitus
g.      Iskemia tersamar

Pemeriksaan Penunjang
a.       Elektrokardiogram
b.      Foto Rontgen Dada
c.       Pemeriksaan Laboratorium
d.      Uji Latihan Jasmani
e.       Thallium Exercise Myocardial Imaging
DAFTAR PUSTAKA

Noer, H.M Sjaifoellah.1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.







smeltear ,C.suzanne dan Brenda G.Bare.2002.BUKU Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC

No comments:

Post a Comment