BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Manusia dalam
melakukan kegiatan dibantu dengan berbagai organ yang berkumpul menjadi suatu
sistem organ yang bertugas menopang fungsi aktivitas manusia seperti, sistem
pernafasan manusia untuk proses bernafas, sistem kardiovaskuler untuk membantu
proses pemomompaan darah dan proses aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh
dan sebaliknya maupun dari jantung ke paru-paru dan sebaliknya dan masih banyak
sistem organ lain yang membantu aktivitas tubuh manusia.
Salah satunya adalah sistem pengindraan yang
sangat penting fungsinya sebagai penerima rangsangan tertentu, di sini akan
kami akan membahas tentang masalah sistem penginderaan mulai dari anatomi
maupun fisiologi serta kelainan-kelainan yang terjadi pada organ-organ dalam
sistem indera yang dapat mempengaruhi fungsinya bagi tubuh manusia.
1.2. Rumusan
masalah
1. Apakah
sistem pengidraan itu?
2. Sebutkan
macam-macam indara yang dimiliki manusia?
3. Jelaskan
secara anatomis dan fisiologi dari masing-masing indra?
1.3. Tujuan
penulisan
1. Untuk
mengetahui tentang apa itu sistem pengindraan
2. Untuk
mengetahui macam-macam sistem indra yang dimiliki oleh manusia
3. Untuk
mengetahui secara anatomis dan fisioligis tentang indra.
1.4. Manfaat
penulisan
Agar dapat mengetahui tentang sistem
pengindraan beserta fungsinya, sehingga bisa mengerti tentang proses yang
terjadi di dalam fungsi pengindraan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Sistem Pengindraan
Sistem pengindraan
adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu.
Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan
rasa (sensory infersion) dari organ indra menuju ke otak dimana perasaan ini di
tafsirkan.
Serabut saraf
dilengapai dengan ujung akhir yang khusus mengumpulkan rangsangan yang khas
dimana setiap orang berhubungan. Sistem indra memerlukan bantuan sistem saraf
yang menghubungkan badan indra dengan sistem saraf pusat. Organ indra merupakan
sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam
badan sendiri, untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke
pusat susunan saraf.
Setiap organ indra
menerima stimulus tertentu hanya kesan yang sesuai dengan organ indra yang
mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim impuls saraf. Interprestasi
dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ indra umum seperti
reseptor peraba yang tersebar diseluruh tubuh dan organ indra khusus seperti
putting pengecap yang terbatas pada lidah.
Reseptor sensorik
merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk potensial aksi dalam
neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang
mengelilinginya dan membentuk organ indra. Bentuk tenaga diubah oleh reseptor
mencakup tenaga mekanik (raba atau tekan), suhu (derajat kehangatan),
elektromagnetik (cahaya), dan kimiawi (bau dan pengecapan).
Reseptor dalam tiap
organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu bentuk khusus, tenaga
pada ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang berespon terhadap
bentuk tenaga lain.
2.2. Macam-macam
indra yang dimiliki manusia
2.2.1. Indra Penglihatan
Mata adalah organ
indera yang kompleks yang berkembang dari bercak-bercak primitif yang peka
cahaya pada permukaan invertebrata. Dalam wadah pelindungnya, tiap
mata mempunyai suatu lapisan reseptor, suatu sistem lensa untuk memusatkan
cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk menghantarkan impuls dari reseptor
ke otak.
Lapisan pelindung luar bola mata disebut
sklera, yang disebelah depan berubah menjadi kornea yang transparan, fungsinya
untuk membiarkan berkas cahaya untuk masuk ke dalam mata.
Di sebelah dalam sklera adalah badan koroid,
yaitu suatu lapisan berpigmen yang mengandung banyak dari pembuluh-pembuluh
darah yang memberi makan bentukan-bentukan dalam bola mata. Dua pertiga
posterior dari badan koroid dilapisi oleh retina, di sini terdapat jaringan
syaraf yang mengandung reseptor.
Lensa kristalina adalah struktur transparan
yang dipertahankan tempatnya oleh ligamentum ciliaris atau biasa disebut zonula
ziini. Zonula ini melekat pada bagian anterior badan koroid yang menebal.
Corpus cliare mengandung serabut-serabut otot
sirkuler dan serabut-serabut membujur yang melekat dekat perbatasan kornea dan
sklera.
Fungsi lensa ialah untuk memfokuskan cahaya
yang berasal dari benda agar jatug tepat di retina mata.
Di depan lensa terdapat iris yang memberi
warna pada mata. Iris mengandung serabut-serabut otot siruler yang berfungsi
untuk menyempitkan dan serabut-serabut radial yang berfungsi melebarkan pupil.
Perubahan-perubahan pada diameter pupil dapat menimbulkan sampai 5 kali
perubahan pada jumlah cahaya yang mencapai retina.
Fungsi utama iris adalah untuk meningkatkan
jumlah cahaya masuk kedalam mata pada waktu gelap dan untuk mengurangi jumlah
cahaya yang masuk kedalam mata pada waktu terang.
Tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung
sel-sel batang dan sel-sel kerucut yang berfungsi sebagai reseptor bagi indera
penglihatan, ditambah dengan 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horisontal
4. Sel amakrin
Sel kerucut yang dekat
dengan badan koroid bersinaps dengan sel ganglion. Akson sel ganglion berkumpul
dan meninggalkan bola mata sebagai nervus opticus. Sel horisontal menghubungkan
sel reseptor satu dengan sel reseptor lainnya. Dan sel amakrin menghubungkan
sel ganglion satu sama lainnya di dalam lapisan pleksiform luar.
Karena lapisan
reseptor retina merapat dengan badan koroid, sehingga berkas cahaya harus
melalui lapisan sel ganglion dan sel bipolar agar bisa mencapai sel batang dan
sel kerucut. Lapisan pigmen koroid disebelah luar retina menyerap berkas
cahaya, dan mencegah pantulan kembali melalui retina. Pantulan seperti ini akan
menimbulkan kekaburan pada bayangan penglihatan.
Unsur-unsur saraf
retina terikat bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel-sel muller.
Nervus opticus meninggalkan bola mata dan pembuluh darah retina masuk ke dalam
bola mata pada sebuah tempat 3 mm medial dan sedikit ke atas dari katup
belakang dari bola mata. Daerah ini telihat melalui oftalmoskop sebagai papila
nervi optici. Disini tidak terdapat reseptor penglihatan dan akibatnyabercak
ini buta atau biasa disebut bercak buta.
Pada katup belakang
bola mata terdapat bercak yang berwarna kuning yang merupakan tempat
dari fovea centralis yaitu bagian retina yang menipis dan tidak mengadung
sel-sel batang diman kerucut berdesak-desakkan sangat padat dan dimana sangat
sedikit sel dan tidak ada pembuluh darah yang menutupi reseptor. Fovea adalah
dimana titik penglihatan paling besar. Apabila perhatian orang ditujukan pada
sebuah benda, mata normal akan bergerak sehingga berkas cahaya yang datang dari
benda itu jatuh pada fovea.
Suplai darah
bernutrisi pada lapisan dalam retina berasal dari arteria retina sentralis yang
memasuki bola mata melalui pusat saraf optik dan selanjutnya mempercabangkan
diri untuk menyuplai seluruh permukaan dalam retina.
Lapisan terluar retina yang melekat pada badan
koroid yang juga merupakan jaringan kaya pembuluh darah di antara retina dan
sklera.
Akson sel-sel ganglion
berjalan ke caudal dalam nervus poticus dan tractus opticus dan berakhir pada
corpus genicalatum laterale (suau bagian dari talamus)
Serabut serabut dari masing-masing hemiretina
nasal mengadakan persilangan (decussatio) pada chiasma opticum. Cabang-cabang
akson sel ganglion melintas dari tractus opticus ke daerah prakektal dari otak
tengah dan colliculus superior inilah dimana terbentuk hubungan yang mengawali
refleks penglihatan.
Tiap-tiap sel batang
dan sel kerucut dibagi dalam segmen dalam dan luar, daerah inti dan daerah
sinaps. Segmen luar berubah menjadi cilia dan terdiri dari tumpukan yang
teratur berupa kantong-kantong gepeng yang terbentuk dari membran.
Kantong-kantong inilah yang mengandung pigmen yang peka cahaya.
Segmen luar sel batang
secara terus menerus diperbaharui dengan pembentukan kantong-kantong yang baru
pada ujung dalam segmen dan fagositosis kantong-kantong-kantong yang lama dari
ujung luar oleh sel epitel pigmen.
Fovea tidak mengandung
batang, dan tiap-tiap sel kerucut fovea dihubungkan oleh satu hipoler kerdil
dengan satu sel ganglion, sehingga tiap-tiap sel kerucut fovea dihubungkan
dengan satu serabut dalam nervus opticus.
Dalam mata Manusia
memiliki kira-kira 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel batang. Akan tetapi
hanya 1,2 juta serabut saraf dalam tiap nervus opticus.
Sel batang sangat peka terhadap cahaya dan
merupakan reseptor untuk penglihatan malam (penglihatan skotopik). Indra
penglihatan skotopik ini tidak mampu mengurai detail dan batas-batas benda atau
menentukan warna.
Sel kerucut mempunyai
ketajaman lebih besar dan merupakan sistem untuk penglihatan pada
cahaya yang terang (penglihatan fotofik) dan untuk penglihatan warna. Jadi ada
2 jenis input ini, masing-masing berfungsi secara maksimum pada keadaan
penerangan yang berbeda yang dinamakan “teori penglihatan rangkap”.
Perubahan potensial
yang menimbulkan potensial aksi pada retina dibangkitkan oleh kerja cahaya pada
senyawa peka cahaya pada sel batang dan sel kerucut. Apabila cahaya diserap
oleh zat ini, bangunnya akan berubah dan perubahan ini bertanggung jawab untuk
pembentukan aktivitas saraf.
Senyawa peka cahaya
(fotosensitif) pada mata manusia dan kebanyakan mamalia lainnya tersusun dari
protein yang dinamakanopsin, dan retinen1, aldehida dari vitamin
A1. Istilah retinen1 dipakai untuk membedakan senyawa ini dengan
retinen2 yang ditemukan pada mata beberapa jenis binatang. Karena retinen
adalah aldehiada maka biasa disebut juga dengan retinal. Vitamin A sendiri
adalah alkohol dan karena itu dinamakan sebagai Retinol.
Rodopsin adalah pigmen peka
cahaya pada sel batang. Biasanya disebut sebagai ungu penglihatan (visual purple).
Opsinnya disebut scotopsin.
Jumlah rodopsin dalam
reseptor berbanding terbalik dengan cahaya yang masuk ke mata.
Rodopsin dan
Iodopsin disintesis oleh vitamin A, sehingga ketika terjadi Avitaminosis
vitamin A akan menimbulkan gangguan penglihatan. Diantara gangguan ini yang
paling dini adalah buta malam atau niktalopia. Keadaan ini pertama
kali menarik perhatian terhadap peran vitamin A dalam fungsi sel batang,
defisiansi vitamin A berkembang apabila pendapatan sehari-hari akan
vitamin iniyang larut dalam lemak berkuran atau penyerapan vitamin A oleh usus
terganggu. Defisiensi yang bertahan mempunyai hubungan dengan perubahan
anatomik pada sel batang dan sel kerucut yang diikuti dengan degenerasi lapisan
saraf retina.
Mata mengubah energi
dalam spektrum cahaya yang terlihat menjadi potensial aksi dalam nervus
opticus. Panjang gelombang cahaya terlihat adalah kira-kira 397-723 nm.
Bayangan dari benda disekitarnya akan difokuskan pada retina. Berkas cahaya
yang mengenai retina akan menimbulkan potensial pada sel batang dan sel
kerucut. Impuls yang dibentuk dalam retina akan dihatarkan ke korteks serebri,
dimana akan di timbulkan kesan penglihatan.
Proses dimana
kecembungan lensa diperbesar dinamakan Akomodasi. Pada saat diam, lensa
dipertahankan tegang oleh keregangan ligamentum ciliaris. Karena bahan lensa
liat dan kapsula lensa sangat kenyal, lensa akan ditarik menjadi bentuk yang
gepeng. Bila pandangan diarahkan pada benda yang dekat M. ciliaris akan
berkontraksi. Ini akan menurunkan jarak antara tepi-tepi corpus ciliare dan
melemaskan ligamentum ciliaris, sehingga lensa melentur dan menjadi lebih
konveks. Perubahan dalam bentuk ini dapat menambah sebanayak 12 Dioptri pada
daya bias mata.
Pergerakan mata di
pengaruhi enam otot yang berdempet ke sklera yang mengendalikan pergerakan mata
dalam orbit. Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV
(trochlear) dan VI (abducens).
Otot
|
Menghasilkan
gerakan
|
Saraf
kranial
|
1. Rektus superior
2. Rektus inferior
3. Rektus medialis
4. Rektus lateralis
5. Oblique superior
6. Oblique inferior
|
Ke atas
Ke bawah
Ke dalam
arah hidung
Jauh
dari hidung
Ke bawah
dan masuk
Ke atas
dan keluar
|
Okulomotor
(III)
Okulomotor
(III)
Okulomotor
(III)
Abducens
(VI)
Trochlear
(IV)
Okulomotor
(III)
|
Terdapat 4 jenis
gerakan mata. Masing-masing dikendalikan oleh sistem ssarf yang berlainan
tetapi menggunakan lintasan akhir yang bersam-sama.
Adapun ke empat gerakan mata tersebut yaitu:
1. Saccades,
yaitu gerakan tersendat-sendat yang tiba-tiba terjadi bila pandangan bergeser
dari satu benda ke benda lainnya.
2. Gerakan
vestibuler, yaitu gerakan penyesuaian yang terjadi sebagai respons terhadap
rangsangan yang timbul dalam canalis semisircularis, dan mempertahankan fiksasi
penglihatan apabila kepala bergerak.
3. Gerakan
konvergen, yaitu ketika aksis penglihatan saling mendekati apabila perhatian
diarahkan pada benda yang dekat dengan pengamat.
4. Gerakan
pemburu yang lain, yaitu gerakan mata yang mengikuti benda yang bergerak.
Mata diisi dengan
ciran intraokular yang mempertahankan tekanan yang cukup pada bola matauntuk
menjaga distensinya.
Cairan intraokular dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1) Humor
aquosus, yang berada di antara permukaan posterior lensa dan retina.
Humor aquosus adalah cairan yang mengalir bebas. Humor aquosus
secara terus menerus dibentuk dan direabsorbsi. Keseimbangan antara pembentukan
dan reabsorpsi mengatur volume total dan tekanan cairan intraokular.
2) Humor
viterus atau badan viterus, adalah sebuah massa dari gelatin yang diletakkan
oleh sebuah jaringan fibriler halus yang terutama tersusun dari molekul
proteoglikan yang sangat panjang.
a. Presbiopia,
yaitu keadaan dimana lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi.
Biasanya terjadi pada penglihatan orang yang sudah lanjut usia.
b. Emetropia,
yaitu mata akan dianggap norma atau “emetrop” biala cahaya sejajar dari objek
jauh difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi
total. Ini berarti bahwa mata emetrop dapat melihat semua objek jauh
secara jelas dengan otot siliaris yang relaksasi. Namun untuk melihat objek
dekat, otot siliaris harus berkontraksi agar mata dapat berakomodasi dngan
baik.
c. Hiperopia
(penglihatan jauh)
Biasanya terjadi akibat bola mata terlalu pendek atau
kadang-kadang karena lensa terlalu lemah. Pada keadaan ini cahaya sejajar
kurang dibelokkan oleh sistem lensa sehingga tidak terfokus di retina.
Pasien hiperopia sering tidak dapat berakomodasi cukup kuat
untuk memfokuskan objek jeuh sekalipun, apalagi untuk memfokuskan objek dekat.
d. Miopia (penglihatan
dekat)
Keadaan ini biasanya disebabkan karena bola mata yang terlalu
panjang atau kadang-kadang karena daya bias sistem lensa terlalu kuat.
Pada miopia sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari
objek jauh difokuskan didepan retina.
e. Astigmatisma
Merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan
penglihatan pada satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang
yang tegak lurus terhadap bidang tersebut.
Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung
kornea pada salah satu bidang di mata.
f. Katarak
Katarak adalah
kelainan mata yang terjadi pada orang tua. Katarak adalah suatu daerah berkabut
atau keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam
serabut-serabut lensa di bawah kapsul mengalami denaturasi.
2.2.2 Indra
Pendengaran
Telinga adalah organ
penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks. Indera pendengaran berperan
penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.
1. Anatomi
Telinga Luar
Telinga luar, yang
terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana
timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun
terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus
telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan
dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan
menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit
terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit
2. Anatomi
Telinga Tengah
Telinga tengah
tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna
kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba
eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid
tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang
lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke
nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat
kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau
menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan
tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3. Anatiomi telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.
4. Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.
Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun. Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.
Aparatus
vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi
kepala, mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan
cepat gerakan kepala.
5. Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang
bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di
telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran
(gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini,
pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan
merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti
gelombang.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara.
Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara
berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara
langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi
udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana
timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal
dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran
konduktif.
6. Gangguan
pendengaran
a. Kehilangan
Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
1) Kehilangan konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2) kehilangan sensoris
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.
b. Gangguan
Telinga Luar
1. Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia
adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan
dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak
keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi
temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh
otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
2. Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
2.2.3. Indra
Penciuman
Penciuman dan
pengecapan umumnya digolongkan sebagai perasaan viseral karena hubungannya yang
erat dengan fungsi pencernaan. Secara fisiologis fungsi ini berhubungan satu
sama lainnya. Cita rasa dari berbagai makanan sebagian besar merupakan gabungan
dari rasa kecap dan baunya. Akibatnya cita rasa makanan dapat
terasa berbeda apabila seseorang menderita pilek yang menekan indra penciumanny.
Reseptor pencium dan
pengecap keduanya adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul-molekul
dalam larutan dalam cairan hidung dan mulut. Akan tetapi, kedua indra ini
secara anatomis sangat berbeda reseptor pencium adalah reseptor jauh
(teleseptor) lintasan penciuman tidak mempunyai sambungan dalam talamus dan
tidak terdapat daerah proyeksi dalam neokorteks untuk penciuman.
1. Membran
Mukosa Penciuman
Reseptor pencium
terletak pada bagian khusus dari mukosa hidung, membran mukosa pencium
berpigmen kekuning-kuningan. Sel-sel penyangga mensekresi lapisan mukus yang
terus menerus melapisi epitel dan mengirimkan banyak mikrofili rambut halus ke
dalam mukus ini. Tersebar diantara sel-sel penyangga membran mukosa ini
terdapat 10-20 juta reseptor. Tiap-tiap reseptor pencium adalah satu neuron.
Membran mukosa
penciuman dikatakan merupakan tempat dimana sistem saraf paling dekat dengan
dunia luar. Neuronnya mempunyai dendrit yang pendek dan tebal dengan
ujung-ujung yang melebar dan dinamakan batang pencium atau (olfactory rods).
Dari batang ini cilia diulurkan ke permukaan mukus.
Akson dari neuron reseptor pencium menembus
laminal cribosa dari os ethmoidale dan masuk ke dalam bulbus olfactorius.
2. Bulbus
olfactorius
Di dalam bulbus
olfactorius akson reseptor berakhir diantara dendrit-dendrit dari sel-sel
mitral dan sel-sel berjambul (tufted) untuk membentuk kompleks sinaps bulat
yang dinamakan glomeruli olfactori. Rata-rata 26.000 akson sel reseptor
berkonvergensi pada tiap-tiap glomerulus. Akson dari sel mitral dan berjambul
melintas ke posterior melalui stria olfactori media unutk berakhir pada
substantia perforata anterior dan trigonom olfactorium. Implus yang berhubungan
dengan refleks penciuman melintas dari daerah ini ke sisi sistem limbik dan
hipotalamus. Sebagian besar akson dari sel-sel mitral, melintas dari glomeruli
melalui stria olfactori lateral ke korteks dan bagian medial dari nukleus
amigdalae ipsilateral dan ke korteks prepiriform dan periamigdalae. Disamping
input dari luar berasal dari membran mukosa penciuman melalui nervus
olfactorius, terdapat pula tiga input dari lain-lain bagian otak masuk ke dalam
bulbus olfactorius. Satu dari input sentral berasal dari nukleus cabang
horisontal jalur diagonal (serabut sentrifugal). Input lain berasal dari
nukleus olfactorius anterior sisi yang sama, sedangkan input yang ketiga
berasal dari nukleus olfactorius anterior kontralateral dan mencapai bulbus
olfactorius melaluicommissuraanterior.
3. Fisologi
Penghidung
a. Perangsang
reseptor
Reseptor-reseptor
penciuman hanya memberi respon terhadap zat yang bersentuhan dengan epitel
penciuman dan larut dalam lapisan mukus yang tipis. Ambang penciuman untuk
berbagai zat representatif melukiskan kepekaan yang menyolok dari reseptor
penciuman terhadap beberapa zat. Misalnya, metil merkaptan, yaitu zat yang
memberi bau yang khas pada bawang, dapat dicium pada konsentrasi yang kurang
dari sepersatu juta miligram perliter udara. Apabila molekul berbau merangsang
reseptor maka timbulah potensial reseptor.
Satu teori
mengemukakan bahwa molekul berbau menekan aktivitas sistem enzim epitel dan
menyebabkan perubahan pada reaksi-reaksi kimia. Teori lain mengemukakan bahwa
molekul berbau mengubah permukaan sel-sel reseptor yang menyebabkan total
listriknya. Teori yang ketiga mengemukakan bahwa molekul hanya mengubah
permeabilitas Na dari membran reseptor.
b. Mendengus
Bagian rongga hidung
yang mengandung reptor pencium mendapat fentilasi yang sangat sedikit. Sebagian
besar udara biasanya bergerak dengan tenang melalui bagian bawah rongga hidung
pada setiap siklus pernapasan. Jumlah udara yang mencapai bagian ini sangat
meningkat dengan mendengus yaitu suatu gerakan yang menyertakan kontraksi
bagian bawah lubang.Hidung pada septum untuk membantu membiasakan arus udara ke
atas.
Mendengus adalah respon semirefleks yang
biasanya terjadi apabila bau yang baru menarik perhatian.
c. Peranan
serabut-serabut nyeri dalam hidung
Ujung-ujung telanjang
dari banyak serabut nyeri N. trigeminus ditemukan dalam membrana mukosa
penciuman. Serabut-serabut ini terangsang oleh zat-zat yang menyangat, dan
perasaan menyengat komponen yang timbul dari trigeminus merupakan komponen
dari”bau” yang khas dari zat seperti minyak permen, menthol, dan klor.
Ujung-ujung ini jugsa yang bertanggung jawab untuk menimbulkan refleks bersin,
mengeluarkan air mata, sesak nafas, dan respon refleks lainnya terhadap iritan
terhadap hidung
d. Adaptasi
Telah diketahui
umumnya bahwa bila seseorang secara terus menerus terkena bau yang paling tidak
enakpun, persepsi dari bau itu menurun dan akhirnya berhenti. Fenomena yang
kadang-kadang berguna ini disebabkan karena adaptasi yang agak cepat yang
terjadi pada sistem penciuman. Adaptasi ini adalah spesifik untuk bau tertentu
yang dicium, ambang untuk bau-bau lainnya tidak berubah. Adaptasi penciuman
sebagian adalah peristiwa sentral, tetapi juga karena perubahan pada reseptor.
2.2.4. Indra
Pengecap
Lidah
merupakan bagian tubuh yang penting untuk indra pengecap yang di dalamnya
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, dan rasa
manis.
1. Muskulus-muskulus
pada Lidah :
A. Muskulus Ekstrinsik
M.
Genioglossus : merupakan otot lidah terkuat
M.
Hyoglossus : berupa lembaran 4 sisi yang
tipis
M.
Styloglossus : menggerakkan lidah ke depan dan ke
belakang
B. Muskulus
Intrinsik
M.
Longitudinalis Superior-inferior Linguae
M.
Tranversus Linguae
M.
Verticalis Linguae
2. Pembagian
Lidah Berdasarkan Lokasi :
• Lidah
terletak pada dasar mulut
• Pemblh
darah & urat saraf keluar-masuk pada akarnya
• Ujung
serta pinggir lidah bersentuhan dgn gigi bawah
• Permukaan
melengkung pada bagian atas lidah disebut Dorsum
• Permukaan
bawah lidah disebut Frenulum Linguae
3. Bagian-bagian
pada Lidah :
• Radiks
Linguae ( pangkal lidah )
• Dorsum
Linguae ( punggung lidah )
• Apeks
Linguae ( ujung lidah )
4. Papila-papila
pada Lidah :
a. Papillae
sirkumvalata : ada 8 hingga 12 buah dari jenis ini yang terletak pada
bagian dasar lidah.
b. Papillae
fungiformis : menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan
berbentuk jamur.
c. Papillae
filiformis: adalah yang terbanyak menyebar pada seluruh permukaan lidah.
Papillae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh.
5. Proses
Taste Buds pada Lidah :
• Setiap
kuncup pengecap (taste buds) disarafi beberapa serabut saraf, Yi : nervus
kranialis V, VII, IX, X.
• Nervus
Lingualis memasuki regio submandibularis, langsung menempel ke
mandibula dan melengkung ke depan pada mandibula hyoglossus untuk memasuki
lidah.
• Nervus
tsb akan diteruskan oleh masing2 nervus kranialis dan ketiganya berhenti
di Medula Oblongata & mmbntuk Traktus Solitarius
6. Kelainan-kelainan
pada Lidah :
Glositis
, atau peradangan lidah. dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan lendir
yang menutupi lidah.
• Leukoplakia
, ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan
lidah (juga pada selaput lendir pipi dan gusi).
• Lidah
terbelah (bifid /clef tongue) : akibat gangguan
perpaduan bagian kanan dan kiri.
Microglossia
dan macroglossia : akibat kekurangan hormon kelenjar gondok pada ibunya.
Linggual
thyroid : penonjolan pada pangkal lidah sekitar toramen coecum.
Radang
Khronik :
a.
Geographic tongue
b.
Hairy tongue
a.Tuberkulosis
b.
Syphilis
2.2.5. Indra
Peraba
Kulit dapat dengan
mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit
menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan menjadi ciri berbagai
tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.
Kulit juga dapat
menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan kebiasaan, di samping
sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya.
Kulit juga dapat menjadi sarana kontak
seksual, cinta, persahabatan, atau kebencian. Kerusakan lebih dari 30% luas
kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera menyebabkan kematian, karena
kulit mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari
sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang
menjadikan kulit kedap air. Sel superfisial dari stratum ini secara kostan
dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga
tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu merefraksi cahaya dan
membantu memberikan warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang
memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap
pengaruh sinar UV. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe
bersirkulasi dalam ruang interselular.
Dermis terdiri dari
jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial dibandingkan bagian
dalamnya. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama mengandung akhiran
saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua mengandung serat
kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel rambut
dan muskulus arrektor pilli.
Ini merupakan zona
transisional diantara kulit dan jaringan adiposa di bawahnya. Mengandung sel
lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah
glandula sebasea dan radiks dari sejumlah rambut. Pemberian zat makanan dermis
atau porium tergantung pada vena dan limfatika. Baik saraf bermielin maupun
tidak bermielin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat
saraf. Organ ini memberikan respon sensasi panas, dingin, nyeri, gatal, dan
raba ringan.
Kelenjar keringat
terdiri dari glomerolus atau bagian sekresi dan duktus. Secara relatif terdapat
catu darah yang kaya dan menskresi keringat yang agak keruh, hampir tidak
berbau, hampir mengandung 99% air, dan sejumlah kecil khlorida, urea, amonium,
asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat ditemukan pada area
seperti genetalia, anus, aksila dan puting susu dan masing-masing juga
mempunyai bau yang khas.
Appendises termasuk
rambut dan kuku. Rambut berasal epitel dan terbentuk dari sel tanduk yang
mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang kompleks, yaitu folikel
yang terletak dalam lapisan dermis yang lebih dalam. Pada saat rambut melintasi
lapisan permukaan dari dermis maka rambut dilapisi oleh sebum yang merupakan
eksresi dari glandula kecil yang terletak berdekatan dengan batang rambut.
Fungsinya adalah melumasi kulit dan menjaga kulit tetap lentur, bertindak
sebagai penolak air dan melindungi kulit dari udara yang kering.
Kuku terdiri dari sel
tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian
proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel
prickle yang mengalami modifikasi pada mana kuku melekat dengan kuat.
Kuku sebagian memperoleh
warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis terutama melanin.
Sebagai penitup bagian luar maka kulit mempunyai banyak fungsi yang tidak saja
besifat protektif, tetepi juga termasuk yang berikut :
1. Bertindak sebagai barier
terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh, tetapi dapat juda dirusak oleh
mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak rantai panjang yang ditemukan dalam
kulit. Invasi bakteri dapat juga terhalang oleh keasaman kulit.
2. Ketahanan jaringan yang
kuat melindungi jaringan di bawahnya.
3. Kulit bertindak sebagai
insulator (hipoderm) dan membantu mengatur suhu tubuh. Pengendalian suhu tubuh
juga merupakan fungsi dari glandula sudorifera dan pembuluh darah. Ketika hari
panas, glandula menskresi keringat, dan penguapannya menyebabkan
pendinginan ; pembuluh darah berdilatasi untuk memungkinkan keluarnya
panas tubuh dengan meningkatkan aliran darah dekat dengan permukaan tubuh.
Ketika hari dingin, pembuluh darah berkonstriksi, menurunkan aliran darah dan
dengan demikian menurunkan kehilangan panas.
4. Karena mengandung akhiran
saraf sensorik, sensasi dari kulit memainkan peranan penting dalam
mempertahankan kesehatan.
5. Sampai
tingkat tertentu, kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk mengeluarkan
produk sampah tubuh. Karena itu memainkan peranan dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Dalam kondisi yang sesuai,
kulit mencatu vitamin D tubuh. Vitamin ini terbentuk dengan aksi fotokimia dari
sinar UV pada sterol yang diduga diekskresikan dalam sebum.
Kulit melindungi
bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia
iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau
dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan
mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan
kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar
tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar
tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit
yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak
permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk
ke dalam kulit.
Proses keratinisasi
juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan diri secara
teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda
yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau
dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel
epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit
dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat
tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga
paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya
telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya
sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
Kulit yang sehat tidak
mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah
menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak.
Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit
mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi
kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme
dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah
antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
Kelenjar-kelenjar pada
kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh
misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak. Kelenjar lemak
pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum
untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada waktu lahir disebut vernix
caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan
cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk
keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula
terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis
baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal
water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima
rangasangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badanKrausse.
Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis menerima
rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvieryang terletak di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
erotik.
Kulit melakukan peran
ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh
darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar
keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan
keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh
darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas
pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini
cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis
yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada
bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum
berjalan dengan baik.
Sel
pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini
berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta
jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin
dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu
dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit.
Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah,
produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel
epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke
arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit
dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
Lapisan
epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit,
melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal
yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel
spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi
sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan
granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di
permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras,
gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari
permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses
keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21
hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi
rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada
beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan
terlihat bersisik, tebal, dan kering.
Ternyata
kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari
kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar
melaui makanan.
Hasil
gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi
sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan
dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan
diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan
otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah
kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak
dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah,
berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna
untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sistem indra pada
tubuh manusia sangat penting bagi proses aktivitas/kegiatan pada
manusia. Indra adalah orkan akhir yang dikhususkan fungsinya untuk meneriam
reseptor baik dari luar tubuh mupun dalam tubuh. Manusia memiliki beberapa
macam alat indra pada tubuhnya yang membantu menopang aktivitas sehari-harinya.
Adapun indra yang dimiliki oleh manusia
beserta fungsinya, yaitu :
1. Indra
penglihatan (untuk melihat)
2. Indra
pendengaran (untuk proses pendengaran pada manusia)
3. Indra
penciuman (untuk proses pembauan)
4. Indra
perasa (untuk proses perasa/sensasi rasa pada makanan yang masuk)
5. Indraaa
peraba (untuk sensasi rabaan yang terjadi pada kulit manusia).
Ssemua indra mempunyai peran dan fungsi
masing-masing dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi gangguan pada salah satu
sistem indra di atas, maka akan terjadi ketidakseimbangan dan ketidakmampuan
pada aktivitas yang dilakukan manusia sehubungan dengan fungsi sistem indra di
atas.
3.2.Saran
1. Di
harapkan untuk lebih mejaga kesehatan indra yang kita miliki agar bisa kita gunakan
dengan baik
2. Agar
lebig mengetahu apa yang bisa menyebabkan disfungsi pada sisitem indra kita
agar kita bisa menghindari kerusakan pada sistem indar yang kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall.2007. Buku ajar
fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Irawati. Jakarta: EGC
Ganong.W.F. 1980. Fisiologi kedokteran
(review of medical phisiology). Jakarta: EGC
Syaifuddin .2009. anatomi tubuh
manusia. Jakarta: salemba medika
m djauhari, 2009. pengantar fisiologi tubuh manusia.
Bina rupa aksara publisher.Tanggerang
Anonim, 2010.
Biologi kelas 2 indera pengelihat.
Sumardi,
Yosaphat. 2008. Konsep dasar IPA di SD. Jakarta : Universitas terbuka
Aryulina, Diah.
2007. BIOLOGI 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : esis.
Fisiologi Tubuh
Manusia Untuk Mahasiswa Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Pack, Phillip E.
Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Pakar karya intan pustaka
http://organisasi.org/5-lima-alat-indera-manusia-mata-hidung-telinga-lidah-kulit-panca-inderahttp://www.crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1
No comments:
Post a Comment