DAFTAR ISI
G. Kelainan
Pada Sistem Muskuloskeletal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu
melakukan gerak. Bahkan seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan alat gerak
pun tetap melakukan gerak. Saat tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas
sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam
satu hari, banyak aktivitas yang kita lakukan, misalnya mandi, makan, berjalan,
berlari, berolahraga, dan sebagainya. Manusia dapat melakukan segala macam
aktivitas bergerak itu karena dia memiliki sistem organ gerak yaitu sistem
muskuloskeletal.
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik
dari dalam maupun dari luar. Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi
melelui mekanisme yang rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.
Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang
menggerakkan tulang. Jadi, gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot.
Maka dari itu, tubuh manusia terdapat sistem muskuloskeletal yang berperan
dalam situasi tersebut. Muskuloskeletal terdiri dari otot dan tulang. Tulang
sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan otot
disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan
tulang.
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang
anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal tubuh manusia.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui pengertian muskuloskeletal.
b.
Memahami tentang otot (muskular)
c.
Memahami tentang sistem rangka (skeletal)
d.
Mengetahui kelainan pada sistem musculoskeletal
C. Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan
makalah ini disusun sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti tulang. Muskulo
atau muskular adalah jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang
muskulo atau jaringan otot-otot tubuh adalah Myologi. Skeletal atau osteo
adalah tulang kerangka tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah Osteologi.
B. Muskulus / Muscle
Otot merupakan
organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi
mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka, sebagai
respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat
gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai
kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Otot membentuk
40-50% berat badan; kira-kira1/3-nya merupakan protein tubuh dan ½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik
saat tubuh istirahat. Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia.
Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh,
dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari :
1. Fascia, adalah jaringan yang membungkus dan
mengikat jaringan lunak. Fungsi fascia yaitu mengelilingi otot, menyedikan
tempat tambahan otot, memungkinkan struktur bergerak satu sama lain dan
menyediakan tempat peredaran darah dan saraf.
2. Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang
mengembung.
3.
Tendon (urat
otot), yaitu kedua ujung yang mengecil, tersusun dari jaringan ikat dan
besrifat liat. Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan
sebagai berikut.
a. Origo, merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
tidak berubah kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b.
Inersio. Merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot
berkontraksi.
C. Fungsi
Sistem Otot
1.
Pergerakan
Otot
menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.
2.
Penopang tubuh
dan mempertahankan postur
Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
3.
Produksi panas
Kontraksi
otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh
normal.
D. Ciri-Ciri
Sistem Otot
Otot memendek
jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi otot
terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan. Relaksasi otot terjadi jika otot
sedang beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
1. Kontrakstilitas, yaitu serabut otot berkontraksi
dan menegang, otot menjadi lebih pendek dari ukuran semula.
2. Ekstensibilitas, yaitu serabut otot memiliki
kemampuan untuk menegang melebihi panjang otot saat rileks (memanjang).
3.
Elastisitas,
yaitu serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksi atau
meregang.
E. Jenis-Jenis
Otot
1. Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan
menjadi:
a.
Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka
merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari otak), dan
melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot betis, otot
dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat
Struktur
mikroskopis otot skelet/rangka yaitu Memiliki bentuk sel yang panjang seperti
benang/filament. Setiap serabut memiliki banyak inti yang
terletak di tepi dan tersusun
di bagian perifer. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
b.
Otot Polo
Otot polos
merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak sadar). Jenis
otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti
pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem
sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur
Mikroskopis Otot Polos yaitu memiliki
bentuk sel otot seperti silindris/gelendong dengan kedua ujung meruncing.
Serabut sel ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh
darah). Memiliki satu buah inti sel yang terletak di tengah sel otot dan mempunyai
permukaan sel otot yang polos dan halus/licin.
c.
Otot Jantung
Otot Jantung
juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama dengan otot
lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat
tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut. Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi agak ke
tengah. Panjang sel
berkisar antara 85-100 mikron dan diameternya sekitar 15 mikron.
2. Berdasarkan
gerakannya dibedakan menjadi :
a. Otot
Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak
belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan. Contohnya:
1) Ekstensor (meluruskan) dengan fleksor (membengkokkan), misalnya otot
bisep dan otot trisep.
2)
Depressor (gerakan ke
bawah) dengan elevator (gerakan ke
atas), misalnya gerak kepala menunduk dan menengadah.
b. Otot
Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling
mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus. (Marieb & Mallat 2001)
c. Berdasarkan
letaknya, otot dapat ditemukan diberbagai daerah bagian tubuh dengan nama-nama
otot tertentu, dapat dilihat pada gambar berikut.
3.
Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop
elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan
teori kontraksi otot yang disebut model Sliding
Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya
dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan
miosin.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan
dan saling menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.
Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap
rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin
terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini
menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.
Saat berkontraksi, otot membutuhkan energi dan
oksigen. Oksigen diberikan oleh darah, sedangkan energi diperoleh dari
penguraian ATP (adenosin trifosfat) dan kreatinfosfat. ATP terurai menjadi ADP
(adenosin difosfat) + Energi. Selanjutnya, ADP terurai menjadi AMP (adenosin
monofosfat) + Energi. Kreatinfosfat terurai menjadi kreatin + fosfat + energi.
Energienergi ini semua digunakan untuk kontraksi otot.
4.
Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti
kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak
tidak akan terjadi tanpa tulang.
a. Fungsi Rangka
1)
Penyangga; berdirinya tubuh, tempat
melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ.
2)
Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow
marrow)
3)
Produksi sel darah (red marrow)
4)
Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang
halus dan lunak.
5)
Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot
rangka saat bergerak karena adanya persendian.
b. Jenis Tulang
1)
Berdasarkan jaringan penyusun dan
sifat-sifat fisiknya, yaitu:
a)
Tulang Rawan (kartilago)
Ada 3 macam tulang rawan, yaitu:
(1) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
(2) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan
rongga glenoid dari skapula.
(3) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga,
epiglotis dan faring.
b)
Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi
menyusun berbagai sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung
fibrosa (periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga
sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli
tulang kompak.
Secara mikroskopis tulang terdiri dari :
c) Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran
limfe
d) Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris
e) Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang
mengandung sel tulang)
f)
Kanalikuli (memancar di antara lacuna
dan tempat difusi makanan sampai ke osteon)
2)
Berdasarkan matriksnya, yaitu:
a) Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
b) Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
3)
Berdasarkan bentuknya, yaitu:
a)
Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu
tulang yang ukuran panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
b)
Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang
yang ukurannya pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki,
pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
c)
Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang
ukurannya lebar. Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang
rusuk.
d)
Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu
tulang dengan bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
e)
Ossa pneumatica (tulang berongga udara).
Contohnya os maxilla.
c. Sel – Sel Penyusun Tulang
1) Osteobast, merupakan sel tulang
muda yang menghasilkan jaringan osteosit dan mengkresikan fosfatase dalam
pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
2) Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat
3)
Osteoclast, yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi
mineral dan matriks tulang.
d.
Organisasi Sistem Rangk
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah
tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga
bagian sebagai berikut.
e.
Rangka Aksia
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang
yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala,
leher, dan dada.
1) Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22
tulang; 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial.
·
Tulang kranial membungkus dan melindungi
otak, terdiri dari:
Tulang baji (sfenoid)
: 1
buah
Tulang tapis (etmoid)
:
1 buah
Tulang pelipis (temporal) :
2 buah
Tulang dahi (frontal)
: 1 buah
Tulang ubun-ubun (parietal)
: 2 buah
Tulang kepala belakang (oksipital) : 1 buah
·
Tulang fasial membentuk wajah, terdiri
dari:
Tulang rahang atas (maksila) : 2 buah
Tulang rahang bawah (mandibula) : 2 buah
Tulang pipi (zigomatikus) : 2 buah
Tulang langit-langit (palatinum) :
2 buah
Tulang hidung (nasale) :
2 buah
Tulang mata (lakrimalis) : 2
buah
Tulang pangkal lidah (Konka inferor) : 1 buah
2)
Tulang Pendengaran (Auditory), terdiri dari:
Tulang martil (maleus) : 2 buah
Tulang landasan (inkus) : 2 buah
Tulang sanggurdi (stapes) : 2 buah
3) Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U,
terdapat diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa
otot mulut dan lidah. : 1 buah
4)
Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan memungkinkan manusia melakukan
berbagai macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari.
Tulang belakang berjumlah 26 buah yang terdiri dari
Tulang leher (servikal)
:
7 buah
Tulang punggung (dorsalis)
:
12 buah
Tulang pinggang (lumbal) :
5 buah
Tulang kelangkang
(sakrum) :
1 buah
Tulang ekor (koksigea)
4 ruas berfusi menjadi satu : 1
buah
5)
Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang dada membentuk perisai
pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan
jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12
ruas, terdiri dari :
Tulang Rusuk Sejati (costae vera) : 7 pasang
Tulang Rusuk Palsu (costae spuria) : 3 pasang
Rusuk Melayang (costae fliktuantes) : 2 pasang
6)
Tulang Dada (sternum) terdiri atas tulang-tulang yang berbentuk pipih, antara lain:
Tulang hulu (manubrium) : 1 buah
Tulang badan (gladiolus) :
1 buah
Tulang bahu pedang (sifoid) : 1 buah
(ketiganya bergabung menjadi satu buah
tulang dada)
f.
Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari
tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah
terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak,
tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian, yaitu :
1)
Ektremitas Atas, yaitu terdiri dari
tulang bahu dan tulang anggota gerak
atas.
a) Tulang bahu, terdiri atas
dua bagian:
Tulang belikat (skapula) : 2 buah
Tulang selangka (klavikula) : 2 buah
b) Tulang anggota gerak atas, terdiri dari:
Tulang lengan atas (humerus) :
2 buah
Tulang hasta (ulna) : 2 buah
Tulang pengumpil (radius) :
2 buah
Tulang pergelangan tangan (karpal) : 16 buah
(8 pada tiap tangan)
Tulang tapak tangan (metakarpal) :
10 buah
(5 pada tiap tangan)
Tulang jari-jari (phalanges) :
28 buah
(2 kali 14 ruas jari)
2)
Ektremitas Bawah, yaitu terdiri dari
tulang panggul dan tulang anggota gerak
bawah.
a)
Tulang panggul (pelvis), terdiri atas
tiga bagian:
Tulang usus (ileum) :
2 buah
Tulang duduk (iskhium) :
2 buah
Tulang kemaluan (pubis) :
2 buah
b)
Tulang anggota gerak bawah, terdiri dari:
Tulang paha (femur) : 2
buah
Tulang tempurung lutut (patela) : 2 buah
Tulang betis (fibula) : 2
buah
Tulang kering (tibia) : 2
buah
Tulang pergelangan kaki (tarsal) : 14 buah
(7 pada tiap kaki)
Tulang tapak kaki (metatarsal) : 10 buah
(5 pada tiap kaki)
Tulang jari kaki (phalanges) :
28 buah
(2 kali 14 ruas jari)
F. Pembentukan
Tulang
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur
embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka
yang pertama kali terbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang berasal
dari jaringan mesenkim. Kemudian akan terbentuk osteoblas atau sel-sel
pembentuk tulang. Osteoblas ini akan mengisi rongga-rongga tulang rawan.
Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam
keluar, atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan sel tulang
mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut
sistem Havers.
Disekeliling sel-sel tulang terbentuk senyawa protein
yang akan menjadi matriks tulang. Kelak didalam senyawa protein ini terdapat
pula kapur dan fosfor sehingga matriks tulang akan mengeras. Proses ini disebut
osifikasi.
G. Hubungan
Antar Tulan
Hubungan antartulang disebut artikulasi.
Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi.
Sendi yang menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat
Terdapat tiga jenis
hubungan antartulang, yaitu:
1. Sinartrosis
Sinartrosis disebut juga dengan sendi mati, yaitu
hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Artikulasi
ini tidak memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut.
Dijumpai pada hubungan tulang pada tulang-tulang tengkorak yang disebut
sutura/suture.
2. Amfiartosi
Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu
hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan secara terbatas.
Artikulasi ini dihubungkan dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan
ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.
3. Diartosi
Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu
hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan secara leluasa
atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di
daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial yang
berfunggsi sebagai pelumas sendi.
Diartosis dapat dibedakan menjadi:
a. Sendi Engsel
Sendi engsel yaitu
hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah saja. Dijumpai
pada hubungan tulang Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada
siku, hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada
lutut.
b. Sendi Putar
Sendi putar yaitu hubungan antar tulang
yang memungkinkan salah satu tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai
porosnya. Dijumpai pada hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os.
Radius, hubungan antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.
c. Sendi Pelana/Sendi Sellari
Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang
yang memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan
Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
d. Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi Kondiloid yaitu hubungan antar
tulang yang memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke
kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan
masuk ke dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os.
Radius dengan Os. Carpal.
e. Sendi Peluru
Sendi peluru yaitu
hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas.
Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os.
Femur dengan Os. Pelvis virilis.
f. Sendi Luncur
Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang
yang memungkinkan gerakan badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke
belakang serta gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat terjadi pada
hubungan antarruas tulang belakang, persendian antara pergelangan tangan dan
tulang pengumpil.
G. Kelainan
Pada Sistem Muskuloskeletal
Beberapa gangguan kesehatan dan kelainan yang terjadi
sistem muskuloskeletal adalah sebagai berikut.
1.
Fraktura /patah tulang
Pada kelainan tulang ini, tulang mengalami retak/patah
tulang akibat mengalami benturan keras, misalnya karena kecelakaan. Pemulihan
untuk kelainan ini, yaitu dengan mengembalikan pada susunan semula secepat
mungkin. Pada kasus patah tulang, untuk menyambungkannya ditambahkan pen atau
platina. Setelah tulang mengalami pertumbuhan dan menyatu, pen/platina akan
diambil kembali.
2.
Fisura/retak tulang
Fisura yaitu
kelainan tulang yang menimbulkan keretakan pada tulang.
3.
Gangguan yang Terjadi pada Tulang
Belakang
Gangguan ini disebabkan karena kebiasaan tubuh yang
salah, kelainan ini antara lain seperti berikut.
a) b) c)
a.
Lordosis, yaitu keadaan tulang belakang yang
melengkung ke depan.
b.
Kifosis, adalah keadaan tulang belakang
melengkung ke belakang, sehingga badan terlihat bongkok.
c.
Skoliosis, yaitu keadaan tulang belakang
melengkung ke samping kiri atau kanan.
4.
Osteoporosis
Orang yang menderita kelainan ini, keadaan tulangnya
akan rapuh dan keropos. Ini disebabkan karena berkurangnya kadar kalsium dalam
tulang. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, maka kadar kalsium akan
berkurang sedikit demi sedikit.
5.
Rakhitis
Penyakit ini menyebabkan kondisi tulang seseorang yang
lunak. Hal ini disebabkan dalam tubuh seseorang kekurangan vitamin D. Vitamin
ini berfungsi untuk mengabsorpsi fosfor dan berperan dalam metabolisme kalsium.
Penderita ini disarankan banyak mengkonsumsi telur, susu, dan minyak hati ikan.
Selain itu, pada pagi hari, penderita disarankan berjemur di bawah sinar
matahari karena sinar matahari pagi dapat membantu pembentukan vitamin D dalam
tubuh.
6.
Kram
Kram merupakan keadaan otot berada dalam keadaan
kejang. Keadaan ini antara lain disebabkan karena terlalu lamanya aktivitas
otot secara terus menerus.
7.
Hipertropi
Suatu keadaan otot yang lebih besar dan lebih kuat.
Hal ini disebabkan karena otot sering dilatih bekerja dan berolahraga.
Hipertrofi otot ini sering dimiliki oleh atlet binaragawan.
8.
Atrofi
Keadaan otot yang lebih kecil dan lemah kontraksinya.
Kelainan ini disebabkan karena infeksi virus polio. Pemulihannya dengan
pemberian latihan otot, pemberian stimulant listrik, atau dipijat dengan teknik
tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muskuloskeletal adalah
suatu sistem pada tubuh manusia yang meliputi sistem gerak yang terdiri dari
otot dan tulang. Otot
merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi untuk menggerakkan
rangka. Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,
sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan
tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Otot merupakan alat gerak pasif dan memiliki
karakteristik, antara lain kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.
Berdasarkan perlekatannya, otot terdiri atas origo dan insersi. Jenis-jenis
otot antara lain yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
Tulang dibedakan menjadi skeleton aksial dan skeleton
apendikuler. Skeleton aksial
terdiri atas tulang-tulang tengkorak, ruas tulang belakang, tulang iga atau
rusuk, dan tulang dada, sedangkan skeleton apendikuler terdiri atas tulang
pinggul, bahu, lengan, telapak tangan, tungkai dan telapak kaki. Berdasarkan jenisnya, tulang dibedakan menjadi 2, yaitu
tulang rawan dan tulang sejati. Tulang sejati, dilihat dari matriksnya terdiri
atas tulang kompak dan tulang spons. Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan
menjadi 3, yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Hubungan
antartulang disebut persendian atau artikulasi. Sendi dibedakan menjadi 3,
yaitu amfiartrosis, sinartrosis, dan diartrosis.
B. Saran
1.
Pentingnya pengetahuan mengenai sistem
muskuloskeletal sehingga diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang
anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
2.
Dari berbagai teori anatomi fisiologi
sistem muskuloskeletal tentang berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan
sistem tersebut diharapkan mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan
dengan tepat.
3.
Dengan memahami anatomi fisiologi sistem
muskuloskeletal, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan
dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Pratiwi, D.A. 2000. Buku Penuntun Biologi untuk SMU kelas 2. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Ethel, Sloane. 2004. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lewis, Heitkemper & Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing. Mosby.
Philadelphia.
http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang, 10/12/2014, 13.42 WIB.
No comments:
Post a Comment