BABI
PENDAHULUAN
A.
Definisi
Asam
urat merupakan hasil dari sisa pengahancuran purin, dimana sumber utama purin
dalam tubuh berasal dari makanan dan dari hasil metabolisme DNA tubuh. Purin
berasal dari makanan merupakan hasil dari pemecahan nukleoprotein makanan yang
dilakukan oleh dinding saluran cerna. Sehingga peningkatan kadar asam urat
darah diakibatkan oleh seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
purin (Sukri, 2012).
Asam
urat ( merupakan bentuk hasil akhir metabolisme dari purin. Sebagian besar
purin berasal dari makananan terutama daging jeroan, beberapa jenis sayuran,
dan kacang-kacangan (Wiwi indraswari, 2012).
Penyakit
asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam urat atau kristal
pada jaringan,terutama pada jaringan sendi. Asam urat berhubungan erat dengan
gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan asam urat dalam darah
(hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl
(Junaidi, 2012).
B. Etiologi
Berdasarkan
penyebabnya, penyakit asam urat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Gout
primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal
ini diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat. Hiperurisemia atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh
dikatakan dapat menyebabkan terjadinya gout primer.
Hiperurisemia
primer adalah kelainan molekular yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan
data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout
primer yang merupakan akibat dari
hiperurisemia primer,
terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena
produksi yang berlebih (10-20%).
Hiperurisemia
karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan
aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan
kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT).
Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan oleh
faktor genetik dan menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat yang menyebabkan
hiperurisemia. Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan
diperkirakan terdapat 3 mekanisme:
a. Pertama,
kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine monopospate (IMP) atau purine
nucleotide yang mempunyai efek feedback inhibition proses biosintesis de novo.
b. Kedua,
penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang tidak
dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de novo
meningkat.
c. Ketiga,
kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa diubah kembali menjadi
IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi hipoxantine menjadi asam urat.
2. Gout
sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
kelainan yang menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan
yang menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan
biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim
HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada
glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1
phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena
produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan peningkatan
pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan
pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine
nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia akibat penurunan
ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena penurunan masa
ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric acid clearence
dan pemakaian obatobatan.
Faktor
Risiko
Berikut ini
yang merupakan faktor resiko dari gout :
a. Suku
bangsa /ras Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di
Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali
sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang
paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan
konsumsi alkohol.
b. Konsumsi
alkohol Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan
produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk
sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat 5 ekskresi
asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.
c. Konsumsi
ikan laut Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi.
Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
d. Penyakit
Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis. Obesitas,
diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas
tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki,
sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung. • Obat-obatan Beberapa
obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis. Diuretik,
antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah
keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk
membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian
diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan Gout
juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat
menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga
merupakan faktor risiko penting independen untuk gout. Aspirin memiliki 2
mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam
urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg /
hari) adalah uricosurik.
e. Jenis Kelamin Pria memiliki resiko lebih besar
terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur, meskipun
rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Dalam
Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan laki-laki dengan
perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi
managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan
perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan
3:1 pada mereka lima puluh 6 persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan
yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa
sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari
80 tahun.
f. Diet tinggi purin Hasil analisis kualitatif
menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari kolesterol, trigliserida dan
LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi.
C. Patofisiologi
Pathway
C. Manifestasi Klinis
· Nyeri sendi
· Nyeri jari kaki
· Nyeri kaki
· Nyeri lutut
atau pergelangan kaki
· Sendi kaku dan bengkak
· Kelainan bentuk fisik atau kemerahan
D. Komplikasi
Gejala
asam urat sering kali tidak ditanggapi dengan serius oleh orang yang
mengalaminya pada tahap awal. Umumnya bayak orang yang menganggap hal tersebut
terjadi karena mereka bekerja keras, sehingga kelelahan dianggap sebagai hal
yang biasa. Gelaja asam urat pada tahap awal, antara lain:
a. Selalu
merasa capek dan badan pegal-pegal
b. Nyeri
dibagian otot, persendian pinggang, lutut, punggung, dan bahu. Selain nyeri
biasanya juga ditandai dengan timbulnya pembengkakak, kemerahan serta rasa
sangat nyeri pada bagian persendian, baik di pagi hari maupun malam hari. Rasa
nyeri tersebut biasanya bertambah parah dan hebat pada saat udara dingin atau
musim penghujan
c. Sering
buang air kecil di pagi hari saat bangun tidur, maupun malam hari.
d. Muncul
rasa linu dan kesemutan yang sangat parah.
e. Penderita
kesulitan untuk buang air kecil
E. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa
pemeriksaan penunjang gout arthritis menurut (Aspiani, 2014) :
a. Dapat dilakukan
dengan alat tes kadar asam urat, umumnya nilai normal asam urat dalam darah
yaitu 3,5 mg/dl – 7,2 mg/dl namun pada pasien dengan gout arthritis atau kadar
asam urat tinggi nilai asam urat dalam darah lebih dari 7,0 mg/dl untuk pria
dan 6,0 mg/dl untuk wanita.
b. Serum asam urat, umumnya meningkat diatas
7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan
produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
c. Leukosit,
menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000-10.000/mm3.
d. Urin specimen 24
jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250-750mg/24 jam asam urat di
dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin
meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengidentifikasi gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.
e.
Pemeriksaan radiografi, pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progesif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinavial sendi.
F. Penatalaksanaan
Menurut
Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi penanganan
serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi
penyakit ini :
1)
Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2)
Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
3)
Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
Penatalaksanaan Non Medis
Penatalaksanaan
non medis merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi
diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
G. Pencegahan
a.
Perbanyak minum air putih
b.
Tidak mengkonsumsi minuman alcohol
c.
Konsumsi buah yang memiliki antioksidan tinggi
d.
Menghindari obesitas
e.
Rutin olahraga
f.
Menghindari makanan yang mengandung zat purin tinggi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KASUS ARTHRISTIS GOUT (TEORITIS)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien,
untuk informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian
pada Lansia dengan Gout Arthritis:
1) Identitas
Meliputi
nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
Keluhan
Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout
Arthritis adalah nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu
aktivitas klien.
2) Riwayat
Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi
di otot sendi. Sifat dari nyerinya umumnya seperti pegal/di
tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau
pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak
lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan
benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
3) Riwayat
Penyakit Dahulu
Penyakit
apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
4) Riwayat
penyakit keluarga
kaji
adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
5) Riwayat
Psikososial
Kaji
respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya 32
perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
6) Riwayat
nutrisi
kaji
riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi Purin.
7) Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
hingga ujung kaki (head to toe).
Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien
seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam.
Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti
benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan
pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan
kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
Pemeriksaan Diagnosis
(1) Asam Urat meningkat
dalam darah dan urin.
(2) Sel darah putih dan
laju endap darah meningkat (selama fase akut).
(3) Pada aspirasi
cairan sendi ditemukan krital urat.
(4) Pemeriksaan
Radiologi.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan
demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial)
(Iqbal dkk, 2011). Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien
Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1)
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2)
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3)
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4)
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
5) Gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
3.
Perencanaan
Perencanaan keperawatan
adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2018)
1)
Nyeri akut
a. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan kualitas nyeri.
b. Pantau
kadar asam urat.
c. Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
d. Ajarkan
teknik non farmakologi rileksasi napas dalam.
e. Posisikan
klien agar merasa nyaman, misalnya sendi yang nyeri diistarahatkan dan
diberikan bantalan.
f. Kaloborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.
2)
Gangguan mobilitas
fisik
a. Monitor
vital sign sebelum dan sesudah latihan.
b. Kaji
tingkat mobilisasi klien.
c. Bantu
klien untuk melakukan rentan gerak aktif maupun rentan gerak pasif pada sendi.
d. Lakukan
ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat, kursi roda, walker, kruk).
3)
Hipertemia
a. Monitor
suhu sesering mungkin
b. Monitor
warna dan suhu kulit.
c. Monitor
tekanan darah, nadi dan pernapasan.
d. Monitor
intake dan output.
e. Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi.
f. Selimuti
klien.
g. Tingkatkan
sirkulasi udara.
h. Kompres
klien pada lipat paha dan aksila.
i. Berikan
Antipiretik.
j. Kaloborasi
pemberian cairan Intravena.
4)
Gangguan rasa nyaman
a. Identifikasi
tingkat kecemasan.
b. Gunakan
pendekatan yang menenangkan.
c. Temani
klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
d. Dengarkan
dengan penuh perhatian.
e. Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
f. Instruksikan
klien menggunakan teknik rileksasi.
g. Kaloborasi
pemberian obat untuk mengurangi kecemasan.
5)
Gangguan pola tidur
a. Monitor
dan catat kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam.
b. Determinasi
efek-efek medikasi terhadap pola tidur.
c. Jelaskan
pentingnya tidur yang adekuat.
d. Fasilitasi
untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca).
e. Ciptakan
lingkungan yang nyaman.
f. Diskusikan
dengan klien tentang teknik tidur klien.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
keperawatan
Hari/ Tanggal
Pengkajian : Rabu/ 16 Maret
2022
1.
Data
Biografis
Nama : Mardhiah
Umur : 71
tahun
Tempat/Tahun
Lahir : Cot mancang
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status
Perkawinan : Cerai Mati
Alamat :
Ds. Cot mancang aceh besar
No. Hp : -
2.
Riwayat
Keluarga
Pasangan
Hidup |
Meninggal |
- |
√ |
Anak
Hidup |
Meninggal |
4
Orang |
2
Orang |
3.
Riwayat
Pekerjaan
Pekerjaan saat
ini : Tidak berkerja
Pekerjaan
sebelumnya : IRT
Sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
4.
Lingkungan
Hidup :
Pasien tinggal dilingkungan
yang baik dan bersih.
5.
Rekreasi
dan hiburan
Hobi/Minat : Memasak, mengaji
Liburan/Perjalanan : tidak
ada
Hiburan : tidak ada
6.
Sumber/Sistem
Pendukung yang digunakan
Sistem pendukung yang digunakan oleh nenek M adalah pukesmas
jika mengalami masalah kesehatan
7.
Status
Kesehatan saat ini
Keluhan
Utama : Nenek M mengatakan nyeri di bagian sendi sendi terutama
lutut
8.
Status
Kesehatan Masa Lalu
Status kesehatan selama setahun
yang lalu : -
Status Kesehatan
selama 5 tahun yang lalu : -
9.
Riwayat
Penggunaan Obat-obatan
Obat-obat
Nama : -
Dosis : -
Bagaimana/Kapan
menggunakannya : -
Alergi
Obat-obatan : tidak ada
Makanan : ikan tongkol, udang
Kontak substansi :
tidak ada
Faktor
lingkungan :debu
10.
Riwayat
Keluarga
Riwayat
kesehatan keluarga
Nenek
M mengatakan
keluarganya tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan pasien tetapi sebagian
keluarga lainnya menderita riwayat penyakit lainnya.
11.
Pola
Kebiasaan
Pola Nutrisi
Diet khusus, pembatasan makanan atau
pilihan : Tidak ada
Riwayat peningkatan/ penurunan berat badan : 1 kg
Pola konsumsi makanan (frekuensi) : 3 x sehari
Pola istirahat/ tidur
Kebiasaan tidur : Susah tidur
Lama
tidur : tidak menentu
(sering terbangun malam)
Insomnia : tidak
Personal
Hygiene/ perawatan diri
Mandi
Frekuensi :
2x sehari
Menyikat gigi : 2x sehari
Mencuci rambut : 2x seminggu
Berpakain/ berhias
Menyisir rambut : 2x sehari
Kebersihan rambut : bersih dan
memakai jilbab
Menggunakan
bedak :
kadang – kadang
12. Pengkajian Fisik
a. Keadaan
Umum:
b. Tanda-Tanda
Vital:
1. |
Tekanan darah |
120/70 mmHg |
2. |
Nadi |
80 x/mnt |
3. |
Respirasi |
22 x/mnt |
4. |
Temperature |
36,0 |
c. Umum:
Ya Tidak
1. |
Kelelahan |
√ |
|
2. |
Demam |
|
√ |
3. |
Keringat
malam |
√ |
|
4. |
Kesulitan
makan |
|
√ |
5. |
Sering
Pilek, infeksi |
|
√ |
6. |
Kemampuan
untuk melakukan ADL |
√ |
|
d. Sistem
Persarafan:
Ya Tidak
1. |
Sakit kepala |
|
√ |
2. |
Kejang |
|
√ |
3. |
Sinkope/serangan
jantung |
|
√ |
4. |
Paralisis |
|
√ |
5. |
Masalah Koordinasi |
|
√ |
6. |
Tremor |
|
√ |
7. |
Cedera kepala |
|
√ |
8. |
Miasalah
memori |
|
√ |
e. Sistem
Kardiovaskuler:
Ya Tidak
1. |
Nyeri/ketidaknyaman |
|
√ |
2. |
Palpitasi |
|
√ |
3 |
Sesak napas |
√ |
|
4. |
Dispnea pada aktivitas |
√ |
|
5. |
Murmur |
|
√ |
6. |
Edema |
|
√ |
7. |
Varises |
√ |
|
8. |
PerubahanWarna
kaki |
|
√ |
f. Sistem
Gastrointestinal:
Ya Tidak
1. |
Disfagia |
|
√ |
2. |
Nyeri ulu hati |
|
√ |
3. |
Mual/muntah |
|
√ |
4. |
Hematemesis |
|
√ |
5. |
Perubahan
nafsu makan |
|
√ |
6. |
Diare |
|
√ |
7. |
Konstipasi |
|
√ |
8. |
Malena |
|
√ |
g. Sistem
genitourinaria:
Ya Tidak
1. |
Distensi kandung
kemih |
|
√ |
2. |
Disuria |
|
√ |
3. |
Hematuria |
|
√ |
4. |
Poliuria |
√ |
|
5. |
Nokturia |
|
√ |
6. |
Infeksi |
|
√ |
7. |
Inkontinensia |
|
√ |
8. |
Frekuesi |
√ |
|
9. |
Warna |
|
√ |
10. |
Biru |
|
√ |
h. Sistem
Integumen:
Ya Tidak
1. |
Turgor |
Turgor menurun karena factor
usia |
|
2. |
Perubahan
Pigmen |
|
√ |
3. |
Jaringan parut |
|
√ |
4. |
Keadaan kuku |
|
√ |
5. |
Keadaan Rambut |
|
√ |
6. |
Luka |
|
√ |
7. |
Diaforesis |
|
√ |
i.
Sistem Muskuloskeletal:
Ya Tidak
1. |
Nyeri persendian |
√ |
|
2. |
Kekakuan |
√ |
|
3. |
Pembengkakan sendi |
|
√ |
4. |
Deformitas |
|
√ |
5. |
Kram |
√ |
|
6. |
Kelemahan otot |
√ |
|
7. |
Masalah cara berjalan |
√ |
|
8. |
Nyeri punggung |
√ |
|
9. |
Kekakuan otot |
|
√ |
10. |
Kifosis |
|
√ |
j.
Sistem Penginderaan
Pilihatan: Normal
Pendengaran: Masih Baik
1. Faktor
Resiko Jatuh
Kondisi
Ya Tidak
1. |
Riwayat Fraktur
Tulang |
|
√ |
2. |
Penggunaan alcohol
dan sedative pengobatan psikoaktif |
|
√ |
3. |
Riwayat jatuh sebelumnya
gangguan keseimbangan dan pusing |
|
√ |
4. |
Penyakit akut |
|
√ |
5. |
Kondisi patologi,
serangan jatuh |
|
√ |
6. |
Gangguan kognitif,
disorientasi |
|
√ |
7. |
Kelemahan
anggota gerak bawah |
√ |
|
8. |
Abnormal
itngan dan diri keseimbangan dan caraberjalan |
|
√ |
9. |
Masalah pada
kaki |
√ |
|
10. |
Hipotensi
postural |
|
√ |
11. |
Perubahan
skeletal dan neuromuscular |
|
√ |
12. |
Penyakit akut
dan kronik berat |
|
√ |
13. |
Defisit
sensori |
√ |
|
14. |
Kecemasan
berhubungan dengan jatuh sebelumnya |
|
√ |
Situasi:
Ya Tidak
1. |
Lingkungan
yang berbahaya |
|
√ |
2. |
Permukaan lantai
yang licin, basah |
|
√ |
3. |
Tempat tidur dan
tempat duduk yang tinggi |
|
√ |
4. |
Kepercayaan
yang tidak adekuat |
|
√ |
2. Spiritual
Kegiatan keagamaan :Mengaji, Shalat, Mendengar ceramah
Konsep keyakinan
klien tentang kematian : diserahkan kepada
Allah SWT
Harapan – harapan klien : -
3. Psikosial
Identifikasi masalah emisional
Pertanyaan
Tahap 1
Ya Tidak
1. |
Apakah klien
mengalami sukar tidur ? |
|
√ |
2. |
Apakah klien sering merasa gelisah
? |
√ |
|
3. |
Apakah klien
sering murung dan menangis sendiri ? |
|
√ |
4. |
Apakah klien sering was –was
dan khawatir ? |
|
√ |
PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA
NO |
TES
UJI KESEIMBANGAN |
SKOR |
|
0 |
1 |
||
1. |
Bangun Tidak bangun dari duduk dengan satu
kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau
bergerak kebagian depan kursi dahulu. Tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali |
√ |
√ |
2. |
Duduk ke kursi Menjatuhkan diri
kekursi, tidak duduk ditengah kursi |
√ |
√ |
3. |
Menahan dorongan pada stenum
(pemeriksa mendorong stenum perlahan-lahan sebanyak 3 kali) klien
menggerakkan kaki keatas, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya |
|
√ |
4. |
Mata tertutup Sama seperti diatas
(periksa kepercayaan klien tentang input penglihatan untuk keseimbangan |
√ |
√ |
5. |
Perputaran leher menggerakkan
kaki,menggenggam objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya,
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil |
√ |
√ |
6. |
Gerakan menggapai sesuatu Tidak mampu
menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung
jari kaki,tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan |
|
√ |
7. |
Membungkuk Tidak mampu membungkuk
untuk mengambil objek objek kecil (mis.Pulpen) dari lantai ,memegang objek
untuk bias berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun |
√ |
√ |
A. Perubahan
posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai
0 jika tidak menunjukkan kondisi dibawah ini
Beri nilai
1 jika klien menunjukkan salah satu kondisi dibawah ini
B. Komponen
gaya berjalan atau gerakan satu kondisi dibawah ini
Beri nilai
0 jika tidak menunjukkan kondisi dibawah ini
Beri nilai
1 jika klien menunjukkan salah satu kondisi dibawah ini
NO |
TES
UJI KESEIMBANGAN |
SKOR |
|
|
|
0 |
1 |
1. |
Minta klien untuk
berjalan ketempat yang ditentukan ragu-ragu,tersandung, memegang objek untuk dukungan |
|
√ |
2. |
Ketinggian langkah
kaki (memegang kaki saat melangkah) kaki tidak naik dari lantai secara konsisiten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (>5cm) |
|
√ |
3. |
Kontinuitas
Langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping klien setelah langkah-langkah
awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat satu kaki sementara
kaki yang lain menyentuh lantai |
|
√ |
4. |
Ketidak simestrisan
Langkah (lebih baik diobservasi dari belakang klien) Tidak berjalan dalam garis,
bergelombang dari sisi kesisi |
|
√ |
5. |
Penyimpangan jalur
pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang klien) |
|
√ |
6. |
Berhenti sebelum
mulai berbalik, jalan semponyongan, bergoyang, memegang objek untuk dukungan |
|
√ |
1. Pengkajian
fungsional klien
KATZ index of independence in
activities of daily living
Aktivitas |
Independen (1 poin) Tanpa supervise ,arahan atau bantuan |
Dependen (0 poin) Dengan supervise ,arahan dan bantuan
atau total care |
Mandi poin 1 |
(1 poin) mampu
mandi sendiri atau butuh bantuan hanya satu bagian tubuh seperti punggung, area genital atau ektermitas yang
cacat/ lumpuh |
(0 poin) butuh bantuan untuk mandi
lebih dari satuan anggota tubuh. |
Berpakaian poin: 1 |
(1 poin) mampu mengambil pakaian dari lemari pakaian
dan mengenakannya . Mungkin perlu bantuan untuk ikat sepatu |
(0 poin) butuh bantuan untuk berpakaian |
Toileting poin: 1 |
(1 poin) mampu ketoilet, bangundan duduk,
membersihkan area genital tanpa bantuan. |
(0 poin) butuh bantuan untuk ketoilet, membersihkan
diri atau menggunakan bedpan |
Berpindah poin: 1 |
(1poin)mampu bergerak
dari mpat tidur/ kursi tanpa bantuan. |
(0 poin) butuh bantuan untuk berpindah
dari tempat tidur/ kursi |
Kontinent poin: 1 |
(1 poin) mampu
mengontrol miksi dan defekasi |
(0 poin) parsial continent |
Identifikasi
aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan mini mental status exam
(MMSE)
No |
Aspek kognitif |
Nilai maksimal |
Nilai klien |
Kriteria |
1. |
Orientasi |
5 |
3 |
Menyebutkan dengan
benar: ·
Tahun ·
Musim ·
Tanggal ·
Hari ·
Bulan |
2. |
Orientasi |
5 |
4 |
Dimana kita sekarang
berada: ·
Negara Indonesia ·
Provinsi aceh ·
Kota aceh besar ·
Gp. Cot mancang ·
Dusun bungling |
3. |
Registrasi |
3 |
3 |
Sebutkan nama 3
objek (oleh pemeriksa) 1detik untuk mengatakan masing masing objek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi ( untuk disebutkan) ·
Objek buku ·
Objek piring ·
Objek kacamata |
4. |
Perhatian dan kalkulasi |
5 |
0 |
Mintak klien untuk
memulai dari angka 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali atau tingkat ·
93 ·
86 ·
79 ·
72 ·
65 |
5. |
Mengingat |
3 |
2 |
Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2 ( registrasi) tadi.
Bila benar, 1 poin untuk masing – masing objek |
6. |
Bahasa |
2 |
2 |
Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan Namanya pada
klien ·
(jam tangan) ·
(pulpen) Minta klien untuk
mengulangi kata berikut ”jika tidak,
dan, atautetapi” Minta klien untuk
mengikuti perintah berikut yang terdiri dari 3 langkah “ambil kertas ketangan
anda, lipat dua dan taruh di lantai”Perintah kan pada klien untuk membaca dan mengikuti kalimat berikut “ TUTUP MATA
ANDA” Minta klien untuk menulis sebuah kalimat Gambar kan
Kembali objek berikut. |
|
|
|
|
Interpretasi:
a. >
23 Aspek kognitif dari fungsi
mental baik
b. 18-22 Kerusakan aspek fungsi mental RINGAN
c. <
17 Terdapat kerusakan aspek fungsi
mental berat
C. Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
Akut
2. Gangguan
pola tidur
3. Defisit
pengetahuan
ANALISA DATA
No |
Data |
Masalah |
1 |
Ds:
Nenek M mengatakan sakit dibagian kaki (lutut) dan sendi sendi Do:
TD: 120/70 N : 80
RR: 24
S
: 36,0 oC -
Tidak mampu menuntaskan aktivitas -
Nyeri bagian kaki(lutut) -
Skala nyeri 6 -
Nyeri hilang timbul -
Pola tidur berubah -
Pola nafas berubah |
Nyeri Akut |
2 |
Ds
: Nenek M mengatakan sering terjaga saat tidur malam Do
:TD: 120/70 N : 80
RR: 24
S
: 36,0 oC -
nenek M terlihat pucat -
nenek M terlihat lesu - nenek M sering menguap |
Gangguan pola
tidur |
3 |
Ds
: Nenek M mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya Do
: TD: 120/70 N : 80
RR: 24
S
: 36,0 oC -
Tidak mengerti masalah asam urat -
Tidak tau penyebab sakitnya |
Defisit
pengetahuan
|
RENCANA / INTERVENSI KEPERAWATAN
NO |
Diagnosa Keperawatan |
kriteria hasil |
Intervensi Keperawatan |
1. |
Nyeri akut |
1.
nyeri
berkurang 2.
mampu
mengenali skala nyeri 3.
menyatakan
nyaman setelah nyeri berkurang |
1.
monitor nyeri 2. monitor TTV 3. pantau kadar asam urat 4. observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 5. ajarkan tehnik non farmakologis kompres hangat 6. kolaborasi pemberian obat. |
|
|||
2. |
Gangguan Pola tidur |
1.
Meningkatkan kelelahan 2.
Kepuasan klien: Lingkungan fisik 3.
Meningkatkan status: kenyamanan:
lingkungan |
1.
Meningkatkan manajemen demensia 2.
Meningkatkan manajemen lingkungan 3.
Meningkatkan menajemen pengobatan 4.
Memberikan terapi relaksasi 5.
Mengurangin kecemasan 6.
Meningkatkan koping |
3. |
Defisit pengetahuan |
1. Pasien
mengetahui karakteristik penyakit 2. Mengetahui
tanda dan gejala penyakit 3. Pasien mampu mengetahui cara pencegahan penyakitnya |
4.
Kaji tingkat pengetahuan pasien
terkait penyakitnya 5.
Jelaskan tanda dan gejala yang umum
dari penyakit sesuai kebutuhan 6.
Jelaskan proses penyakit sesuai
kebutuhan 7.
Edukasi pasien terkait Tindakan untuk
mengontrol/meminimalkan gejala sesuai kebutuhan |
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl
/ Waktu |
Diagnosa
Keperawatan |
Implementasi |
Evaluasi |
Paraf
Preseptor |
05februari 2021 /08.00 |
Nyeri akut |
1. memonitor ttv 2. memonitor skala nyeri 3. memberikan terapi minum air
kunyit 4.meningkatkan dukungan emosional 5. memonitor berkurang kecemasan |
S: nenek N mengatakan sakit
dibagian perut O: TD: 155/90 N : 60 RR: 12 S
: 36,7 oC A:
masalah belum teratasi P:
intervensi di lanjutkan |
|
08 februari 2021/ 13.00 |
Intorelansi aktivitas |
1. memonitor TTV dalam batas
normal 2.meningkatkan kenyamanan pasien 3.meningkatkan nutrisi 4.meningkatkan kebugaran fisik 5.meningkatkan dukungan spiritual 6. melakukan tingkatan kecemasan
berkurang |
S : nenek N mengatakan
susah berjalan, susah beraktivitas O: Observasi TTV A: Masalah Intorelansi aktivitas P: intervensi dilanjutkan |
|
12 februari 2021/ 13.00 |
Gangguan Pola Tidur |
1.
Memonitor Tanda vital 2.
Melakukan managemen kenyamanan 3.
Melakukan pengaturan posisi tidur 4.
Mengajarkan teknik menenangkan 5.Melakukan
managemen pengobatan |
S: Nenek N mengatakan susah tidur
dan banyak pikiran -Nenek
N mengatakan sakit kepala O:Observasi TTV A: Masalah belum teratasi P:Intervensi dilanjutkan |
|
KEPERAWATAN GERONTIK KE 1 TANGGAL: 5 dan 12 / 02 /2021
1.
Latar
belakang
-
Pada
pertemuan pertama perawat melasanakan pengkajian terhadap pasien
-
Pertemuan
ini perawat telah melakukan kontrak waktu dan tempat untuk melakukan pengkajian
dan implementasi untuk tahapan selanjutnya.
2.
Rencana
keperawatan
-
Diaknosa
keperawatan : Nyeri, Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif dan resiko jatuh
-
Tujuan
umum : Setelah dilakukan pengkajian perawat dapat melakukan rencana keperawatan
3.
Tujuan
khususnya:
4.
Rencana
kegiatan
1.
Topik
: pengkajian
2.
Metode
: Diskusi Tanya jawab
3.
Media
: lembar pengkajian
4.
Waktu
: 60 menit
5.
Strategi
pelaksanaan
No |
Alokasi Waktu |
Kegiatan |
1. |
09.00- 09.08 |
Fase oeientasi -
Mengucap salam -
Membuat kontrak waktu |
2. |
10.08-10.30 |
Fase kerja -
Mengkaji identitas pasien -
Mengkaji pasien sampai selesai |
3. |
10.30-10.50 |
Fase terminasi -
Validasi emosi pasien -
Mengucap salam |
A.
Kriteria Evaluasi (kegiatan pertemuan
pertama)
1. Kriteria
struktur
a. Telah
membuat kontrak sebelumnya
b. Tersedianya
format pengkajian
c. Tempat
interaksi sesuai dengan yang disepakati
2. Kriteria
proses
a. Klien
dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien
dapat mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan
c. Klien
aktif memberikan tanggapan
d. Tak
ada gangguan selama proses interaksi
3. Kriteria
hasil
a. Klien
mengatakan apa yang dirasakan
B.
Kriteria Evaluasi (kegiatan pertemuan dua)
1. Kriteria
struktur
a. Telah
membuat kontrak sebelumnya
b. Tersedianya
format lefleat
c. Tempat
interaksi sesuai dengan yang disepakati
2. Kriteria
proses
a.
Klien dapat mengetahui dispepsia
b.
Klien mengetahui cara pencegahan dari dispepsia
c.
Klien aktif memberikan tanggapan
3. Kriteria
hasil
a. Klien
memperoleh pengetahuan mengenai tanda, gejala dan juga pencegahan dispepsia
C.
Kriteria Evaluasi (kegiatan pertemuan ketiga)
1. Kriteria struktur
a.
Telah membuat kontrak sebelumnya
b.
Melakukan terapi
c. Tempat
interaksi sesuai dengan yang disepakati
2.
Kriteria proses
a.
Klien dapat mempersetujui terapi
b.
Klien melakukan
terapi dengan baik
c. Klien
aktif memberikan tanggapan
3.
Kriteria hasil
a. Klien
dapat mengetahui terapi dispepsia, mendapat perubahan dan juga akan dilakukan setiap
harinya.
Log Book Kegiatan Harian
Nama : Zulfatun
Nim : 20175019
Wisma: Terantai
Nama Preseptor : Iskandar, S.kep, Ns, M.kep
Hari/tgl |
Jam |
Kegiatan |
Paraf
eptorpres |
Jum’at
|
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 |
-Datang ke panti -Di suruh ke poliknik -TTD absen -Di bagi pasien -Memberi salam -Memperkenalkan diri pada lansia -Melakukan pengkajian pada pasien -menanyakan keluhan terhadap
pasien -TTV - membantu kakak dan abang di
klinik, bersihkan lingkungan klinik dan di sekitar panti. - memberikan makanan untuk kakek
yang ada di poliklinik -ada datang kakek-kakek ke
poliklinik meminta pulpen, dan duduk di klinik sambil berbicara -ada datang kakek-kakek ke
poliklinik menunggu obat -ada datang nenek ke poliklinik
untuk menunggu obat sambil berbicara -ada datang nenek-nenek untuk
mecari obat minyak kayu putih -sampai sudah jam 13.00 -izin pulang |
|
Jum’at
12
februari 2021 |
13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 |
-Datang ke panti -Datang ke poliklinik -TTD absen kehadiran -Berbicara dengan abang-abang
disana masalah pasien miftah yang pulang - Menjemput nenek-nenek -Menayakan keluhan terhadap nenek -Melakukan penkes tentang
Dispepsia -Melakukan terapi minum air kunyit -Melakukan Kontrak waktu -Menunggu miftah untuk menanyakan tetang pasien yg sudah berganti -Selesai waktu dinas -Diberi izin untuk pulang sama pak
ikram |
|
Jum’at 19
februari 2012 |
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 |
- Datang ke panti - Datang ke poliklinik -
TTD absen kehadiran - Mengikuti kegiatan rutin jum’at,
bergotoroyong bersama ibu-ibu panti - istirahat sebentar - Di panggil sama ibu ros , ke
poli panti melakukan lanjutan kegiatan bergotorong - ada datang nenek-nenek minta
obat - Menjemput nenek- nenek - Menayakan keluhan terhadap nenek
- Selesai waktu dinas -Diberi izin untuk pulang sama kak
ros |
|
DOKUMENTASI
1. Foto Pengkajian
2.
Foto Pkes Leafleat
3.
FOTO MEMBERIKAN TERAPI AIR KUNYIT
DAFTAR PUSTAKA
Bare
& Suzanne, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta
Corwin,.
J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi,
EGC, Jakarta
Doenges,
E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana
Asuhan Keperawatan, (Edisi III),
EGC, Jakarta.
Guyton
dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran,
(Edisi 9), EGC, Jakarta
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Jakarta:Media
Acsulapius. FKUI.
Sujono,H. 2006. Gastroenterology.
Jakarta : PT Alumni
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar
Perawatan Pasien. Volume 2. Jakarta: EGC
Wibawa, I Dewa Nyoman. 2006. Penanganan Dispepsia Pada
Lanjut UsiaVolume 7 Nomor 3 September 2006.
No comments:
Post a Comment