BAB I
PENDAHULUAN
A.
Definisi
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
80 mmHg Tekanan darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekana yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stoke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg
atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masi
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah.
Tekanan sitolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis. Lansia yang mengalami gangguan hipertensi dapat
mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia.Semakin tinggi usia lansia, maka rentan
postur tubuh akan terjadi keseimbangan yang buruk terhadap lanjut usia.
(Kurniawan and Sulaiman,2019).
Menurut (WHO, 2013 dalam Paisey, 2017) Hipertensi adalah
kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah dipompa oleh
jantung ke seluruh tubuh. Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten
tekanan darah pada pembuluh darah vascular.Semakin tinggi tekanan darah maka
semakin keras jantung bekerja. Tekanan darah dapat dibagi menjadi beberapa
kategori menurut laporan the Eighth Joint National Committee (JNC 8),
yaitu normal (di bawah 120/80 mmHG), prahipertensi (dari 120/80 mmHG sampai
139/89 mmHG), hipertensi tingkat I (dari 140/90 mmHG sampai 159/99 mmHG), hipertensi
tingkat II (melebihi 160/100 mmHG).
Menurut WHO (World Health Organization) di seluruh dunia
sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia juga menempati
peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak (Kurniawan and Sulaiman, 2019)
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil data
Riskesdas 2018 berdasarkan karakteristik pada usia 18-24 tahun dengan jumlah
penderita hipertensi sebanyak 13,2% dan pada usia 25-34 tahun dengan jumlah
penderita hipertensi 20,1% selanjutnya pada usia 35-44 tahun sejumlah 31,6% dan
pada usia 45- 54 tahun jumlah penderita hipertensi semakin meningkat dengan
jumlah 45,3% dan pada usia 55-64 tahun dengan jumlah 55,2% penderita hiertensi
sedangkan pada usia 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan pada usia 75 ke atas sebesar
69,5% penderita hipertensi (Kemenkes RI,2018)
B.
Etiologi
Etiologi hipertensi tersering
adalah penyakit renovaskular. Jika tidak ditemukan penyebab sekunder maka
hipertensi tersebut tergolong hipertensi essential. [3]
Tabel 1. Etiologi Hipertensi Sekunder
Penyebab |
Prevalensi |
Penyakit renovaskular |
5%-34% |
Obstructive sleep apnea |
25-50% |
Aldosteronism primer |
8-20% |
HT diinduksi obat atau alcohol |
2-4% |
Hipertiroid |
<1% |
Pheochromocytoma |
0,1%-0,6% |
Sindrom cushing |
<0,1% |
Faktor
Risiko
Faktor risiko
hipertensi terdiri atas faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
Faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputi faktor genetik dan penuaan.
§
Genetik: Studi
genomic terbaru menemukan 107 lokus gen yang berperan dalam regulasi tekanan
darah.[11] Studi genomik dengan sampel meliputi populasi Eropa, Asia Tenggara
dan Asia Timur menunjukkan polimorfisme pada 12 lokus gen secara signifikan
berkontribusi terhadap fenotip hipertensi. Pada populasi Asia, studi terhadap
1136 etnis china menyimpulkan polimorfisme nukleotida gen SORBS1 secara
signifikan berasosiasi dengan timbulnya hipertensi.
§
Penuaan : Pada
populasi lanjut usia studi menunjukkan TD diastolik menetap atau mulai menurun
sedangkan TD sistolil meningkat. Hal ini menunjukkan kekakuan progresif pada
pembuluh darah yang mungkin mengakibatkan hipertensi. Kekakuan diduga terkait
fragmentasi serta penurunan kadar serat elastin dan peningkatan deposisi
kolagen yang lebih kaku, penurunan kadar nitrit oxide, peradangan, serta
disfungsi neurohormonal (peningkatan sensitivitas terhadap garam, peningkatan
aldosterone, peningkatan saraf simpatis).
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko yang
dapat diubah meliputi faktor sosioekonomi, serta perilaku dan pola hidup.
§
Sosioekonomi : Faktor
sosioekonomi meliputi globalisasi, urbanisasi, tingkat stress, pendidikan serta
pendapatan.
§
Perilaku dan Pola
hidup : Pola hidup meliputi diet tinggi garam, inaktivitas fisik hingga
obesitas. Perilaku terkait kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.
C.
Patofisiologi
D.
Manifestasi Klinis
Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan. tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
E.
Komplikasi
1.
Stroke
2.
Infark miokard
3.
Gagal ginjal
4.
Gagal jantung
5.
Kerusakkan mata
F.
Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari
sel–sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor–factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang
perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
3. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium
serum
Peningkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensi\
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )
6. Pemeriksaan
tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
7. Kadar
aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
G.
Penatalaksanaan
Pengelolaan
hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi.
1.
Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.
Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah :
·
Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
·
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh
·
Penurunan berat badan
·
Penurunan asupan etanol
·
Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik
antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1. Tehnik
Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
H.
Pencegahan
1. Mengurang
kosumsi garam (jangan melebihi 1 sendok perhari)
2. Melakukan
aktivitas fisik teratur (seperti jalan kaki 3km/olah raga 30
Menitperhati5x/minggu)
3.
Tidak merokok dan
menghindari asap rokok
4.
Mempertahankan
berat badan ideal
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Perkajian
1. Riwayat
atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat keluarga
positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit ginjal,
terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.
2. Aktivitas/
Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda:
frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
3. Sirkulasi,
gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan
jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
4. Integritas
Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda: letupan
suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak,
otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
5. Eliminasi,
gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
6. Makanan/cairan,
gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/turun) dan
riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya
edema, glikosuria.
7. Neurosensori,
gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam),
gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status
mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir,
penurunan kekuatan genggaman tangan.
8. Nyeri/ketidak
nyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keter lambatan jantung),
sakit kepala.
9. Pernafasan,
gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: distres
10. .
pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan.
(krakties/mengi), sianosis.
11. Keamanan,
gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
B.
Diagnosa
keperawatan
1. Nyeri
kronis
2. Gangguan
mobilitas fisik
3. Defisit
pengetahuan
4. Resiko
jatuh
C.
Intervensi
keperawatan
Adalah
panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien /tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai
hasil yang diharapkan (deswani,2009)
No comments:
Post a Comment