DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR
ISI...............................................................................................................................
BAB
I...........................................................................................................................................
PEDAHULUAN..........................................................................................................................
1.1.
Latar
Belakang...............................................................................................................
1.2.
Rumusan Masalah
.........................................................................................................
BAB
II..........................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................
2.1.
DEFINISI GULMA..................................................................................................................
2.2.
PRMASLAHAN GULMA……………………………………………………………….....
2.3. PERMASALAHAN
GULMA DI INDONESIA.....................................................................
BAB
III........................................................................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................................
KESIMPULAN...........................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap
tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang
kaya nutrisi Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang
dibudidayakan. Luasnya penyebaran gulma dikarenakan daun dapat dimodifikasikan.
Inilah yang memungkinkan gulma unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya.
Di samping itu, gulma juga dapat membentuk biji dalam jumlah banyak, ini yang
menyebabkan gulma cepat berkembang biak (Palijama, 2012).
Gulma
merupakan tanaman yang tidak dikehendaki oleh para petani, karena tanaman ini
tumbuhnya salah tempat dan dapat merugikan. Gulma yang tumbuh dan berada di
sekitar tanaman yang dibudidayakan dapat menghambat pertumbuhan serta menekan
hasil akhir. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik diatas permukaan
tanah yang berupa persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari, CO2 dan ruang
tumbuh, persaingan mendapatkan air dan unsur hara (Indriyanto, 2010).
1.2 Rumus
Masalah
1.
Mengetahui
Permasalahan Gulma Di Indonesia
2.
Mengetahui
Permslahan Gulma dan Definisi Gulma
BAB
II
PEMBAHASAN
1.3 DEFINISI
DAN PERMASALAHAN GULMA
2.1
DEFINISI GULMA
Tumbuhan pengganggu
yang disebut gulma, merupakan bagian integral dari suatu sistem pertanian
(lingkungan), akan tetapi gulma menjadi salah satu kendala biologis utama
(faktor pembatas) dalam proses produksi untuk memperoleh hasil yang tinggi
sesuai dengan potensi hasil tanaman. Oleh karena itu, masalah gulma dalam
sistem produksi pada budi daya pertanian tidak dapat diabaikan begitu saja
melainkan perlu mendapat perhatian karena gulma dapat merugikan. Perlu dicatat,
selama manusia masih memerlukan pangan maka pembangunan pertanian berlangsung
secara terus menerus dan berkelanjutan. Konsekuensinya, masalah gulma juga akan
terus menjadi permasalahan pada budi daya pertanian yang perlu mendapat
perhatian terutama bagi petani.
Tumbuhan pengganggu
didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya, tumbuhan yang
tidak dikehendaki atau tumbuhan yang dapat merugikan karena tumbuhan ini akan
menjadi saingan utama bagi tanaman yang dibudidayakan (tan aman pokok).
Tumbuhan pengganggu juga dapat menjadi inang bagi hama tertentu (serangga) dan
penyakit yang dapat merusak dan merugikan tanaman. Pada kondisi tertentu tumbuhan
pengganggu juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dan pada
kondisi yang ekstrim gulma dapat menjadi racun bagi konsumen (Kasasian, 1971;
van Rijn, 2000).
Pertanyaan yang sering
muncul, apakah semua jenis tumbuhan dikatakan sebagai gulma? Tumbuhan disebut
gulma, adalah tergantung di mana tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang.
Tumbuhan dikatakan gulma, apabila tumbuhan tersebut tumbuh di antara tanaman
budi daya, tumbuh pada sistem pengairan (saluran irigasiatau drainase) atau tempat-tempat
lainnya di mana kehadirannya tidak dikehendaki dan dapat menimbulkan kerugian.
Tumbuhan yang tumbuh pada suatu kawasan yang merupakan vegetasi dari suatu
lingkungan tertentu tidak dapat dikatakan sebagai gulma (tumbuhan pengganggu).
Gulma juga merupakan
salah satu faktor pembatas yang mengganggu pertumbuhan tanaman dalam proses
produksi karena gulma memiliki daya kompetisi yang lebih baik dibanding dengan
tanaman budi daya. Kompetisi antara gulma terhadap tanaman budi daya dapat
terjadi kapan saja, dan hal tersebut dapat berlangsung pad a berbagaitempat dan
musim karena gulma memiliki daya adaptasi yang sangat baik dan luas pada
berbagai kondisi (Kasasian, 1971). Akibat terjadinya persaingan ini dapat
menimbulkan kerugian bagi tanaman budi daya disebabkan karena sebagian
unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanah yang dibutuhkan tanaman budi daya
diserap oleh gulma sehingga tanaman kekurangan unsur hara dan menyebabkan
menurunnya produktivitas tanaman.
Semua tumbuhan baik
gulma maupun tanaman budi daya memerlukan cahaya, air, unsur hara, dan karbon
dioksida (C02) serta ruang/tempat tumbuh (space) untuk mendukung
pertumbuhannya. Dalam sistem produksi di mana gulma hadir dan tumbuh di antara
tanaman pokok, maka ke dua-duanya baik tanaman maupun gulma akanberkompetisi
terhadap keperluan air, unsur hara dan sinar matahari serta ruang/tempat
tumbuh. Dilain pihak, bahan esensial (un sur hara) yang diperlukan oleh tanaman
untuk mendukung pertumbuhannya jumlahnya terbatas di dalam tanah (Ridenour at al.,
1978: Ross dan Lembi, 1985).
Adanya persaingan
(competition) antara tanaman pokok dan gulma, dilain pihak karena gulma umumnya
memiliki daya saing yang lebih tinggi maka sebagian unsur-unsur hara yang
tersedia di dalam tanah akan diserap oleh gulma. Akibatnya, unsur-unsur hara
tersebut tidak tersedia bagi tanaman, atau kalaupun tersedia unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman jumlahnya tidak optimal/ terbatas atau tidak sesuai
dengan kebutuhan tanaman (Stoskopf, 1981). Tanaman yang kekurangan unsur-unsur
hara mengakibatkan kekuatan (vigoritas) dan produktivitasnya menurun secara
drastis. Pada berbagai kondisi, kekurangan unsur hara terutama N, P, dan K pada
tanaman sering terjadi, dan hal ini akan lebih nyata apabila gulma tumbuh tak
terkendali.
2.2 PERMASALAHAN
GULMA
Sebagaimana
definisi tumbuhan pengganggu (gulma) ini, maka kehadiran gulma baik di area
pertanaman tanaman budidaya maupun di berbagai temp at akan menimbulkan masalah
dan dampak. Permasalahan dan dampak yang ditimbulkan oleh gulma pada suatu
kawasan dapat bersifat teknis dan dilihat dari aspek sosial yang semuanya
memerlukan penanganan, akhimya memerlukan biaya yang besar. Dari aspek
estetika, kehadiran gulma pada suatu kawasan dapat mengurangi keindahan
lingkungan sehingga memerlukan biaya untuk menciptakan lingkungan yang indah
dan asri.
Secara teknis
kehadiran gulma di area tanaman budi daya, dan tumbuh secara bersama-sama
dengan tanaman pokok akan menjadi saingan utama terutama dalam hal keperluan
unsur hara. Oleh karena itu, gulma perlu dikelola sedemikian rupa agar
pemberian pupuk (nutrisi) yang dilakukan tidak sia-sia. Artinya, apabila
pertumbuhan gulma di area budi daya dikendalikan secara baik, unsur-unsur hara
maka (N, P, dan K) yang diberikan ke dalam tanah bentuk pupuk dapat dimanfaatkan
atau diserap oleh tanaman secara maksimal untuk mendukung pertumbuhannya.
Sebaliknya apabila gulma tumbuh tidak terkendali, maka sebagian besar unsur-un
sur hara akan diserap oleh gulma karena umumnya gulma memiliki daya saing yang
lebih tinggi dibanding tanaman budi daya (Ross dan Lembi, 1985).
Secara sosial ekonomi
kehadiran gulma di area pertanaman akan menambah biaya produksi. Gulma yang
tumbuh di area pertanaman harus dibersihkan/dikendalikan agar tidak menjadi
saingan bagi tanaman pokok dan merugikan. Berkaitan dengan tindakan yang akan
dilakukan misalnya penyiangan gulma, maka untuk kegiatan ini membutuhkan tenaga
kerja yang banyak. Akibatnya, biaya produksi persatuan luas menjadi tinggi dan
efisiensi usaha tani menjadi rendah.
Tumbuh-tumbuhan (termasuk
gulma) merupakan bagian dari ekosistem suatu lingkungan, dimana gulma merupakan
bagian darivegetasi yang tumbuh dan berkembang serta dapat menciptakan
keseimbangan lingkungan. Lahan yang gundul tanpa vegetasi (tumbuhan) akan
mendorong terjadinya erosi sehingga akan mempercepat lajunya degradasi lahan
terutama pada lahan-Iahan yang berlereng (biasanya terjadi pada lahan kering).
Dari pengertian ini, maka tumbuhan baik yang termasuk gulma maupun yang bukan
gulma merupakan tumbuhan yang memberi manfaat (sebagai penutup tanah) dalam
upaya konservasi tanah dan air, sumber daya alam lainnya seperti kelompok
serangga seperti predator dan parasitoid.
Ada istilah gulma
jahat (noxious weed) ialah sejenis gulma yang ditandai dengan pertumbuhan
vegetatifyang sangat cepat, berproduksi lebih awal dan lebih efisien, mampu
beradaptasi pada kondisi ekstrim serta mempunyai sifat dormansi dan dapat
menurunkan hasil tanaman secara nyata meskipun populasinya rendah (Mercado,
1979). Gulma seperti ini perlu mendapat perhatian lebih serius, dan apabila
ditemukan pada lahan usaha tani segera dibasmi dan siklus hidupnya diputus
supaya perkembangannya lebih terkendali. Biasanya gulma jahat muncul pada suatu
kawasan karena terbawa tanpa sengaja, misalnya petani membawa benih tanaman
yang di dalamnya terdapat benih gulma jahat yang dimaksud. Atau benih gulma
jahat tersebut terbawa oleh binatang yang menempel pada bulunya atau melalui
kotorannya.
Identifikasi gulma
perlu dilakukan untuk mengetahui jenis dan spesies gulma yang tumbuh dan
berkembang pada suatu kawasan atau lahan usaha tani. Teridentifikasinya spesies
gulma pada suatu kawasan secara baik, maka akan memudahkan petani untuk
menyikapi dan menentukan strategi pengelolaan gulma serta upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhannya. Terkelolanya gulma dengan baik,
maka kehadiran gulma tidak lagi menimbulkan masalah dan kerugian secara
ekonomis.
Adanya kerugian yang
diakibatkan karena kehadiran gulma, baik kerugian karena menurunnya produksi
tanaman maupun kerugian karena semakin besamya biaya produksi, maka gulma harus
dipandang sebagai hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian di dalam
sistem produksi. Oleh karena itu, perlu pengelolaan gulma yang dilakukan secara
baik dan tepat agar kehadirannya tidak merugikan akan tetapi merupakan bagian
dari ekosistem yang berfungsi menjaga sistem kehidupan untuk menciptakan
keseimbangan lingkungan yang memberikan manfaat pada sistem produksi. Dikatakan
demikian, karena tidak selamanya gulma merugikan tetapi pada kondisi tertentu
gulma dapat bermanfaat dan mendukung sistem produksi.
Perlu diketahui bahwa
masalah gulma tidak pernah hilang dari sistem produksi pertanian. Mengapa
demikian, disebabkan pertanian berkaitan dengan peradaban manusia yakni selama
manusia masih memerlukan makanan dari hasil pertanian maka masalah gulma tetap
ada, karena gulma merupakan bagian dari sistem pertanian itu sendiri. Oleh
karena itu, petani harus tetap berjuang dan tidak bosan-bosannya untuk
memerangi gulma di lahan pertaniannya. Setidak-tidaknya, kehadiran gulma
diupayakan tidak merugikan secara ekonomis melainkan kehadirannya di area tanam
adalah semata-mata untuk menciptakan keseimbangan lingkungan yang memberikan
manfaat pada sistem produksi pertanian.
Kerugian-kerugian atau
dampak negatif yang dapat terjadi sebagai akibat kehadiran dan investasi gulma
diberbagai tempat, di antaranya adalah:
1.
Kerusakan
iingkungan akibat invasi gulma terutama jenis gulma asing yang terbawa tanpa
sengaja. Benih gulma yang terbawa tanpa sengaja dari daerah lain ke suatu
daerah, kemudian tumbuh dan berkembang pesat yang akhirnya gulma tersebut
menjadi masalah,
2.
Gulma
seringkali tumbuh dan menutupi jaringan irigasi sehingga mengganggu sistem
pengairan, dan secara periodikjaringan irigasi yang tertutupi oleh gulma harus
dibersihkan sehingga memerlukan biaya yang besar,
3.
Reklamasi
lahan rawa pasang surut oleh Kementerian Pekerjaan Umum telah dibangun
saluran-saluran baik saluran primeir, sekunder dan tersier. Dalam periode waktu
tertentu saluran-saluran tersebut ditutupi/ditumbuhi gulma sehingga menghambat
aliran arus air pasang surut. Untuk menormalisasi fungsi saluran-saluran
diperlukan biaya sang at besar,
4.
Pada
saluran primeir atau sungai-sungai kecil yang difungsikan sebagai jaringan
navigasi. Kehadiran dan penutupan gulma yang rapat mengakibatkan sistem
transportasi air pada saluran primeir atau sungai kecil terse but terhambat dan
fungsi sistem drainase terganggu,
5.
Saluran-saluran
tersier dan saluran skala mikro pada sistem tata air mikro di lahan rawa pasang
surut karena investasi dan penutupan gulma, mengakibatkan saluran tata air
mikro tidak berfungsi dengan baik,
6.
Pada
sarana transportasi darat yakni jalan-jalan (pinggiran/tepi jalan) menjadi
rusak karena ditumbuhi oleh gulma. Penetrasi akarakar gulma merusak badan jalan
dan penutupannya pada bagian tepijalan sehingga memerlukan biaya untuk
membersihkan.
Selain kerugian, kehadiran dan investasi gulma pada
suatu kawasan dapat memberikan manfaat atau keuntungan bagi kehidupan manusia.
Ada banyak spesies gulma yang dapat dijadikan sebagai bahanbaku obat-obat
tradisional seperti jamu, bahan baku biopestisida, bahan baku industri rumah
tangga, juga bermanfaat bagi sistem dari suatu lingkungan (ekologi). Manfaat
gulma akan dikemukakan pada bab tersendiri.
Informasi tentang tumbuhan pengganggu (gulma) yang
dijumpai di kawasan lahan rawa pasang surut masih sedikit, sehingga hal
tersebut diperlukan dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi pada
konsep pengendalian gulma. Hasil-hasil penelitian, yakni meliputi keragaman
spesies dan dominasi gulma, inovasi teknologi cara pengendalian gulma, peranan
dan manfaat gulma dalam sistem produksi serta sistem perekonomian masyarakat
menjadi meteri pokok yang akan dikemukakan pada bab-bab selanjutnya.
Secara umum program pembangunan pertanian tanaman
pangan, masalah gulma sering diabaikan meskipun gulma menjadi salah satu faktor
pembatas dalam sistem produksi dan menyebabkan penurunan hasil. Salah satu
contoh, ada program pengendalian hama terpadu (PHT), program Sekolah Lapang
(SL-PHT) terstruktur dan didanai melalui APBN, akan tetapi pengendalian gulma
tidak pernah diprogramkan secara terstruktur dan mendapat pendanaan. Masalah
hama hanya menyebabkan kehilangan hasil karena terjadi serangan hama (gangguan
dari luar), dan hal tersebut dipandang sebagai masalah yang sangat krusial.
Sebaliknya masalah gulma, sematamata dianggap sebagai masalah petani meskipun
penurunan hasil padi disebabkan persaingan gulma sangat besar yakni mencapai
50% bahkan dapat mencapai 72,4% (Simatupang, 2007a).
Kalau ditelisik pada sistem produksi secara
kronologis: (1) area tanam yang bersih dari gulma, maka kebutuhan unsur hara
terpenuhi secara optimal, tanaman budi daya tumbuh sehat, vigoritas tanaman
tinggi, produktivitas dan hasil tanaman meningkat, (2) sebaliknya area tanam
yang tidak bersih dari gulma, tanaman akan kekurangan unsur hara, efisiensi
pemupukan menjadi rendah, pertumbuhan tanaman tidak optimal, produktivitasnya
menurun sehingga hasilnya rendah. Persoalannya ialah bagaimana kita
menyikapinya; apakah masalah gulma tersebut cukup dipandang dengan sebelah mata
saja, atau permasalahan gulma hanya sebatas dalam pembicaraan saja dan tidak
ditindaklanjuti secara terstruktur, atau masalah gulma dipandang sebagai
masalah milik petani dan pemecahannya diserahkan kepada petani saja? Pada
banyak keadaan, gulma belum dipandang secara serius dan diangap sebagai bagian
dari sistem pertanian itu sendiri. Padahal, gulma dapat menyebabkan penurunan
hasil tanaman yang signifikan dan kerugian besar.
Ke depan, masalah gulma dalam sistem produksi pangan
baik tanaman padi maupun komoditas pertanian lainnya hendaknya jangan dipandang
sebagai masalah milik petani atau bagian dari sistem pertanian. Biasanya
masalah gulma pada program pengembangan usaha tani padi selalu dibicarakan,
tetapi sebatas hanya sebagai komponen teknologi. Terkait dengan masalah
pendanaan, penanganan dan aksinya menjadi tanggung jawab dan diserahkan kepada
petani. Oleh karena itu, sebagai saran kepada instansi terkait dalam hal ini
Kementerian Pertanian sebaiknya dibuat program pengendalian gulma secara
terstruktur seperti program SL-PHT yang mendapat pendanaan dari APBN. Program
yang dimaksud adalah prorgam SLPGT (Sekolah Lapang-Pengendalian Gulma Terpadu).
Perlu dipahami tentang masalah kehilangan hasil
tanaman akibat gangguan OPT. Kehilangan hasil tanaman bisa terjadi disebabkan
dua penyebab, antara lain:
a.
Kehilangan
hasil tanaman disebabkan karena terjadinya persaingan antara tanaman dengan
gulma terhadap keperluan un sur hara terutama N, P dan K, akibatnya tanaman
tumbuh tidak optimal dan produktivitas tanaman menurun sehingga hasil yang
didapat tidak sesuai dengan potensi hasilnya,
b.
Kehilangan
hasil disebabkan karena gangguan atau serangan hama dan penyakit tanaman.
Sesungguhnya hasil tanaman tinggi, namun karena mendapat serangan hama maka
hasil yang didapat berkurang, bukan disebabkan karena potensi hasil tanamannya
yang menurun.
Ke dua penyebab
kehilangan hasil tanaman tersebut kalau dicermati prosesnya sangat berbeda,
oleh karena itu, cara pemecahannya untuk mencegah agar tidak terjadi kehilangan
hasil tanaman juga berbeda. Persaingan gulma menyebabkan tanaman budi daya
kekurangan unsur hara dan pertumbuhannya tidak optimal sehingga
produktivitasnya menurun dari potensi hasil tanaman yang sesungguhnya. Ini
terjadi disebabkan proses fisiologis tanaman berlangsung tidak normal karena
unsur-unsur hara sebagai nutrisi yang diperlukan tidak dipenuhi secara optimal,
akibatnya produktivitasnya menurun drastis. Kehilangan hasil karena gangguan
hama bukan disebabkan proses fisiologis tanaman yang terganggu, sebenarnya
potensi hasilnya tetap tinggi tetapi karena diserang hama maka hasil yang
didapat menjadi berkurang.
2.3 PERMASALAHAN GULMA DI INDONESIA
Indonesia adalah
negara agraris, yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Padi (Oryza sativa) adalah salah satu jenis tanaman pokok yang
dibudidayakan di Indonesia, karena padi merupakan bahan makanan yang
menghasilkan beras. Negara penghasil beras terbesar didunia salah satunya
adalah Indonesia, dengan jumlah produksi padi mencapai 75.551.000 ton gabah
kering (Badan Pusat Statistik, 2016). Sedangkan pada kabupaten Sukoharjo jumlah
produksi padi mencapai 374.535 ton gabah kering (Badan Pusat Statistik, 2016).
Untuk menghasilkan beras dengan baik, maka dibutuhkan sejumlah perawatan, mulai
dari masa tanam hingga masa siap panen, salah satunya adalah pengendalian hama.
Adalah tanaman atau hewan yang dapat berpotensi menghambat atau merusak tanaman
padi salah satunya adalah hama gulma, merupakan rumput dan tanaman lain yang
tidak di kehendaki keberadaaanya, karena dapat mengganggu perkembangan tanaman
pokok (Pane, 1999). Penurunan produksi pangan khususnya padi akibat gulma masih
tinggi yakni berkisar antara 6 – 87%. Data yang lebih rinci penurunan produksi
padi secara nasional sebagai akibat gangguan gulma mencapai 15 – 42% untuk padi
sawah dan padi gogo 47-87 % (Widyawati, 2017)
Gulma
dapat bersaing memperebutkan unsur hara dengan tanaman, selama awal pembetukan,
gulma menghasilkan 20-3 persen pertumbuhanya sedangkan tanaman 2-3 persen
pertumbuhanya (Tayade, 2016). Persiapan lahan yang cermat, termasuk genangan
air efektif dalam membunuh tanaman gulma (Shibayama, 1991). Pemupukan kadang
tidak dapat menaikan hasil produksi padi, karena pupuk nitrogen lebih banyak
terserap oleh gulma dibanding 2 tanaman padi. (Subiyakto, 1991). Maka
diperlukan adanya pengendalian gulma agar tidak menimbulkan kerugian yang besar
akibat jenis hama ini. salah satu bentuk pengendalian adalah penyiangan,
merupakan kegiatan Pencabutan gulma. (Andoko, 2002). Penyiangan dapat dilakukan
saat padi berumur 2-3 Minggu, penyiangan dilakukan pada kondisi air yang cukup
dengan ketinggian air sekitar 2-3 cm (Pramana, 2009). Selain itu pemberantasan
gulma dapat dilakukan dengan cara dengan tangan, menggunakan herbisida, ataupun
menggunakan alat. Pengendalian gulma menggunakan herbisida memiliki kelemahan
yaitu pencemaran lingkungan (Yoon et al., 2013) sedangkan penyiangan
menggunakan alat yang sering digunakan adalah, alat gasrok (sorok), landak,
ataupun alat lainya dan diterapkan apabila areal padi ditanam dalam barisan
teratur dan lurus (Sigit, 1999). Sedangkan penggunaan herbisida juga masih
belum seratus persen efektif dan dapat memberikan dampak yang kurang baik
terhadap lingkungan. Penyiangan secara manual, yaitu dengan cwara mencabuti
tumbuhan pengganggu menggunakan tangan atau alat, merupakan cara pemberantasan
yang umum, akan tetapi cara ini memerlukan curahan tenaga yang besar dan banyak
memakan waktu(Pithantomo, 2007). Alat penyiang gulma sederhana yang terdapat di
kelompok tani Makmur yang berlokasi di Dukuh Panggilan kelurahan Baran, adalah
alat gasrok yang terbuat dari kayu atau besi serta cakar penyiang yang
berfungsi untuk mencabut gulma. Pengoprasian alat ini, dengan cara di dorong
yang bertujuan untuk membalikkan tanah sehingga akar akar tanaman padi dapat
terangsang tumbuh, kemudian di tarik yang bertujuan untuk menarik gulma yang
tumbuh disekitaran padi melalui tangkai pendorong. Untuk menyelesaikan lahan 1
ha, dibutuhkan waktu sekitar 3 hari, serta tenaga kerja sebanyak 3 orang.
Penyiangan secara manual memerlukan tenaga kerja. Banyak daerah telah mengalami
kesulitan mendapatkan tenaga kerja pertanian, karena terjadinya pergeseran
tenaga kerja ke sektor jasa dan industri (Zubaidi, 2012). Karena semakin
sulitnya mendapatkan tenaga kerja, hal itu berdampak pada kenaikan biaya upah
tenaga kerja. Gulma dapat bersaing memperebutkan unsur hara dengan tanaman, selama
awal pembetukan, gulma menghasilkan 20-3 persen pertumbuhanya sedangkan tanaman
2-3 persen pertumbuhanya (Tayade, 2016). Persiapan lahan yang cermat, termasuk
genangan air efektif dalam membunuh tanaman gulma (Shibayama, 1991). Pemupukan
kadang tidak dapat menaikan hasil produksi padi, karena pupuk nitrogen lebih
banyak terserap oleh gulma dibanding 2 tanaman padi. (Subiyakto, 1991). Maka
diperlukan adanya pengendalian gulma agar tidak menimbulkan kerugian yang besar
akibat jenis hama ini. salah satu bentuk pengendalian adalah penyiangan,
merupakan kegiatan Pencabutan gulma. (Andoko, 2002). Penyiangan dapat dilakukan
saat padi berumur 2-3 Minggu, penyiangan dilakukan pada kondisi air yang cukup
dengan ketinggian air sekitar 2-3 cm (Pramana, 2009). Selain itu pemberantasan
gulma dapat dilakukan dengan cara dengan tangan, menggunakan herbisida, ataupun
menggunakan alat. Pengendalian gulma menggunakan herbisida memiliki kelemahan
yaitu pencemaran lingkungan (Yoon et al., 2013) sedangkan penyiangan menggunakan
alat yang sering digunakan adalah, alat gasrok (sorok), landak, ataupun alat
lainya dan diterapkan apabila areal padi ditanam dalam barisan teratur dan
lurus (Sigit, 1999). Sedangkan penggunaan herbisida juga masih belum seratus
persen efektif dan dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap
lingkungan. Penyiangan secara manual, yaitu dengan cwara mencabuti tumbuhan
pengganggu menggunakan tangan atau alat, merupakan cara pemberantasan yang
umum, akan tetapi cara ini memerlukan curahan tenaga yang besar dan banyak
memakan waktu(Pithantomo, 2007). Alat penyiang gulma sederhana yang terdapat di
kelompok tani Makmur yang berlokasi di Dukuh Panggilan kelurahan Baran, adalah
alat gasrok yang terbuat dari kayu atau besi serta cakar penyiang yang berfungsi
untuk mencabut gulma. Pengoprasian alat ini, dengan cara di dorong yang
bertujuan untuk membalikkan tanah sehingga akar akar tanaman padi dapat
terangsang tumbuh, kemudian di tarik yang bertujuan untuk menarik gulma yang
tumbuh disekitaran padi melalui tangkai pendorong. Untuk menyelesaikan lahan 1
ha, dibutuhkan waktu sekitar 3 hari, serta tenaga kerja sebanyak 3 orang.
Penyiangan secara manual memerlukan tenaga kerja. Banyak daerah telah mengalami
kesulitan mendapatkan tenaga kerja pertanian, karena terjadinya pergeseran
tenaga kerja ke sektor jasa dan industri (Zubaidi, 2012). Karena semakin
sulitnya mendapatkan tenaga kerja, hal itu berdampak pada kenaikan biaya upah
tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ada istilah gulma
jahat (noxious weed) ialah sejenis gulma yang ditandai dengan pertumbuhan
vegetatifyang sangat cepat, berproduksi lebih awal dan lebih efisien, mampu
beradaptasi pada kondisi ekstrim serta mempunyai sifat dormansi dan dapat
menurunkan hasil tanaman secara nyata meskipun populasinya rendah (Mercado,
1979). Gulma seperti ini perlu mendapat perhatian lebih serius, dan apabila
ditemukan pada lahan usaha tani segera dibasmi dan siklus hidupnya diputus
supaya perkembangannya lebih terkendali. Biasanya gulma jahat muncul pada suatu
kawasan karena terbawa tanpa sengaja, misalnya petani membawa benih tanaman
yang di dalamnya terdapat benih gulma jahat yang dimaksud. Atau benih gulma
jahat tersebut terbawa oleh binatang yang menempel pada bulunya atau melalui
kotorannya.
Identifikasi gulma
perlu dilakukan untuk mengetahui jenis dan spesies gulma yang tumbuh dan
berkembang pada suatu kawasan atau lahan usaha tani. Teridentifikasinya spesies
gulma pada suatu kawasan secara baik, maka akan memudahkan petani untuk
menyikapi dan menentukan strategi pengelolaan gulma serta upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhannya. Terkelolanya gulma dengan baik,
maka kehadiran gulma tidak lagi menimbulkan masalah dan kerugian secara
ekonomis.
No comments:
Post a Comment