Saturday, 15 January 2022

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK PADA KEHAMILAN

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

1.1    Tinjauan Teori Medis.................................................................................. 1

1.      Kehamilan.................................................................................................. 1

2.      Anemia...................................................................................................... 7

1.2  Tinjauan Teoritis Asuhan Kebidanan ........................................................ 19

1.      Pengertian................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24

 


TINJAUAN TEORITIS MEDIS

 

1.1  Tinjauan Teoritis Medis

1.      Kehamilan

a.       Pengertian

Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional (Saifuddin, dkk, 2016).

Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologik yang terkait dengan proses kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu status kesehatan ibu ataupun bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan dan persalinan (Saifuddin, dkk, 2016).

b.      Perubahan Adaptasi Fisiologi Kehamilan

Perubahan fisiologi pada ibu hamil adalah:

1)      Rahim atau uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

a)      Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus.

b)      Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat

c)      Pada usia kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.

d)     Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul.

2)      Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.

3)      Ovarium

Dengan  terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu.

4)      Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibitting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron terhadap laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul.

5)      Traktus urinarus

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.

6)      Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI (Manuaba, dkk, 2014).

c.       Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas, ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa lain, dan wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan (Walyani, 2016).

d.      Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T (Walyani, 2016) yakni:

1)      Timbang berat badan tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran  <145 cm. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5-16 kg.

2)      Tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg.

3)      Pengukuran tinggi fundus uteri Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).

Tabel 2.1

Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan

No

Tinggi Fundus Uteri

Usia Kehamilan

1

12 cm

12

2

16 cm

16

3

20 cm

20

4

24 cm

24

5

28 cm

28

6

32 cm

32

7

36 cm

36

8

40 cm

40

    Sumber: Walyani, 2016.

4)      Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.

5)      Pemberian imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan.

 

Tabel 2.2

Pemberian imunisasi TT

 

Imunisasi

Interval

%

Perlindungan

Masa Perlindungan

TT 1

Pada kunjungan ANC pertama

0 %

Tidak ada

TT 2

4 minggu setelah TT 1

80 %

3 tahun

TT 3

6 bulan setelah TT 2

95 %

5 tahun

TT 4

1 tahun setelah TT 3

99 %

10 tahun

TT 5

1 tahun setelah TT 4

99 %

25 tahun/seumur hidup

    Sumber : Asrinah, dkk, 2017.

6)      Pemeriksaan HB

Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan HB adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.

7)      Pemeriksaan protein urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi

8)      Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL/PMS

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory untuk mengetahui adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilish.

9)      Pemeriksaan urine reduksin

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit gula/ DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan suami.

10)  Perawatan Payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil

11)  Senam ibu hamil

Bermanfaat untuk menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses mekanisme persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi sesak nafas, serta memperoleh cara melakukan kontraksi dan relaksasi yang sempurna

12)  Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.

13)  Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak menggandung unsure yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondong dan kretin yang ditandai dengan:

a)      Gangguan fungsi mental

b)      Gangguan fungsi pendengaran

c)      Gangguan kadar hormone yang rendah

14)  Temu wicara

a)      Defenisi Konseling

Merupakan suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenali dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.

b)      Prinsip-prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu:

-          Keterbukaan

-          Empati

-          Dukungan

-          Sikap dan respon positif

-          Setingkat atau sama derajat

c)      Tujuan konseling pada antenatal care

-          Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.

-          Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.

2.      Anemia

a.       Pengertian Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/HB) dibawah nilai normal.

Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (Proverawati, 2011).

Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin di bawah11g%. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb kurang dari 11g% pada akhir trimester pertama dan <10g% pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Pada ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11g% pada trimester pertama dan 10,05g/pada trimester kedua dan ketiga (Sarwono, 2014).

b.      Klasifikasi anemia 

1)      Klasifikasi berdasarkan penyebabnya

a)      Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh(depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritroepoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang(Made Bakta,2006).

Pada kehamilan kehilangan zar besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi.

Kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam sel darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kebutuhan zat besi meningkat secara linier sesuai dengan umur kehamilan. Walaupun penambahan masa eritrosit berhenti pada 5-10 minggu terakhir dari kehamilan, akan tetapi pada trimester ketiga eritropoiesis janin meningkat dan terjadi akumulasi besi plasenta. Jumlah rata-rata kehamilan sebanyak 840 mg. Sekitar 350 mg besi ditransfer ke janin dan plasenta, 250 mg hilang dalam darah selama  pengiriman dan 250 mg hilang melalui sel basal. Diperlukan tambahan zat besi sekitar 450 mg yang digunakan untuk ekspansi massa eritrosit maternal dan mengkontribusi penurunan besi cadangan dari penyimpanan besi selama gestasi(Tarwoto dan Wasnidar, 2016).

b)      Anemia Akibat Perdarahan Akut

Sering terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi sumber perdarahan serius. Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa(Sarwono:2005).

Perdarahan yang masih memerlukan penggantian yang segera dengan darah lengkap dalam jumlah yang cukup untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi organ-organ penting secara memadai, setelah hipovelemia teratasi dan tindakan hemostasis sudah tercapai, maka anemia yang masih tersisa harus diobati dengan pemberian zat besi(Taufan Nugroho, 2012). 

c)      Anemia pada penyakit kronik

Penyakit kronik seringkali disertai dengan anemia, namun tidak semua anemia pada penyakit kronik dapat digolongkan sebagai anemia akibat penyakit kronik.

Anemia akibat penyakit kronik adalah anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang khas ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya hipoferemia sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi sumsum tulang masih cukup(Made Bakta, 2006).

Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia beberapa diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus, infeksi tuberculosis, endokarditis dan infeksi virus imunodefisiensi manusia(HIV).

d)     Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Anemia megaloblast disebabkan oleh gangguan pembentukan DNA pada inti eritroblast, terutama akibat defisiensi Vitamin B12 dan asam folat. Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan semasa dalam sum-sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis tidak efektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan leukopenia, trombositopenia dan gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi(Tarwoto dan Wasnidar, 2013:48).

Anemia megaloblastik disebabkan oleh terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat, dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan khusus vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Penyebab dari kekurangan kedua bahan ini pada wanita hamil karena faktor nutrisi, karena cadangan asam folat tubuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan cadangan Vitamin B12 (Made Bakta, 2006).

e)      Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah  yang lebih cepat dari proses pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler yang dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobinopati C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria serta faktor ekstrakorpuskuler disebakan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan.  Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.

f)       Klasifikasi berdasarkan kadar hemoglobin darah

Kriteria anemia menurut WHO

-          Laki-laki dewasa  : Hemoglobin 13g%

-          Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin 12g%

-          Wanita hamil   : Hemoglobin 11g%

-          Anak umur 6-14 tahun : Hemoglobin 12g%

-          Anak umur 6 bulan -6 tahun : Hemoglobin 11g%

Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO

-          Ringan sekali   : Hb 10g%-batas normal

-          Ringan    : Hb 8g%-9,9g%

-          Sedang    : Hb 6g%-7,9g%

-          Berat    : Hb <6g%

Derajat anemia menurut manuaba

-          Tidak anemia    : Hb 11g%

-          Anemia ringan   : Hb 9-10g%

-          Anemia sedang   : Hb 7-8g%

-          Anemia berat   : Hb <7g5

c.       Tanda dan Gejala Anemia

1)      Merasa lelah dan sering mengantuk oleh karena rendahnya Hb dan kurangnya oksigen, sehingga kurang transport untuk metabolisme dalam tubuh.

2)      Merasa pusing dan lemah (dizness dan weaknes) oleh kurangnya oksigen dan energi menyebabkan ibu meras lemah dan capek

3)      Mengeluh sakit kepala

4)      Merasa tidak enak badan (malaise) dan nafas pendek karema menurunnya suplay darah

5)      Perubahan mood dan kebiasaan tidur

6)      Mengeluh lidah mudah luka (lecet)

7)      Pucat pada membrane mukosa dan konjungtiva

8)      Kulit pucat

9)      Pucat pada kuku jari

10)  Muka ikterik

11)  Takipnea, dispnea saat beraktivitas.

12)  nafsu makan kurang perubahan dalam kesukaan makanan

13)  kebiasaan akan makanan yang aneh-aneh atau mengidam (pica) (Proverawti, 2011).

d.      Etiologi Anemia

Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusi (kebutuhan fisiologis), dan kehilangan banyak darah saat menstruasi.

1)      Asupan Fe yang tidak memadai

Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi oleh konsumsi makanan sumber Fe (daging sapi, ayam, ikan, telur, dll), tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Yang membentuk 90% Fe dari makanan non daging (termasuk biji-bijian, sayuran, buah, telur) tidak mudah diserap tubuh.

2)      Peningkatan kebutuhan fisiologi

Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. 

3)      Kehilangan banyak darah 

Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah. Pada wanita kehilangan darah terjadi melalui menstruasi dan wanita hamil mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan.  Perdarahan patologi akibat penyakit/infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan berhubungan positif terhadap anemia. Perdarahan gastroitestinal oleh adanya luka di saluran gastrointestinal (gastritis, tukak lambung, kanker kolon dan polip pada kolon). Ibu hamil yang mengalami anemia dengan perdarahan gastrointestina umumnya akan mengalami anemia sedang namun cukup besar proporsi untuk mengalami anemia berat. Direkomendasikan wanita hamil yang terinfeksi parasit usus dan cacingan untuk meakukan skrinning rutin (Kefiyaew, 2014).

 

e.       Patofisiologi Anemia

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan akan zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%. Sel darah 18%, dan haemoglobin 19%. 

Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.

Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu ( Tarwoto dan Wasnidar, 2013)

f.       Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anmnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

1)      Hb 11g%  : tidak anemia

2)      Hb 9-10g% : anemia ringan

3)      Hb 7-8gr% : anemia sedang

4)      Hb<7g%  : anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas(Manuaba, 2011).

1)      Anemia ringan 

Anemia ringan dengan kadar Hb 9-10gr%, ibu hamil dengan anemia ringan produktifitas kerjanya akan menurun tai ibu hamil dengan kondisi ini bisa melewati kehamian dan persalinan tapna akibat atau komplikasi apapun.

 

2)      Anemia sedang

Anemia sedang dengan kadar Hb 7-8gr%,  Ibu hamli dengan anemia sedang memiiki pengurangan substansia dalam kapasitas kerja.  Ibu hamil dengan anemia sedang akan mengalami lebih rentan terhadap infeksi dan pemulihan dari infeksi akan berkepanjangan, kelahiran premature , bayi lahir dengan berat lahir rendah, kematian ibu akibat antepartum dan perdarahan post partum.

3)      Anemia berat

Anemia berat dengan kadar Hb <7gr% Tiga stadium anemia berat yang berbeda Telah diakui - kompensasi, Dekompensasi, dan yang terkait dengan Kegagalan peredaran darah Jantung Dekompensasi biasanya terjadi ketika Hb Jatuh di bawah 5,0 g/dl. Curah jantung dibesarkan bahkan saat istirahat, volume stroke menjadi ebih besar dan detak jantung meningkat. Palpitasi dan sesak bahkan saat istirahat merupakan gejala dari perubahan ini. Ini Mekanisme kompensasi tidak memadai untuk mengatasi penurunan Hblevels. Oksigen kurang berakibat anaerob metabolisme dan akumulasi asam laktat yang akhirnya terjadi peredaran darah membatasi hasil kerja. Jika tidak diobati, Ini menyebabkan edema paru dan kematian.

Bila Hb <5 g / dl dan sel yang dikemas Volume (PCV) di bawah 14 [12]. Kehilangan darah Bahkan 200 ml di tahap ketiga menghasilkan Shock dan kematian pada wanita ini. Bahkan hari ini perempuan di daerah pedesaan terpencil di Indonesia, India sampai di rumah sakit hanya pada saat ini Dekompensasi panggung Data yang tersedia dari India menunjukkan bahwa angka morbiditas ibu  lebih tinggi pada wanita dengan Hb di bawah  8.0 g / dl. tingkat kematian ibu menunjukkan kenaikan tajam saat tingkat hb ibu Jatuh di bawah 5,0 g / dl. Anemia langsung menyebabkan 20 persen kematian ibu di India dan Secara tidak langsung menyumbang 20 lainnya Persen kematian ibu (Shaikh sabina dkk, 2015).

g.      Pengaruh  Anemia pada kehamilan dan janin

1)      Bahaya selama kehamilan

Tumbuh kembang janin terlambat dengan berbagai manifestasi kliniknya,dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas,  mudah terjadi infeksi, molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

2)      Bahaya terhadap persalinan

Gangguan His, kala satu da pat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering melakukan tindakan opersai kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.

3)      Pada post partum

Terjadi subinvolusio uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran Asi berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas.

4)      Bahaya terhadap janin

Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus terjadi kematian intra uterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, Intelegensia rendah (Manuaba, 2011). 

h.      Pencegahan dan penanganan Anemia

1)      Pencegahan anemia

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mecegah terjadinya anemia jika sedang hamil atau mencoba hamil. Makan-makananan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27mg zat besi setiap hari. Selama kehamilan ibu hamil juga mengkonsumsi suplemen zat besi.

Biasanya anemia bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besinya seperti buncis, daging, dan ubi rambat,kuning telur, ikan segar dan sayuran yang berwarna hijau dan makanan yang tinggi vitamin C-nya, seperti buah buahan yang mengandung zat besi.

2)      Penanganan anemia

NICE guidelines merekomendasikan agar wanita diskrining terhadap anemia saat melakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 28 minggu. Semua wanita harus diberi nasehat mengenai pola makan di kehamilan dengan rincian makanan kaya zat besi. Ini harus didukung dengan informasi tertulis karena perubahan diet saja tidak. Cukup untuk memperbaiki defisiensi besi yang keluar pada kehamilan dan suplemen zat besi sangat diperlukan pada kehamilan (shaikh sabina, 2015)

a)      Anemia Ringan

Dengan kadar Hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari, zat besi dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari 

 

 

b)      Anemia Sedang

Pengobatannya dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari.

c)      Anemia Berat

Pemberian preparat parenteral yaitu dengan fero dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2x10 ml intramuskuler. Transfuse darah kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan janin (Proverawati, 2011)

i.        Penatalaksanaan pada anemia

a)      Tatalaksana Umum 

Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia(buku saku pelayanan kesehatan ibu,2013).

b)      Tatalaksana khusus

Bila tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia berdasarkan hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi.

Ø  Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi besi lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC. Pada Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik.

Ø  Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan Perdarahan segera tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca persalinan dan Infeksi kronik.

Ø  Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi asam folat dan vitamin B12 berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 µg.

Ø  Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut: Kadar Hb 7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunangkunang, atau takikardia (frekuensi nadi >100x per menit).

Ø  Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi Kadar Hb 7 g/dl dengan gejala klinis pusing, pandangan berkunangkunang, atau takikardia (frekuensi nadi >100x per menit).

Ø  Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala(buku saku pelayanan kesehatan ibu,2013).

 

1.2  Tinjauan Teoritis Asuhan Kebidanan

1.      Penjelasan

Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayananing kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalianan, nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat. ( Asrina, dkk,2017)

a.       Pendokumentasian asuhan kebidanan

Pendokumentasian adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.pendokumentasian atau catatan manajeman kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.Dalam metode SOAP, S adalah data subyektif, O adalah data objektif, A adalah analis/assesment dan P adalah planning. SOAP merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis dan singkat.

b.      Standar asuhan kebidanan menurut kepmenkes RI no 038/menkes/2007

Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan masalah diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan.

Standar I : pengkajian  data

Pernyataan standar :

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari sumbeer yang berkaitan dengan kondisi klien.

Kriteria pengkajian ;

1)      Data tepat, akurat dan lengkap

2)      Terdiri dari data subjektif ( hasil anamnesa. Biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik dan riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)

3)      Data objektif ( hasil pemeriksaan fisik, psiklogo dan pemeriksaan penunjang)

Standar II : perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

Pernyataan standar :

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan maslah kebidanan yang tepat.

Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalajh kebidanan :

1)      Diagnosa sesuai dngan nomenklatur kebidanan

2)      Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3)      Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

 

Standar III : perencanaan

Pernyataan standar :

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan

Kriteria perencanaan :

1)      Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.

2)      Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga

3)      Mempertimbangkan kondisi psikologos sosial budaya klien kleuarga

4)      Memilih tindakan yang aman sesuai kindisi dan kebutuhan klien berdsarkan evidence based fdan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5)      Mempertimbangkan kebijakan da peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada

Standar IV : implementasi

Pernyataan standar:

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efektif dan aman berdasarjan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi. Dilaksananakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.

Kriteria implementasi :  

1)      Memperhatika keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural

2)      Etiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya (informed consent)

3)      Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based

4)      Melibatkan klien dalam setiap tindakan

5)      Menjaga privasi klien

6)      Melaksankan prinsip pencegahan infeksi

7)      Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan

8)      Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai

9)      Melakukan tindakan sesuai standar

10)  Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

Standar V : evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sitematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang  sudah diberikan.

Kriteria hasil:

1)      Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien

2)      Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga

3)      Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga

4)      Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

5)      Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien

 

Standar VI : pencatatan asuhan kebidanan

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan.

Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:

1)      Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formuir yang tersedia rekam medis/KMS (kartu menuju sehat/KIA(kesehatan ibu dan anak/sttus pasien)

2)      Ditulis dalambentuk catatan perkembangan SOAP

3)      S adalah data subjektif, mencatat hasil anannesa

4)      O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5)      A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

6)      P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanaan yang sudah dilakukan

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Eka Vicky Yulivantina, (2019) Modul Asuhan Pranikah dan Prakonsepsi  Program

       Studi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan. Yogyakarta : STIKES Guna Bangsa

Peraturan Mentri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan. Permenkes No 369/MENSKES/SK/III/2007

Achadi. (2013). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo, Jakarta.

Ahimsa, Putra, Heddy Shri. (2005). “Kesehatan dalam Perspektif Ilmu SosialBudaya”. Masalah Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya. Yogyakarta: Kepel Press.

Bakta, I Made, Hematologi Klinik Ringkas, Jakarta: EGC, 2006. 

Baston, Helen dan Jennifer Hall, Midwifery Esesential ANTENATAL, Jakarta: EGC, 2013 

Departemen Agama RI. AL-Quran Dan Terjemahannya. Jakarta : Toha putra. 2011 

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar: SIK, 2014 

Fatimah, Ernawati, Susi, Pelaksanaan Antenatal Care Berhubungan dengan Anemia Pada Kehamilan Trisemester III, Yogyakarta, 2015 

Hasswane Nadia, dkk. Prevelance and Factors Associated with Anemia Pregnancy in a Group Of Moroccan Pregnant Women. journal of Biosciences and Medicine, No. 3, 88-97, 11 august 2011. 

Intan Parulian, “Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada Kehamilan.” Jurnal Ilmiah Widya,Vol. 3 No. 3, januari-juli 2016. 

Jannah, Nurul, Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Kehamilan,Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2012 . Kefiyaew Fiagot, dkk. Anemia Among regnant Women in Southeast Ethioia: revaance, saverity and Associated Risk Factors. BMC Research Notes 2014, 7: 771 . Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan,edisi pertama, 2013. 

Lalita, Elisabeth, M. F. Asuhan Kebidanan Kehamilan ,  Jakarta: In Media, 2013. 

Luthfiyati, Yana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta tahun 2012. Jurnal Medika Respati, Vol.X No. 2, April 2015. 

Mandriwati, G.A. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC, 2012. 

No comments:

Post a Comment