DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
1.1 Tinjauan Teori Medis.................................................................................. 1
1. Kehamilan.................................................................................................. 1
2. Anemia...................................................................................................... 7
1.2 Tinjauan
Teoritis Asuhan Kebidanan ........................................................ 19
1. Pengertian................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
1.1 Tinjauan Teoritis Medis
1.
Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender Internasional (Saifuddin, dkk, 2016).
Untuk melakukan asuhan antenatal yang baik, diperlukan pengetahuan
dan kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologik yang terkait dengan proses
kehamilan. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologik tersebut
menjadi modal dasar dalam mengenali kondisi patologik yang dapat mengganggu
status kesehatan ibu ataupun bayi yang dikandungnya. Dengan kemampuan tersebut,
penolong atau petugas kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu
untuk memperoleh luaran yang optimal dari kehamilan dan persalinan (Saifuddin,
dkk, 2016).
b.
Perubahan
Adaptasi Fisiologi Kehamilan
Perubahan
fisiologi pada ibu hamil adalah:
1)
Rahim atau
uterus
Rahim
atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami
hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir
kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar,
lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
Sebagai
gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Pada usia
kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari diatas pusat atau
sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus.
b)
Pada usia
kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xifoideus
dan pusat
c)
Pada usia
kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus
xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.
d)
Pada usia
kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah prosesus xifoideus,
oleh karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul.
2)
Vagina
Vagina
dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen
sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan yang dikenal dengan
tanda Chadwicks.
3)
Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang
mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu.
4)
Payudara
Pada
awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah
kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar,kehitaman, dan
tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum
dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibitting hormone. Setelah persalinan
kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi
progesteron terhadap laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air
susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar
montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung
untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat
pada perut akan muncul.
5)
Traktus
urinarus
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada
hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan
tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.
6)
Metabolisme
Dengan
terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan
ASI (Manuaba, dkk, 2014).
c.
Perubahan
Psikologis Ibu Hamil
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi. Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa
cemas, ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya
perhatian dan hak istimewa lain, dan wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan
fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan (Walyani, 2016).
d.
Pelayanan
Asuhan Standar Antenatal
Pelayanan
ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk
daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T (Walyani, 2016) yakni:
1)
Timbang berat
badan tinggi badan
Tinggi
badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. Kenaikan BB ibu hamil normal
rata-rata antara 6,5-16 kg.
2)
Tekanan darah
Diukur
setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah yang cenderung
naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun di bawah
normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole:
110/80-120/80 mmHg.
3)
Pengukuran
tinggi fundus uteri Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi
atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan).
Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri Menurut Usia Kehamilan
No |
Tinggi
Fundus Uteri |
Usia
Kehamilan |
1 |
12
cm |
12 |
2 |
16
cm |
16 |
3 |
20
cm |
20 |
4 |
24
cm |
24 |
5 |
28
cm |
28 |
6 |
32
cm |
32 |
7 |
36
cm |
36 |
8 |
40
cm |
40 |
Sumber: Walyani, 2016.
4)
Pemberian
tablet tambah darah (Tablet Fe)
Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas,
karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.
5)
Pemberian
imunisasi TT
Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping TT yaitu
nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan.
Tabel 2.2
Pemberian imunisasi TT
Imunisasi |
Interval |
% Perlindungan |
Masa
Perlindungan |
TT
1 |
Pada
kunjungan ANC pertama |
0
% |
Tidak
ada |
TT
2 |
4
minggu setelah TT 1 |
80
% |
3
tahun |
TT
3 |
6
bulan setelah TT 2 |
95
% |
5
tahun |
TT
4 |
1
tahun setelah TT 3 |
99
% |
10
tahun |
TT
5 |
1
tahun setelah TT 4 |
99
% |
25
tahun/seumur hidup |
Sumber : Asrinah, dkk, 2017.
6)
Pemeriksaan HB
Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama
kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan HB adalah salah
satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7)
Pemeriksaan
protein urine
Untuk
mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini untuk
mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi
8)
Pengambilan darah
untuk pemeriksaan VDRL/PMS
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory untuk mengetahui
adanya treponema pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain syphilish.
9)
Pemeriksaan
urine reduksin
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/ DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan
suami.
10)
Perawatan
Payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara
yang ditunjukkan kepada ibu hamil
11)
Senam ibu hamil
Bermanfaat untuk menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang
berperan dalam proses mekanisme persalinan, membentuk sikap tubuh yang prima
sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan mengurangi
sesak nafas, serta memperoleh cara melakukan kontraksi dan relaksasi yang
sempurna
12)
Pemberian obat
malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil
didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu panas
tinggi disertai menggigil.
13)
Pemberian kapsul
minyak beryodium
Kekurangan
yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air tidak
menggandung unsure yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondong
dan kretin yang ditandai dengan:
a)
Gangguan fungsi
mental
b)
Gangguan fungsi
pendengaran
c)
Gangguan kadar
hormone yang rendah
14)
Temu wicara
a)
Defenisi
Konseling
Merupakan
suatu bentuk wawancara (tatap muka) untuk menolong orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenali dirinya dalam usahanya untuk memahami dan
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.
b)
Prinsip-prinsip
konseling
Ada
5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu:
-
Keterbukaan
-
Empati
-
Dukungan
-
Sikap dan
respon positif
-
Setingkat atau
sama derajat
c)
Tujuan
konseling pada antenatal care
-
Membantu ibu
hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang
tidak diinginkan.
-
Membantu ibu
hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang
bersih dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
2.
Anemia
a.
Pengertian
Anemia
Anemia
merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering
disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/HB) dibawah nilai
normal.
Penyebabnya
bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam
folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena
kekurangan zat besi (Proverawati, 2011).
Anemia
secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung
eritrosit di bawah batas “normal”. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu
hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi
selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar
hemoglobin di bawah11g%. Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb kurang dari 11g%
pada akhir trimester pertama dan <10g% pada trimester kedua dan ketiga diusulkan
menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan. Pada ibu
hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11g% pada trimester pertama dan
10,05g/pada trimester kedua dan ketiga (Sarwono, 2014).
b.
Klasifikasi
anemia
1)
Klasifikasi
berdasarkan penyebabnya
a)
Anemia
defisiensi besi
Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh(depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritroepoesis berkurang,
yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang(Made Bakta,2006).
Pada
kehamilan kehilangan zar besi terjadi akibat pengalihan besi maternal ke janin
untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan, dan laktasi.
Kurangnya
besi berpengaruh dalam pembentukan hemoglobin sehingga konsentrasinya dalam sel
darah merah berkurang, hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Kebutuhan zat besi meningkat secara linier
sesuai dengan umur kehamilan. Walaupun penambahan masa eritrosit berhenti pada
5-10 minggu terakhir dari kehamilan, akan tetapi pada trimester ketiga
eritropoiesis janin meningkat dan terjadi akumulasi besi plasenta. Jumlah
rata-rata kehamilan sebanyak 840 mg. Sekitar 350 mg besi ditransfer ke janin
dan plasenta, 250 mg hilang dalam darah selama pengiriman dan 250 mg hilang melalui sel
basal. Diperlukan tambahan zat besi sekitar 450 mg yang digunakan untuk ekspansi
massa eritrosit maternal dan mengkontribusi penurunan besi cadangan dari
penyimpanan besi selama gestasi(Tarwoto dan Wasnidar, 2016).
b)
Anemia Akibat
Perdarahan Akut
Sering
terjadi pada masa nifas. Solusio plasenta dan plasenta previa dapat menjadi
sumber perdarahan serius. Pada awal kehamilan, anemia akibat perdarahan sering
terjadi pada kasus-kasus abortus, kehamilan ektopik, dan mola
hidatidosa(Sarwono:2005).
Perdarahan
yang masih memerlukan penggantian yang segera dengan darah lengkap dalam jumlah
yang cukup untuk memulihkan dan mempertahankan perfusi organ-organ penting
secara memadai, setelah hipovelemia teratasi dan tindakan hemostasis sudah
tercapai, maka anemia yang masih tersisa harus diobati dengan pemberian zat
besi(Taufan Nugroho, 2012).
c)
Anemia pada
penyakit kronik
Penyakit
kronik seringkali disertai dengan anemia, namun tidak semua anemia pada penyakit
kronik dapat digolongkan sebagai anemia akibat penyakit kronik.
Anemia
akibat penyakit kronik adalah anemia yang dijumpai pada penyakit kronik
tertentu yang khas ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya hipoferemia
sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan untuk
sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi sumsum tulang masih cukup(Made Bakta,
2006).
Selama
kehamilan, sejumlah penyakit kronik dapat menyebabkan anemia beberapa
diantaranya adalah penyakit ginjal kronik, supurasi, penyakit peradangan usus,
infeksi tuberculosis, endokarditis dan infeksi virus imunodefisiensi manusia(HIV).
d)
Anemia
Megaloblastik
Anemia
megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast
dalam sumsum tulang. Anemia megaloblast disebabkan oleh gangguan pembentukan
DNA pada inti eritroblast, terutama akibat defisiensi Vitamin B12 dan asam
folat. Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan semasa dalam
sum-sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis tidak efektif dan masa hidup eritrosit
lebih pendek, keadaan ini mengakibatkan leukopenia, trombositopenia dan
gangguan pada oral, gastrointestinal dan neurologi(Tarwoto dan Wasnidar,
2013:48).
Anemia
megaloblastik disebabkan oleh terjadinya defisiensi vitamin B12 dan asam folat,
dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan
khusus vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Penyebab dari kekurangan
kedua bahan ini pada wanita hamil karena faktor nutrisi, karena cadangan asam folat
tubuh jauh lebih rendah dibandingkan dengan cadangan Vitamin B12 (Made Bakta,
2006).
e)
Anemia
Hemolitik
Anemia
hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari proses
pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh faktor intrakorpuskuler yang dijumpai
pada anemia hemolitik heriditer, talasemia, anemia sel sickle (sabit),
hemoglobinopati C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria serta
faktor ekstrakorpuskuler disebakan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan. Gejala utama
adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatan bergantung
pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi
maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada
beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah
yang berulang dapat membantu penderita ini.
f)
Klasifikasi
berdasarkan kadar hemoglobin darah
Kriteria
anemia menurut WHO
-
Laki-laki
dewasa : Hemoglobin 13g%
-
Wanita dewasa
tidak hamil : Hemoglobin 12g%
-
Wanita
hamil : Hemoglobin 11g%
-
Anak umur 6-14
tahun : Hemoglobin 12g%
-
Anak umur 6
bulan -6 tahun : Hemoglobin 11g%
Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO
-
Ringan
sekali : Hb 10g%-batas normal
-
Ringan : Hb 8g%-9,9g%
-
Sedang : Hb 6g%-7,9g%
-
Berat : Hb <6g%
Derajat anemia menurut manuaba
-
Tidak
anemia : Hb 11g%
-
Anemia
ringan : Hb 9-10g%
-
Anemia
sedang : Hb 7-8g%
-
Anemia
berat : Hb <7g5
c.
Tanda dan
Gejala Anemia
1)
Merasa lelah
dan sering mengantuk oleh karena rendahnya Hb dan kurangnya oksigen, sehingga
kurang transport untuk metabolisme dalam tubuh.
2)
Merasa pusing
dan lemah (dizness dan weaknes) oleh kurangnya oksigen dan energi menyebabkan
ibu meras lemah dan capek
3)
Mengeluh sakit
kepala
4)
Merasa tidak
enak badan (malaise) dan nafas pendek karema menurunnya suplay darah
5)
Perubahan mood
dan kebiasaan tidur
6)
Mengeluh lidah
mudah luka (lecet)
7)
Pucat pada
membrane mukosa dan konjungtiva
8)
Kulit pucat
9)
Pucat pada kuku
jari
10)
Muka ikterik
11)
Takipnea,
dispnea saat beraktivitas.
12)
nafsu makan
kurang perubahan dalam kesukaan makanan
13)
kebiasaan akan
makanan yang aneh-aneh atau mengidam (pica) (Proverawti, 2011).
d.
Etiologi Anemia
Penyebab
utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe,
meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusi (kebutuhan fisiologis), dan
kehilangan banyak darah saat menstruasi.
1)
Asupan Fe yang
tidak memadai
Kecukupan
intake Fe tidak hanya dipenuhi oleh konsumsi makanan sumber Fe (daging sapi,
ayam, ikan, telur, dll), tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Yang
membentuk 90% Fe dari makanan non daging (termasuk biji-bijian, sayuran, buah,
telur) tidak mudah diserap tubuh.
2)
Peningkatan
kebutuhan fisiologi
Kebutuhan
Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume
darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan
kehilangan darah saat persalinan.
3)
Kehilangan
banyak darah
Kehilangan
darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah. Pada wanita kehilangan
darah terjadi melalui menstruasi dan wanita hamil mengalami perdarahan saat dan
setelah melahirkan. Perdarahan patologi
akibat penyakit/infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan
berhubungan positif terhadap anemia. Perdarahan gastroitestinal oleh adanya
luka di saluran gastrointestinal (gastritis, tukak lambung, kanker kolon dan polip
pada kolon). Ibu hamil yang mengalami anemia dengan perdarahan gastrointestina
umumnya akan mengalami anemia sedang namun cukup besar proporsi untuk mengalami
anemia berat. Direkomendasikan wanita hamil yang terinfeksi parasit usus dan
cacingan untuk meakukan skrinning rutin (Kefiyaew, 2014).
e.
Patofisiologi
Anemia
Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan akan
zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam
darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang
lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel
darah kurang dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah.
Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%. Sel darah 18%,
dan haemoglobin 19%.
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat meringankan beban kerja jantung
yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh
peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga
tekanan darah tidak naik.
Kedua,
pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih
sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu ( Tarwoto dan Wasnidar, 2013)
f.
Diagnosis
Anemia pada Kehamilan
Untuk
menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anmnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan
Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan
sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)
Hb 11g% : tidak anemia
2)
Hb 9-10g% :
anemia ringan
3)
Hb 7-8gr% :
anemia sedang
4)
Hb<7g% : anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian
besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak
90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas(Manuaba, 2011).
1)
Anemia
ringan
Anemia
ringan dengan kadar Hb 9-10gr%, ibu hamil dengan anemia ringan produktifitas
kerjanya akan menurun tai ibu hamil dengan kondisi ini bisa melewati kehamian
dan persalinan tapna akibat atau komplikasi apapun.
2)
Anemia sedang
Anemia
sedang dengan kadar Hb 7-8gr%, Ibu hamli
dengan anemia sedang memiiki pengurangan substansia dalam kapasitas kerja. Ibu hamil dengan anemia sedang akan mengalami
lebih rentan terhadap infeksi dan pemulihan dari infeksi akan berkepanjangan,
kelahiran premature , bayi lahir dengan berat lahir rendah, kematian ibu akibat
antepartum dan perdarahan post partum.
3)
Anemia berat
Anemia
berat dengan kadar Hb <7gr% Tiga stadium anemia berat yang berbeda Telah
diakui - kompensasi, Dekompensasi, dan yang terkait dengan Kegagalan peredaran
darah Jantung Dekompensasi biasanya terjadi ketika Hb Jatuh di bawah 5,0 g/dl.
Curah jantung dibesarkan bahkan saat istirahat, volume stroke menjadi ebih
besar dan detak jantung meningkat. Palpitasi dan sesak bahkan saat istirahat
merupakan gejala dari perubahan ini. Ini Mekanisme kompensasi tidak memadai
untuk mengatasi penurunan Hblevels. Oksigen kurang berakibat anaerob
metabolisme dan akumulasi asam laktat yang akhirnya terjadi peredaran darah membatasi
hasil kerja. Jika tidak diobati, Ini menyebabkan edema paru dan kematian.
Bila
Hb <5 g / dl dan sel yang dikemas Volume (PCV) di bawah 14 [12]. Kehilangan
darah Bahkan 200 ml di tahap ketiga menghasilkan Shock dan kematian pada wanita
ini. Bahkan hari ini perempuan di daerah pedesaan terpencil di Indonesia, India
sampai di rumah sakit hanya pada saat ini Dekompensasi panggung Data yang tersedia
dari India menunjukkan bahwa angka morbiditas ibu lebih tinggi pada wanita dengan Hb di
bawah 8.0 g / dl. tingkat kematian ibu
menunjukkan kenaikan tajam saat tingkat hb ibu Jatuh di bawah 5,0 g / dl.
Anemia langsung menyebabkan 20 persen kematian ibu di India dan Secara tidak
langsung menyumbang 20 lainnya Persen kematian ibu (Shaikh sabina dkk, 2015).
g.
Pengaruh Anemia pada kehamilan dan janin
1)
Bahaya selama
kehamilan
Tumbuh
kembang janin terlambat dengan berbagai manifestasi kliniknya,dapat terjadi
abortus, persalinan prematuritas, mudah
terjadi infeksi, molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini (KPD).
2)
Bahaya terhadap
persalinan
Gangguan
His, kala satu da pat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering melakukan tindakan
opersai kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder
dan atonia uteri.
3)
Pada post
partum
Terjadi
subinvolusio uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi
puerperium, pengeluaran Asi berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas.
4)
Bahaya terhadap
janin
Akibat
anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus terjadi kematian intra
uterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan
anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian
perinatal, Intelegensia rendah (Manuaba, 2011).
h.
Pencegahan dan
penanganan Anemia
1)
Pencegahan
anemia
Nutrisi
yang baik adalah cara terbaik untuk mecegah terjadinya anemia jika sedang hamil
atau mencoba hamil. Makan-makananan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu
memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi
dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam
besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27mg zat besi setiap
hari. Selama kehamilan ibu hamil juga mengkonsumsi suplemen zat besi.
Biasanya
anemia bisa disembuhkan dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besinya
seperti buncis, daging, dan ubi rambat,kuning telur, ikan segar dan sayuran
yang berwarna hijau dan makanan yang tinggi vitamin C-nya, seperti buah buahan
yang mengandung zat besi.
2)
Penanganan
anemia
NICE
guidelines merekomendasikan agar wanita diskrining terhadap anemia saat
melakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 28 minggu. Semua wanita harus diberi
nasehat mengenai pola makan di kehamilan dengan rincian makanan kaya zat besi.
Ini harus didukung dengan informasi tertulis karena perubahan diet saja tidak.
Cukup untuk memperbaiki defisiensi besi yang keluar pada kehamilan dan suplemen
zat besi sangat diperlukan pada kehamilan (shaikh sabina, 2015)
a)
Anemia Ringan
Dengan
kadar Hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan
kombinasi 60 mg/hari, zat besi dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari
b)
Anemia Sedang
Pengobatannya
dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari.
c)
Anemia Berat
Pemberian
preparat parenteral yaitu dengan fero dextrin sebanyak 1000 mg (20 ml)
intravena atau 2x10 ml intramuskuler. Transfuse darah kehamilan lanjut dapat
diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat resiko transfusi bagi ibu dan
janin (Proverawati, 2011)
i.
Penatalaksanaan
pada anemia
a)
Tatalaksana
Umum
Apabila
diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk
melihat morfologi sel darah merah. Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak
tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini banyak
tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental
dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan
3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet
sampai 42 hari pascasalin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan
asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan
yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia(buku saku pelayanan kesehatan ibu,2013).
b)
Tatalaksana
khusus
Bila
tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, tentukan penyebab anemia berdasarkan
hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan apus darah tepi.
Ø Anemia mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi
besi lakukan pemeriksaan ferritin. Apabila ditemukan kadar ferritin < 15
ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari.
Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC. Pada Pasien
dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter
spesialis penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik.
Ø Anemia normositik normokrom dapat ditemukan pada keadaan Perdarahan
segera tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan
ektopik, atau perdarahan pasca persalinan dan Infeksi kronik.
Ø Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi
asam folat dan vitamin B12 berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250
– 1000 µg.
Ø Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi
berikut: Kadar Hb 7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunangkunang,
atau takikardia (frekuensi nadi >100x per menit).
Ø Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi Kadar
Hb 7 g/dl dengan gejala klinis pusing, pandangan berkunangkunang, atau
takikardia (frekuensi nadi >100x per menit).
Ø Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan
memantau pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa
denyut jantung janin secara berkala(buku saku pelayanan kesehatan ibu,2013).
1.2 Tinjauan
Teoritis Asuhan Kebidanan
1. Penjelasan
Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau
permasalahan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayananing kepada klien yang mempunyai
kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalianan,
nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan
serta pelayanan kesehatan masyarakat. ( Asrina, dkk,2017)
a.
Pendokumentasian
asuhan kebidanan
Pendokumentasian
adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap keadaan yang dilihat
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan.pendokumentasian atau catatan manajeman
kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.Dalam metode SOAP, S adalah data
subyektif, O adalah data objektif, A adalah analis/assesment dan P adalah
planning. SOAP merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis dan singkat.
b.
Standar asuhan
kebidanan menurut kepmenkes RI no 038/menkes/2007
Standar
asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan masalah diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan
kebidanan.
Standar I :
pengkajian data
Pernyataan
standar :
Bidan
mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari sumbeer yang
berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria
pengkajian ;
1)
Data tepat,
akurat dan lengkap
2)
Terdiri dari
data subjektif ( hasil anamnesa. Biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik dan
riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya)
3)
Data objektif (
hasil pemeriksaan fisik, psiklogo dan pemeriksaan penunjang)
Standar II : perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan
Pernyataan standar :
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterprestasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan
maslah kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalajh
kebidanan :
1)
Diagnosa sesuai
dngan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Standar III : perencanaan
Pernyataan standar :
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ditegakkan
Kriteria perencanaan :
1)
Rencana tindakan
disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan segera,
tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
2) Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan kondisi psikologos sosial budaya
klien kleuarga
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kindisi dan
kebutuhan klien berdsarkan evidence based fdan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakan da peraturan yang berlaku,
sumber daya serta fasilitas yang ada
Standar IV :
implementasi
Pernyataan
standar:
Bidan
melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efektif dan
aman berdasarjan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi. Dilaksananakan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
Kriteria
implementasi :
1)
Memperhatika
keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual-kultural
2) Etiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan
dari klien atau keluarganya (informed consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence
based
4) Melibatkan klien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privasi klien
6) Melaksankan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8) Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang
ada dan sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
Standar V :
evaluasi
Bidan melakukan
evaluasi secara sitematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan.
Kriteria hasil:
1) Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan
kepada keluarga
3) Evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada
keluarga
4) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
5) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
klien
Standar VI :
pencatatan asuhan kebidanan
Pernyataan
standar :
Bidan melakukan
pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian
yang ditemukan.
Kriteria
pencatatan asuhan kebidanan:
1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan
asuhan pada formuir yang tersedia rekam medis/KMS (kartu menuju
sehat/KIA(kesehatan ibu dan anak/sttus pasien)
2) Ditulis dalambentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anannesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan
dan pelaksanaan yang sudah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Eka Vicky Yulivantina, (2019) Modul Asuhan
Pranikah dan Prakonsepsi Program
Studi Kebidanan Pendidikan Profesi Bidan. Yogyakarta : STIKES Guna
Bangsa
Peraturan
Mentri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan. Permenkes No 369/MENSKES/SK/III/2007
Achadi.
(2013). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Raja Grafindo, Jakarta.
Ahimsa,
Putra, Heddy Shri. (2005). “Kesehatan dalam Perspektif Ilmu SosialBudaya”.
Masalah Kesehatan dalam Kajian Ilmu Sosial-Budaya. Yogyakarta: Kepel Press.
Bakta,
I Made, Hematologi Klinik Ringkas, Jakarta: EGC, 2006.
Baston,
Helen dan Jennifer Hall, Midwifery Esesential ANTENATAL, Jakarta: EGC,
2013
Departemen
Agama RI. AL-Quran Dan Terjemahannya. Jakarta : Toha putra. 2011
Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, Makassar: SIK, 2014
Fatimah,
Ernawati, Susi, Pelaksanaan Antenatal Care Berhubungan dengan Anemia Pada
Kehamilan Trisemester III, Yogyakarta, 2015
Hasswane
Nadia, dkk. Prevelance and Factors Associated with Anemia Pregnancy in a Group
Of Moroccan Pregnant Women. journal of Biosciences and Medicine, No. 3, 88-97,
11 august 2011.
Intan
Parulian, “Strategi Dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada Kehamilan.”
Jurnal Ilmiah Widya,Vol. 3 No. 3, januari-juli 2016.
Jannah,
Nurul, Buku Ajar Asuhan Kebidanan-Kehamilan,Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2012 .
Kefiyaew Fiagot, dkk. Anemia Among regnant Women in Southeast Ethioia:
revaance, saverity and Associated Risk Factors. BMC Research Notes 2014, 7: 771
. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan,edisi pertama, 2013.
Lalita,
Elisabeth, M. F. Asuhan Kebidanan Kehamilan ,
Jakarta: In Media, 2013.
Luthfiyati,
Yana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta tahun 2012. Jurnal Medika Respati, Vol.X No. 2,
April 2015.
Mandriwati,
G.A. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC, 2012.
No comments:
Post a Comment